Anda di halaman 1dari 44

PRAKATA

Maksud dan tujuan diterbitkannnya Buku Petunjuk Praktikum Anatomi


Fisiologi Manusia untuk mahasiswa DIII keperawatan Gigi ini adalah untuk
memantapkan pelaksanaan proses belajar mengajar Sistem Kredit Semester
dalam kegiatan praktikum. Setelah selesai mengikuti praktikum ini mahasiswa
mampu memahami pengatahuan Anatomi Fisiologi Manusia untuk selanjutnya
mampu menerapkannya dalam kasus-kasus klinik yang dihadapi dalam
melakukan pekerjaannya di kemudian hari.
Buku Petunjuk Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia untuk mahasiswa
D III Keperawatan Gigi ini disusun secara sederhana dengan menitikberatkan
pada materi fisiologisnya dengan sistematika sebagai berikut : pada setiap
tahapan praktikum diuraikan mengenai maksud dan tujuan praktikum,alat, dan
bahan yang diperlukan, kemudian : sekilas teori yang berhubungan dengan
praktikum yang akan dikerjakan, metode, langkah-langkah yang digunakan
untuk melaksanakan praktikum lembar catatan hasil praktikum berikut tugas
(soal) yang harus dijawab pada lembar tersebut. Karena itu sebelum
mahasiswa melaksanakan praktikum yang bersangkutan maka seharusnyalah
apabila semua mahasiswa mempelajari terlebih dahulu teori yang
berhubungan dengan praktikum yang akan dikerjakan.
Harapan penulis, tidak lain bahwa praktikum tersebut dapat memberikan
pengalaman aplikatif bagi kegiatan belajar mengajar mahasiswa selanjutnya.
Kritik dan saran yang membangun demi perbaikan buku ini, sangat
diharapkan. Akhir kata semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA...........................................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB 1 : PENDAHULUAN.................................................................................

TATA TERTIB PRAKTIKUM.............................................................

SANGSI PELANGGARAN TATA TERTIB........................................

PETUNJUK UMUM.............................................................................

BAB 2 : LATIHAN – LATIHAN

Praktikum 1 ..........................................................................................

Mekanisme Sensorik I-Organ Reseptor Umum

Reseptor Termal, Reseptor Raba, Tekanan, dan Reseptor Nyeri

Praktikum 2...........................................................................................

Mekanisme Sensorik II-Organ Reseptor Umum

Pada Gigi : Reseptor Nyeri

Praktikum 3...........................................................................................

Mekanisme Sensorik III-Organ Reseptor Khusus

Pada Lidah : Reseptor Kecap

Praktikum 4 ..........................................................................................

Mekanisme Motorik Tidak Sadar- Refleks

Refleks Somatik dan Otonomik

Praktikum 5...........................................................................................

Denyut Nadi dan Tekanan Darah

2
Metode Palpasi dan Auskultasi

Praktikum 6 ..........................................................................................

Suhu Tubuh

Praktikum 7...........................................................................................

Pernapasan Buatan

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

3
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM

A. PENDAHULUAN
Selamat Anda sudah selesai matakuliah yang terdiri dari teori dan praktik
laboratorium, dengan harapan Anda dapat mengaplikasikan teori dan praktik
laboratorium ditatanan nyata yaitu di Rumah Sakit, Puskesmas, dan Klinik, dalam
matakuliah, khususnya .......
Pembelajaran praktik merupakan bagian penting dari proses pendidikan
yang kompleks dan harus terintegrasi dalam seluruh program pendidikan yang
mengacu kepada kurikulum, khususnya untuk pencapaian tujuan akhir program
pembelajaran bagi lulusan.
Pembelajaran klinik merupakan suatu alat pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik menghubungkan berbagai informasi yang diperoleh
dari berbagai macam mata kuliah teoritis, pembelajaran mandiri dan praktik
laboratorium, dimana mahasiswa yang akan Praktik di Klinik harus sudah lulus
teori dan praktik laboratorium matakuliah, termasuk didalammya asuhan
keperawatan pada ibu dengan. Pembelajaran klinik juga memungkinkan
tumbuhnya rasa percaya diri, kemampuan klinik dan melaksanakan peran di
berbagai situasi klinik secara aman.

B.TATA TERTIB PRAKTIKUM


1. Mahasiswa wajib :
a. Mempelajari teori dan praktikum yang akan dikerjakan, paling sedikit
satu hari sebelumpraktikumdimulai.
b. Memiliki Buku Petunjuk Praktikum secara pribadi.
c. Memiliki kartu status praktikum dengan pas foto.
d. Memiliki dan memakai jas praktikum yang diberi nama(dipasang pada
jas di dada kiri).
e. Setiap kelompok memiliki map warna biru tua untuk menyimpan kartu
status ( tidak boleh di bawa pulang).
2. Masuk ke dalam ruang praktikum setelah persiapan pada butir 1 lengkap.
3 Menandatangani daftar hadir yang telah disediakan.

4
4 Mengambil dan memeriksa alat dan bahan praktikum serta mengisi buku
pinjaman alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum yang
bersangkutan.
5 Menyiapkan alat dan bahan pada butir 4 di meja praktikum yang bersangkutan
untuk siap memulai praktikum.
6 Mahasiswa melapor kepada Dosen Pembimbing praktikum bahwa kuis awal
dan praktikum siap untuk dimulai.
7 Selama praktikum mahasiswa hendaknya tenang dan berkonsentrasi pada
praktikum yang bersangkutan serta tidak melakukan tindakan di luar kegiatan
praktikum.
8. Praktikum dikerjakan secara sistematik sesuai dengan petunjuk.
.9 Setelah praktikum selesai, mahasiswa mencatat hasil praktikum dan
mengerjakan tugas di lembar laporan praktikum. Untuk mempersingkat
waktu, maka tugas menjawab pertanyaan teori yang bersangkutan dengan
praktikum harus dikerjakan di rumah sebelum praktikum dilaksanakan.
Selanjutnya lapor kepada Dosen Pembimbing untuk kuis akhir.
10 Akhirnya mahasiswa mengembalikan alat-alat dalam keadaan utuh (tidak
rusak). Bersih dan lengkap. Dalam hal kerusakan alat akibat kecerobohan
mahasiswa. Maka mahasiswa yang bersangkutan wajib menggantinya.

C. SANGSI PELANGGARAN TATA TERTIB


1 Mahasiswa yang melanggar tata tertib praktikum akan dikenakan sangsi sesuai
dengan macam dan sifat pelanggarnya.
2 Bentuk sangsi dapat berupa :
a.Peringatan
b.Tidak diperkenankan mengikuti praktikum selanjutnya
c.Tidak diperkenankan mengikuti ujian
d.Bentuk pelanggaran dapat berupa :
- Melanggar tata tertib seperti tercantum pada Bab II
- Terlambat tanpa alasan yang sah
- Tidak mengikuti salah satu praktikumtanpa alasan yang sah

5
D. PETUNJUK UMUM
Untuk melaksanakan praktikum ini, diperlukan persiapan yang matang,
baik pada mahasiswanya maupun materi alat-alat dan bahan-bahannya.
Persiapan mahasiswa berupa kemampuan pengetahuan teori dan
pengetahuan mengenai langkah-langkah yang akan dikerjakan pada praktikum
yang bersangkutan, agar tujuan praktikum dapat tercapai dengan akurat. Di lain
pihak alat dan bahan juga harus dipersiapkan dengan baik agar pelaksanaan
praktikum dapat berjalan dengan lancar.
1. Persiapan Mahasiwa
Kesiapan mahasiswa seperti diuraikan di atas dibuktikan dalam :
a.Kuis awal yang dapat dilalui dengan baik
b .Kelancaran pelaksanaan praktikum
c. Kuis akhir yang dapat dilalui dengan baik dari hasil, pembahasan, dan
kesimpulan hasil praktikum
2. Persiapan Alat dan Bahan
a.Subjek praktikum (naracoba) adalah mahasiswa praktikan :
Segala sesuatu yang harus dipenuhi oleh mahasiswa sebagai subjek
praktikum, harus diperhatikan dengan mempelajari materi praktikum,
paling sedikit sudah diketahui pagi hari sebelum berangkat ke kampus.
b.Bahan dan alat praktikum tercantum pada uraian setiap praktikum :
1) Alat yang akan digunakan dalam setiap praktikum diperiksa
jenisnya, jumlahnya, keutuhannya (tidak rusak),dan dapat
digunakan dengan baik.
2) Alat yang berisi air raksa diperiksa sampai ke nilai 0.
3) Alat yang menggunakan batere dites melalui indicator (lampu)
yang menyala.
4) Bahan praktikum yang terdiri dari senyawa kimia, air panas, dan air
es hendaknya dipersiapkan sebelum praktikum dimulai.

6
BAB 2
Topik 1
MEKANISME SENSORIK I
ORGAN RESEPTOR UMUM
Reseptor, Termal, dan Raba
Drg. Sagung A Putri Dwiastuti, M.Kes. Drg. Hj. Hetty Anggrawati K., M.Kes., AIFO

A. PENDAHULUAN
Pada topik ini akan dipelajari cara kerja suatu sensor atau reseptor. Disebut
sensor, karena organ ini mensensor rangsang atau informasi yang masuk ke
tubuh. Disebut reseptor, karena organ ini menerima rangsang yang masuk ke
tubuh. Reseptor adalah transduser (pengubah) biologik yang menerima
rangsang bentuk energi tertentu (termal, mekanik, kimia) dan selanjutnya
mengubah rangsang tersebut menjadi energi listrik atau impuls saraf. Sifat
khusus suatu reseptor antara lain beradaptasi atau tidak beradaptasi terhadap
suatu rangsang setelah beberapa waktu tertentu.
Dikatakan beradaptasi: bila rangsang yang pertama beraksi melalui kecepatan
impuls saraf yang sangat tinggi, kemudian secara
berangsur-angsur makin berkurang sampai akhirnya
tidak beraksi lagi. Kecepatan beradaptasi pada setiap
reseptor berbeda-beda.
Dikatakan tidak beradaptasi: bila impuls saraf dikirimkan secara terus-menerus
ke pusat sensorik di korteks serebri, selama masih ada
rangsang.
Beberapa pemeriksaan dalam praktikum mekanisme sensorik digunakan di
klinik untuk diagnosis kelainan-kelainan neorogik yang ditunjang oleh
pemeriksaan lain untuk menggambarkan sifat-sifat istimewa tertentu mengenai
perasaan (sensasi).

7
Organ reseptor umum adalah yang terdapat di seluruh tubuh. Sensasi
umum yang ditimbulkan antara lain terdiri dari sensasi panas, dingin, raba,
tekan, dan nyeri. Tempat reseptor tersebut tepat di bawah permukaan kulit.

B. DESKRIPSI CAKUPAN MATERI BAHAN AJAR


Manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya jika ia tidak tahu
adanya bahaya yang mengancam atau menimpa dirinya. Adanya bahaya
dapat diketahui dengan jalan melihat, mendengar, mencium, dan merasakan
rasa-nyeri, rasa-raba, rasa-panas, rasa-dingin, dan sebagainya. Inilah yang
disebut sebagai sistem sensorik. Sistem ini menerima ribuan informasi kecil
dari berbagai organ sensoris dan kemudian mengintegrasikan untuk
menentukan reaksi yang harus dilakukan tubuh. Sistem sensorik
menempatkan manusia berhubungan dengan sekitarnya. Sensasi dapat
dibagi menjadi 4 jenis:
1. Sensasi superfisial, disebut juga perasaan ekteroseptif atau protektif,
yang mengurus rasa-raba, rasa-nyeri, rasa-suhu.
2. Sensasi dalam, yang disebut juga sebagai sensasi proprioseptif
mencakup rasa gerak (kinetik), rasa sikap (statognesis) dari otot dan
persendian, rasa getar (pallesthesia), rasa tekan-dalam, rasa nyeri
dalam otot.
3. Sensasi viseral (interoseptif) dihantar melalui serabut otonom aferen
dan mencakup rasa lapar dan rasa nyeri pada organ visceral.
4. Sensasi khusus

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS TOPIK


1. Memeriksa penyebaran reseptor termal di kulit tangan, agar dapat
membedakan perasaan subjektif panas dan dingin.
2. Memeriksa titik-titik raba, tekan, dan nyeri di kulit telapak tangan, agar
dapat membuktikan kepadatan reseptor raba, tekan, dan nyeri di kulit
telapak tangan tersebut.

8
D. KEGUNAAN TOPIK BAGI MAHASISWA
Setelah melakukan praktekum ini mahasiswa mendapat pengalaman dan
memahami sensoris dari reseptor sensoris, baik berupa reseptor visual,
reseptor auditorius, reseptor raba di permukaan tubuh, atau jenis reseptor
lain.

E. PROSEDURE TAHAPAN PEMERIKSAAN RESEPTOR TERMAL,

DAN RABA

1.Alat dan Bahan


a. Gelas beker berisi air panas dengan suhu 300C, gelas beker yang lagi satu
berisi es batu
b. Cap persegi-empat ukuran 3x3 cm dengan bantalannya
c. Sonde tajam, sonde tumpul
d. Bolpen empat warna

2. Langkah-lagkah Praktekum
a. Pemeriksaan Respon Termal dingin
Mahasiswa yang akan melakukan praktekum menyediakan gelas beker
yang lagi satu berisi es batu. Dalam satu kelompok mahasiswa dipilih satu
orang sebagai naracoba. Naracoba memasukkan tangan ke dalam gelas
beker pelan-pelan selama 2 menit, catatlah apa yang dirasakan oleh
naracoba diawal dan diakhir.
b. Prosedure Penilaian Pemeriksaan Respon Termal dingin
NO KEGIATAN PENSKORAN KET
I KETERAMPILAN (60%) SKOR(0-100)
1 PERSIAPAN
a. Persiapan operator 0-1
b. Mempersiapkan pasien , alat dan ...x10%
bahan 0-1

9
2 TAHAP PELAKSANAAN
( respon termal/dingin) 0-1
a.sensasi di tangan kiri ...x30%
b. sensasi di tangan kanan 0-1

3 TAHAP PENYELESAIAN ...x20%


Terangkan perbedaannya

II TUGAS (30%) SKOR (0-100) ..... x 30%


Kesempulan dalam praktikum ini
III SIKAP (10%) SKOR (0-100)
1.Melaksanakan komunikasi terapeutik
yang efektif 0-1 ...... x10%
2. Mempertahankan prinsip kerja sesuai 4
tindakan 0-1
3. Tanggap terhadap respon pasien 0-1
4. Mengkomunikasikan tahapan kerja pada
pasien 0-1
5. Bekerja sistematik

c.. Pemeriksaan Respon Termal Panas


Mahasiswa yang akan melakukan praktekum menyediakan gelas beker
yang lagi satu berisi air panas dengan suhu 30 0C. Dalam satu kelompok
mahasiswa dipilih satu orang sebagai naracoba. Naracoba memasukkan
tangan ke dalam gelas beker pelan-pelan selama 2 menit, catatlah apa yang
dirasakan oleh naracoba diawal dan diakhir.

d. Prosedure Penilaian Pemeriksaan Respon Termal Panas


NO KEGIATAN PENSKORAN KET
I KETERAMPILAN (60%) SKOR(0-100)
1 PERSIAPAN
a. Persiapan operator 0-1
b. Mempersiapkan pasien , alat dan ...x10%
bahan 0-1

2 TAHAP PELAKSANAAN
( respon termal/panas)
a.sensasi di tangan kiri ...x30%
awal: 0-1
akhir:
b.sensasi di tangan kanan
awal: 0-1
akhir:

10
3 TAHAP PENYELESAIAN ...x20%
Terangkan perbedaannya
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
praktikum

II TUGAS (30%) SKOR (0-100) ..... x 30%


Organ reseptor apa yang berperan dalam
Sensasi panas
Sensasi dingin
Bagaimana mekanisme sistem syaraf
yang menimbulkan sensasi suhu?
III SIKAP (10%) SKOR (0-100)
1.Melaksanakan komunikasi terapeutik
yang efektif 0-1 ...... x10%
2. Mempertahankan prinsip kerja sesuai 4
tindakan 0-1
3. Tanggap terhadap respon pasien 0-1
4. Mengkomunikasikan tahapan kerja
pada pasien 0-1
5. Bekerja sistematik

e. Pemeriksaan Respon raba, tekan dan nyeri


Mahasiswa yang akan melakukan praktekum menyediakan Cap
persegi-empat ukuran 3x3 cm dengan bantalannya, sonde tajam, sonde
tumpul dan bolpen empat warna. Dalam satu kelompok mahasiswa dipilih
satu orang sebagai naracoba. Naracoba menstempel tangan kiri, setelah itu di
tempel di buku yang bersih, dan gambarlah jari dari tangan naracoba di buku
tersebut. Setelah gambar tangan naracoba siap maka mulailah melakukan
tekanan pada telapak tangan menggunakan sonde tumpul maupun sonde
tanjam pada, kemudian catatlah apa yang dirasakan oleh naracoba.

c. Prosedure Penilaian Pemeriksaan Respon raba, tekan dan nyeri


NO KEGIATAN PENSKORAN KET
I KETERAMPILAK (60%) SKOR(0-100)
1 PERSIAPAN
a. Persiapan operator 0-1
b. Mempersiapkan pasien , alat dan ...x10%
bahan 0-1

2 TAHAP PELAKSANAAN
( respon raba/ raba)

11
Jumlah titik raba, tekan dan nyeri : ...x30%
1. raba 0-1
2. tekan 0-1
3. nyeri 0-1
3 TAHAP PENYELESAIAN ...x20%
Terangkan perbedaannya
Kesempulan dalam praktikum ini
II TUGAS (30%)%) SKOR (0-100) ..... x 30%
Bagaimana mekanisme yang
menimbulkan sensasi nyeri?
III SIKAP (10%) SKOR (0-100)
1.Melaksanakan komunikasi terapeutik
yang efektif 0-1 ...... x10%
2. Mempertahankan prinsip kerja sesuai 4
tindakan 0-1
3. Tanggap terhadap respon pasien 0-1
4. Mengkomunikasikan tahapan kerja
pada pasien 0-1
5. Bekerja sistematik

3. Latihan :
Setelah anda pelajari tahapan ini maka selanjutnya anda lakukan tahapan
pemeriksaan reseptor, termal, raba, tekan, dan nyeri, sesuai dengan format?
4.Test Formatif :
pada tahapan terakhir pembelajaran, mintalah pembimbing anda untuk menilai
pemeriksaan yang anda lakukan sesuai dengan format diatas.

12
Topik 2
MEKANISME SENSORIK II
ORGAN RESEPTOR UMUM
Pada Gigi : Reseptor Nyeri
Drg. Sagung A Putri Dwiastuti, M.Kes Drg. Hj. Hetty Anggrawati K., M.Kes., AIFO

A.PENDAHULUAN
Pada topik ini akan dipelajari mekanisme kerja organ reseptor yang
terletak pada gigi, sensasi yang ditimbulkan pada rangasangannya, dan waktu
reaksinya.Organ reseptor yang terdapat pada gigi dan jaringan mulut sama
seperti yang terdapat pada jaringan tubuh lainnya, yaitu yang diklasifikasikan
pada organ reseptor umum.
Organ reseptor yang khususnya terdapat pada pulpa gigi adalah jenis
ujung saraf bebas atau reseptor nyeri atau nosiseptor. Karena itu dapat
dijelaskan bahwa satu-satunya sensasi nyeri, tidak tergantung pada bentuk
rangsangnya ( mekanik, kimia, termal, listrik). Dalam kejadian sehari-hari
rangsang termal dari makanan-minuman dapat menimbulkan sensasi nyeri pada
gigi.
Pada penelitian-penelitian terdahulu telah terbukti bahwa sensasi nyeri
secara fisiologik dapat dibangkitkan secara akurat oleh rangsang listrik. Karena
rangsangan listrik ini memiliki keterandalan dan kesahihan mudah digunakan,
dan mampu menghasilkan rangsang yang konstan, pengukuran dapat dilakukan
dengan tepat, paling sedikit atau tidak menimbulkan kerusakan jaringan.
Nyeri gigi yang bersifat fisiologik dapat ditimbulkan secara
eksperimental melalui induksi listrik pada gigi vital utuh. Nyeri bersifat
superfisial, akut, dan simpel berlangsung singkat dan dengan kualitas nyeri
tajam (menusuk). Kualitas nyeri bervariasi pada setiap individu, setiap
rangsang, bahkan setiap waktu. Demikian juga kualitas nyeri gigi.

13
Di klinik/ praktek dokter gigi, alat yang digunakan untuk memeriksa
vitalitas gigi adalah vitalistester atau dentotest tester dan rangsang termal,
sedangkan sensasi nyeri gigi yang timbul akibat rangsang tersebut dapat
memberikan petunjuk mengenai sifat dan penyebab nyeri gigi tersebut,
sehingga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis.

B. DESKRIPSI CAKUPAN MATERI BAHAN AJAR


Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial, yang menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang
mengalaminya. Dari defenisi di atas dapat diketahui adanya hubungan
pengaruh obyektif (aspek fisiologi dari nyeri) dan subyektif (aspek komponen
emosi dan kejiwaan). Pengaruh subyektif erat kaitannya dengan pendidikan,
budaya, makna situasi dan aktifitas kognitif, sehingga nyeri merupakan hasil
belajar serta pengalaman sejak dimulainya kehidupan. Individualisme rasa
nyeri ini sulit dinilai secara obyektif, walaupun dokter telah melakukan
observasi atau menggunakan alat monitor.
Berdasarkan asalnya nyeri dibagi dua, yaitu nyeri somatik dan nyeri
viseral. Nyeri somatik yang berasal dari kulit disebut nyeri superfisial,
sedangkan nyeri yang berasal dari otot rangka, tulang, sendi atau jaringan ikat
disebut nyeri dalam. Nyeri superfisial cirinya tajam, lokasinya jelas, dan cepat
hilang bila stim ulasi dihentikan. Sedangkan nyeri dalam cirinya terasa tumpul,
sulit dilokasi, dan cenderung menyebar ke sekitarnya. Nyeri viseral biasanya
disebabkan oleh penarikan yang kuat dari organ-organ dalam abdomen,
demikian juga karena spasme atau kontraksi yang kuat dari organ viseral yang
menimbulkan nyeri terutama bila disertai dengan aliran darah yang tidak
adekuat.
Berdasakan lamanya nyeri juga dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri
kronik. Nyeri akut adalah nyeri yang disebabkan oleh stimulus nosiseptif
karena perlakukan atau proses penyakit atau fungsi abnormal dari otot atau
visera. Biasanya nyeri ini mudah dideteksi, lokasinya jelas, dan sebatas
kerusakan jaringan. Nyeri kronik adalah nyeri yang menetap lebih dari satu

14
bulan atau diatas waktu yang seharusnya perlukaan mengalami penyembuhan.
Yang termasuk nyeri kronik adalah nyeri persisten yaitu nyeri yang menetap
untuk waktu yang lama atau nyeri rekuren yaitu nyeri yang kambuh dengan
interval tertentu.
Ganong, (1998), mengemukakan proses penghantaran transmisi nyeri
yang disalurkan ke susunan syaraf pusat oleh dua sistem serat (serabut) antara
lain:
(1).Serabut A – delta (Aδ) Bermielin dengan garis tengah 2 – 5 (m yang
menghantar dengan kecepatan 12 – 30 m/detik yang disebut juga nyeri cepat
(test pain) dan dirasakan dalam waktu kurang dari satu detik, serta memiliki
lokalisasi yang dijelas dirasakan seperti ditusuk, tajam berada dekat permukaan
kulit.
(2).Serabut C, merupakan serabut yang tidak bermielin dengan garis tengah 0,4
–1,2 m/detik disebut juga nyeri lambat di rasakan selama 1 (satu) detik atau
lebih, bersifat nyeri tumpul, berdenyut atau terbakar.

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS TOPIK


Maksud dan Tujuan Praktikum
1. Merangsang gigi vital utuh dengan rangsang termal dan listrik, agar dapat
membedakan sensasi nyeri gigi secara fisiologik pada rangsang termal dan
rangsang listrik.
2. Mengukur nilai ambang nyeri gigi pada rangsang listrik, agar dapat
menentukan kualitas nyeri gigi akibat rangsang listrik.
3. Mengukur waktu reaksi nyeri gigi pada rangsang termal dan angsang listrik
agar dapat menentukan sensitivitas gigi terhadap rangsang tersebut.

D. KEGUNAAN TOPIK BAGI MAHASISWA


Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa bisa membedakan sensasi
nyeri, mengukur nilai ambang nyeri dan mampu mengukur waktu reaksi
nyeri pada gigi terhadap rangsangan termal dan listrik .

15
E.PROSEDUR PEMERIKSAAN RESEPTOR NYERI PADA GIGI
1.Alat dan Bahan
a.. Alat diagnostik : kaca mulut, pinset, dan sonde
b.. Dentotest tester
c.. Stopwatch
d.. Lampu spiritus
e.. Termometer kimia (1)
f...Kapas
g.. Vaselin
h.. Batang gutap
i.. .Kloretil
j.. .Alkohol 70%
k.. Naracoba

2. Langkah-langkah Praktikum
a. Naracoba mempersiapkan diri sejak dari rumah dengan keadaan bersih
pada gigi dan mulutnya.
b. Sterilkan alat diagnostik dengan alkohol 70%.
c. Naracoba duduk tenang dan diberi instruksi untuk mengacungkan jarinya
apabila timbul suatu sensasi pada waktu giginya dirangsang. (Baik
naracoba maupun operator dan pencatat harus berkonsentrasi penuh pada
praktikum yang sedang dilakukan).
d. Naracoba membuka mulut untuk memilih gigi yang vital dan utuh (gigi
sehat, tanpa cacat, tanpa tumpatan, resesi, abrasi, atrisi, ataupun karies).
e. Ulas gigi yang akan dirangsang dengan vaselin.
f. Panaskan batang gutapdi atas api sampai keluar asap, ukur suhunya, dan
catat kemudian aplikasikan pada permukaan gigi.
g. Pada saat naracoba merasakan suatu sensasi, angkat rangsang dari
permukaan gigi dan pada saat yang bersamaan naracoba mengacungkan
jempolnya.
h. Pada saat itu juga (butir 7) catat : waktu reaksi (dengan stopwatch) dan
sensasi yang timbul pada lembar laporan yang telah tersedia.

16
i.. .Lakukan butir 1 sampai dengan 8 dengan rangsang dingin (kloretil yang
disemprotkan pada kapas sampai mengembun).
j. Lakukan butir 1 sampai dengan 8 dengan rangsang listrik (dari dentotest
tester), catat nilai ambangnya, waktu reaksinya dan sensasi yang timbul.

3. Prosedure Penilaian Pemeriksaan Resptor Nyeri


NO KEGIATAN PENSKORAN KET
I KETERAMPILAK (60%) SKOR(0-100)
1 PERSIAPAN ....x10%
a. Persiapan operator 0-1
b.Mempersiapkan operator, alat dan
bahan 0-1

2 TAHAP PELAKSANAAN
Rangsangan termal: 0-1
a.termal
- panas
-dingin 0-1 .......x 30%
b. waktu reaksi 13
- panas
-dingin
c. sensasi 0-1
-panas
-dingin
Rangsangan elektrik
a.termal
- panas
-dingin 0-1
b. waktu reaksi
- panas
-dingin 0-1
c. sensasi
-panas
-dingin 0-1

3 TAHAP PENYELESAIAN ......x20%


a. Kesimpulan hasil praktikum 0-1
b. Faktor apa saja yang 0-1
mempengaruhi sensasi myeri?
II TUGAS SKOR (0-100) ..... x 30%
Bagaiman amekanisme sistem syaraf
yang menimbulkan reaksi motorik
akibat rasa nyari?

III SIKAP (10%) SKOR (0-100)

17
1.Melaksanakan komunikasi
terapeutik yang efektif 0-1 ...... x10%
2. Mempertahankan prinsip kerja sesuai 4
tindakan 0-1
3. Tanggap terhadap respon pasien 0-1
4. Mengkomunikasikan tahapan kerja
pada pasien 0-1
5. Bekerja sistematik

Latihan :
Setelah anda pelajari tahapan ini maka selanjutnya anda lakukan tahapan
pemeriksaan reseptor nyeri, sesuai dengan format?
Test Formatif :
pada tahapan terakhir pembelajaran, mintalah pembimbing anda untuk menilai
pemeriksaan yang anda lakukan sesuai dengan format diatas.

18
TOPIK 3
MEKANISME III – ORGAN RESEPTOR KHUSUS
Pada Lidah : Reseptor Kecap ( Putik Kecap, Taste Buds)
Drg. Sagung Agung Putri Dwi Astuti, M.Kes Drg. Hj. Hetty Anggrawati K., M.Kes., AIFO

A. PENDAHULUAN
Reseptor kecap diklasifikasika ke dalam organ reseptor khusus, sebab
reseptor ini hanya terdapat di daerah kepala seperti halnya reseptor untuk
sensasi penciuman (penghidu, pembau), penglihatan, pendengaran, dan
keseimbangan. Mekanisme sensoriknya lebih rumit daripada mekanisme
sensorik organ reseptor umum. Namun demikian cukup dipahami mekanisme
saraf timbulnya sensasi khusus tersebut.
Reseptor kecap dirangsang oleh rangsang kimia, karena itu
dikelompokkan ke dalam kenoreseptor, terdiri dari sel-sel epitel yang
mengalami modifikasi, dari ujung setiap sel menonjol beberapa mikrovili atau
rambut kecap kearah rongga mulut. Mikrovili merupakan permukaan reseptor
kecap dan jalinan di antara sel-sel kecap yang merupakan terminal cabang-
cabang serabut saraf yang menginervasi sel-sel kecap tersebut.
Reseptor kecap terletak mengelilingi papilla sirkumvalata dan
membentuk huruf V kearah posterior lidah, papila fungiformis dipermukaan
anterior lidah, papilla foliata pada lipatan sepanjang permukaan posterolateral
lidah, palatum mole sedikit pada tonsil dan sekitar nasota-ring.
Fungsi pengecapan berhubungan dengan pemilihan makanan menurut
kesukaannya. Penelitian fisiologis menemukan 4 rasa kecap primer, yaitu :
asam, manis, asin, dan pahit. Di luar rasa primer merupakan campuran keempat
rasa dan dikenal sebagai rasa sekunder. Keempat rasa primer tersebut pada
lidah mempunyai lokasi tertentu. Hal inilah yang akan didedikasikan pada
praktikum ini.
Rerusakan salah satu saraf yang terlibat pada sensasi pengecap dapat
menimbulkan kelainan sensasi rasa pengecap tertentu.

19
Di klinik praktikum ini daapat digunakan untuk memeriksa kelainan yang
dikenal dengan blind taste,buta kecap, sehingga dapat diperkirakan lokasi saraf
yang mengalami kerusakan.

B.DESKRIPSI CAKUPAN MATERI BAHAN AJAR


Lidah terletak di dasar mulut yang mempunyai pembuluh darah, saraf
dan tersusun atas otot. Otot pada lidah ada 2 kelompok, yaitu intrinsik untuk
melakukan gerakan halus dan ekstrinsik untuk gerakan kasar (saat
mengunyah dan menelan makanan). Pada permukaan lidah dilapisi dengan
lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir. Jika dilihat
dengan kaca pembesar maka tampak permukaan lidah tidak rata, melainkan
terdapat lekukan-lekukan yang banyak. Lekukan tersebut merupakan reseptor
pengecap yang berupa kuncup pengecap. Kuncup pengecap terdiri atas
sekelompok sel sensori yang memiliki tonjolan seperti rambut. Kuncup
pengecap terletak di celah-celah tonjolan lidah (papila). Papila berupa
tonjolan tidak teratur pada permukaan lidah dan dibagi menjadi tiga jenis
yaitu:
a. Papillae sirkumvalata, merupakan jenis papila terbesar dan dikelilingi
palung membentuk hiruf v ke arah bagian belakang lidah.
b. Papillae fungiformis, menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah c
c.Papillae filiformis, merupakan papila terbanyak dan menyebar pada seluruh
permukaan lidah.

20
Di celah-celah papila terdapat kuncup pengecap yang terdiri atas
sekumpulan reseptor yang peka terhadap rangsangan rasa. Kuncup-kuncup
pengecap berkumpul pada daerah tertentu pada lidah, ada 4 kuncup, yaitu:
1) Kuncup rasa manis lebih banyak terdapat di bagian ujung lidah.
2) Kuncup rasa asam lebih banyak berkumpul di tepi depan kiri kanan
lidah.
3) Kuncup rasa asin lebih banyak berkumpul di tepi belakang kiri kanan
lidah.
4) Kuncup rasa pahit lebih banyak berkumpul di pangkal lidah

C.TUJUAN UMUM DAN TUJUAN


Memeriksa lidah dengan zat-zat kimia tertentu, agar dapat menentukan
lokasi sensasi kecap.
1.Memeriksa lidah dengan zat-zat kimia tertentu, agar dapat membedakan
sensasi kecap primer.

21
2.Menganalisis hasil praktikum, agar dapat menyimpulkan mekanisme
saraf untuk timbulnya sensasi kecap.

D.KEGUNAAN TOPIK BAGI MAHASISWA


Setelah melakukan praktikum mahsiswa mampu menentukan lokasi sensasi
kecap, membedakan sensasi kecap primerdan menganalisis hasil
praktikum, agar dapat menyimpulkan mekanisme saraf untuk timbulnya
sensasi kecap.

E.PROSEDUR PEMERIKSAAN RESPON KECAP


1.Alat dan Bahan
a.. Gelas kumur
b.. Kaca mulut
c.. Pinset
d.. Kapas dan kapas bertangkai
e.. Larutan kimia :
1).Sulfaskinin 1%
2).Garam NaCl 1%
3).Glukosa 5%
4).Asam cuka 1%
f.Naracoba

2. Langkah – langkah Praktekum


a. Naracoba berkumur dengan air, kemudian lidahnya dikeringkan dengan
kapas.
b. Selama praktikum dilaksanakan, mata naracoba ditutup.
c. Celupkan kapas bertangkai pada salah satu larutan kimia dan ulaskan pada
lidah bagian permukaan posterior yang berbentuk huruf V, sekeliling
pinggir anterior, dan sepanjang pinggir postero-lateral.
d. Catat sensasi yang timbul pada butir 3 serta lokasinya pada lembar laporan
praktikum yang telah disediakan.

22
e. Ulangi butir 1 sampai dengan 4 secara berturut-turut dengan menggunakan
ketiga larutan kimia lainnya.
f..(Operator dan naracoba tidak mengetahui jenis larutan kimia yang
digunakan untuk mencegah pengaruhnya pada sensasi kecap yang timbul
dan baru ditentukan pada kesimpulan hasil praktikum ini).

3. Prosedure Pemeriksaan Reseptor Kecap


NO KEGIATAN PENSKORAN KET
I KETERAMPILAK (60%) SKOR(0-100)

1 PERSIAPAN ....x10%
b. Persiapan operator 0-1
b.Mempersiapkan operator , alat dan
bahan 0-1

2 TAHAP PELAKSANAAN
Lokasi di lidah
a. Larutan Sulfaskinin 1% 0-1
b. Garam NaCl 1% 0-1
c. Glukosa 5% 0-1 .......x 30%
d. Asam cuka 1% 0-1

3 TAHAP PENYELESAIAN ......x20%


Kesimpulan hasil praktikum 0-1

II TUGAS SKOR (0-100) ..... x 30%


Bagaiman amekanismesensori timbulnya
sesnsasi kecapi?

III SIKAP (10%) SKOR (0-100)


1.Melaksanakan komunikasi terapeutik
yang efektif 0-1 ...... x10%
2. Mempertahankan prinsip kerja sesuai 4
tindakan 0-1
3. Tanggap terhadap respon pasien 0-1
4. Mengkomunikasikan tahapan kerja
pada pasien 0-1
5. Bekerja sistematik

Latihan :
Setelah anda pelajari tahapan ini maka selanjutnya anda lakukan tahapan
pemeriksaan reseptor nyeri, sesuai dengan format?

23
Test Formatif : pada tahapan terakhir pembelajaran, mintalah pembimbing
anda untuk menilai pemeriksaan yang anda lakukan sesuai dengan format
diatas.

24
Topik 4
MEKANISME IV –
MOTORIK TIDAK SADAR-REFLEKS
Refleks Sonatik dan Otomatik

Drg. Sagung A Putri Dwiastuti, M.Kes. Drg. Hj. Hetty Anggrawati K., M.Kes., AIFO.

A.PENDAHULUAN

Reflex adalah reaksi tubuh terhadap rangsang yang berlangsung secara


cepat dan tidak disadari melalui jalur saraf yang dinamakan lengkung refleks.
Komponen esensial lengkung refleks adalah : organ reseptor sensorik, neron
aferen, neron eferen,organ efektor (otot atau kelenjar). Ini merupakan refleks
sederhana atau refleks spinal yang merupakan refleks monosinaps (dua -
neron), misalnya refleks lutut (refleks pattela)
Refleks spinal yang lebih kompleks melibatkan satu atau lebih neron
internunsial dalam lengkung refleksnya, misalnya refleks fleksor merupakan
unit refleks tiga-neron yang terdiri dari 5 unsur, yaitu reseptor, neron aferen,
neron internunsial, neron eferen, dan efektor. Refleks spinal ini terjadi tanpa
melibatkan sistem saraf pusat yang lebih tinggi (otak). Refleks yang
memerlukan keterlibatan fungsi jaringan otak misalnya reaksi pupil terhadap
cahaya dan refleks vestibular. Refleks dikatagorikan dalam 2 kelompok besar,
yaitu :
1.. Refleks somatik adalah refleks yang melibatkan rangsangan otot
rangka oleh sistem saraf somatik. Misalnya refleks lutut dan refleks
tarik-diri (withdrawal reflex) bila tangan kena api atau benda panas
(boleh dicoba pada praktikum ini).
2.. Refleks otononik (viseral) yang diperantarai SSO dan merupakan
akibat aktivasi otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Refleks ini
terlibat dalam pengaturan fungsi tubuh antara lain fungsi pencernaan,
tekanan darah, salviasi, dan berkeringat.
Contoh : refleks salvias merupakan respon :

25
1) Refleks tidak bersyarat : rangsang berasal dari daerah mulut yang
berupa rangsang kimia atau fisik : makanan atau benda lain, efek
sensasi kecap, bicara, gerakan rahang, atau lidah. Kontak instrumen
dengan mukosa mulut sewaktu manipulasi gigi.
2) Refleks bersyarat : rangsang berasal dari organ khusus penglihatan,
penghidu pendengaran atau pemikiran akan makanan yan disukai.
Fungsi refleks :
1.....Perlindungan tubuh dalam keadaan bahaya
2.....Pengaturan fungsi tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup

Pemeriksaan refleks penting untuk kepentingan diagnosis dalam


menentukan kondisi sistem saraf yang selanjutnya akan dapat menentukan
suatu indikasi degenerasi atau keadaan

B TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


Memeriksa refleks spinal sederhana, agar dapat menentukan arah gerak dan
waktu refleks.

1.. . Memeriksa refleks salvias, agar dapat menentukan perbedaan sekresi


volume saliva tanpa dan dengan rangsang.
2.. .Mempelajari terjadinya refleks, agar dapat mendefinisikan arti refleks dan
memahami mekanisme sarafnya.

C KEGUNAAN TOPIK BAGI MAHASISWA


Setelah melakukan praktikum mahasiswa mampu memahami refleks
spinal sederhana, refleks salvias, mendifinisikan arti refleks dan
memahami mekanisme sarafnya.

26
E.PROSEDUR PEMERIKSAAN REFLEKS SOMATIK DAN

1.Alat dan Bahan

a....Martil refleks
b.. .Stopwatch
c....Kaca mulut
d.. .Pinset
e....Sonde
f....Kapas
g.. .Alkohol 70%

2.Langkah – langkah praktikum

Naracoba, operator, dan pencatat harus berkonsentrasi penuh pada praktikum


ini.

a.Pemeriksaan refleks somatik


1) Naracoba duduk tenang dan santai. Semua otot-otot berada dalam
keadaan pasif dan tidak berkontraksi, tidak tegang.
2) Kaki naracoba bersilang dalam keadaan lemas (relaksasi), sehingga
ligamentum pattela tegang secara pasif oleh beratnya tungkai bawah.
3) Ketuklah ligamentum tersebut dengan martil refleks.
4) Perhatikan dan catat gerak refleks dan catat waktu yang diperlukan
untuk terjadinya refleks tersebut.
b.Pemeriksaan Refleks Otomatik
1) Naracoba sudah dipersiapkan dengan gigi dan mulut bersih dan tidak
makan atau minum selama 3 jam sebelum praktikum.
2). Segera sebelum praktikum dimulai, naracoba diusahakan dalam
keadaan kering di mulutnya, misalnya dengan membuang salivanya
(diludahkan atau ditelan). Diam, jangan melakukan aktifitas selama 2
menit (tidak menggerakkan lidah, tidak membuka mulut).

27
3) Selama 2 menit tersebut, naracoba diminta untuk merasakan dan
memperhatikan saliva yang keluar dan melaporkan kepada pencatat.
Catat volume saliva dengan perkiraan sedikit-sedang-banyak.
4) Ulangi butir 2) sekali lagi, kemudian periksa gigi naracoba denganalat-
alat diagnosis selama 2 menit , misalanya sondase gigi, menyentuh
mukosa mulut dengan kapas yang dijepit pinset atau dengan
menyentuh lidah.
5) Naracoba diminta untuk merasakan dan memperhatikan volume saliva
yang keluar seperti pada butir 3). Catat volume saliva dengan
perkiraan: lebih sedikit, sama, atau lebih banyak daripada volume
saliva pada butir 3).
6) Akhirnya saliva dibuang dari mulut atau ditelan.
3.Prosedure Penilaian Refleks Somatik
NO KEGIATAN PENSKORAN KET
I KETERAMPILAK (60%) SKOR(0-100)
1 PERSIAPAN ....x10%
a. Persiapan operator 0-1
b. b.Mempersiapkan operator,
alat dan bahan 0-1

2 TAHAP PELAKSANAAN
Reflek somatik
a. gerakan reflek patella 0-1
b. waktu reflek 0-1 .......x 30%

3 TAHAP PENYELESAIAN ......x20%


Kesimpulan hasil praktikum 0-1

II TUGAS SKOR (0-100) ..... x 30%


Bagaimana mekanisme sistem syaraf
somatik timbulnya reflek?

III SIKAP (10%) SKOR (0-100)


1.Melaksanakan komunikasi
terapeutik yang efektif 0-1 ...... x10%
2. Mempertahankan prinsip kerja 4
sesuai tindakan 0-1
3. Tanggap terhadap respon pasien 0-1
4. Mengkomunikasikan tahapan
kerja pada pasien 0-1
5. Bekerja sistematik

28
4.Prosedure Penilaian Reflek Otomatik
NO KEGIATAN PENSKORAN KET
I KETERAMPILAK (60%) SKOR(0-100)
1 PERSIAPAN ....x10%
a. Persiapan operator 0-1
b.Mempersiapkan operator , alat dan bahan
0-1

2 TAHAP PELAKSANAAN
Reflek otomatik
a. volume saliva tanpa rangsanagan 0-1
b. volume saliva setelah rangsangan 0-1 .......x 30%

3 TAHAP PENYELESAIAN ......x20%


Kesimpulan hasil praktikum latihan 0-1

II TUGAS SKOR (0-100) ..... x 30%


Bagaimana mekanisme SSO yang terlibat dalam
mengatur sekresi saliva?

III SIKAP (10%) SKOR (0-100)


1.Melaksanakan komunikasi terapeutik yang
efektif 0-1 ...... x10%
2. Mempertahankan prinsip kerja sesuai tindakan 4
3. Tanggap terhadap respon pasien 0-1
4. Mengkomunikasikan tahapan kerja pada 0-1
pasien
5. Bekerja sistematik 0-1

Latihan :

Setelah anda pelajari tahapan ini maka selanjutnya anda lakukan tahapan
pemeriksaan reseptor Refleks Somatik dan Otomatik, sesuai dengan format?
Test Formatif :
pada tahapan terakhir pembelajaran, mintalah pembimbing anda untuk menilai
pemeriksaan yang anda lakukan sesuai dengan format diatas.

29
Topik 5
DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH
Metode Palpasi – Auskultasi

Drg. Sagung A Putri Dwiastuti, M.Kes. Drg. Hj. Hetty Anggrawati K., M.Kes., AIFO.

A. PENDAHULUAN

Untuk memahami faal sistem kardiovaskuler diperlukan lebih banyak


waktu daripada hanya mempelajarinya dalam satu periode praktikum. Namun
demikian adalah mungkin untuk mengamati beberapa fenomena sistem
kardiovaskuler melalui suatu praktikum seperti mendengarkan bunyi jantng (boleh
dicoba pada praktikum ini), menentukan denyut nadi, dan mengukur tekanan
darah.
Pada jantung sehat, kedua atrium berkontraksi secara simultan.saat kedua
atrium mulai lemas (relaksasi), maka terjadi kontraksi ventrikel. Pada umumnya
istilah sistol digunakan untuk kontraksi ventrikel, sedangkan istilah distol
digunakan untuk relaksasi ventrikel. Selama kedua atrium dan ventrikel
berkontraksi kemudian relaksasi, peristiwa ini dikenal sebagai siklus jantung yang
berlangsung pada satu denyut jantung(beart beat) yang lengkap. Peristiwa ini
ditandai oleh pergantian perubahan volume darah dan tekanan di dalam jantung.
Pada topik ini akan dipelajari cara mengukur denyut nadi dan tekanan
darah.
A...Denyut Nadi-Pulse
Istilah denyut nadi dirujuk kepada perubahan gelombang tekanan di dalam
arteri setiap kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri.
Normal dalam keadaan istirahat rata-rata nilai denyut nadi :70-76 kali/menit
yang sama dengan nilai rata-rata denyut jantung.
B.Tekanan Darah
Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan dari darah terhadap setiap unit
area dinding pembuluh darah.

30
Secara bergantian, jantung berkontraksi dan relaksasi, sehingga darah di
dalam arteri mengalir secara ritmik pada setiap denyut jantung dan
menimbulkan tekanan darah.
Pada pengukuran tekanan darah dicatat dua tekanan, yaitu : tekanan
sistolik yang menunjukkan tekanan darah di dalam arteri pada puncak
ejeksi ventrikel dan tekanan diastolik yang merupakan refleksi tekanan
darah selama relaksasi ventrikel. Satuan unit tekanan darah adalah :
mmHg.
Normal dalam keadaan istirahat, tekanan darah orang dewasa muda : 120
mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg. Tekanan darah ini bervariasi pada
setiap orang antara lain pada kelompok umur, keadaan (kerja otot), posisi
tubuh.
Di klinik, pengukuran tekanan darah dimaksud untuk mengetahui adanya
kelainan-kelainan jantung dan sisitem sirkulasi yang membantu untuk
menegakkan diagnosis.
Pada topik ini akan diukur denyut nadi dan tekanan darah secara tidak
langsung pada keadaan berbaring dan duduk.

B.MAKSUD DAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM DAN KHUSUS


1....Mengukur denyut nadi dan tekanan darah, agar dapat menentukan nilai
denyut nadi dan tekanan darah dalam keadaan fisiologik.
2....Mengukur denyut nadi dan tekanan darah pada posisi duduk dan
berbaring, agar dapat membedakan nilainya pada posisi yang berbeda.
3....Menguraikan berbagai faktor yang menyebabkan perbedaan denyut nadi
dan tekanan darah, agar dapat menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah pada posisi yang berbeda.

C.KEGUNAAN TOPIK BAGI MAHASISWA


Setelah melakukan praktikum mahasiswa mampu mengukur denyut nadi
dan tekanan darah dalam keadaan fisiologik, pada posisi duduk dan
berbaring, dan menguraikan berbagai faktor yang menyebabkan perbedaan
denyut nadi dan tekanan darah.

31
D.PROSEDUR PEMERIKSAAN DENYUT NADI DAN TEKANAN
1.Alat dan Bahan
a....Stigmomanometer
b....Stetoskop
c....Jam tangan praktikan

2.Langkah – langkah Praktekum


Topik ini dilakukan dengan 2 orang naracoba dengan jenis umur dan posisi yang
berbeda kelamin.
a.Pengukuran Denyut Nadi Arteri Radialis
1). Berbaring terlentang dengan lengan sejajar jantung.
a) Naracoba berbaring terlentang dalam keadaan istirahat dengan tenang
selama 10 menit.
b) Peganglah pergelangan tangan naracoba pada aspek lateral di bawah
ibu jari dengan 2-3 jari pada jaringan yang bersangkutan, sehingga
denyut nadi teraba dibawah telunjuk atau jari tengah.
c) Dengan melihat jam tangannya, operator mencatat jumlah denyut nadi
ini per menit. Lakukan 3 kali berturut – turut dan rata-ratakan.
2). Duduk dengan lekan kanan bersudut 45 derajat dengan dada.
a) Naracoba duduk dalam keadaan istirahat dengan tenang selama 10
menit
b) Lakukan seperti pada butir a,b,dan c.

b.Pengukuran Tekanan Darah Arteri Brakhialis


1)...Posisi Berbaring
a) Berbaring telentang dengan lengan sejajr jantung
b) Lengan naracoba tidak terlilit lengan baju
c) Sambil menunggu istirahat 10 menit, pasanglah manset
sligmomanometer pada lengan kanan atas naracoba :
. .Pinggir bawah manset 2-3 cm dari fosa kubiti dan sama tinggi
dengan jantung (ruang sela iga ke-4).

32
. .Manset pas lengan (tidak menekan atau longgar)
. .Carilah dengan palpasi denyut arteri brakhialis pada fosa kubiti
dan denyut arteri radialis pada pergelangan tangan kanan
naracoba sampai teraba (lihat gambar).
d)..Manset dipompa cepat sampai denyut nadi arteri radikalis tidak
teraba dan tekanan pompa dinaikan 30 mmHg di atas tekanan
sistolik.
e). .Tekanan di dalam manset diturunkan perlahan-lahan dengan
kecepatan 2-3 mmHg per detik secara halus dan tidak tersendat-
sendat
f). .Selama menurunkan tekanan manset,stetoskop diletakkan secara
ringan dan rata pada permukaan kulit di daerah arteri brakhialis
fosa kubiti
g)..Tepat saat tekanan di dalam manset turun darah memancar melalui
arteri di bawah manset selama puncak tekanan sistolik. Pada saat
ini tekanan melalui stetoskop terdengar bunyi Korotkv di dalam
arteri yang sinkron dengan bunyi jantung, bunyinya keras yang
sama dengan bunyi jantung I. Bunyi ini dicatat sebagai tekanan
sistolik.
h)..Ketika tekanan di dalam manset masih terus diturunkan, bunyi
Krotkov meneruskan kualitasnya ke suara yang meredup sampai
tidak terdengar lagi yang sama dengan bunyi jantung IV. Saat ini
dicatat sebagai tekanan diastolik.
i)...Pengukran dilakukan 3 kali selang waktu 2-3 menit dan dirata-
ratakan.
2) Posisi Duduk
a)Tanpa melepaskan manset, naracoba diminta untuk duduk dengan
lengan tidak terjepit atau terlilit lengan baju.
b)Setelah lewat 3 menit, ukurlah tekanan darah pada posisi duduk ini
seperti langakh posisi berbaring dari butir d sampai h.

33
3.Prosedure Penilaian Pemeriksaan Denyut Nadi
NO KEGIATAN PENSKORAN KET
I KETERAMPILAK (60%) SKOR(0-100)

1 PERSIAPAN ....x10%
a. Persiapan operator 0-1
b.Mempersiapkan operator, alat dan bahan
0-1

2 TAHAP PELAKSANAAN
Denyut nadi :
-duduk 0-1
-berbaring 0-1 .......x 30%
Tekanan darag
-duduk 0-1
-berbaring 0-1

3 TAHAP PENYELESAIAN ......x20%


Kesimpulan hasil praktikum 0-1

II TUGAS SKOR (0-100) ..... x 30%


Faktor apakah yang mempengaruhi tekanan
darah arteri?

III SIKAP (10%) SKOR (0-100)


1.Melaksanakan komunikasi terapeutik yang
efektif 0-1 ...... x10%
2. Mempertahankan prinsip kerja sesuai tindakan 4
3. Tanggap terhadap respon pasien 0-1
4. Mengkomunikasikan tahapan kerja pada 0-1
pasien
5. Bekerja sistematik 0-1

Latihan :
Setelah anda pelajari tahapan ini maka selanjutnya anda lakukan tahapan
pemeriksaan Denyut Nadi, sesuai dengan format?
Test Formatif :
pada tahapan terakhir pembelajaran, mintalah pembimbing anda untuk menilai
pemeriksaan yang anda lakukan sesuai dengan format diatas.

34
TOPIK 6

SUHU TUBUH
Drg. Sagung A. Putri Dwi Astuti, M.Kes.Drg. Hj. Hetty Anggrawati K., M.Kes., AIFO

A. PENDAHULUAN
Seperti dijelaskan pada bahan ajar mengenai darah, dikatakan bahwa fungsi
utama darah adalah mengatur suhu tubuh supaya tetap konstan. Bagaimana cara
mengukur suhu tubuh akan dipelajari pada praktikum ini. Berbicara mengenai
suhu tubuh, seseorang biasanya mengartikan suhu tubuh di bagian dalam (suhu
inti). Suhu tubuh diukur dari aktivitas molekul-molekul di dalam jaringan tubuh
yang sebanding dengan panas yang di simpan dalam tubuh. Karena itu suhu tubuh
dikatakan berbanding langsung dengan panas di dalam tubuh.
Suhu tubuh pada orang normal menunjukkan batas suhu normal seperti
tampak pada Gambar. Suhu normal rata-rata pada umumnya dianggap 98,6 ℉ (
98,6 C ¿ bila diukur melalui oraldan kira-kira 1 ℉ atau 0,6 ℉ lebih tinggi bila
diukur melalui rektum. Suhu tubuh berubah sedikit pada waktu kerja dan pada
suhu lingkungan ekstrim. Bila dihasilkan panas berlebihan pada tubuh akibat kerja
berat,suhu rektum dapat meningkat sapai setinggi 101−104 ℉. Sebaliknya bila
tubuh berhubungan dengan keadaan yang sangat dingin suhu rektum sering dapt
turun sanagt rendah,98 ℉.

B.MAKSUD DAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM DAN KHUSUS


1. Mengukur suhu mulut dan ketiak, agar dapat menentukan perbedaannya.

2. Mengukur suhu mulut dengan keadaaan bernapas melalui mulut dan setelah
berkumur dengan air es, agar dapat menerangkan pengaruh keadaan
tersebut.

35
C.KEGUNAAN TOPIK BAGI MAHASISWA
Setelah melakukan praktikum mahasiswa mampu mengukur suhu mulut dan
ketiak, mengukur suhu mulut dengan keadaaan bernapas melalui mulut dan
setelah berkumur dengan air es.

D.PROSEDUR PEMERIKSAAN SUHU TUBUH

1.Alat dan Bahan

a.Termometer suhu badan (termometer klinik,termometer maksimum)


b.Gelas kumur
c.Jam tangan
d. Kapas
e.Alkohol 70 %
f.Kertas pengering
g.Naracoba (seorang praktikan)

2.Langkah – langkah praktikum

a.Pengukuran Suhu Mulut


1). Bersihkan termometer maksimum dengan alkohol
2). Turunkan miniskus air raksa sampai di skala dengan mengayun-ayunkan
3). Letakkan reservoir termometer di bawah lidah dan naracoba menutup
mulutnya rapat-rapat
4). Setelah 5 menit baca dan catat suhu mulut naracoba tersebut
5). Ulangi langkah 1) sampai dengan 4). Tanpa menurunkan miniskus air
raksa.letakkan kembali reservoir thermometer di bawah lidah. Baca dan
catat suhunya setelah 5 menit
6). Ulangi langkah 1) dan 2). Kemudian naracoba disuruh bernapas dengan
tenang melalui mulut smbil menutup lubang hindung selama 2 menit.
Lakukan butir 3) dan baca serta catat suhunya setelah 5 menit
7). Ulangi langkah 1) sampai dengan 2) . kemudian naracoba disuruh
berkumur dengan air es berulang-ulang selama 1 menit. Lakukan butir 3)
dan baca serta catat suhunya setelah 5 menit

36
b.Pengukuran Suhu Ketiak
1)...Bersihkan termometer dengan alkohol.
2)...Turunkan miniskus air raksa sampai di bawah skala dengan mengayun-
ayunkan thermometer tersebut
3)...Naracoba disuruh berbaring telentang dengan ketiak terbuka yang sudah
dikeringkan
4)...Letakkan reservoir thermometer di runag ketiak dan menjepitnya dengan
baik
5)...Setelah 5 menit, baca dan catat suhunya. Ulangi langkah 1) sampai dengan
5) tiga kali berturut-turut

3.Prosedure Penilaian Pemeriksaan Suhu


NO KEGIATAN PENSKORAN KET
I KETERAMPILAK (60%) SKOR(0-100)
1 PERSIAPAN ....x10%
a. Persiapan operator 0-1
b.Mempersiapkan operator , alat dan bahan
0-1

2 TAHAP PELAKSANAAN
Suhu mulut
Suhu ketiak 0-1
0-1 .......x 30%

3 TAHAP PENYELESAIAN ......x20%


Kesimpulan hasil praktikum 0-1

II TUGAS SKOR (0-100) ..... x 30%


Apakah kekurangan dan kelebihan pengukuran
suhu di mulut maupun diketiak?

III SIKAP (10%) SKOR (0-100)


1.Melaksanakan komunikasi terapeutik yang
efektif 0-1 ...... x10%
2. Mempertahankan prinsip kerja sesuai tindakan 4
3. Tanggap terhadap respon pasien 0-1
4. Mengkomunikasikan tahapan kerja pada 0-1
pasien
5. Bekerja sistematik 0-1

37
Latihan :
Setelah anda pelajari tahapan ini maka selanjutnya anda lakukan tahapan
pemeriksaan suhu, sesuai dengan format?
Test Formatif :
pada tahapan terakhir pembelajaran, mintalah pembimbing anda untuk menilai
pemeriksaan yang anda lakukan sesuai dengan format diatas.

38
TOPIK 7

PERNAPASAN BUATAN
Drg. Sagung A. Putri Dwiastuti, M.Kes. Drg. Hj. Hetty Anggrawati K., M.Kes., AIFO,

A.. PENDAHULUAN
Sistem respirasi (pernapasan) berfungsi menyediakan oksigen (O2) untuk
darah dan melepaskan karbondioksida (CO2). Terdiri dari bagian konduksi
yang menyediakan saluran tempat udara yang mengalir ked an dari paru-paru
dan memelihara udara yang masuk paru-aru serta bagian respirasi yang
berfungsi melakukan pertukaran gas antara udara dan darah di dalam
alveoulus.
Mekanisme pernapasan terdiri dari inspirasi,suatu proses aktif yang
mengalirkan udara ke dalam paru-paru,dan ekspirasi,suatu proses pasif yang
mengalirkan udara ke luar paru-paru.
Beberapa metode pernapasan buatan pada manusia telah dianjurkan, tetapi
bagaimanapun metodenya yang terpenting adalah mengupayakan semaksimal
mungkin agar ventilasi normal paru-paru pulih kembali. Faktor utama yang
harus diperhatikan adalah mengupayakan agar tidak ada yang menghalangi
jalan pernapasan dan tidak ada yang merintangi gerakan udara melalui faring.
Dalam beberapa keadaan darurat seperti tenggelam,syok karena aliran
listrik dan keracunan CO2,adalah penting sekali untuk dapat melakukan
pernapasan buatan.
Metode tarik-tekan pada pernnapasan buatan dengan tangan secara aktif
menimbulkan kembali baik inspirasi (kecuali metode Eve) maupun dalam
menghasilkan ventilasi paru-paru.

B. MAKSUD DAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM DAN KHUSUS


1.. Melakukan praktikum pernapasan buatan dengan metode
Nielven,Silvester, dan Schaefer. Agar dapat menerapkannya dengan
baik dan benar pada keadaan darurat.

39
2.. Mempelajari metode pernapasan buatan pada butir 1). Agar dapat
menerangkan maksud dan tujuan tindakan tersebut.

C...KEGUNAAN TOPIK BAGI MAHASISWA


Setelah melakukan praktikum, mahasiswa mampu melakukan memberikan
pernapasan buatan dengan metode Nielven,Silvester, dan Schaefer

D.. PROSEDUR PEMBERIAN PERNAFASAN BUATAN


1.Alat dan Bahan
a. Tikar
b. Bantal atau buntalan pakaian
c. Naracoba (salah seorang praktikum)
d. Stopwatch

2. Langkah-langkah praktikum
....Dalam melakukan metode pernapasan buatan pada praktikum ini,naracoba
hendaknya menahan untuk sementara napasnya dan mempercayakan diri
hanya kepada ventilasi buatan yang dihasilkan oleh pernapasan buatan
yang bersangkutan.
a.Metode Nielsen ( Angkat Tangan-Tekan Punggung)
1) Naracoba berbaring telungkup secara pasif,kepala berpaling ke
samping dengan berlandaskan kedua punggung tangannya.
2) Operator berlutut dan menghadap kearah belakang kepala
naracoba,dengan kedua tangan peganglah lengan atas naracoba
tepat diatas sikunya.
3) Sambil mengayunkan badan ke belekang tarik dan angkat kedua
lengan naracoba dengan kuat.kemudian kembalikan ke sikap
semula..
4) Pindahkan kedua tanmgan operator ke punggung naracoba dengan
jari-jari direntangkan dan ibu jari diatas ujung bawah tulang
belikat.

40
5) Dengan lengan diluruskan,ayunkan badan operator ke depan
sehingga terjadi tekanan yang sedang kearah vertikal bawah rongga
dada naracoba. Kemudian kembalikan ke sikap semula.
6)..Ulangi langkah 2), sampai dengan 5) dengan frekuansi 12 kali per
menit.
7)..Catat apa yang dapat dirasakan oleh naracoba.
b.Metode Silvester ( Angkat Tangan- Tekan Dada)
1)..Naracoba berbaring telentang dengan beralaskan bantal atau
buntalan pakaian bawah pertengahan punggungnya.
2)..Operator berlutut dan menghadap diarah belakang naracoba
3)..Pegang kedua pergelangan naracoba dengan baik,kemudian sambil
mengayunkan badan kebelakang,tarik dan angkat kedua tangannya
ke atas melewati kepala sampai ke dua tangan menyentuh lantai
4)..Angkat kembali kedua tangan naraconba dan letakkan keduanya
diatas dadanya
5)..Operator mengayunkan badan ke depan dan tekan kedua tangan
naracoba di atas dada vertikal ke bawah
6)..Ulangi seluruh langhkah 2) sampai dengan 5) dengan frekuensi 12
kali per menit
7)..Catat apa yang dapat diasakan oleh naracoba.
c.Metode Schaefer ( Tekan Punggung)
1) Naracoba berbaring telungkup, satu lengan diluruskan ke depan
melewati kepala, lengan yang satunya dipakai alas kepala sambil
dipalingkan ke samping.
2) Operator berlutut mengangkang diatas panggul atau samping
naracoba,tempatkan kedua telapakl tangan pada punggung di
beberapa tulang iga terbawah dengan ibu jari ke arah medial.
3) Dengan kedua lengan diluruskan ayunkan badan operator ke
depan.sehingga kedua lengan menekan tegak lurus pada punggung
naracoba. Pertahankan keadaan ini selama 2 detik, kemudian
kembalikan ke posisi semula.
4) Ulangi langkah butir 2) dan 3) dengan frekuensi 12 kali per menit.

41
5) Catat apa yang dirasakan oleh naracoba
d.Metode Mouth to Mouth
Metode ini merupakan metode yang paling efektif dari ketiga metode
diatas, tetapi tidsk perlu dilakukan , cukup dipelajari dan difahami,
agar dapat menerapkannya apabila diperlukan kelak.
1) Penderita dibaringkan telentang. Bila ada benda asing di dalam
mulut, keluarkan dengan jari (yang dibalut kain bersih).
2) Dongakkan kepala penderita seinga dagunya mengarah keatas, tarik
rahang bawah sehingga mulutnya terbuka.
3) Buka mulut operator (penolong) lebar- lebar. Tempelkan rapat-
rapat ke mulut penderita, sambil menjepit hidungnya dengan jari
atau menekan dengan pipi.
4) Hembus dengan kuat udara dari mulut operator ke dalam mulut
penderita sampai dadanya mengembang,(Bila pada langkah ini
tidsk tampak pengembangan rongga dada penderita, periksa lagi
posisi kepala dan rahang penderita apakah sudah benar).
5) Apabila setelah dilakukan langkah butir 4) masih belum
berhasil,maka baringkanlah penderita pada sisinya dan pukulah
punggungnya beberapa kali.
6) Ulangi langkah 1) sampai dengan 5) beberapa kali,sesudah berhasil
ulangi langkah 4) dengan frekuensi 12 kalin per menit.

3.Prosedure Penilaian Pemberian Nafas Buatan


NO KEGIATAN PENSKORAN KET
I KETERAMPILAK (60%) SKOR(0-100)
1 PERSIAPAN ....x10%
a. Persiapan operator 0-1
b.Mempersiapkan operator , alat dan bahan 0-1

2 TAHAP PELAKSANAAN
1.metode Nielsen 0-1
2. Metode Silvester 0-1
3.Metode Schaeler 0-1 .......x 30%
4. Metode Mouth to mouth 0-1

42
3 TAHAP PENYELESAIAN ......x20%
Kesimpulan hasil praktikum 0-1

II TUGAS SKOR (0-100) ..... x 30%


Hal-hal apa yang harus diperhatikan sebelum
melakukan pernafasan buatan?

III SIKAP (10%) SKOR (0-100)


1.Melaksanakan komunikasi terapeutik yang
efektif 0-1 ...... x10%
2. Mempertahankan prinsip kerja sesuai tindakan 4
3. Tanggap terhadap respon pasien 0-1
4. Mengkomunikasikan tahapan kerja pada 0-1
pasien
5. Bekerja sistematik 0-1

43
DAFTAR PUSTAKA

Eric W.Baker, 2014, Anatomi untuk Kedokteran Gigi , Kepala dan Leher , EGC,
Jakarta.
Syaifuddin, 2011, Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan,
Selemba Madika, Jakarta.
Kasiati dan Dwi Rosmalawati , 2017, Modul Praktikum Kebutuhan Dasr Manusia,
Pusdik PPSDM, Jakarta
Anonym b.2009. http://www.adln.lib.unair.ac.id. Tanggal diakses 3-10-2009
Anonym c.2009.lidah. http://id.wikipedia.org/wiki/Lidah. tanggal diakses 3-10-
2009

44

Anda mungkin juga menyukai