Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Pada Daun


Tanaman Coleus sp.

Disusun oleh :
Hanik Febriyani
18030244017
Biologi D 2018

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2019
A. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun tanaman Coleus
sp. ?
B. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun tanaman
Coleus sp.
C. Hipotesis
Hipotesis satu (H1) : Ada pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun
tanaman Coleus sp.
Hipotesis nol (H0) : Tidak ada pengaruh AIA terhadap proses absisi
pada daun tanaman Coleus sp.
D. Kajian Pustaka
Absisi adalah proses fisiologis dari pelepasan organ multiselular seperti
daun, bunga, dan buah dari tubuh tumbuhan. Fase akhir dari senescene
diikuti oleh absisi. Absisi adalah fase akhir dari hidup sebuah organ. Absisi
meliputi perubahan morfologi, anatomi, dan biokimia (Sinha, 2004).
Hormon yang mempengaruhi salah satunya zat pengatur tumbuh (auksin)
merupakan hormon yang bereaksi dengan bahan kimia lain seperti lanolin
pada tumbuhan. Auksin disusun pada jaringan meristem di dalam ujung-
ujung tanaman, seperti tunas, kuncup bunga, pucuk daun, dan juga pada
ujung akar. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas
pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan (Dahlia, 2001).
Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk
tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan
terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas
lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti dapat digantikan
dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk
mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov, 2008).
Asam Idole Acetic Acid (IAA) merupakan larutan auksin endogen atau
auksin yang terdapat pada tanaman. Konsentrasi suatu auksin di dalam
tanaman, mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman, semakin tinggi
konsentrasi suatu auksin di dalam tanaman maka akan semakin
mempercepat pertumbuhan tanaman tersebut. Hal-hal yang mempengaruhi
konsentrasi IAA di dalam tanaman yaitu sintesis auksin, pemecahan auksin,
dan inaktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul (Indradewa,
2009). Auksin merupakan salah satu hormon yang dapat berpengaruh
terhadap pembentukan akar, perkembangan tunas, kegiatan sel-sel
meristem, pembentukan bunga, pembentukan buah dan terhadap gugurnya
daun dan buah (Patma, 2013). AIA juga dapat mempengaruhi proses absisi
daun (pengguguran daun) (Heddy, 1990).
Absisi daun tanaman Coleus sp. bukan hanya dipengaruhi oleh hormon
auksin AIA namun juga hormon sitokinin, asam absisat, dan etilen. Peran
hormon-hormon ini juga berbeda-beda antara lain hormon Auksin dan
sitokinin berperan menghambat absisi sedangkan hormon asam absisat dan
etilen akan mempercepat absisi. Selama proses absisi, jumlah auksin dan
sitokinin endogenous menurun dan jumlah ABA serta etilen meningkat.
Ketika jumlah auksin menurun, sensitivitas sel-sel pada etilen akan
meningkat dan zona absisi akan terbentuk. Etilen akan menstimulasi
ekspresi gen pada sel-sel di zona absisi untuk memproduksi enzim
pendegradasi dinding sel seperti selulase dan poligalaktonase (Sakamoto et
al, 2008).
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Manipulasi : Pemberian lanolin dan AIA + Lanolin
2. Variabel Kontrol : Jenis tanaman, kondisi tanaman, letak
lamina, konsentrasi AIA
3. Variabel Respon : Waktu absisi daun (gugurnya daun)
F. Definisi Operasional Variabel
Variabel manipulasi adalah pemberian lanolin dan AIA + Lanolin
pada lamina tanaman Coleus sp. Kedua, variabel kontrol yaitu jenis tanaman
Coleus sp., kondisi tanaman yang sama percabangannya, letak lamina
tanaman Coleus sp., konsentrasi AIA 1 ppm. Terakhir, variabel respon yaitu
waktu absisi daun atau pengguguran daun.
G. Alat dan Bahan
1. Alat
 Silet tajam (1 buah)
2. Bahan
 Tanaman Coleus sp. (2 pot)
 Lanolin (Secukupnya)
 Lanolin + AIA (Secukupnya)
H. Rancangan Percobaan

Potong sepasang lamina Potong sepasang lamina Olesi bekas potongan


yang terletak paling yang terletak paling dengan lanolin dan
bawah pada pot A bawah pada pot B AIA+Lanolin

Adakah perbedaan Amati setiap hari dan


waktu gugurnya daun Beri tanda agar tidak
catat waktu gugurnya
pada pot A dan B tertukar
tangkai daun tersebut

I. Langkah Kerja
1. Mengambil 2 pot tanaman Coleus sp. Kemudian melakukan kegiatan
sebagai berikut :

Pot 1 : potong satu pasang lamina yang terletak paling bawah

Pot 2 : potong satu pasang lamina yang terletak tepat diatas
lamina yang paling bawah
2. Mengolesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan Lanolin saja,
sedangkan yang lain dengan AIA + Lanolin
3. Memberi tanda supaya tidak tertukar
4. Mengamati tiap hari dan mencatat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun
tersebut
5. Membedakan waktu gugurnya daun pada percobaan pot A dan B
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan pengaruh AIA terhadap proses absisi daun
tanaman Coleus sp.
Waktu Terjadi Absisi (Hari)
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
Lanolin
A Lanolin
+ AIA
Lanolin
B Lanolin
+ AIA

ABSISI DAUN TANAMAN


COLEUS SP.
1.2
WAKTU TERJADI ABSISI

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Lanolin Lanolin+AIA Lanolin Lanolin+AIA
Pot A Pot B
PERLAKUAN

Pot A Lanolin Pot A Lanolin+AIA Pot B Lanolin Pot B Lanolin+AIA

Gambar 1. Grafik pengaruh AIA terhadap proses absisi daun tanaman


Coleus sp.
K. Rencana Analisis Data
-
L. Hasil Analisis Data
1. Analisis Data
Tabel 2. Hasil pengamatan pengaruh AIA terhadap proses absisi daun
tanaman Coleus sp.
Waktu Terjadi Absisi (Hari)
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
Lanolin √
A Lanolin

+ AIA
Lanolin √
B Lanolin

+ AIA

ABSISI DAUN TANAMAN


COLEUS SP.
6.5
WAKTU TERJADI ABSISI

6
5.5
5
4.5
Lanolin Lanolin+AIA Lanolin Lanolin+AIA
Pot A Pot B
PERLAKUAN

Pot A Lanolin Pot A Lanolin+AIA Pot B Lanolin Pot B Lanolin+AIA

Gambar 2. Grafik pengaruh AIA terhadap proses absisi daun tanaman


Coleus sp.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan pengaruh AIA terhadap proses


absisi daun tanaman Coleus sp. diketahui perlakuan lanolin pada pot A
menggugurkan tangkai-tangkai daun pada hari ke-5, sedangkan
perlakuan lanolin+AIA pada pot A menggugurkan tangkai-tangkai daun
pada hari ke-6. Perlakuan lanolin pada pot B mengugurkan tangkai-
tangkai daun pada hari ke-5, sedangkan perlakuan lanolin+AIA pada pot
B menggugurkan tangkai-tangkai daun pada hari ke-5. Jadi pada
perlakuan pot A dan B paling cepat rat-rata pada perlakuan lanolin saja.
Berdasarkan grafik pengaruh AIA terhadap proses absisi daun
tanaman Coleus sp. menunjukkan pot A yang diberi perlakuan Lanolin
+ AIA paling lama menggugurkan tangkai-tangkai daunnya
dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.
2. Pembahasan
Pada pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman Coleus sp.
yang telah diberi perlakuan lanolin dan lanolin+AIA dan dihilangkan
lamina dari salah satu tangkai didapatkan adanya pengguguran daun.
Hal ini didukung dengan pendapat Kuster (1916) yang menunjukkan
bahwa pada petiolus tumbuhan Coleus sp. segera jatuh jika helai daun
mereka dihilangkan, sedangkan helaian daun seluas 100 mm2 akan
memperlambat absisi selama berhari-hari. Dengan demikian hormon
yang menghambat absisi daun salah satunya yakni auksin. Asam Idole
Acetic Acid (IAA) merupakan larutan auksin endogen atau auksin yang
terdapat pada tanaman. Fungsi dari larutan ini yaitu mendorong
pembelahan sel, penyebaran IAA yang tidak sama pada tanaman akan
mengakibatkan pembesaran sel yang tidak merata. IAA juga dapat
mengendalikan absisi daun dan dapat menghambat pertumbuhan tunas
lateral.
Pada pertumbuhan tanaman terdapat persaingan antara tunas pucuk
dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhannya (Dahlia,2001). Selama
masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat
sampai jarak tertentu dari pucuk. Pada batang sebgaian besar, kuncup
apikal memberi pengaruh yang menghambat kuncup terhadap tunas
lateral dengan mencegah atau menghambat perkembangannya. Produksi
kuncup yang tidak berkembang mengandung pertahanan pasif karena
apabila kuncup rusak kuncup samping akan tumbuh dan menjadi tajuk
(Hilman,1984). Dominansi apikal disebabkan oleh auksin yang
didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas
lateral, hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena
konsentrasinya masih terlalu tinggi. konsentrasi auksin yang tinggi ini
akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk.
Pucuk apikal merupakan tempat produksi auksin, jika pucuk apikal
(tunas pucuk) dipotong maka produksi auksin terhenti. Sehingga pada
pengamatan ini dilakukan pemotongan pada tunas pucuk dengan
harapan akan tumbuh tunas lateral yang mana peran auksin yang
disentesis pada tunas pucuk akan terhenti dan pada pengamatan ini
digantikan oleh beberapa jenis konsentrasi hormon auksin (IAA) yang
berfusi dengan lanolin untuk mengetahui pertumbuhan tunas lateralnya.
Hubungan antara absisi dan auksin menurut Addicot (1955) dan
Weaver (1972) adalah absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang
terdapat didaerah bagian proksimal jumlahnya sama atau lebih dari
jumlah auksin didaerah bagian distal. Akan tetapi, apabila jumlah
auksin yang berada di daerah bagian distal lebih besar dari daerah
proksimal maka tidak akan terjadi absisi. Dengan kata lain proses absisi
ini akan terhambat.
Absisi daun tanaman Coleus sp. bukan hanya dipengaruhi oleh
hormon auksin saja namun juga dipengaruhi oleh aktivitas hormon yang
berperan dalam senesensi tumbuhan, yaitu asam absisat atau ABA.
Dinamai asam absisat karena diketahui bahwa asam absisat ini dapat
menyebabkan absisi/rontoknya daun tanaman pada musim gugur.
Kehilangan daun pada setiap musim gugur merupakan suatu adaptasi
untuk menjaga agar tumbuhan yang berganti daun selama musim dingin
tetap hidup ketika akar tidak bisa mengabsorbsi air dari tanah yang
membeku. Sebelum daun itu mengalami absisi, beberapa elemen
essensial diselamatkan dari daun yang mati, dan disimpan di dalam sel
parenkim batang. Ketika daun pada musim gugur rontok, maka titik
terlepasnya daun merupakan suatu lapisan absisi yang posisinya dekat
dengan pangkal tangkai daun. Sel parenkhim berukuran kecil dari
lapisan ini mempunyai dinding sel yang sangat tipis dan tidak
mengandung sel serat di sekeliling jaringan pembuluhnya. Lapisan
absisi selanjutnya melemah, ketika enzimnya menghidrolisis
polisakarida di dalam dinding sel. Akhirnya dengan bantuan angin,
terjadi suatu pemisahan di dalam lapisan absisi. Sebelum daun itu jatuh,
sel lapisan gabus membentuk suatu berkas pelindung disamping lapisan
absisi pada pangkal tangkai daun tersebut untuk mencegah patogen
yang akan menyerbu bagian tumbuhan yang ditinggalkannya (Advinda,
2018).
M. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa AIA dapat mempengaruhi proses absisi daun tanaman Coleus sp.
proses absisi pada daun yang diberi lanolin + AIA lebih lambat yakni absisi
hari ke-6 daripada absisi daun yang diberi lanolin saja yakni absisi hari ke-
5.
N. Daftar Pustaka
Addicott, F. T, R. S. Lynch, H. R. Carns. 1955. Auxin Gradient Theory of
Abscission Regulation. Science. 29 Apr 1955: Vol. 121, Issue 3148, pp.
644-645. DOI: 10.1126/science.121.3148.644.
Advinda, Linda. 2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Deepublish.
Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang: UM Press
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali.
Hilman. 1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Yogyakarta: Cakrawala.
Hopkins, W.G. 1995. Introduction to Plant Physiology. John Willey & Sons,
Inc. New York, Toronto, Singapore.
Kuster, E. 1916. Beitrage zur Kenntniss des Laubfalles. Ber. Deutsch. Bot.
Ges.34: 184-193.
Paponov I, et al. 2008. Comprehensive Transcriptome Analysis of Auxin
Responses in Arabidopsis. Mol Plant. DOI: 10.1093/mp/ssm021.
Patma , Utri., Lollie Agustina P. Putri Dan Luthfi A. M. Siregar. 2013.
Respon Media Tanam Dan Pemberian Auksin Asam Asetat Naftalen
Pada Pembibitan Aren (Arenga pinnata merr). Jurnal Online
Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597. Vol.1, No.2 : 286-295.
Sakamoto, M., I. Munemura R. T., Kobayashi K. 2008. Reactive Oxygen
Species in Leaf Abscission Signaling. Plant Signal Behavior, 3(11):
1014-1015
Sinha, R. K. 2004. Modern Plant Physiology. Boca Raton: CRC Press.
O. Lampiran

Gambar 3.
Gambar 1. Gambar 2. Mengolesi
Mengolesi Lanolin +
Memotong Lamina Lanolin
AIA

Gambar 4. Menandai Gambar 5. Absisi pot Gambar 6. Absisi


Lamina A pot B

Anda mungkin juga menyukai