KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya, Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I pada Program Studi Pendidikan Fisika ini
dapat diselesaikan. Buku pedoman praktikum ini diharapkan dapat dijadikan sebagai buku
rujukan atau panduan dalam melakukan Praktikum-Praktikum dalam mata kuliah Fisika Dasar I.
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini diharapkan wawasan mahasiswa dalam
memahami konsep Besaran dan Satuan dapat bertambah. Tujuan lainnya yaitu :
1. Dapat mengetahui sekaligus menggunakan secara langsung alat-alat yang
berhubungan dengan Fisika Dasar I di laboratorium Virtual.
2. Mahasiswa dapat melakukan pembuktian terhadap kebenaran teori melalui kegiatan
praktikum.
3. Dapat lebih mengerti dan mengetahui karakteristik dari beberapa konsep permasalahan Fisika
Dasar I yang ada pada Praktikum.
4. Menuntut ketelitian, kesabaran dan konsentrasi penuh dalam melakukan Praktikum.
Semoga dengan adanya buku panduan praktikum ini, para mahasiswa menjadi lebih
mudah dalam melakukan praktikum dan mempelajari/memahami materi pada matakuliah Fisika
Dasar I. Kepada para mahasiswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini
sebaik-baiknya.
Terima kasih penulis sampaikan kepada teknisi dan asisten laboratorium yang
memungkinkan panduan praktikum ini dapat diselesaikan pada waktunya. Semoga karya kecil
ini bermanfaat bagi kita semua dan diperbaiki kekurangan yang ada di dalamnya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.
Tim Peyusun
DAFTAR ISI
8. Lakukan praktikum sesuai dengan petunjuknya, bila ragu-ragu atau tidak mengerti minta
bantuan laboran/asisten laboran dengan memperhatikan sopan santun dan etika keilmuan.
9. Keluar laboratorium pada saat praktikum harus seizin asisten atau dosen.
10. Selama melakukan praktikum dan menulis laporan sementara praktikan dilarang keras:
• menulis data hasil pengukuran/pengamatan tanpa melakukan percobaan
• mengutip data kelompok lain
• mengutip laporan praktikan lainnya
• tindakan lainnnya yang dapat dianggap sebagai kecurangan.
C. Sesudah Praktikum
1. Rapihkan kembali alat dan bahan setelah selesai melakukan praktikum.
2. Bersihkan dan rapihkan kembali meja dan kursi praktikum setelah melakukan praktikum.
3. Kerjakan laporan dan tugas akhir praktikum pada buku khusus untuk laporan praktikum.
4. Kumpulkan buku laporan dan kartu praktikum sebelum hari praktikum selanjutnya.
5. Jangan sampai ada barang bawaan yang tertinggal di laboratorium.
Hal lain yang berkaitan dengan kegiatan praktikum dan belum tercantum dalam pedoman
praktikum fisika dasar ini akan dikomunikasikan dan dimusyawarahkan lebih lanjut.
Koordinator Laboratorium
BAHAYA LISTRIK
1. Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan circuit breaker)
dan cara menyala-matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan
bahaya, laporkan pada asisten.
2. Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan listrik/strum)
secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas dll.
3. Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri atau orang
lain.
4. Keringkan bagian tubuh yang basah, misalnya, keringat atau sisa air wudhu.
5. Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum. Kecelakaan akibat
bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut ini adalah hal-hal yang
harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:
a. Jangan panik
b. Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing dan di meja
praktikan yang tersengat arus listrik
c. Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari sumber listrik
d. Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda tentang
terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika menghadapi bahaya api atau
panas berlebih:
1. Jangan panik
2. Beritahu dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar Anda tentang terjadinya
bahaya api atau panas berlebih
3. Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing
4. Menjauh dari ruang praktikum.
LAIN-LAIN
Dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum
SANKSI
Pengabaian uraian panduan di atas dapat dikenakan sanksi tidak lulus mata kuliah
praktikum yang bersangkutan.
Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method) linier adalah suatu metode yang digunakan
untuk menentukan hubungan linier dari suatu data agar dapat diprediksi nilai-nilainya yang mana
nilai tersebut tidak terdapat pada data-data yang kita miliki; terkadang proses yang melibatkan
metode kuadrat terkecil untuk menentukan hubungan dua variabel data berupa fungsi linier disebut
sebagai regresi linier.
Metode Kuadrat Terkecil ditemukan oleh Carl F. Gauss (matematikawan dan fisikawan
ternama asal Jerman, abad ke-17) ketika ia masih berumur 18 tahun, dan karyanya ini masih
dipakai sampai saat ini sebagai metode yang paling baik untuk menentukan hubungan linier dari
dua variabel data. Dengan metode kuadrat terkecil, kita dapat menyajikan data dengan lebih
berguna.
Diberikan tabel data tegangan listrik terhadap arus listrik pada sebuah hambatan/resistor
sebagai berikut
Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, tugas kita adalah mencari persamaan linier
(garis lurus) terbaik yang menggambarkan data yang diberikan di atas. Metode kuadrat terkecil
pada dasarnya adalah metode untuk meminimalisasi error titik data terhadap garis lurus terbaik.
Untuk mencari persamaan garis lurus terbaik yang menggambarkan data, berarti kita perlu
mencari tahu harga a dan b dari persamaan garis lurus berikut
Dengan a dan b adalah parameter fungsi dan e adalah error data, seperti yang ditunjukkan
pada gambar sebelumnya. Untuk itu, kita misalkan penyajian datanya oleh suatu fungsi
pendekatan berikut:
Error data yang terjadi antara setiap titik data dengan nilai fungsi permisalan kita tadi
adalah:
“Ingat cara mencari maksimum-minimum dengan turunan, fungsi bernilai minimum (atau
maksimum) saat turunan pertamanya sama dengan nol; dalam hal ini, turunan pertama
fungsi S terhadap a atau b yang sama dengan nol adalah minimumnya.”
Fungsi error S menjadi
Dengan menggunakan teknik subsitusi dan eliminasi pada kedua persamaan di atas, dapat
diperoleh bahwa: Gradien terbaiknya adalah a,
adalah persamaan yang telah dapat mewakili penyajian data yang diberikan tadi.
1
PERCOBAAN
PEMAKAIAN ALAT UKUR DASAR
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat ukur dasar fisika dengan benar serta sesuai
standar
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja alat ukur dasar fisika
3. Mahasiswa dapat mengukur benda dengan alat ukur yang sesuai
4. Mahasiswa dapat menentukan ketelitian dan batas ukur dari setiap alat tersebut
5. Mahasiswa dapat lebih memahami konsep materi besaran pokok dalam perkuliahan Fisika
Dasar
B. Dasar Teori
Fisika adalah ilmu percobaan. Percobaan memerlukan pengukuran, dan kita biasanya
menggunakan bilangan untuk menyatakan hasil pengukuran. Setiap bilangan yang digunakan
untuk mendeskripsikan suatu fenomena fisika secara kuantitatif disebut besaran fisika
(Young and Freedman, 2002: 3).
Besaran dalam fisika dibedakan menjadi dua yaitu besaran konseptual dan besaran
matematis.
Besaran konseptual dibagi menjadi dua :
a. Besaran dasar (base quantity) : Besaran harus didefinisikan berdasarkan suatu standar
tertentu. Besaran dasar ada tujuh macam yaitu panjang, waktu, massa, arus listrik, suhu,
jumlah zat, dan intensitas cahaya
b. Besaran turunan (derived quantity) : Besaran yang dapat didefinisikan berdasarkan
ketujuh besaran dasar. Salah satu contoh besaran turunan adalah kelajuan, yang
didefinisikan sebagai jarak dibagi dengan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak
tersebut. Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain: diperoleh dari pengukuran
langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu, dan diturunkan dari
besaran-besaran pokok (Giancoli, 2014: 12-13).
Sedangkan besaran matematis dibagi menjadi dua :
a. Besaran skalar : Besaran fisika yang dapat digambarkan dengan suatu bilangan
b. Besaran vektor : Besaran fisika yang memiliki besar (magnitude) (“berapa besar” atau
“berapa banyak”) dan arah dalam ruang (Young and Freedman, 2002: 10).
Tabel Besaran Pokok dan Satuan Internasionalnya
Besaran Pokok Sistem Internasional (SI)
No. Nama Simbol Nama Simbol Alat Ukur
Dimensi
Besaran Besaran Satuan Satuan
Mistar, jangka
sorong,
1 Panjang l meter m [L]
micrometer
sekrup
2 Massa m kilogram kg [M] Neraca
3 Waktu t sekon s [T] Arloji, stopwatch
4 Suhu T kelvin K [𝜃] Termometer
5 Kuat Arus i ampere A [I] Amperemeter
Intensitas
6 j candela cd [J] Lightmeter
Cahaya
7 Jumlah Zat n mol mol [N] -
4. Percobaan pertama, rangkaian dipasang seri. Ukurlah arus disetiap resistor menggunakan
multimeter digital
5. Percobaan kedua, memasang resistor secara paralel. Ukurlah tegangan disetiap resistor
menggunakan multimeter digital
6. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali pengulangan
7. Catatlah hasil pengamatan pada tabel
Percobaan VI : Pengukuran dengan Stopwatch Analog
1. Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran, lakukan pengenolan pada stopwatch
analog yang digunakan.
2. Tentukan Nilai Skala Terkecil (NST) dan Skala Maksimum (SM) stopwatch analog
3. Gantungkan pegas dan beban 100 gram pada statif.
4. Tariklah pegas sejauh 5 cm dari titik awal
5. Hitunglah berapa banyak waktu yang diperlukan pegas untuk melakukan 3 getaran
6. Lakukan pengukuran sebanyak 5 kali pengulangan
7. Catatlah hasil pengamatan pada tabel
Percobaan VII : Pengukuran dengan Mistar
1. Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran, lakukan pengenolan pada mistar yang
digunakan.
2. Tentukan Nilai Skala Terkecil (NST) dan Skala Maksimum (SM) mistar
3. Ukurlah diameter uang logam Rp 500,00 sebanyak 5 kali pengulangan
4. Catatlah hasil pengamatan pada tabel
……………………………………..
2
PERCOBAAN
GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS
𝑚1 𝑚2 𝑔(1+𝜇𝑘)
Tegangan tali T= 𝑚1 +𝑚2
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat lebih memahami tentang Hukum Newton
2. Mahasiswa dapat menentukan koefisien gesek statis dan koefisien gesek kinetis
3. Mahasiswa dapat menentukan percepatan benda yang bergerak di atas bidang miring
4. Mahasiswa dapat lebih memahami konsep materi dinamika dalam perkuliahan Fisika
Dasar
B. Dasar Teori
Gaya (force) sebagai suatu bentuk dorongan atau tarikan pada benda. Bila Anda
mendorong mobil yang mogok atau troli belanja di supermarket, Anda mengerahkan gaya pada
benda tersebut. Ketika mesin motor mengangkat lift (elevator), atau martil menghantam paku,
Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
atau angin meniup dedaunan yang ada di pohon, maka gaya yang sedang dikerahkan. Kita
sering menyebut ini sebagai gaya kontak (contact force) karena gaya dikerahkan ketika sebuah
benda mengalami kontak dengan benda yang lain. Disisi lain, kita mengatakan bahwa sebuah
benda jatuh karena adanya gaya gravitasi (force of gravity, yang bukan merupakan gaya
kontak).
Jika sebuah benda dalam keadaan diam, untuk membuatnya mulai bergerak diperlukan
gaya-artinya, suatu gaya dibutuhkan untuk mempercepat sebuah benda dari kecepatan nol ke
kecepatan bukan nol. Untuk sebuah benda yang sudah bergerak, jika kita ingin mengubah
kecepatannya-baik arah ataupun magnitudonya lag-lagi gaya diperlukan. Dengan kata lain,
untuk mempercepat sebuah benda, selalu dibutuhkan gaya.
1. Hukum Pertama Newton tentang Gerak
Aristoteles (384-322 S.M.) meyakini bahwa gaya dibutuhkan untuk mempertahankan
benda tetap bergerak pada suatu bidang horizontal. Bagi Aristoteles, keadaan alami setiap
benda adalah diam, dan gaya diyakini harus ada untuk mempertahankan benda tetap
bergerak. Lebih jauh lagi, Aristoteles berpendapat bahwa semakin besar gaya yang bekerja
pada benda, maka semakin besar kelajuan benda itu.
Sekitar 2000 tahun kemudian, Galileo menyangkal pemikiran ini. Menurut Galileo,
sama alaminya bagi sebuah benda untuk bergerak dengan kecepatan konstan atau untuk
diam.
Di atas fondasi yang diletakan oleh galileo ini, Isaac Newton (Gbr. 4-4) membangun
teori besarnya mengenai gerak. Analisis gerak yang dilakukan Newton dirangkum dalam
"tiga hukum tentang gerak" yang amat masyhur. Di dalam karya monumentalnya,
principia (dipublikasikan pada tahun 1687), Newton secara terang-terangan mengakui
hutang budinya kepada Galileo. Pada kenyataannya, hukum pertama Newton tentang
gerak (Newton's first law of motion) sangat dekat dengan kesimpulan Galileo. Hukum ini
menyatakan bahwa
“Setiap benda akan terus berada dalam keadaan diam, atau terus bergerak lurus
dengan kecepatan seragam, selama tidak ada gaya neto yang bekerja padanya.”
Persamaannya adalah :
∑𝐹 = 0
Keterangannya :
F : gaya (N)
F
a=
m
Kita menyusun ulang persamaan di atas untuk mendapat pernyataan yang familiar
untuk hukum kedua Newton:
F = ma
3. Hukum Ketiga Newton tentang Gerak
Hukum kedua Newton tentang gerak mendeskripsikan secara kuantitatif bagaimana
gaya mempengaruhi gerak. Namun, kita mungkin bertanya-tanya, dari mana datangnya
gaya? Observasi menyiratkan bahwa gaya yang dikerahkan pada benda apapun selalu
dikerahkan oleh benda lainnya. Kuda menarik kereta, pembeli mendorong troli belanja,
martil menghantam paku, magnet menarik klip kertas. Dalam setiap situasi yang
disebabkan ini, gaya dikerahkan pada sebuah benda, dan gaya itu dikerahkan oleh benda
lainnya. Sebagai contoh, gaya yang dikerahkan pada paku dikerahkan oleh martil.
Akan tetapi, Newton menyadari bahwa yang sesungguhnya terjadi tidak hanya satu sisi
seperti itu. Memang benar, martil mengerahkan gaya pada paku.Namun paku ternyata juga
mengerahkan gaya balik pada martil, karena kelajuan martil dengan cepat turun menjadi
nol saat mengenai paku. Hanya gaya yang kuat dapat menimbulkan perlambatan yang
sedemikian cepat pada gerakan martil. Sehingga, Newton mengatakan, kedua benda
tersebut (paku dan martil) harus dipandang setara. Martil mengarahkan gaya pada paku,
dan paku mengarahkan gaya balik pada martil. Inilah istilah dari hukum ketiga Newton
tentang gerak:
Bilamana sebuah benda mengerahkan gaya pada benda kedua, benda kedua ini
akan mengerahkan gaya yang sama besarnya namun berlawanan arah pada
benda pertama.
Bentuk persamaannya adalah:
𝑭𝒂𝒌𝒔𝒊 = − 𝑭𝒓𝒆𝒂𝒌𝒔𝒊
Gaya gesek merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua buah benda yang
permukaannya saling bersentuhan secara langsung dan arah gaya gesek berlawanan
dengan arah gerak benda. Besarnya gaya gesek ditentukan oleh kehalusan atau kekasaran
permukaan benda yang saling bersentuhan. Semakin kasar suatu permukaan benda, maka
semakin besar gaya gesek yang ditimbulkan. Ada dua jenis gaya gesek yang bekerja pada
benda, yaitu:
1. Gaya Gesek Statis (𝐹𝑠 )
Gaya gesek statif yaitu gaya gesek yang bekerja pada saat benda dalam keadaan diam
dan niainya mulai dari nol sampai suatu harga maksimum. Besarnya gaya gesek statis
maksimum adalah:
𝐹𝑠 = 𝜇𝑠 . 𝑁
Keterangan:
Sebuah balok bermassa m berada di bidang miring kasar yang membentuk sudut
sebesar θ terhadap arah horizontal. Diagram gaya-gaya yang bekerja pada balok
diperlihatkan seperti pada gambar di atas. Berdasarkan gambar tersebut, ada dua
komponen gaya yang bekerja pada sumbu-X yaitu w sin θ dan gaya gesek f. Untuk benda
yang mula-mula diam diatas bidang miring kemudian bergerak ke bawah sejajar bidang,
maka pada benda berlaku Hukum II Newton sebagai berikut
ΣFY = ma
N – w cos θ = ma
N – mg cos θ = ma
N – mg cos θ = 0
N = mg cos θ
ΣFX = ma
w sin θ – fk = ma
mg sin θ – μkN = ma
g sin θ – a
μk =
g cos θ
a
μk = tan θ –
g cos θ
Jadi, besarnya koefisien gesek (kinetis) pada benda yang bergerak di atas bidang miring
dapat kita tentukan dengan menggunakan persamaan berikut
3.
Keterangan:
N = Gaya normal benda (N)
w = Gaya berat benda (N)
m = Massa benda (kg)
θ = Sudut kemiringan bidang
a = Percepatan benda (m/s2)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s 2)
Sesuai dengan Hukum II Newton, massa bergerak jatuh ke bawah akibat resultan gaya
yang konstan. Hal inilah yang menyebabkan sistem bergerak dengan percepatan konstan.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip kinematika pada percobaan sebelumnya, kita dapat
menentukan percepatan tetap sistem, melalui hubungan jarak yang ditempuh sistem dan
waktu yang dibutuhkan yaitu :
Keterangan:
𝑥 = Jarak tempuh (𝑚)
𝑎 = Percepatan (m/s2)
𝑡 = Waktu tempuh (𝑠)
D. Langkah Kerja
Untuk melakukan praktikum ini ikuti tautan berikut:
https://phet.colorado.edu/sims/cheerpj/motion-series/latest/motion-series.html?simulation=ramp-
forces-and-motion
disarankan menggunakan PC/Laptop.
Gambar 3
Beberapa tools yang kan digunakan:
Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
DATA PENGAMATAN
Nama : ……………………….
NIM : ……………………….
Hari/Tanggal : ……………………….
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rerata
SD
b. Permukaan Kasar
Ulangan x (cm) y (cm) 𝜇𝑠.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rerata
SD
Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
Permukaan Kasar
Ulangan x (cm) t (s) a (m/s2) µk
………………………………………
3
PERCOBAAN
MOMEN INERSIA
4. Sebuah sistem dibawah ini terdiri dari 3 partikel. Jika m1 = 5 kg, m2 = 2 kg dan m3 = 3
kg, tentukan momen inersia sistem tersebut jika diputar menurut:
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menentukan momen inersia benda
2. Mahasiswa mampu membandingkan nilai momen inersia benda secara teori dan praktikum
B. Dasar Teori
Benda tegar adalah bentuk benda tidak berubah meskipun benda tersebut dikenai gaya, seperti
gaya tekan, gaya gesek, dan sebagainya. Benda tegar adalah benda yang ikatan antar atomnya
sangat kuat sehingga tidak terjadi gerakan relatif antar atom.Salah satu besaran yang penting yang
dimiliki benda tegar adalah momen inersia ( Abdullah, 2016 : 630 ).
Dapat diliat jika sebuah benda tegar yang berotasi, seperti roda yang berotasi sekitar sumbu
yang menembus tengahnya. Kita bisa menganggap roda terdiri dari banyak partikel yang berada
pada berbagai jarak dari sumbu rotasi. Kita dapat memakai persamaan ∑ɽ = (∑m𝑟 2)α. Kemudian
∑m 𝑟 2 menyatakan jumlah massa setiap partikel pada benda dikalikan dengan kuadrat jarak
partikel tersebut dari sumbu rotasi. Jika kita memberikan nomor (1, 2, 3,...) untuk setiap partikel,
maka ∑m𝑟 2 = 𝑚1 𝑟12 + 𝑚2 𝑟22 + 𝑚3𝑟32 + ..., Nilai ini disebut momen inersia (atau inersia rotasi
) dari benda
I =∑mr2
Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
Dan dinyatakan bahwa momen inersia, I merupakan pengukuran inersia rotasi benda,
memainkan peran yang sama untuk gerak rotasi seperti peran massa pada gerak translasi. Inersia
rotasi sebuah benda tidak hanya bergantung dari massanya, tetapi juga pada bagaimana massa
tersebut terdistribusi relatif terhadap sumbu. Jika massa terkonsentrasi lebih jauh dari sumbu
rotasi, inersia rotasi lebih besar. Untuk gerak rotasi massa benda tidak dapat dianggap
terkonsentrasi di pusat massanya (Giancoli, 2001 : 261).
C. Alat dan Bahan
No. Nama Alat/Bahan Jumlah
1. Sumbu Putar 1
2. Alat Momen Inersia 1
3. Spherical shell 1
4. Cylindrical shell 1
D. Langkah Kerja
1. Buka link yang di berikan https://ophysics.com/r4.html
2. Pilih menu Rotation
3. Untuk percobaan spherical shell atur massa di 5 kg.Dengan radius 1,5 m, 3m,dan 4,5
m.Dengan gaya yang diberikan 15 N. Selanjutnya klik Start
4. Lalu amati hasil yang didapat dan tuliskan di tabel percobaan I
5. Untuk percobaan Cylindrical shell atur massa di 5 kg.Dengan radius 1,5 m, 3m,dan 4,5
m.Dengan gaya yang diberikan 15 N. Selanjutnya klik Start
6. Setelah selesai dilakukan percobaan, catatlah hasilnya pada tabel percobaan II
Nama : ……………………….
NIM : ……………………….
Hari/Tanggal : ……………………….
………………………………………
4
PERCOBAAN
PRINSIP ARCHIMEDES
A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan Hukum Archimedes.
2. Mahasiswa dapat lebih memahami konsep fluida statis dalam perkuliahan fisika umum.
B. Dasar Teori
Ketika kita menimbang batu di dalam air, massa batu yang terukur pada timbangan pegas
menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ketika menimbang batu di udara (tidak di dalam air).
Massa batu yang terukur pada timbangan kecil karena ada gaya apung yang menekan batu ke
atas. Efek yang sama akan dirasakan ketika kita mengangkat benda apapun dalam air. Batu atau
benda apapun akan terasa lebih ringan jika diangkat dalam air. Hal ini bukan berarti bahwa
sebagian batu atau benda yang diangkat hilang sehingga berat batu menjadi menjadi lebih kecil,
tetapi karena adanya gaya apung. Arah gaya apung ke atas, alias searah dengan gaya angkat
yang kita berikan pada batu tersebut sehingga batu atau benda apapun yang diangkat di dalam
air terasa lebih ringan.
Gaya apung (buoyancy atau buoyant force) terjadi karena tekanan pada fluida bertambah
terhadap kedalaman. Dengan demikian tekanan keatas pada permukaan bawah benda yang
dibenamkan lebih besar dari tekanan kebawah pada permukaan atasnya. Gaya total yang
disebabkan tekanan fluida, yang merupakan gaya apung, 𝐹𝐵 , bekerja keatas dengan besar:
𝐹𝐵 = 𝜌𝑔𝑉
Dimana 𝑉 merupakan volume benda padat, 𝜌 adalah massa jenis fluida dan 𝑔 merupakan
percepatan gravitasi bumi.
Hal tersebut merupakan penemuan Archimedes (287-212 SM), dan disebut sebagai
prinsip Archimedes:
“gaya apung yang bekerja pada benda yang dimasukkan dalam fluida sama dengan berat
fluida yang dipindahkannya.”
Fluida yang dipindahkan disini merujuk pada volume fluida yang besarnya sama dengan
volume bagian benda yang masuk ke dalam cairan (atau bagian benda yang berada didalam
cairan). Jika benda ini dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang pada awalnya terisi penuh air
hingga garis bibirnya, air yang tumpah dari wadah itu merupakan volume air yang dipindahkan
oleh benda tersebut.
Hukum Archimedes berlaku sama baiknya untuk benda-benda yang terapung, seperti kayu.
Pada umumnya, benda dapat terapung pada fluida jika massa jenisnya lebih kecil dari massa
jenis fluida tersebut. Pada kesetimbangan, yaitu ketika terapung, gaya apung pada benda
mempunyai besar yang sama dengan berat benda.
2. Material
3. Fluida
D. Langkah Kerja
Buka laboratorium maya kemdikbud di browser:
(https://vlab.belajar.kemdikbud.go.id/Experiments/hukumarchimedes/#/)
Percobaan 1: Massa Jenis Zat Cair: Air
1. Atur jenis zat cair yang akan digunakan yaitu air
2. Pilih material yang akan digunakan yaitu alumunium
3. Atur volume nya dan catat hasil pengukuran
4. Lakukan pengulangan dengan material yang sama dan volume yang berbeda
5. Lalu ganti material yang akan digunakan selanjutnya yaitu Styrofoam, lalu lakukan seperti
langkah 1-4
Percobaan 2: Massa Jenis Zat Cair: Minyak
1. Atur jenis zat cair yang akan digunakan yaitu air
2. Pilih material yang akan digunakan yaitu alumunium
3. Atur volume nya dan catat hasil pengukuran
4. Lakukan pengulangan dengan material yang sama dan volume yang berbeda
5. Lalu ganti material yang akan digunakan selanjutnya yaitu Styrofoam, lalu lakukan seperti
langkah 1-4
Percobaan 3: Massa Jenis Zat Cair: Madu
1. Atur jenis zat cair yang akan digunakan yaitu air
2. Pilih material yang akan digunakan yaitu alumunium
3. Atur volume nya dan catat hasil pengukuran
4. Lakukan pengulangan dengan material yang sama dan volume yang berbeda
5. Lalu ganti material yang akan digunakan selanjutnya yaitu Styrofoam, lalu lakukan seperti
langkah 1-4
Nama : ……………………….
NIM : ……………………….
Hari/Tanggal : ……………………….
………………………………………
5
PERCOBAAN
PEMUAIAN PANJANG
A. Tujuan Percobaan
L = L0 T
D. Langkah Percobaan
1. Siapkan aplikasi VLab Pemuaian Panjang Logam di perangkat Anda, aplikasi bisa di
download di link ini :
https://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/?m1=vlab&produksi=2017&kd=ME17VLAB09
2. Pilih jenis logam dan panjang awal logam (membakar 3 logam sekaligus)
3. Nyalakan api dengan menekan spirtus.
4. Amati pemuaian yang terjadi dan catatlah sudut setelah pemuaian
5. Catatlah hasil perubahan panjang 3 logam tersebut.
6. Ulangi percobaan sebanyak 3 kali
No 𝑳𝟎 ∆𝑳 𝑳𝒕 ∆𝑻 𝜽 𝜶
1
2
3
Jenis Batang: Alumunium
No 𝑳𝟎 ∆𝑳 𝑳𝒕 ∆𝑻 𝜽 𝜶
1
2
3
Jenis Batang: Besi
No 𝑳𝟎 ∆𝑳 𝑳𝒕 ∆𝑻 𝜽 𝜶
1
2
3
………………………………………
6
PERCOBAAN
PESAWAT ATWOOD
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui Pesawat Atwood
2. Mahasiswa dapat menentukan percepatan gerak sebuah sistem
3. Mahasiswa dapat memahami konsep materi kinematika dalam perkuliahan Fisika Umum
B. Dasar Teori
Berdasarkan intuisi, kita menggambarkan gaya sebagai semacam dorongan atau tarikan
terhadap sebuah benda. Ketika Anda mendorong kereta belanja atau mobil yang mogok,
Anda memberikan gaya pada kereta belanja atau mobil itu. Ketika sebuah mesin
mengangkat lift, atau martil memukul paku, atau angin meniup daun-daun pada sebuah
pohon, berarti sebuah gaya sedang diberikan.Sebuah gaya memiliki arah dan besar,
sehingga merupakan vektor yngmengikuti aturan penjumlahan vektor. Kita dapat
menyatakan gaya apapun pada sebuah diagram dengan menggunakan tanda panah. Arah
tanda panah tersebut merupakan arah dorongan atau tarikan, dan panjangnya digambarkan
sebanding dengan besar gaya. (Giancoli, 2001: 90-91)
Sebuah benda yang mula-mula diam, akan dapat bergerak jika mendapatkan pengaruh
atau penyebab yang bekerja pada benda tersebut. Penyebabnya dapat berupa pukulan,
tendangan, sundulan, atau lemparan. Dalam fisika, penyebab gerak tersebut dinamakan
gaya. Ilmu yang mempelajari tentang gerak dengan memperhitungkan gaya penyebab dari
gerak disebut dinamika gerak. Sedangkan kinematika adalah ilmu yang mempelajari
tentang gerak dengan tidak memperhitungkan gaya penyebab dari gerak tersebut.
Bagaimanakah hubungan yang tepat antara gaya dan gerak? Aristoteles (384-322 SM)
percaya bahwa diperlukan sebuah gaya untuk menjaga agar sebuah benda tetap bergerak
sepanjang bidang horizontal. Menurut Aristotele, keadaan alami sebuah benda adalah
diam, dan dianggap perlu adanya gaya untuk menjaga agar benda tetap bergerak. Kira-kira
2000 tahun kemudian, Galileo mempertanyakan pndangan Aristotele dan menemukan
kesimpulan yang berbeda. Galileo mempertahankan bahwa sama alaminya bagi sebuah
benda untuk bergerak horisontal dengan kecepatan tetap, seperti ketika benda tersebut
dalam keadaan diam. (Giancoli, 2001: 91)
Sebuah benda melambat hanya jika ada gaya yang diberikan kepadanya, Galileo
menganggap gesekan sebagai gaya yang sama dengan tarikan atau dorongan biasa. Untuk
mendorong sebuah benda melintasi meja dengan laju tetap dibutuhkan gaya dari tangan
Anda, hanya untuk mengimbangi gaya gesekan. Jika benda tersebut bergerak dengan laju
konstan, gaya dorongan Anda sama besarnya dengan gaya gesek, tetapi kedua gaya ini
memiliki arah yang berbeda sehingga gaya total pada benda adalah nol. Hal ini konsisten
dengan sudut pandang Galileo, karena benda bergerak dengan laju konstan ketika tidak ada
gaya total yang diberikan padanya. (Giancoli, 2001: 92)
Berdasarkan penemuan ini, Issac Newton membangun teori geraknya yang terkenal.
Analisis Newton tentang gerak dirangkum dalam “tiga hukum gerak”-nya yang terkenal.
Dalam karya besarnya, Principia (diterbitkan tahun 1687), Newton menyatakan terima
kasihnya kepada Galileo. Pada kenyatannya, Hukum gerak Newton pertama sangat dekat
dengan kesimpulan Galileo. Hukum tersebut menyatakan bahwa “Setiap benda tetap
berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali
jika diberi gaya total yang tidak nol. Kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan
keadaan diam atau gerak tetapnya pada garis lurus disebut inersia. Dengan demikian,
hukum Newton pertama sering disebut hukum inersia.(Giancoli, 2001: 92-93). Jika tidak
ada gaya neto (gaya resultan) yang bekerja pada benda maka kecepatan benda tidak akan
berubah; yang berarti benda tidak akan mengalami percepatan (Halliday, 2010: 99)
Tetapi apa yang terjadi jika sebuah gaya total diberikan pada benda tersebut? Newton
berpendapat bahwa kecepatan akan berubah. Suatu gaya total yang diberikan pada sebuah
benda mungkin menyebabkan lajunya bertambah. Atau, jika gaya total itu mempunyai arah
yang berlawanan dengan gerak, maka gaya tersebut akan memperkecil laju benda itu. Jika
arah gaya total yang bekerja berbeda dengan arah sebuah benda yang bergerak, maka arah
kecepatannya akan berubah (dan mungkin besarnya juga). Karena perubahan laju atau
kecepatan merupakan percepatan, dapat dikatakan bahwa gaya total menyebabkan
percepatan. Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang diberikan,
dan berbanding terbalik dengan massanya. Hubungan ini dapat dirangkum sebagai berikut:
“Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya
dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total
yang bekerja padanya.” Ini adalah hukum gerak Newton kedua. Bentuk persamaannnya
dapat dituliskan
∑𝐹
𝑎=
𝑚
Dimana a adalah percepatan benda dan m adalah massa benda dan Σ F adalah gaya total.
Dari hukum Newton kedua kita bisa membuat definisi yang lebih tepat mengenai gaya
sebagai sebuah aksi yang bisa mempercepat sebuah benda. (Giancoli, 2001: 94-95).
Dua massa yang digantungkan pada katrol dengan tali secara umum disebut sebagai
Pesawat Atwood. Penerapannya pada kehidupan nyata terdapat dalam kerja lift, yaitu naik
turunnya lift dengan bantuan beban pada ujung lain dan sebuah motor. Dikarenakan
dibantu dengan motor maka massa dari beban dibuat sama.
Adapun gerak lain mendasari Pesawat Atwood selain hukum gerak Newton pertama dan
hukum gerak Newton kedua, yairu :
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
GLB merupakan gerak benda yang lintasannya lurus dengan kecepatannya konstan.
Persamaan yang digunakan dalam GLB adalah :
𝑠 = 𝑣. 𝑡
Keterangan :
s = perpindahan (m)
v = Kecepatan (m/s)
t = waktu (s)
D. Langkah Kerja
Nama : ……………………….
NIM : ……………………….
Hari/Tanggal : ……………………….
Beban Merah A
Beban Merah B
………………………………………
Tentukan:
a. Jarak total dan perpindahan benda
b. Kecepatan benda saat t = 6 sekon
c. Kecepatan rata-rata benda
d. Percepatan pada saat t = 10 sekon
Tentukan:
a. Jarak total dan perpindahan benda
b. Posisi objek = 2 m saat t = 0, tentukan posisi objek saat t = 4 sekon
c. Berapakah percepatan objek saat t = 6 sekon
d. Sketsalah grafik percepatan terhadap waktu yang sesuai
7
PERCOBAAN
KALORIMETER
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami hubungan antara massa campuran zat dengan suhu campurannya
2. Menentukan kalor jenis suatu zat murni
B. Dasar Teori
Kalor didefinisikan sebagai perpindahan energi yang diakibatkan karena perbedaan suhu
antara sistem dan lingkungannya. Suatu zat dikatakan memiliki kalor tinggi apabila suhunya
tinggi, dan memiliki kalor rendah apabila suhunya rendah pula. Hubungan tersebut
dirumuskan dalam persamaan berikut.
𝑄 = 𝑚𝑐∆𝑇
Dengan 𝑐 merupakan besaran yang menunjukkan karakteristik sutu zat yang disebut kalor
jenis zat (𝐽/𝑘𝑔 ∙ °C).
Kalor jenis zat merupakan besaran yang menunjukkan kalor yang dibutuhkan untuk
meningkatkan suhu 1 kg zat sebesar 1°C. Kalor jenis zat memiliki nilai yang berbeda-beda
(lihat Tabel Kalor Jenis Zat). Pengukuran kuantitatif terhadap kalor jenis zat disebut sebagai
kalorimetri. Alat ukur yang digunakan disebut dengan calorimeter.
Sebagai sebuah energi, kalor mengalami konservasi. Sebagaimana temuan Joseph Black
bahwa “Dalam sistem terisolasi jumlah kalor yang dilepas oleh zat bersuhu lebih tinggi akan
sama dengan jumlah kalor yang diterima oleh zat yang suhunya rendah”. Secara matematis
pernyataan tersebut dapat dituliskan.
Σ𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = Σ𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
D. Langkah Kerja
1. Buka tautan berikut:
https://media.pearsoncmg.com/bc/bc_0media_chem/chem_sim/calorimetry/Calor.ph
p
(Catatan: Gunakan gawai yang memiliki layar besar seperti laptop, tablet atau
sejenisnya. Menggunakan ponsel tidak mendukung)
2. Tanpa mengubah peraturan lain lakukan hal berikut dan catat hasilnya pada Tabel 1 Data
Percobaan Praktikum Kalorimeter di halaman Lembar Kerja Praktikum.
Percobaan 1: Perhatikan “Panel kontrol gelas kimia”, klik “Solids”, pilih “Iron – Fe”.
Atur massanya menjadi 25,0 g dan suhunya 30°C, klik “Next”. Perhatikan “Panel
kalorimeter”, klik “Liquids”, pilih “Water – H20”. Atur massanya menjadi 200 g dan
suhunya 20°C, klik “Next”. Perhatikan “Panel Run Experiment”, klik “Show graph
view” dan “Show microscopic view”, klik “Start” dan biarkan simulasi berjalan. Catat
suhu yang teramati pada termometer kalorimeter, kemudian klik “Reset”.
Percobaan 2: Lakukan langkah yang sama seperti Percobaan 1 dan tingkatkan massa
“Iron – Fe” menjadi 50,0 g.
Percobaan 3: Lakukan langkah yang sama seperti Percobaan 1 dan turunkan massa
“Iron – Fe” menjadi 10,0 g.
3. Tanpa mengubah peraturan lain lakukan hal berikut dan catat hasilnya pada Tabel 2 Data
Percobaan Praktikum Kalorimeter di halaman Lembar Kerja Praktikum.
Percobaan 4: Lakukan langkah yang sama seperti Percobaan 2 dan pilih zat murni
“Silver – Ag”.
Percobaan 5: Lakukan langkah yang sama seperti Percobaan 2 dan pilih zat murni
“Copper – Cu”.
Percobaan 6: Lakukan langkah yang sama seperti Percobaan 2 dan pilih zat murni
“Aluminum – Al”
Nama : ……………………….
NIM : ……………………….
Hari/Tanggal : ……………………….
………………………………………
8
PERCOBAAN
AYUNAN PUNTIR
A. Tujuan Percobaan
1. Menganalisis konsep ayunan puntir
2. Membuktikan hubungan konstanta puntir dengan modulus geser
B. Dasar Teori
Semua benda memiliki elastisitas, termasuk logam yang digolongkan sebagai benda yang.
Elastisitas suatu logam dapat diamati dengan cara ayunan puntir dengan menggunakan kawat
logam yang diosilasikan.
Pada percobaan ini, sebuah cakram pemberat digantungkan pada sebuah kawat kemudian
diputar pada bidang horisontal (diberi simpang sudut) dan dilepaskan, maka cakram tersebut
akan berosilasi. Maka periode gerak osilasi sistem akan memenuhi persamaan
dengan I adalah momen inersia kawat [kg.m2] dan k adalah konstanta puntir [N.m].
Konstanta puntir merupakan sebuah tetapan harga untuk suatu logam yang dapat dipuntir
sampai batas maksimal elastisitasnya. Sedangkan modulus geser merupakan beda panjang
suatu logam sebelum dan setelah dipuntir. Hubungan antara konstanta puntir dan modulus
geser (M) [N.m2] dinyatakan oleh persamaan :
4. Penjepit kawat
5. Penggaris 100 cm
6. Stopwatch
7. Mikrometer
D. Langkah Percobaan
(offline)
Gambar 3: Susunan cakram yang digantungkan pada sebuah tali dan diberi simpangan
sebesar
1. Gantungkan cakram pada poros yang melalui pusat massa!
2. Ukur diameter beban dan massa beban (cakram logam)!
3. Ukur panjang dan diameter kawat yang dipakai, panjang kawat (L) mulai dari 50 cm!
4. Putar cakram dengan sudut kecil ( = 10o), kemudian lepaskan sehingga benda
berisolasi, catat waktu yang diperlukan untuk 10 ayunan!
5. Ulangi langkah 3 untuk panjang kawat 40 cm, 30 cm, 20 cm, dan 10 cm!
6. Ulangi percobaan untuk jenis kawat yang berbeda !
(online)
6. Putar piringan ke arah kanan lalu ukur waktu untuk 5 kali ayunan(osilasi)
Nama : ……………………….
NIM : ……………………….
Hari/Tanggal : ……………………….
A. Ayunan Puntir
1. Kawat Tembaga
Panjang Kawat Diameter Kawat Waktu 5x ayunan
No.
(m) (m) (s)
1.
2.
3.
2. Kawat Perunggu
Panjang Kawat Diameter Kawat Waktu 5x ayunan
No.
(m) (m) (s)
1.
2.
3.
3. Kawat Alumunium
Panjang Kawat Diameter Kawat Waktu 5x ayunan
No.
(m) (m) (s)
1.
2.
3.
………………………………………
9
PERCOBAAN
MOMENTUM DAN IMPULS
A. Tujuan Percobaan
1. Membuktikan hukum konservasi momentum
B. Dasar teori
Momentum adalah kesukaran untuk menggerakkan atau memberhentikan suatu benda.
Arah momentum sama dengan arah kecepatan. Momentum juga diartikan sebagai hasil kali
massa dan kecepatan benda.
𝒑 = 𝒎 .𝒗
Keterangan:
p : Momentum
m : Massa
v : kecepatan
Momentum akan berubah seiring dengan perubahan massa dan kecepatan. Semakin cepat
pergerakan suatu materi/benda, akan semakin dahsyat kekuatan yang dimiliki oleh suatu
benda. Jika benda dalam keadaan diam, maka momentum nya sama dengan nol. Semakin cepat
pergerakan, maka semakin besar juga momentum benda tersebut.
Hukum konservasi momentum menyatakan bahwa “jika penjumlahan vektor dari gaya
gaya luar pada sebuah sistem adalah nol, momentum total dari sistem tersebut adalah h
konstan.”
𝑚1 . 𝑣1 + 𝑚2 . 𝑣2 = 𝑚1′ . 𝑣1′ + 𝑚2′ . 𝑣2′
Hukum konservasi energi
1 1 1 1
𝑚1 . 𝑣1 + 𝑚2 . 𝑣2 = 𝑚1 . 𝑣1′ + 𝑚2 . 𝑣2′
2 2 2 2
C. Alat dan Bahan
4 Lintasan 1 unit
D. Langkah kerja
NO Langkah Kerja Gambar
1 Bukalah aplikasi Physics App yang dapat
di download pada Playstore android anda
Link download :
https://play.google.com/store/apps/details?
id=com.physic.physicsapp
………………………………………
PENGOLAHAN DATA
4. Perbandingan total energi kinetik yang terjadi sebelum dan sesudah tumbukan
𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
𝒎𝟏 . 𝒗𝟏 + 𝒎𝟐 . 𝒗𝟐 = 𝒎𝟏 . 𝒗′𝟏 + 𝒎𝟐 . 𝒗′𝟐
𝟐 𝟐 𝟐 𝟐
10
PERCOBAAN
GERAK HARMONIS SEDERHANA PADA BANDUL SEDERHANA
A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan percepatan gravitasi bumi dengan menggunakan praktikum bandul
sederhana
2. Menentukan nilai konstanta gravitasi bumi
3. Membandingkan hasil percepatan gravitasi bumi pada bandul sedehana dengan
percepatan gravitasi bumi secara teoritis
4. Mentukan faktor yang dapat mempengaruhi percepatan gravitasi
B. Teori Dasar
Syarat sebuah benda melakukan gerak harmonik sederhana adalah apabila gaya pemulih
sebanding dengan simpangannya. Apabila gaya pemulih sebanding dengan simpangan x atau
sudut maka pendulum melakukan gerak harmonik sederhana. Besarnya frekuensi pada bandul
sederhana adalah sebagai berikut:
5. Klik intro
Data praktikum 1
Panjang tali dan sudut simpangan dibuat tetap
Panjang tali yang digunakan = 15 cm = 15 × 10−2 m
Data praktikum 2
Massa beban dan sudut simpangan dibuat tetap
Massa beban yang digunakan = 100 gr = 0,1 kg
waktu untuk
Percobaan Panjang Sudut
mencapai 5 Periode
ke - 2 Tali (m) Simpangan
getaran (s)
1.
2.
3.
………………………………………
11
PERCOBAAN
HUKUM HOOKE
A. Tujuan
1. Menganalisis faktor yang mempengaruhi konstanta pegas.
2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh konstanta pegas terhadap
pertambahan panjang pegas.
B. Dasar Teori
Gerak osilasi adalah gerak bolak balik secara horizontal atau vertikal dengan melewati
titik kesetimbangan suatu benda yang berosilasi tersebut, karena memiliki kelebihan energi.
Fenomena gerak osilasi dapat dijumpai pada saat sebuah pegas yang memiliki beban berosilasi
atau bergerak bolak balik secara teratur melewati titk setimbangnya setelah diberikan gaya tarik,
dan pada saat itulah berlaku Hukum Hooke. Hukum Hooke menyatakan “Pada daerah elastisitas
benda, besarnya perubahan panjang sebanding dengan gaya yang bekerja pada benda”, yang
dinyatakan secara matematis sebagai berikut :
𝐹 = −𝑘 ∆𝑥
𝐹 = Gaya yang diberikan pada pegas (𝑁)
𝑘 = Konstanta Pegas (𝑁/𝑚)
https://phet.colorado.edu/sims/html/hookes-law/latest/hookes-law_in.html
D. Langkah Percobaan
a) Percobaan pertama
“nilai”
5. Anturlah konstanta pegas 1 dengan nilai <500 N/m, dan aturlah gaya
aksi nya sesuai yang ingin kamu tetapkan. Maka aka nada tampilan
nilai perpindahan Panjang pegas (warna hijau).
6. Lalu aturlah konstanta pegas 2 dengan nilai >500 N/m, lalu atur gaya
aksinya sampai nilai perpindahan Panjang pegas 2 sama dengan nilai
perpindahan Panjang pegas 1.
7. Lakukan langkah e) dan f) sebanyak tiga kali, dengan nilai k dan F yang
berbeda, namun tetap dengan nilai perpindahan Panjang yang sama.
8. Analisis lah percobaan ini, dan buatlah kesimpulan yang dapat di ambil
dari percobaan ini.
b) Percobaan Kedua
6. Catat lah gaya pegas yang ada pada pegas atas dan bawah
11. Aturlah gaya aksi atau gaya yang dikenakannya senilai 100N
12. Aturlah konstanta pegas kiri dan pegas kanan dengan, k1>k2,
k1=k2, dan k1<k2.
13. Perhatikan panjang dari pegas kiri dan pegas kanan, analisis lah
dan beri kesimpulan dari percobaan ini.
c) Percobaan Ketiga
1 -77 N
2 27 N
3 87 N
• Rangkaian Seri
1 -77 N
2 27 N
3 87
1 1m
2 1m
3 1m
………………………………………
Hukum Hooke pada pegas, apa saja yang dapat mempengaruhi nilai pertambahan
Panjang pegas?
Jelaskan apa yang terjadi dengan hukum Hooke pada benda yang plastis jika
diberikan gaya tarik!
Sebutkan contoh penerapan hukum Hooke dikehidupan sehari-hari !
Perhatikan percobaan kedua pada rangkaian pegas parallel, apabila kedua pegas
yang memiliki konstanta yang berbeda diberikan gaya yang sama, apakah kedua
pegas tersebut dapat mengalami pertambahan panjang yang berbeda? Jika tidak
mengapa? Jika iya, apakah posisinya akan tetap sejajar atau tidak?
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C., 1995, Physics: Principles and Applications 6th edition, Prentice Hall,
New Jersey.
Tipler, P.A., 1991, Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Haliday Resnick., 1983, Fisika Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Giambat tista, Alan, Betty McCharthy, Richardson, Robert C. Richardson., 2004, College
Physics, McGrow-Hill, Boston.
N Skor *
o Tahapan Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Pengetahuan Tugas Pra Praktikum
Mampu menjawab pertanyaan
yang diajukan berkaiatan
dengan materi eksperimen
2 Persiapan Menyebutkan tujuan
percobaan
Menyebutkan dan
menunjukkan alat dan bahan
yang akan digunakan
3 Pemahaman Mengetahui variabel atau
besaran yang akan diukur
Membuat hipotesis percobaan
berdasarkan konsep yang
berkaiatan dengan eksperimen
Total Skor
Rata-Rata Skor
Tanda Tangan Laboran/ Asisten Laboran
Keterangan: :
Keterangan
* *Rentang skor: 0: 0– –9090Poin
Rentangskor Poin
** Memakai rata-rata skor
** Memakai rata-rata skor setiap setiapkegiatan.
kegiatan.
(………………………….) (…………………………)
Tim Penyusun