Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH CAHAYA (SUHU) TERHADAP


KECEPATAN TRANSPIRASI

Disusun Oleh :

M. TAUFIK RAMADHAN

18030244035

Biologi D 2018

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BIOLOGI

2019
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada
tumbuhan?

B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi
dengan metode penimbangan.

C. Hipotesis
H0 = Tidak ada pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada
tanaman pacar air.
H1 = Ada pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada
tanaman pacar air.

D. Kajian Pustaka

1. Transpirasi
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam
bentuk uap dari jaringan, ini dapat saja terjadi tumbuhan melalui
stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui
bagian-bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi
kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang
melalui stomata. Oleh karena itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air
yang hilang umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata
(Lakitan, 2000).
Menurut Muswita (2017: 5) Air yang diserap oleh tumbuhan sekitar
10% dan yang dikeluarkan kembali kelingkungannya sekitar 90%.
Hilangnmya air dari dalam tubuh tumbuhan tersebut dalam bentuk uap
air disebut dengan transpirasi. Air yang ditranpirasikan oleh tumbuhan
dikeluarkan melalui stomata pada daun.

2. Metode Pengukuran Laju Transpirasi


Kecepatan transpirasi yang terjadi antar tumbuhan dapat berbeda-
beda tergantung jenis tumbuhan tersebut. Ada berbagai macam cara
yang dapat dilakukan untuk mengukur besarnya transpirasi, salah
satunya adalah dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai
daun segar ataupun seluruh bagian tumbuhan beserta potnya ditimbang.
Dalam jangk waktu yang telah ditentukan, tumbuhan tersebut ditimbang
lagi. Selisih berat yang didapatkan dari kedua penimbangan merupakan
angka penunjuk besarnya laju transpirasi. Metode penimbangan dapat
pula ditujukan kepada air yang hilang, yaitu uap air yang terlepas
ditangkap dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya.
Penambahan berat merupakan petunjuk untuk mengetahui besarnya
transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993: 72).
Untuk mengukur laju transpirasi yang terjadi pada daun secara tidak
langsung dapat diukur kecepatan absorpsinya menggunakan metode
fotometri yaitu menggunakan fotometer. Selain metode fotometri, ada
banyak metode lain yang dapat digunakan diantaranya yaitu metode
gravimetri (penimbangan) atau metode lysimeter (metoda pot); metode
kertas kobalt (kertas Cobalt Chloride); dan metoda semi kuantitatif
( Ashari, 1995: 41).

3. Jenis jenis Transpirasi


Berdasarkan tempatnya, transpirasi dibedakan menjadi tiga macam
yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata.
Namun hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata.
(Heddy,1990).
Tiga tipe transpirasi yaitu:
a. Transpirasi kutikula
Adalah evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara
langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara
relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis
tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau
kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh
karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui
stomata.
b. Transpirasi stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi
diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang
dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air.
Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang
antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata
dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga
dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu
selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air
ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri
sama-sama lembab.
c. Transpirasi lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-
sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai alat
komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini
sebesar 0,1 % dari total transpirasi.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Transpirasi


a. Faktor Internal
 Penutupan Stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui
stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus
air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi
apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih
lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi
peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk
masing-masing satuan penambahan lebar stomata.
Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan
penutupan stomata dalam kondisi lapangan yaitu
tingkat cahaya dan kelembapan.
 Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh
genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh
terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan
penutupan stomata.
 Jumlah dan kondisi morfologis daun
Semakin luas daerah permukaan daun, makin
besar evapotranspirasi. Kondisi morfologis, seperti
luas daun, ketebalan, ada tidaknya lapisan lilin atau
kutikula, banyak sedikitnya bulu di permukaan
daun juga mempengaruhi kecepatan transpirasi
suatu tanaman.
 Penggulungan dan pelipatan daun
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam
daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi
apabila persediaan air terbatas.
 Kedalaman dan Poliferasi akar
Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah
oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada
kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang
lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari
proliferasi akar (akar per satuan volume tanah )
meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan
volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen
(Gardner, et.al., 1991).

b. Faktor Eksternal
 Suhu
Kenaikan suhu dari 180-200 °F cenderung
meningkatkan penguapan air sebesar dua kali lipat.
Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama
denga suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar
matahari mempunyai suhu 80– 100 °F sehingga
daun yang terkana sinar matahari memiliki suhu
yang lebih tinggi dari suhu udara dan berpengaruh
terhadap membuka menutupnya stomata. Pada
banyak tanaman, stomata tidak membuka jika suhu
sekitar 0 °C.
 Kelembapan
Gerakan uap air ke udara dalam daun akan
menurunkan kecepatan bersih dari air yang hilang,
sehingga transpirasi akan menurun seiring dengan
meningkatnya kelembababan udara. Apabila
stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan
difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya
perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam
rongga antarsel dengan tekanan uap air di atmosfer,
Jika tekanan uap air di udara rendah, maka
kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan
bertambah besar, begitu pula sebaliknya. Pada
kelembaban uadara relatif 50% perbedaan tekanan
uap air di daun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari
kelembaban relatif 70% (Jayamiharja, 1977).
 Angin
Angin cenderung untuk meningkatkan
kecepatan transpirasi, baik di dalam naungan atau di
dalam cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan
tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin
terhadap penurunan suhu daun akan menurunkan
kecepatan transpirasi.
 Cahaya
Cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi
melalui dua cara, yaitu: 1) sehelai daun yang
terkena sinar matahari langsung akan mengabsorbsi
energi radiasi, dan 2) cahaya yang tidak berbentuk
cahaya langsung dapat pula mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap
membuka-menutupnya stomata, dengan mekanisme
tertentu.
 Kandungan Air tanah
Jika kandungan air tanah menurun akibat
penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke
dalam akar menjadi lebih lambat. Hal ini cenderung
untuk meningkatkan defisit air pada daun sehingga
menurukan kecepatan transpirasi lebih lanjut.

5. Mekanisme membuka dan menutupnya stomata mempengaruhi laju


transpirasi
Ada tiga teori yang menjelaskan tentang Mekanisme Bukaan
Stomata, yaitu:

a.. Teori Perubahan Pati Menjadi Gula ( teori Fotosintesis )


Pada siang hari, tanaman menyerap CO2 dari udara sehingga
menyebabkan kandungan CO2 dalam ruang antar sel menurun.
setelah itu, akan diikuti dengan kenaikan pH tanaman kurang
lebih mendekati netral (7). Hal ini akan mengakibatkan pati
dalam sel penjaga akan terhidrolisis menjadi gula. Sehingga akan
menyebabkan Potensial Solut (Ψs) sel penjaga turun, Potensial
Air (Ψw) turun. Selain itu juga akan menyebabkan endoosmosis
di sel penjaga sehingga Potensial Tekanan (Ψp) akan meningkat
atau naik. dengan demikian dinding sel penjaga akan akan
tertekan ke arah luar yang menyebabkan stomata membuka

b. Teori Pengangkutan Proton K+


Pada siang hari, saat fotosintesis di sel penjaga
terbentuk zat-antara fotosintesis yaitu zat asam malat
(C4H6O5) . Zat asam tersebut kemudian dipecah menjadi H+
dan ion malat. Ion H+ yang keluar dari sel penjaga,
kedudukannya digantikan oleh ion K+ yang mengakibatkan
terjadinya ikatan K+ dengan ion malat. Ikatan ion K+ dengan
ion malat akan membentuk kalium malat. kalium malat yang
telah terbentuk akan masuk ke vakuola sel penjaga dan
menurunkan Ψs atau Potensial Solut nya.setelah itu akan terjadi
endoosmosis ke dalam sel penjaga yang akan menyebabkan
Potensial Tekanan (Ψp) sel penjaga naik. selain itu, turgor dan
dinding dari sel penjaga akan tertekan ke arah luar yang akan
mengakibatkan stomata membuka.

c. Bukaan Stomata pada Tanaman Sukulen


Pada malam hari pada tanaman Sukulen terjadi
respirasi yang tidak sempurna dan selanjutnya karbohidrat
diubah menjadi asam malat. Dari respirasi tersebut, CO2 tidak
dilepaskan dan tetap diikat. Selain itu pH juga masih dalam
kondisi netral (7). Pati dalam sel penjaga dihidrolisis menjadi
gula, selanjutnya Potensial Solut (Ψs) nya menurun, dan
terjadilah endoosmosis. Hal ini akan menyebabkan Potensial
Tekanan (Ψp) sel penjaga naik sehingga turgor dan dinding sel
penjaga tertekan ke arah luar. Dengan demikian stomata
membuka, dan membuka stomatanya tanaman CAM akan
terjadi pada malam hari.

E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : Intensitas cahaya (kondisi gelap dan
terang)
2. Variabel kontrol : Jenis tanaman pacar air, panjang
batang tanaman pacar air, jumlah daun,
volume air, waktu perlakuan
3. Variabel respon : Kecepatan transpirasi air pada tanaman
pacar air, berat tanaman, rata- rata luas
daun

F. Definisi Operasional Variabel

Pada praktikum kali ini variabel manipulasi yang digunakan yakni


intensitas cahaya yang diberikan pada masing-masing tanaman pacar air.
Dimana kedua tanaman pacar air ini diletakkan pada kondisi yang berbeda,
yakni di tempat dengan cahaya yang cukup (Memberi cahaya buatan dari
lampu 100 Watt) dan tempat yang gelap (di dalam lemari / tidak ada cahaya).
Sedangkan variabel kontrol yang digunakan yakni tanaman pacar air
(Impatien balsemia) dengan panjang batang 20 cm, jumlah daun 10 helai,
volume air 150 ml, dan waktu pengamatan tiap perlakuan yang sama yakni
waktu pertama selama 30 menit, waktu kedua 30 menit dan waktu ketiga 30
menit
Variabel responnya yaitu kecepatan transpirasi air yang didapat dari
rata-rata selisih dari berat tanaman pacar air yang dibagi dengan hasil
perkalian rata-rata waktu yang diukur dalam 30 menit pertama, kedua dan
ketiga dengan rata-rata luas daun yang dihitung dengan menjumlahlan luas
daun pada tiap perlakuan (perlakuan gelap dan terang dipisah) dibagi dengan
jumlah total daun tiap perlakuan (gelap dan terang dipisah) dengan satuan
kecepatan laju transpirasi yaitu
¿

G. Alat dan Bahan

 Alat :
` 1. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
2. Sumbat erlenmeyer dengan lubang di tengahnya 2 buah
3. Timbangan 1 buah
4. Termohigrometer 1 buah
5. Lightmeter 1 buah
6. Bohlam lampu 100 watt 1 buah
7. Pisau tajam 1 buah
8. Lemari 1 buah
9. Penggaris 1 buah

 Bahan :
1. Air secukupnya
2. Vaselin secukupnya
3. Kertas milimeter secukupnya
4. Dua tanaman Pacar air (Impatien balsemia) 20 cm
H. Rancangan Percobaan

Potong miring pucuk


tanaman pacar air +
20 cm
Masukkan melalui lubang sumbat

Erlenmeyer A + Erlenmeyer B +
150 ml air 150 ml air

Olesi semua celah yang


ada dan bekas luka pada
tubuh tumbuhan dengan
vaselin

Timbang Erlenmeyer
beserta isinya, catat
hasilnya (Berat awal)
Letakkan

Erlenmeyer A di Erlenmeyer B di
tempat terang tempat gelap

Mengukur
suhu, intensitas cahaya, dan
kelembaban di sekitar.

Timbang Erlenmeyer beserta kelangkapannya setiap 30


menit pertama, 30 menit kedua, dan 30 menit ketiga

Menghitung Selisih perubahan berat tersebut


serta rata-rata nya

Pacar Setelah penimbangan berakhir, potong


semua daun yang ada di batang. Kemudian
ukur luasnya menggunakan kertas millimeter.

Menghitung Laju kecepatan transpirasi tanaman pacar air


tersebut baik di kondisi terang maupun di kondisi gelap
I. Langkah Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Menyediakan 2 buah erlenmeyer, kemudian mengisi dengan air
volume 150 mL
3. Memotong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam
air, kemudian segera memasukkan potongan tanaman tersebut
pada tabung erlenmeyer melalui lubang pada sumbat sampai
bagian bawahnya terendam air. Bunga, kuncup, daun yang rusak
dibuang;bekas luka diolesi dengan vaselin. Celah-celah yang ada
juga diolesi dengan vaselin, misalnya di sekitar sumbat.
4. Menimbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman
dan air yang ada di dalamnya, Mencatat hasilnya
5. Meletakkan erlenmeyer pertama pada tempat dengan jarak 20 cm
dari lampu pijar 80 watt dan erlenmeyer kedua di dalam ruangan.
Mengukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut meliputi
suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban.
6. Menimbang erlenmeyer beserta kelengkapannya setiap 30 menit.
Mencatat hasilnya dalam tabel pengamatan.
7. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
8. Setelah penimbangan terakhir, daun-daun pada tanaman pacar air
diambil dan diukur luas totalnya dengan kertas milimeter atau
kertas grafik. Hal ini dilakukan dengan cara membuat pola
masing-masing daun pada kertas grafik, kemudian memghitung
luas daun dengan ketentuan: apabila kurang dari ½ kotak dianggap
nol, dan bila lebih dari ½ dianggap satu.

J. Rancangan Tabel pengamatan


Tabel 1.

Tempat
No. Kondisi lingkungan
gelap terang
1 Suhu ( ◦C ) … …

2 Kelembapan ( % ) … …

3 Intensitas Cahaya ( % ) … …
Tabel 2.

kecepatan
Rata- transpirasi
Kondisi berat (gram) selisih (gram) rata
Intensitas selisih¿
lingkunga
cahaya (gram)
n
30' 30'
awal 30' 30''' 30' 30'''
' '

Terang … … … … … … … … … …

Gelap … … … … … … … … … …

Tabel 3.
Kondisi Lingkungan Daun ke- Luas Daun

( ܿ݉ ሻ
1 …
2 …
3 …
4 …
5 …
Terang
6 …
7 …
8 …
9 …
10 …
Rata-rata …
1 …
2 …
3 …
4 …
5 …
Gelap
6 …
7 …
8 …
9 …
10 …
Rata-rata …
K. Rencana Analisis Data
Diskusi : -

L. Hasil Analisis Data


1. Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 1.

Tempat
No. Kondisi lingkungan
gelap terang
1 Suhu ( ◦C ) 30 31

2 Kelembapan ( % ) 82 81

3 Intensitas Cahaya ( % ) 0 715


Tabel 2.

kecepatan
rata- transpirasi
Kondisi berat (gram) selisih (gram) rata
Intensitas selisi ¿
lingkunga
cahaya h (gr )
n
awal 30' 30'' 30''' 30' 30'' 30'''

271.
Terang 715 272 271.8 271.6 0.2 0.2 0.4 0.27 0.00067
2

275.
Gelap 0 275.8 275.7 275.4 0.1 0.3 0.2 0.2 0.00036
2

Kondisi Lingkungan Daun ke- Luas Daun


( ܿ݉ ଶ ሻ
1 15
2 13
3 13
Tabel 3. 4 13
5 12
Terang
6 16
7 14
8 16
9 13
10 8
Rata-rata 13.3
1 19
2 18
3 17
4 19
5 19
Gelap
6 20
7 17
8 20
9 21
10 18
Rata-rata 18.3
2. Grafik Hasil pengamatan

Perbandingan kecepatan (Laju) Transpirasi Tanaman Pacar Air


0
0
Kecepatan Transpirasi

0
0
kecepatan transpirasi
0
0
0
0
0
Terang Gelap

¿
3. Analisis

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh


kondisi lingkungan ( intensitas cahaya ) terhadap kecepatan
transpirasi pada tumbuhan Pacar air. Dengan prosedur praktikum
yang pertama adalah meletakkan pangkal pucuk batang tanaman
pacar air yang telah dipotong miring ( dengan panjang 20 cm ) ke
dalam 2 erlenmeyer yang masing-masing berisi air dengan volume
150 ml. Selanjutnya erlenmeyer pertama diletakkan pada kondisi
yang gelap, dan erlenmeyer kedua diletakkan pada kondisi terang
dengan jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt. Kemudian
menimbang berat erlenmeyer beserta tanaman didalamnya setiap 30
menit dengan 3 kali pengulangan.
Pada kondisi gelap dan terang terdapat perbedaan suhu dan
kelembapan. Yakni pada kondisi gelap memiliki suhu sebesar 30°C
dengan kelembapan sebesar 82% serta intensitas cahaya sebesar 0 ,
sedangkan pada kondisi terang memiliki suhu sebesar 31°C dengan
kelembapan sebesar 81% serta intensitas cahaya sebesar 715.
Pada kondisi gelap, tanaman pacar air diletakkan pada
Lemari yang tertutup dengan berat awal 275,8 gram. Setelah diberi
perlakuan pertama selama 30 menit berat tanaman menjadi 275,7
gram dan memiliki selisih berat sebesar 0,1 gram. Pada 30 menit
kedua, berat tanaman menjadi 275,4 gram dan memiliki selisih
berat sebesar 0,3 gram. Selanjutnya setelah diberi perlakuan selama
30 menit ketiga, berat tanaman menjadi 275,2 gram dengan selisih
berat sebesar 0,2 gram. Dari hasil tersebut dapat didapatkan rata-
rata selisih beratnya yaitu sebesar 0,2 gram.
Pada kondisi terang, tanaman pacar air dileakkan pada
tempat dengan jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt dengan berat
awal 272 gram. Setelah diberikan perlakuan pertama selama 30
menit pertama berat tanaman menjadi 271,8 gram dengan selisih
dari berat awal sebesar 0,2 gram. Setelah 30 menit kedua, berat
tanaman menjadi 271,6 gram dengan selisih berat 0,2 gram. Pada
30 menit ketiga setelah perlakuan, berat tanaman menjadi 271,2
gram dengan selisih berat sebesar 0,4 gram. Dari hasil tersebut
dapat didapatkan rata-rata selisih berat tanaman pacar air pada
kondisi terang yakni sebesar 0,27 gram.
Pada tabel 3 menjelaskan data tentang luas daun , dari daun
ke-1 sampai daun ke-10 baik di lakukan di kondisi terang maupun
di kondisi gelap, dengan tujuan adalah mencari rata-rata luas daun
yang akan nantinya dimasukan rumus laju transpirasi. Pada kondisi
terang memiliki rata-rata luas daun sebesar 13,3 cm 2 , sedangkan
pada kondisi gelap meiliki rata-rata luas daun sebesar 18,3 cm2
Sehingga dapat dihitung kecepatan laju transpirasi dengan
menggunakan rumus :
massa rata−rata selisih tumbuhan
Laju transpirasi=
waktu perlakuan x rata−rataluas daun

Dan didapatkan hasil, yaitu pada kondisi terang memiliki laju


kecepatan transpirasi sebesar 0,00067
¿ sedangkan
pada kondisi gelap memiliki laju kecepatan transpirasi sebesa
0,00036¿ Sehingga pada grafik terlihat bahwa
kecepatan transpirasi tanaman pacar air pada kondisi gelap lebih
rendah daripada kecepatan transpirasi tanaman pacar air pada
kondisi terang.

4. Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kondisi lingkungan ( intensitas cahaya ) terhadap kecepatan
transpirasi pada tumbuhan Pacar air dengan menggunakan metode
penimbangan. Tanaman yang digunakan pada praktikum kali ini
yakni pacar air (Impatiens balsamina) dimana tanaman ini memiliki
karakteristik batang yang basah dan memiliki berkas pembuluh
yang besar dan mudah menyerap air, sehingga lebih mudah untuk
diamati proses transpirasi yang terjadi. Variabel yang dibuat sama
dalam praktikum kali ini yakni tinggi batang dan jumlah daun pacar
air jumlah volume air. Ditambahkan vaselin pada tanaman pacar air
bertujuan untuk mencegah terjadinya transpirasi pada bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan. Variabel manipulasi pada
praktikum ini adalah kondisi lingungan (intensitas cahaya) Bagian
dalam lemari diinterpretasikan sebagai pemberian kondisi gelap
pada tanaman pacar air, sedangkan tempat dengan jarak 20 cm dari
lampu pijar 100 watt diinterpretasikan sebagai pemberian kondisi
yang terang pada tanaman pacar air. Sedangkan variabel responnya
yaitu laju kecepatan transpirasi dan membandingkan antara kondisi
gelap dan kondisi terang.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, kecepatan
transpirasi pada tanaman pacar air (Impatiens balsamina) pada
kondisi terang yakni sebesar 0,00067¿ dimana hal
tersebut lebih cepat dibandingkan kecepatan transpirasi pacar air
pada kondisi gelap yakni sebesar 0,00036 ¿ . Hal ini
membuktikan bahwa intensitas cahaya berpengaruh terhadap
kecepatan transpirasi tumbuhan. Semakin besar intensitas cahaya
yang diterima oleh tumbuhan, maka semakin tinggi pula laju atau
kecepatan transpirasi tumbuhan tersebut dan sebaliknya.

Menurut Sasmitamihardja (1996:64) ada beberapa faktor lain


yang mempengaruhi transpirasi yaitu: intensitas cahaya,
kelembapan, suhu, angin dan keadaan air tanah. Pada praktikum
kali ini, faktor lain yang mempengaruhi kecepatan transpirasi pada
tumbuhan, yakni intensitas cahaya, suhu dan kelembapan.

Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi pada praktikum


ini yang pertama adalah intensitas cahaya. Pada kondisi terang
memiliki nilai intensitas cahaya ebesar 715 Cd dan memiliki nilai
laju transpirasi sebesar sebesar 0,00067
¿ dimana hal
tersebut lebih cepat dibandingkan kecepatan transpirasi pacar air
pada kondisi gelap yakni sebesar 0,00036¿ dengan
intensitas cahaya sebesar 0. Hal ini sesuai dengan teori fotosintesis
pada stomata. Berdasarkan teori fotosintesis, sel penjaga pada
stomata memiliki kloroplas yang mengandung klorofil. Adanya
klorofil dan cahaya mengindikasikan bahwa pada sel penjaga
berlangsung fotosintesis yang menghasilkan glukosa. Glukosa
terdapat dalam bentuk larut pada cairan sel penjaga. Apabila pada
suatu sel terdapat banyak zat terlarut yaitu glukosa, maka potensial
air pada sel penjaga rendah sehingga air pada sel tetangga masuk ke
sel penjaga secara osmosis, sehingga tekanan turgor pada sel
penjaga meningkat sehingga, membukalah stomata dan terjadilah
proses transpirasi. Sehingga ketika tanaman pacar air menerima
banyak intensitas cahaya, maka akan membantu dalam terbukanya
stomata pada daun dan lebih banyak pula kehilangan air sehingga
menyebabkan kecepatan transpirasi pada tumbuhan berlangsung
lebih cepat.

Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi pada praktikum


ini yang kedua adalah Suhu . Pada kondisi terang memiliki suhu
sebesar 31°C sedangkan pada kondisi gelap memiliki suhu sebesar
30 °C. dilihat dari hasil pengukuran laju kecepatan transpirasi pada
kondisi terang lebih tinggi di bandingkan pada kondisi gelap karena
pada kondisi terang memiliki suhu yang lebih tinggi pula. Hal ini
disebabkan karena suhu juga berperan dalam peng evaporasian
molekul molekul air . sepertihalnya air di luar tanaman jika terkena
suhu yang tinggi maka lama kelamaan air akan menguap dan
volumenya menjadi sedikit. Sehingga semakin tinggi suhu maka
semakin cepat pula laju transpirasinya.

Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi pada praktikum


ini yang ketiga adalah Kelembapan. Pada kondisi terang memiliki
nilai kelembapan sebesar 81 % sedangkan pada kondisi gelap
memiliki nilai kelembapan sebesar 82 %. Dilihat dari hasil
pengukuran laju kecepatan transpirasi pada kondisi terang lebih
tinggi di bandingkan pada kondisi gelap karena pada kondisi terang
memiliki kelembapan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena
Kelebapan merupakan suasana/kondisi tingkat kebasahan udara
(jumlah konsentrasi uap air yang terkandung di udara) yang
dinyatakan dengan persentase nisbi/relatif terhadap titik jenuhnya.
Semakin tinggi nilai kelembapan, maka semakin tinggi konsentrasi
uap air yang terkandung dalam udara, sehingga semakin tingi pula
nilai Potensial airnya , sehingga secara otomatis Gerakan uap air ke
udara pada daun akan menurunkan atau terhambat (melalui difusi),
karena melawan gradient konsentrasi air dan kecepatan bersih dari
air yang hilang, sehingga transpirasi akan menurun seiring dengan
meningkatnya kelembapan udara, dan sebaliknya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa factor-faktor eksternal


pada praktikum ini seperti intensitas cahaya, suhu, dan kelembapan
sangat mempengaruhi nilai laju kecepatan transpirasi. Semakin
tinggi intensitas cahaya maka semakin tinggi (semakin cepat) nilai
laju kecepatan transpirasinya. Semakin tinggi Suhu maka semakin
tinggi (semakin cepat) nilai laju kecepatan transpirasinya Semakin
tinggi Kelembapan maka semakin rendah (semakin lambat) nilai
laju kecepatan transpirasinya. Hasil pengukuran laju transpirasi ini
dapat dilihat dari menurunya massa pada tanaman pacar air pada
setiap 30 menit pengujian yang artinya pengurangan massa tersebut
dikarenakan hilangnya sebagian air melalui stomata dalam wujud
uap air. Dan juga hasil pengukuran laju transpirasi ini dapat dilihat
dari berkurangnya luas daun yang dapat dilihat dari nilai rata-rata
luas daun pada tanaman pacar yang artinya pengurangan luas daun
tersebut dikarenakan hilangnya sebagian air melalui stomata dalam
wujud uap air.

M. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah didapat, maka dapat


disimpulkan bahwa :
1. Ada pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada
tanaman pacar air.
2. Semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin tinggi (semakin
cepat) nilai laju kecepatan transpirasinya.
3. Semakin tinggi Suhu maka semakin tinggi (semakin cepat) nilai laju
kecepatan transpirasinya

4. Semakin tinggi Kelembapan maka semakin rendah (semakin lambat)


nilai laju kecepatan transpirasinya.

5. Nilai laju kecepatan transpirasi pada tempat terang sebesar


0,00067¿ sedangkan kecepatan transpirasi pada tempat
gelap sebesar 0,00036¿
N. Daftar Pustaka

Sri, Yuni. 2019. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.


Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Press.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta. UI Press.

Filter A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.


Yogyakarta. UGM Press.

Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah


Tropik.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Muswita,. Yelianti, Upik., 2017. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.


Jambi: Universitas Jambi Press.

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.

Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi


Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lakitan, B. 2009. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :


Rajawali Prres.
Lampiran

Terang awal gelap awal

Terang 30 ‘ Gelap 30 ‘

Terang 30 ‘’ Gelap 30’’


Terang 30’’’ Luas daun

Anda mungkin juga menyukai