Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

DIFUSI OSMOSIS
(Penentuan Potensial Air Jaringan Tumbuhan Bengkoang)

Penyusun :
Ilfi Choiru Rohmatin
18030204062

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
2020
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kosentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan
panjang potongan jaringan tumbuhan Bengkoang?
2. Berapakah kosentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
perubahan panjang irisan jaringan tumbuhan Bengkoang?
3. Berapakah nilai potensial air jaringan tumbuhan Bengkoang?
B. Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan pengaruh kosentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan
panjang potongan jaringan tumbuhan Bengkoang.
2. Mengidentifikasi kosentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
perubahan panjang irisan jaringan tumbuhan Bengkoang.
3. Menghitung nilai potensial air jaringan tumbuhan Bengkoang.
C. Hipotesis
H0 : Kosentrasi larutan sukrosa berpengaruh terhadap perubahan panjang
potongan jaringan tumbuhan Bengkoang.
H1 : Kosentrasi larutan sukrosa tidak berpengaruh terhadap perubahan
panjang potongan jaringan tumbuhan Bengkoang.
D. Kajian Pustaka
Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, yang
menyusun 60-90% dari berat daun. Jumlah air yang terkandung pada
setiap tanaman berbeda-beda, hal ini tergantung pada habitat dan jenis
tumbuhan tersebut (Hendriyani, 2009). Fungsi air yang paling penting
yaitu dalam reaksi-reaksi biokimia dalam protoplasma yang dikontrol oleh
enzim. Selain memberi fasilitas bagi berlangsungnya suatu reaksi
biokimia, molekul air dapat berinteraksi secara langsung sebagai
komponen reaktif dalam proses metabolisme di dalam sel (Dwidjoseputro.
1986).
Potensial air murni adalah nol (0), adanya beberaps subtansi yang
terlarut di dalam air tersebut akan menurunkan potensial airnya, sehingga
potensial air dari suatu larutan adalah kurang dari nol. Defisini ini hanya
berlaku pada tekanan atmosfir. Apabila tekanan di sekitar sistem
ditingkatkan atau diturunkan, maka secara otomatis potensial air akan naik
atau turun sesuai dengan perubahan tekanan tersebut. Dengan
memasukkan suatu jaringan tersebut ke dalam larutan yang terlah
diketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tumbuhan tersebut
dapat dikatetahui (Tim Fisiologi tumbuhan UPI, 2014)
Potensial air dapat disingkat dengan aksara yunani Ψ (dibaca Psi)
para ahli Biologi tanaman menghitung Ψ dalam satuan unit yang disebut
Megapascal (Mpa). Potensial air murni pada kondisi standar (diatas
permukaan laut dan pada temperature kamar) adalah 0 Mpa. Satu Mpa
setara dengan 10 kali tekanan atmosfir diatas permukaan laut. Tekanan
dalam sel tumbuhan hidup ketika osmosis terjadi adalah 0,5 Mpa kira-kira
dibandingkan dengan tekanan ban mobil, sekitar dua kalinya tekanan pada
ban mobil (Reece, 2014). Potensial air dari tanaman sebenarnya
merupakan penggabungan antara potensial osmosis dan potensial tekanan
(Bidlack, 2011)
Pada umumnya, air dan zat-zat hara tanah diserap melalui akar.
Sebagian zat yang lain terutama gas O2 dan CO2, diserap melalui daun.
Selanjutnya, zat-zat tersebut akan dibawa ke daun karena daun merupakan
pusat aktivitas menyusunan zat-zat yang dibutuhkan tumbuhan. Menyerap
zat berarti menggerakkan zat dari luar tubuh masuk ke dalam tubuh.
Untuk proses itu dibutuhkan tenaga yang menggerakkannya. Selain itu,
masuknya partikel zat ke dalam sel harus menembus dinding dan
membran, sehingga laju pergerakan partikel zat ke dalam sel terjadi jauh
lebih lambat. Dalam kaitan ini, keluar masuknya zat (ke dalam dan ke luar)
sel ditentukan oleh kemampuan membran ditembus zat yang disebut
permeabilitas membran (Suyitno, 2008).
Pada membran sel terikat protein yang menembus maupun yang
berada di luar permukaan (Nicholson, 1972). Membran plasma adalah
bagian protoplasma yang berbentuk lapisan tipis dan berfungsi membatasi
isi sel dengan lingkungannya. Membran plasma melindungi sel dari
lingkungan dan juga memungkinkan adanya kompartemen-kompartemen
di dalam sel untuk aktivitas metabolik. Membran plasma bukan hanya
sekedar pembungkus yang bersifat inert, tetapi mengandung banyak enzim
penting dan sistem transpor. Selain itu, pada permukaan membran plasma
terletak banyak reseptor yang berbeda-beda untuk mengenali sel lain,
mengikat hormon tertentu dan merasakan berbagai isyarat lain yang
berasal dari lingkungan luar (Lehninger, 1928:87).
Membran plasma memilikii peran sebagai membran yang selective
permeabel, membran ini memungkinkan beberapa subtansi dapat
melintasinya dengan mudah daripada subtansi lain. Permeabilitas
membran tergantung pada fluiditas inti hidrofobik membran dan aktivitas
protein pengangkutnya. Keadaan lingkungan juga mempengaruhi
permeabilitas membran terhadap suatu larutan (Kesting, 2000)
Peristiwa difusi adalah peristiwa yang lambat, tapi proses difusi ini
berperan besar dalam penyerapan dan pendistribusian zat-zat yang
diperlukan sel hidup, seperti sebagai faktor penghambat dalam proses
osmosis. Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa gas yang lebih rapat,
berdifusi lebih lambat dari gas yang kurang rapat, pada temperatur yang
sama. Hal ini tentunya berlaku juga untuk difusi larutan (Brandy James E,
1999:408).
Osmosis adalah difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang
permiabel secara diferensial. Pada osmosis yang bergerak melalui
membran semipermeable ialah air dari larutan hipotonis (kosentrasi larutan
rendah) ke hipertonis (kosentrasi larutan tinggi) (Kimball, 1983:28)
Pada peristiwa osmosis, molekul air akan berdifusi dari potensial
air lebih tinggi diluar menuju potesial air yang lebih rendah ke dalam
larutan sel, artinya air akan berdifusi menuruni gradien potensial air ke
dalam larutan. Alat ukur osmosis disebut osmometer. Umumnya, osmoter
adalah perkakas laboratorium, tapi sel hidup dapat pula dianggap sebagai
sistem osmotik (Salisbury Frank, 1995:46)
Fenomena proses osmosis yaitu perendaman Bengkoang di dalam
larutan gula menyebabkan terjadinya peristiwa osmosis dikarenakan
tekanan osmotik dalam Bengkoang kurang dari tekanan osmotik di
lingkungan. Perpindahan air ini terjadi karena sel-sel Bengkoang
kekurangan air (isi sel), akibatnya terjadi plasmolisis yang mengakibatkan
penurunan tekanan turgor. Jika tekanan turgor menurun akibatnya
Bengkoang menjadi empuk dan lembek sehingga terjadi penutunan bobbot
Bengkoang akibat perpindahan air dari sel-sel Bengkoang (Arlita, Malyan,
2013: I: 85-94).
E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : kosentrasi larutan sukrosa (0 M; 0,2 M; 0,4
M; 0,6 M; 0,8 M; 1 M)
2. Variabel kontrol : jenisjaringan tumbuhan; panjang potongan
silinder Bengkoang awal; jumlah potongan Bengkoang dalam satu
wadah; volume larutan sukrosa; waktu perendaman
3. Variabel respon : perubahan panjang pada potongan silinder
Bengkoang.
F. Definisi Operasional Variabel
Variabel manipulasi pada praktikum kali ini adalah kosentrasi
larutan sukrosa. Kosentrasi larutan sukrosa adalah molalitas sukrosa yang
dibagi dengan volume total sehingga dihasilkan molaritas (kosentrasi).
Kosentrasi yang digunakan untuk larutan sukrosa adalah 0 M; 0,2 M; 0,4
M; 0,6 M; 0,8 M; dan 1 M.
Variabel kontrol yang digunakan adalah jenis tumbuhan
Bengkoang, panjang potongan silinder Bengkoang, jumlah potongan
bengkoang dalam satu wadah, volume larutan sukrosa dan juga waktu
perendaman. Jenis jaringan tumbuhan yang digunakan adalah Bengkoang
(Pachyrhizus erosus). Panjang potongan silinder Bengkoang awal
sepanjang 20 mm. Dalam satu wadah terdapat 4 potongan silinder
Bengkoang. Waktu perendaman selam 90 menit dan juga volume larutan
sukrosa yang digunakan adalah 25 mL pada masing-masing kosentrasi.
Variabel respon dalam praktikum kali ini adalah diharapkan
adanya perubahan panjang pada potongan silinder Bengkoang setelah
mengalami percobaan.
G. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Gelas plastik kecil 6 buah 1. Larutan sukrosa (0 M;
2. Pengebor gabus 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8
3. Stopwatch M; 1 M)
4. Gelas ukur 50 mL 2. Bengkoang
5. Penggaris
6. Silet

H. Rancangan Percobaan
Sukrosa Sukrosa Sukrosa Sukrosa Sukrosa Sukrosa
0M 0,2 M 0,4 M 0,6 M 0,8 M 1M

Larutan dimasukkan masing- Bengkoang


masing 25 mL ke dalam gelas (Pachyrhizus erosus)
plastik yang berbeda-beda dan
diberi label.
Bengkoang dibentuk silinder
dengan alat pembolong gabus dan
dipotong dengan panjang 2 cm.

Potongan silinder Bengkoang

Dimasukkan 4 potongan silinder Bengkoang ke dalam


masing-masing gelas plastik.
Dicatat waktu memasukkan potongan silinder wortel
Ditutup rapat menggunakan plastik penutup selama
percobaan.
Setelah 1,5 jam dihitung kembali panjang potongan
silinder Bengkoang.

Diamati nilai rata-rata pertambahan panjang potongan


silinder Bengkoang pada setiap kosentrasi larutan sukrosa.
I. Langkah Kerja
1. Mengukur dan mengidentifikasi. Isilah gelas kimia ke-1 dengan
larutan sukrosa 0 M, gelas kimia ke-2 dengan larutan sukrosa 0,2 M
dan seterusnya sampai gelas kimia ke-6, masing-masing 25 mL. Beri
label pada masing-masing gelas kimia tersebut.
2. Mengerjakan praktikum. Pilih umbi kentang yang cukup besar dan
baik, buatlah silinder umbi dengan alat pengebor gabus. Potong-potong
silinder umbi tersebut sepanjang 2 cm.
3. Masukkan potongan umbi tersebut kedalam gelas kimia yang telah
diisi dengan larutan sukrosa pada berbagai kosentrasi, masing-masing
4 potongan. Catat waktu pada saat memasukkan potongan umbi
kedalam gelas kimia. Bekerjalah dengan cepat untuk mengurangi
penguapan, dan tutup rapat gelas kimia selama percobaan dilakukan.
4. Mengamati dan mengukur. Setelah 1,5 jam, keluarkan setiap
potongan umbi tersebut dan ukur kembali panjangnya.
5. Menghitung. Hitung nilai rata-rata pertambahan panjang umbi untuk
setiap kosentrasi larutan sukrosa.
J. Rancangan Tabel Pengamatan

Kosentrasi Panjang Panjang Pertambahan Rata-rata


Sukrosa (M) Awal (mm) Akhir (mm) Panjang (mm) (mm)
20 20 0
20 20 0
0 0,25
20 20 0
20 21 1
20 22 2
20 20 0
0,2 0,5
20 20 0
20 20 0
20 21 1
20 21 1
0,4 1
20 21 1
20 21 1
20 20 0
20 20 0
0,6 0
20 20 0
20 20 0
20 19 -1
20 19 -1
0,8 -1
20 19 -1
20 19 -1
20 19 -1
20 19 -1
1 -1
20 19 -1
20 19 -1
K. Rencana Analisis Data.
Analisis Data :
Bedasarkan tabel diatas data rata-rata pertambahan panjang yang
diperoleh pada praktikum potensial air jaringan tumbuhan Bengkoang
pada larutan sukrosa dengan kosentrasi 0 M; 0,2 M; 0,4 M;0,6 M; 0,8 M;
dan 1 M didapatkan hasil masing-masing 0,25 mm; 0,5 mm;1 mm; 0 mm;
-1 mm; dan -1 mm setelah direndam selama 90 menit dari panjang awal 20
mm per potongan silinder Bengkoang.
Rata-rata pertambahan panjang tertinggi yaitu pada larutan sukrosa
0,4 M yaitu 1 mm. Sedangkan pada kosentrasi 0,6 M tidak ada satupun
potongan yang mengalami pertambahan panjang. Pada kosentrasi 0,8 M
dan 1 M panjang Bengkoang mengalami penyusutan sepanjang 1 mm.
Diskusi :
1. Mengapa perlu dicari nilai kosentrasi larutan sukrosa yang tidak
menyebabkan pertambahan panjang potongan silinder umbi dalam
menentukan nilai potensial air?
Jawaban : Karena untuk menentukan nilai potensial air perlu dicari
nilai kosentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan
panjang potongan umbi jalar karena dalam menentukan potensial air
(PA) perlu diketahui potensial tekanan (PT) dan potensial osmotik
(PO). Dalam hal ini PT dianggap sama dengan 0 karena tidak terjadi
pertambahan panjang potongan Bengkoang sehingga PA dapat
diteketahui dengan PA = PO + PT menjadi PA = PO + 0 menjadi
PA=PO. Artinya berarti pada larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
pertambahan panjang mempunyai PO yang sama dengan PA yang
dimiliki oleh Bengkoang sehingga panjang potongan Bengkoang tetap
seperti semula karena tidak terjadi keluar masuknya air dari sel ke
larutan.
2. Mengapa nilai potensial air sel umbi yang tidak berubah panjangnya
sama dengan nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang tidak
menyebabkan pertambahan panjang umbi tersebut?
Jawaban : Karena nilai potensial air sel umbi yang tidak berubah
panjangnya sama dengan nilai potensial osmotis larutan sukrosa yang
tidak menyebabkan pertambahan panjang umbi tersebut (PA=PO) agar
PT = 0 sehingga tidak terjadi tekanan turgor yang membuat potensial
air (PA) pada Bengkoang sama dengan potensial osmotik (PO) yang
dimiliki larutan sukrosa sehingga tidak terjadi aliran keluar masuknya
air ke dalam sel atau sebaliknya.
L. Hasil Analisis Data
Pada percobaan ini menggunakan bahan berupa Bengkoang ang
dipotong sepanjaang 20 mm dengan bentuk silindris. Kemudian kentang
yang sudah dipotong-potong dimasukkkan ke dalam masing-masing
wadah yang berisi larutan sukrosa dengan kosentrasi yang berbeda yaitu
0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; dan 1 M. Masing-masing wadah diisi 4
potong Bengkoang yang selanjutnya ditutup dengan penutup plastik guna
mengurangi penguapan air. Setelah gelas plastik ditutup dengan penutup,
menunggu selama 90 menit untuk mengamati adanya perubahan masing-
masing pada potongan Bengkoang.
Bedasarkan data yang diperoleh, pada kosentrasi larutan sukrosa yang
tidak mengalami pertambahan panjang adalah 0,6 M. Dari 4 potong yang
diujikan tidak ada satupun yang mengalami pertambahan panjang ketika
melalui percobaan direndam larutan sukrosa 0,6 M dengan lama
percobaan 90 menit dari panjang semula 20 mm menjadi tetap 20 mm.
Larutan sukrosa yang memiliki kosentrasi lebih rendah dari 0,6 seperti
0 M; 0,2 M dan 0,4 M membuat potongan silinder Bengkoang menjadi
bertambah ukurannya. Hal ini disebabkan oleh potensial air yang berada
di larutan sukrosa lebih rendah daripada di dalam jaringan Bengkoang,
sehingga air yang berada di lingkungan masuk ke dalam potongan
silinder Bengkoang secara osmosis.
Pada potongan silinder Bengkoang yang direndam larutan sukrosa
lebih dari 0,6 M seperti 0,8 M dan 1 M mengalami penyusutan hingga 1
mm. Hal ini disebabkan oleh potensial air yang berada di larutan sukrosa
lebih tinggi dari pada potensial air yang berada di dalam jaringan
sehingga air yang berada di dalam jaringan berosmosis keluar dari
jaringan ke larutan sukrosa dan menyebabkan pengurangan panjang
Bengkoang. Potensial air sel akan terus menurun sampai mencapai
keseimbangan dengan potensial air pada larutan sukrosa.
Diketahui potongan silinder Bengkoang yang tidak mengalami
panjang adalah yang direndam pada larutan sukrosa 0,6 M. Hal ini yang
nantinya akan digunakan untuk mencari potensial air yang ada dalam
taaman engan rumus PA = PO + PT, dengan PT = 0 menjadi PA = PO
dan PO = -TO maka PA = - 22,4.M.T
273
Suhu yang digunakan adalah suhu ruang (304 K) maka diperoleh PA
= -14,97 atm.
M. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
- Semakin tinggi kosentrasi larutan sukrosa semakin rendah tingkat
pertambahan panjang pada Bengkoang, bahkan mengalami penyusutan
jika kosentrasi larutan sukrosa terlalu tinggi.
- Larutan Sukrosa yang tidak mengubah panjang potongan silinder
Bengkoang pada praktikum ini ditemui pada kosentrasi 0,6 M.
- Potensial air yang didapatkan adalah -14,97 atm.
N. Daftar Pustaka
Arlita, Mayan,dkk. 2013. Pengaruh Suhu dan Kosentrasi terhadap
Penyerapan Larutan Gula pada Bengkoang (Pachyrhizus erosus).
Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol 2, No. 1:85-94.
Bidlack, James E. 2011. Stren’s Introductory Plant Biology edition twelve.
USA: MC Graw Hill
Brandy, James E. 1999. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga.
Dwijoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Kimball, Jhon W. 1983. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Lehninger, A. L. 1982. Principles of Biochemistry. New York: Worth
Publisher, Inc.
Reece, Jane B. 2014. Campbell Biology 10th Edition. USA: Pearson
Education.
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan.
Bandung:ITB.
Suyitno. 2008. Osmosis & Penyerapan Zat pada Tumbuhan. Yogyakarta:
Biologi FMIPA UNY

Anda mungkin juga menyukai