Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

PERISTIWA DIFUSI DAN OSMOSIS

Disusun oleh:
Afifudin Hidayatullah (11210163000037)

Kelompok 9:
Purwo Harris Ramadhan (11210163000003)
Putri Nur Fathiyah (11210163000021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
A. TUJUAN:
1. Memahami peristiwa difusi.
2. Menguji peristiwa osmosis pada sel umbi dalam larutan isotonik, hipertonik, dan
hipotonik.

B. DASAR TEORI

Difusi adalah pergerakan total molekul dari area dengan konsentrasi (molekul
yang terlarut) lebih besar/banyak ke area dengan konsentrasi lebih rendah sampai
konsentrasi menjadi seimbang (antara pelarut dan yang terlarut). Difusi terjadi ketika ada
perbedaan konsentrasi dari satu daerah ke daerah lain atau dari satu sisi membran ke sisi
lain. Perbedaan konsentrasi molekul pada jarak tertentu disebut gradien konsentrasi.
Ketika molekul menjadi terdistribusi seragam di kedua sisi maka terbentuk
kesetimbangan dinamis dengan jumlah molekul yang bergerak ke satu arah diimbangi
dengan jumlah yang bergerak ke arah yang berlawanan. (Karmana, 2007)
Difusi dibagi menjadi dua, yaitu Difusi sederhana artinya molekul berdifusi
secara spontan hingga di capai kerapatan yang sama dalam satu ruangan. Difusi terbantu
artinya merupakan proses difusi dengan perantara protein sebagai pembawanya. Arah
perpindahan masih sama dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah , hanya saja
prosesnya dibantu oleh protein. (Campbell, 1999)
Difusi air melintasi membran selektif permeabel disebut osmosis. Membran
selektif permeabel adalah selembar bahan tipis yang secara selektif memungkinkan
molekul tertentu untuk menyeberang tetapi mencegah yang lain untuk menyeberang.
Molekul air dapat berdifusi dengan bebas melintasi membran, tetapi jenis lainnya
molekul tidak bisa. Larutan dicirikan oleh zat terlarut yang disebut zat terlarut (solut).
Zat di mana zat terlarut dilarutkan disebut pelarut (solvent).
Sel merupakan unit struktural dan fungsional makhluk hidup. Sebagai unit
struktural dan fungsional di dalam sel terjadi beberapa bioproses. Salah satu bioproses
yang berlangsung di dalam sel adalah transpor melalui membran. Transpor melalui
membran bertujuan untuk melewatkan zat tertentu baik ke luar ataupun ke dalam sel.
Suatu zat keluar atau masuk ke dalam sel karena perbedaan gradien konsentrasi antara
cairan dalam sel dengan larutan di luar sel. Akan tetapi, transpor membran pada
umumnya dibedakan menjadi 2, yaitu transpor aktif dan transpor pasif. Transpor aktif
menggunakan energi untuk mengeluarkan zat terlarut melawan gradien konsentrasi,
sedangkan transpor pasif adalah difusi zat melintasi membran tanpa mengeluarkan
energi. Akan tetapi, pada praktikum kali ini, mahasiswa hanya fokus kepada praktikum
transpor pasif khususnya pada fenomena difusi dan osmosis. Oleh karena itu, fenomena
pada transpor aktif tidak di bahas pada praktikum ini, melainkan yang dibahas hanya
fenomena pada transpor pasif saja
Molekul memiliki tipe energi yang disebut gerak termal (panas atau kalor). Salah
satu hasil dari gerak termal adalah difusi, pergerakan molekul zat sehingga tersebar
merata di ruang yang tersedia. Setiap molekul bergerak secara acak, namun difusi
populasi suatu molekul dapat memiliki arahnya tertentu. Pergerakan molekul ini akan
menyebar melintasi membran mikroskopik sampai kedua larutan memiliki konsentrasi
yang sama. Dengan kata lain, zat apapun akan berdifusi akan berdifusi menuruni gradien
konsentrasi tanpa ada kerja yang menyertainya. (Neil A. Campbell, 2010).
Faktor- faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu:
1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat pula partikel itu
akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kedifusiannya.
3. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan
lebih cepat. Maka semakin cepat pula kedifusiannya.
4. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kedifusiannya
5. Kerapatan. Semakin tinggi kerapatan pelarut, tingkat difusi akan berkurang.
(Purnomo, dkk, 2009)

Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara
differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah.
Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar
terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya. Menurut Kimball (1983)
bahwa proses osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan
masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.
Arah osmosis ditentukan hanya oleh perbedaan konsentrasi zat terlarut total. Air
berpindah dari larutan hipotonik ke hipertonik sekalipun larutan hipotoniknya memiliki
lebih banyak jenis zat terlarut total. Air laut yang memiliki zat terlarut yang sangat
beragam,molekul airnya akan bergerak ke larutan gula tunggal yang sangat beragam,
molekul airnya akan bergerak ke larutan gula tunggal yang sangat tinggi konsentrasinya,
karena konsentrasi total zat terlarut air laut lebih rendah. Jika dua larutan bersifat
isotonik, air berpindah melintasi membran yang memisahkan larutan tersebut pada laju
yang sama untuk kedua arah (Campbell, 1999).
C. ALAT BAHAN
Tabel 1.1 Alat Bahan Pengaruh Suhu (Difusi)

NO. NAMA GAMBAR JUMLAH

Gelas plastik bekas


1. 3
(Levios)

2. Sendok Makan 1

Disesuaikan
dengan
3. Sirup takaran
kebutuhan
praktikum

Masing-
Air suhu normal, Hangat,
4. masing±15
dan dingin
sdm
Tabel 1.2 Alat Bahan Pengaruh Konsentrasi Larutan (Osmosis)

NO. NAMA GAMBAR JUMLAH

1. Pisau 1

2. Alat Tulis 1

3. Kentang 2

Disesuaikan
dengan
4. Gula takaran
kebutuhan
praktikum

Disesuaikan
dengan
5. Garam takaran
kebutuhan
praktikum
Disesuaikan
dengan
6. Air Mineral takaran
kebutuhan
praktikum

7. Sendok Makan 1

8. Kertas HVS 2

Gelas plastik bekas


9. 7
(Levios)

10. Aplikasi stopwatch 1


di Smartphone
D. LANGKAH KERJA
Tabel 2.1 Langkah Kerja Pengaruh Suhu

NO. GAMBAR LANGKAH KERJA

1. Siapkan 3 gelas plastik bekas yang diberi label


perlakuan, lalu isi air dengan perlakuan yang
berbeda suhunya. Ada air dingin, normal, dan
hangat. Masing-masing gelas diisi dengan ±15
sdm air mineral.

Pada masing masing gelas tuangkan 1 sdm sirup.


Lalu amati peristiwa difusi atau perubahannya
pada 5 menit pertama, kedua, ketiga, sampai 5
2. menit yang keempat atau menit ke-20.

Yang terakhir foto dan catat perubahan-


perubahan keadaan pada larutan.

Tabel 2.2 Langkah Kerja Pengaruh Konsentrasi Larutan

NO. GAMBAR LANGKAH KERJA

1. Siapkan 2 buah kentang.


Kupas kulit kentang hingga bersih. Lalu,
potonglah dengan pisau hingga berbentuk
2.
persegi panjang dengan ukuran 3x4 dan
ketebalan 1 cm sebanyak 7 buah.

Siapkan gelas plastik sebagai wadah larutan, dan


beri label atau tulis sesuai perlakuan. Label
3.
Aquades, larutan garam 20%, 40%, 60%, dan
larutan gula 20%, 40%, 60%.

 Tuang ±15 sdm air mineral pada 7 gelas


 tersebut.
 Selanjutnya masukkan zat terlarut dengan
menggunakan sendok makan kedalam air
 yang sudah di ukur sama rata.
4.  Untuk perbandingan yang 20%, saya
menggunakan 3 sdm zat terlarut.
 Untuk perbandingan yang 40%, saya
menggunakan 6 sdm zat terlarut.
 Untuk perbandingan yang 60%, saya
menggunakan 9 sdm zat terlarut.
Masukan kentang ke dalam masing-masing
5. gelas. Lalu amati perubahan ukuran dan warna
air pada percobaan osmosis kali ini.

Tulislah hasil pengamatan ukuran di kertas HVS,


gambar/jiplak kentang setiap 30 menit sekali
6.
hingga menit 30 yang ke-3 (90 menit) dan amati
perubahan ukuran dan warna airnya.

E. HASIL PENGAMATAN
1. Hipotesis:
 Kecepatan difusi pada suhu tinggi lebih cepat daripada kecepatan difusi pada
suhu yang dingin.
 Osmosis yang dialami kentang akan sama baik di larutan gula maupun di
larutan garam.

2. Hasil
Tabel 1. Deskripsi keadaan larutan

5 menit
5 menit 5 menit
Temperatur 5 menit pertama keempat
kedua (10’) ketiga (15’)
(20’)
Belum larut, Mulai larut Larut, namun
Suhu hangat masih mengendap Sedikit larut ke bagian hanya
di bawah atas sebagian
Belum larut, Belum Belum larut,
Belum larut,
masih larut, masih masih
Suhu normal masih mengendap
mengendap mengendap mengendap
di bawah
di bawah di bawah di bawah

Belum larut, Belum


Belum larut,
masih larut, masih
Suhu dingin masih mengendap Sedikit larut
mengendap mengendap
di bawah
di bawah di bawah

Tabel 2. Pengaruh Osmosis pada Konsentrasi Larutan

Kekeruhan
Sampel Perlakuan Ulangan Ukuran larutan

Menit 30 ke-1 (-)

Kentang Aquades

(-)
Menit 30 ke-2

Menit 30 ke-3 (+)


Menit 30 ke-1 (-)

Garam
Menit 30 ke-2 (-)
20%

Menit 30 ke-3 (+)

Menit 30 ke-1 (-)

Garam
40%

Menit 30 ke-2 (-)


Menit 30 ke-3 (+)

Menit 30 ke-1 (+)

Garam
60% Menit 30 ke-2 (+)

Menit 30 ke-3 (+)

Menit 30 ke-1 (+)

Gula 20%

Menit 30 ke-2 (+)


Menit 30 ke-3 (+)

Menit 30 ke-1 (++)

Menit 30 ke-2 (+)


Gula 40%

Menit 30 ke-3 (++)

Menit 30 ke-1 (+++)

Gula 60%

Menit 30 ke-2 (+++)


Menit 30 ke-3 (+++)

Keterangan kekeruhan : Keterangan ukuran:


(-) : Tidak keruh Posisi ukuran gambar di atas, sisi samping
(+) : Sedikit keruh kentang tidak selalu yang kanan selalu
(++) : Agak keruh dikanan, dan yang bawah selalu dibawah.
(+++) : Keruh Karena faktor tidak adanya tanda tertentu
pada sisi kentang saat di celupkan ke
larutannya.
Foto Pengamatan:
 Pengamatan Difusi
1) Kondisi Awal

2) Kondisi 5 menit pertama


3) Kondisi 5 menit kedua (10’)

4) 5 menit ketiga (15’)

5) 5 menit keempat (20’)

 Pengamatan Osmosis
1) Keadaan Awal
2) Pelakuan menit 30 pertama

3) Pelakuan menit 30 ke-2

4) Pelakuan menit 30 ke-3

F. PEMBAHASAN
Pada Tabel 1, terlihat bahwa pada 5 menit pertama tidak terlalu menonjol
perbedaan warnanya dan sebagian besar terendap. Akan tetapi pada menit ke 10 warna
dan gumpalan pada air dingin tetap sama. Selain itu, pada menit ke 10 warna dengan air
panas menunjukan perbedaan warna yang lebih gelap dan tersisa sedikit endapan daripada
air yang bersuhu normal juga dingin. Pada menit ke 15 perbedaan sudah terlihat jelas
dengan air di tempat panas sudah tidak ada endapan lagi, tetapi air pada suhu normal
masih memiliki endapan yang lebih sedikit daripada air dingin dan warna yang
dihasilkannya pun lebih gelap. Perbedaan semakin jelas pada menit ke 20 dimana air pada
suhu yang panas memiliki warna yang dihasilkan semakin pekat, tetapi untuk air pada
larutan yang bersuhu normal sudah tidak ada endapan dan telah menyatu keseluruhannya
dengan pada air dingin juga masih ada sedikit endapan dengan warna lebih terang
daripada yang lainya.
Dari hal tersebut maka, kecepetan untuk larut dipengaruhi oleh tempraturnya,
semakin besar tempraturnya semakin besar juga kecepatan untuk larut. Hal tersebut
karena air pada suhu yang lebih tinggi mengeluarkan energi dan menghasilkan panas lalu
diserap dengan para molekul zat terlarut di dalam. Sehingga partikel pada suhu tinggi
bergerak lebih aktif karena partikel tersebut menerima energi panas yang lebih besar
daripada yang lain.
Selain itu, pada tabel 2 didapatkan bahwa kentang yang dicelupkan di larutan
garam mengalami penyusutan. Hal tersebut dapat terjadi karena berpindahnya konsentrasi
rendah (konsentrasi kentang) ke konsentrasi yang tinggi (konsentrasi garam). Selain itu,
pada tabel 2 didapatkan bahwa kentang yang dicelupkan di larutan gula mengalami
penambahan berat. Hal tersebut terjadi karena adanya perpindahan dari konsentrasi
rendah (konsentrasi gula) ke konsentrasi yang tinggi (konsentrasi kentang).

G. SIMPULAN
Dari percobaan yang telah mahasiswa lakukan, mahasiswa dapat menyimpulkan bahwa:
1. Suhu merupakan salah satu faktor dalam menentukan kecepatan difusi. Dan besarnya
suhu berbanding lurus dengan kecepatan difusinya.
2. Osmosis merupakan suatu peristiwa dimana terjadinya perpindahan molekul zat dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.

H. DAFTAR PUSTAKA
Campbell. (1999). Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Campbell, Neil A. (2010). Biologi edisi Kedelapan jilid 1 . Jakarta: Erlangga.
J.W, K. (1983). Biologi. Jakarta: Erlangga.
Karmana, O. (2007). Cerdas Belajar Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Purnomo, dkk. (2009). Biologi : Kelas XI Untuk SMA dan MA. Pusat Perbukuan Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Saleh, A. (1996). Kajian Ringkas Biologi. Surabaya: Airlangga.
W, K. J. (1983). Biologi Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai