Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Absisi Daun Coleus sp.

Oleh

Nuranisha Binazrul Kinayoh 17030204094

Pendidikan Biologi Unggulan 2017

S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2019
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh AIA terhadap proses absisi daun pada tanaman
Coleus sp.?

B. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun.

C. Hipotesis
H0 = Pemberian hormon AIA tidak berpengaruh terhadap proses absisi
daun pada tanaman Coleus sp.
Ha = Pemberian hormon AIA berpengaruh terhadap proses absisi daun
pada tanaman Coleus sp.

D. Kajian Pustaka

Proses gugurnya daun, bunga, buah, dan organ tumbuhan lainnya


tanpa meninggalkan luka pada batang dinamakan dengan proses absisi
(Kusdianti dan Trimurti, 2002). Absisi ditandai dengan terbentuknya zona
absisi yang terdapat pada daerah antara tangkai daun (petiolus) atau tangkai
bunga (pediselus) dengan batang atau rakis, sehingga tangkai tersebut dapat
gugur dari batang (Kusdianti dan Trimurti, 2002).

Sebelum mengalami absisi, mula-mula daun akan mengalami


senescence. Senescence merupakan penurunan kondisi dan aktivitas
metabolisme yang disertai dengan pertambahan umur dan mengarah pada
kematian pada tanaman (Silvinia, 2017). Senescen akan selalu diikuti oleh
absisi, yang dipengaruhi oleh beberapa hormon antara lain auksin, sitokinin,
gas etilen, dan asam absisat (Silvinia, 2017).

Absisi atau senescence pada daun ditandai dengan menguningnya


daun karena daun mengalami penurunan klorofil yang digantikan dengan
pigmen lain, seperti xanthofil dan karoten, daun akan mengalami penurunan
suplai nutrisi terutama protein, lama kelamaan akan mati dan gugur atau
mengalami absisi (Silvinia, 2017).
Hormon atau zat pengatur tumbuh merupakan salah satu faktor
dalam tumbuhan yang dapat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan
pada tanaman (Purwanti dkk, 2014). Zat pengatur tumbuh adalah senyawa
organik yang dalam konsentrasi rendah mampu mendorong, menghambat
atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang diformulasikan untuk memacu pembentukan fitohormon tertentu atau
berperan menggantikan fitohormon dalam tumbuhan saat tanaman tersebut
tidak dapat menghasilkan fitohormon tersebut (Nurnasari & Djumali, 2011).

Salah satu hormon tumbuhan yang digunakan dalam


pembudidayaan tanaman adalah hormon auksin (Purwanti dkk, 2014).
Hormon auksin sendiri pada tanaman berperan dalam proses pemanjangan
sel, terdapat pada titik tumbuh pucuk tumbuhan yaitu pada ujung akar dan
ujung batang suatu tanaman (Purwanti dkk, 2014). Kandungan auksin pada
suatu tanaman semakin kebawah maka kandungannya akan semakin sedikit
(Ramadan dkk, 2016). Auksin digunakan dalam jumlah kecil, part per
million (ppm), berfungsi dalam perpanjangan sel, pembentukan bunga dan
buah, pertumbuhan akar pada stek batang, memperpanjang titik tumbuh,
dan mencegah gugur daun dan buah (Nurnasari & Djumali, 2011).

Hormon dapat disintesis oleh tumbuhan secara langsung namun juga


dapat disintesis oleh manusia sebagai tambahan untuk mempercepat
pertumbuhan suatu tanaman (Untari & Dwi, 2006). Auksin sintetis antara
lain adalah NAA, IBA, dan 2,4-D yang berfungsi dalam meningkatkan
tekanan osmotik, permeabilitas sel, mengurangi tekanan pada dinding sel
seta berperan dalam pemanjangan dan pembesaran sel (D. Widiastoety,
2014).

AIA atau asam indol asetat merupakan salah satu hormon auksin
yang dapat disintesis dalam tubuh tanaman, termasuk golongan auksin
alami yang berperan sebagai zat pemacu pertumbuhan pada tanaman serta
penghambat proses pengguguran (Jumadi dkk, 2015). AIA merupakan
hormon yang disintesis oleh suatu tumbuhan dengan jalur bisintesis melalui
precursor asam amino triptofan. Hormon ini dapat berdistribusi melalui
jaringan floem secara basipetal, dari jaringan tua menuju jaringan muda
yang berada pada pucuk tanaman (Tomia, 2011).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain yairu


faktor internal meliputi sifat genetik yang didalam gen dan hormon yang
merangsang pertumbuhan, sedangkan faktor internal meliputi adalah faktor
lingkungan yaitu cahay, nutrisi, dan air (Campbell dkk, 2003).

Coleus sp. Atau iler memiliki batang yang tegak dan merayap
dengan tinggi berkisar 30-150 cm, mempunyai penampang batang
berbentuk segiempat. Daun tanaman Coleus sp. Berbentuk hati dan pada
setiap tepi daun dihiasi oleh jorong-jorong atau lekuk-lekuk tipis yang
bersambungan dan didukung oleh tangkai daun memiliki warna yang
beranekaragam. Bunganya berbentuk untaian bunga bersusun dan muncul
pada pucuk tangkai batang. Coleus sp. sering tumbuh liar di pematang
sawah, atau di tepi jalan. Namun, ada juga yang sengaja menanamnya
sebagai tanaman hias atau tanaman pagar. Tanaman ini tumbuh subur
didaerah daratan rendah sampai ketinggian 1500 mdiatas permukaan laut.
Coleus sp. mengandung senyawa kimia yang bermanfaat diantaranya
alkaloid, etil salisilat, metil eugenol timol, karvalenol dan mineral (Dewi,
Intan Ratna, 2008).

E. Variabel Penelitian

Variabel kontrol : jenis tanaman, jenis hormon, waktu pengamatan

Variabel manipulasi : nodus daun, perlakuan lanolin dan AIA dalam


lanolin
Variabel respon : absisi daun

F. Definisi Variabel Operasional

Pada praktikum ini, variabel kontrol yang digunakan adalah jenis


tanaman, waktu pengamatan dan jenis hormon yang digunakan. jenis
tanaman yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman Coleus sp.
dengan filotaksis berhadapan. Sedangkan hormon yang digunakan adalah
hormon auksin sintetis berupa AIA. Sedangkan waktu yang digunakan
adalah selama 7 hari.

Variabel manipulasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah


nodus daun yang diamati dan perlakuan pemberian hormon lanolin dan AIA
dalam lanolin. Nodus daun yang digunakan berupa nodus ke-1 dan nodus
ke-2 dari batang bagian bawah pada dua cabang batang yang berbeda.

Variabel respon yang diharapkan dari praktikum ini adalah absisi


daun pada tanaman Coleus sp. pada setiap nodus.

G. Alat dan Bahan


Bahan yang diperlukan meliputi 2 pot tanaman Coleus sp. yang
memiliki kondisi sama, lanolin, AIA 1 ppm dalam lanolin. Sedangkan alat
yang diperlukan yaitu pisau dan label.

H. Rancangan Percobaan
1. Ambil dua buah pot tanaman Coleus sp. kemudian lakukan kegiatan
sebagai berikut :
- Pot 1 : potong satu pasang lamina yang terletak paling bawah
- Pot 2 : potong satu pasang lamina yang terletak tepat diatas lamina
yang paling bawah
2. Olesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, sedang yang
lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin
3. Beri tanda agar tidak tertukar
4. Amati tiap hari dan catat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut
5. Adakah perbedaan waktu gugurnya daun pada percobaan saudara.
Jelaskan pendapat saudara disertai dengan teori yang mendukung.

I. Langkah Kerja

2 pot Coleus sp.

Pot 1 Coleus sp. Pot 2 Coleus sp.

Potong satu pasang Potong satu pasang


lamina yang terletak lamina yang terletak
paling bawah tepat di atas lamina
yang paling bawah

Olesi bekas potongan dengan


lanolin, sedang yang lain dengan
1 ppm AIA dalam lanolin

Beri tanda agar tidak tertukar

Amati tiap hari dan catat waktu


gugurnya tangkai-tangkai daun
tersebut

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1.1 Waktu absisi daun dengan Lanolin dan AIA dalam Lanolin
tanaman Coleus sp.
Perlakuan Absisi pada hari ke-
Nodus
1 2 3 4 5 6 7
Ke
1 (yang Lanolin - - - √ - - -
paling AIA dalam
- - - - √ - -
bawah) Lanolin
Lanolin - - - - - √ -
2 AIA dalam
- - - - - - √
Lanolin

Grafik 1.1 Hubungan pengaruh AIA dan Lanolin terhadap absisi daun
Coleus sp.

4
Hari

0
1 2
Nodus ke-

K. Rencana Analisis Data

Berdasarkan tabel hasil pengamatan, dapat diketahui terdapat pengaruh


antara hormon auksin sintetis AIA terhadap proses absisi daun pada tanaman
Coleus sp.

Pada batang tanaman pertama dengan pemotongan satu pasang lamina


daun pada nodus ke-1 paling bawah, tangkai dengan perlakuan lanolin gugur
pada hari ke- 4 sedangkan tangkai dengan perlakuan AIA dalam lanolin gugur
pada hari ke- 5. Pada batang tanaman kedua dengan pemotongan satu pasang
lamina daun pada nodus ke-2 dari bawah, tangkai dengan perlakuan lanolin
gugur pada hari ke- 6 sedangkan tangkai dengan perlakuan AIA dalam lanolin
gugur pada hari ke- 7.
Grafik 1 yang didapatkan dari lama waktu absisi daun pada tanaman
Coleus sp. yang dipengaruhi oleh pemberian hormon auksin atau AIA.
Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa AIA menghambat proses absisi pada
daun.

L. Hasil Analisis Data

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh AIA terhadap proses


absisi pada tangkai daun tanaman Coleus sp. yang telah dipotong laminanya
dengan dua perlakuan yaitu dengan pengolesan lanolin dan pengolesan AIA
dalam lanolin, perlakuan ini dilakukan pada nodus daun pertaman paling bawah
dan nodus ke-2 dari bawah. Pemotongan lamina ditujukan untuk menghentikan
produksi auksin pada daun, perlakuan pengolesan lanolin berfungsi sebagai
penutup luka pada tangkai yang telah dipotong laminanya, sedangkan perlakuan
AIA dalam lanolin ditujukan untuk memberikan suplai auksin serta lanolin
untuk menutup luka.

AIA atau asam indol asetat merupakan salah satu hormon auksin yang
dapat disintesis dalam tubuh tanaman, termasuk golongan auksin alami yang
berperan sebagai zat pemacu pertumbuhan pada tanaman serta penghambat
proses pengguguran (Jumadi dkk, 2015). Berdasarkan teori, Kandungan auksin
pada suatu tanaman semakin kebawah maka kandungannya akan semakin
sedikit (Ramadan dkk, 2016).

Pada praktikum ini didapatkan bahwa tangkai daun pada nodus pertama
atau yang paling bawah dengan perlakuan lanolin dan AIA dalam lanolin
mengalami absisi pada hari ke- 4 dan 5, sedangkan tangkai daun pada nodus
kedua dengan perlakuan lanolin absisi pada hari ke- 6 dan dengan perlakuan
AIA dalam lanolin mengalami absisi pada hari ke- 7. Jika ditinjau dari peran
hormon AIA, hasil praktikum ini memiliki kesesuaian dengan teori yang
menyatakan bahwa AIA menghambat proses absisi daun berdasarkan hasil
nodus pertama dan kedua dimana perlakuan AIA dalam lanolin memiliki waktu
absisi paling lama dari perlakuan hanya dengan lanolin, serta teori menyatakan
bahwa daun pada nodus paling bawah memiliki kandungan auksin yang paling
rendah, sehingga waktu absisi akan semakin cepat, namun berdasarkan hasil
pengamatan, daun pada nodus pertama memiliki waktu absisi yang lebih lama
daripada pada tangkai nodus kedua.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi proses absisi pada daun


berdasarkan kandungan auksin pada tumbuhan tersebut antara lain: kondisi
fisiologis dalam tubuh tanaman, kondisi organ tanaman, serta suplai nutrisi
(Pangaribuan, 2004). Kondisi fisiologis pada tubuh tanaman dapat berupa
kandungan hormon dan enzim yang dapat mempengaruhi metabolisme
termasuk proses absisi daun. Setiap tanaman dapat memiliki kandungan hormon
dan enzim yang berbeda sehingga memiliki kecepatan metabolism yang
berbeda pula. Kondisi organ tanaman berupa perbedaan ukuran organ,
sedangkan suplai nutrisi terutama air dan mineral memiliki peran penting dalam
proses yang terjadi pada tubuh tanaman (Pangaribuan, 2004).

M. Kesimpulan

Pemberian AIA dalam lanolin berpengaruh terhadap absisi daun yaitu


menghambat absisi pada daun.

N. Daftar Pustaka

Campbell dkk. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

D, Widiastoety. 2014. Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap


Pertumbuhan Planlet Anggrek Mokara. Jurnal Hortikultura Vol. 24 No.
3:230-238.

Dewi, Intan Ratna. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi


Pertumbuhan Tanaman. Bandung: Universitas Padjajaran.

Jumadi, Oslan dkk. 2015. Produksi Zat Pengatur Tumbuh IAA (Indole
Acetic Acid) dan Kemampuan Pelarutan Posfat pada Isolat Bakteri
Penambat Nitrogen Asal Kabupaten Takalar. Jurnal Bionature Vol. 16
No. 1: 43-48.

Kusdianti dan Trimurti H. Wardini. 2002. Pengaruh 6-Benzilaminopurin


(BAP) Terhadap Pembentukan Lapisan Pemisah (Zona Absisi) pada
Tangkai Kuntum Bunga Kacang Hijau, Vigna radiata (L.) Wilczek
Varitas Wallet. Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 3 No. 1.

Nurnasari, Elda & Djumali. 2011. Respon Tanaman Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.) terhadap Lima Jenis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Buletin
Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol. 3 No. 2: 71-79.

Pangaribuan, Nurmala. 2004. Peranan Auksin dalam Usaha Penekanan


Kelayuan Buah Muda Kakao (Theobroma kakao L.). jurnal
Matematika, Sains dan Teknologi Vol. 5 No. 1.

Purwanti, Gusniar dkk. 2014. Pengaruh Auksin terhadap Bibit Cabutan


Alam Gaharu (Aquilaria malacensis Lamk.). jurnal Hutan Lestari Vol.
2 No. 1.

Ramadan, Vani Rizki dkk. 2016. Kajian Pemberian Zat Pengaruh Tumbuh
terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Buah Naga (Hylocereus
costaricensis). Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Diakses tanggal 12 November 2018.

Silvinia, Ade. 2017. Pengaruh Air Kelapa (Cocos nucifera L.), Asam
Giberelat (GA3) dan Interaksinya terhadap Proses Senescence pada
Bunga Potong Krisan Putih (Dendranthema grandiflora L.). Bandar
Lampung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung. Diakses tanggal 21 November 2018.

Tomia, Amalan. 2011. Pengaruh Auksin Terhadap Induksi Virus pada


Gugur Daun Tanaman Cabai. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan
Vol. 4 No. 1.

Untari, Rini & Dwi Murti Puspitaningtyas. 2006. Pengaruh Bahan Organik
dan NAA terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne
pandurata Lindl.) dalam Kultur in Vitro. Jurnal Biodiversitas Vol. 7
No. 3: 344-348.
LAMPIRAN

Gambar Keterangan
2 pot Coleus sp.

Pot diberi tanda pada lamina bawah


dan lamina nodus kedua setelah
diolesi AIA dan AIA dalam lanolin

Anda mungkin juga menyukai