Disusun Oleh :
18030244039
BIOLOGI E 2018
JURUSAN BIOLOGI
2019
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah
1. Bagaimana pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun Coleus sp?
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun
Coleus sp.
C. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam praktikum ini adalah
Ha : Terdapat pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun Coleus
sp.
Ho : Tidak terdapat pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun
Coleus sp.
D. Kajian Pustaka
1. Coleus sp.
Coleus sp. atau iler memiliki batang yang tegak dan merayap
dengan tinggi berksiar 30—150 cm, mempunyai penampang batang
berbentuk segiempat. Daun tanaman iler berbentuk hati dan pada
setiap tepi daun dihiasi oleh jorong-jorong atau lekuk-lekuk tipis
yang bersambungan dan didukung oleh tangkai daun dan memiliki
warna yang beraneka ragam. Bunganya berbentuk untaian bunga
bersusun dan muncul pada pucuk tangkai batang. Coleus sering
tumbuh liar di pematang sawah, atau di tepi-tepi jalan. Namun, ada
juga yang sengaja menanamnya sebagai tanaman hias atau tanaman
pagar. Tanaman ini tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai
ketinggian 1500 m di atas permukaan laut (dpI.) Tanaman iler
mengandung senyawa kimia yang bermanfaat di antaranya: alkaloid,
etil salisilat, metil eugenol timol, karvalenol dan mineral (Salisbury,
1995).
2. Senesensi dan Absisi
Senesensi adalah proses penuaan pada organ tumbuhan yang
menuju ke arah kematian. Senesensi adalah proses hormonal yang
dikendalikan oleh zat pengatur tumbuhan (ZPT), yaitu asam absisat
(abscissic acid atau ABA) dan etilen. Keberadaan dua hormone ini
dalam suatu tanaman memicu terjadinya senesensi yang dapat salah
satunya diindikasikan oleh proses pengguguran daun atau absisi
daun. Secara etimologis, absisi berasal dari ab yang artinya “jauh”
dan scindere yang artinya “memotong”. Proses absisi ini mengacu
pada gugurnya satu atau lebih bagian organ tanaman, seperti daun,
buah, bunga, atau biji. Tumbuhan akan mengalami absisi pada organ
yang tidak lagi dibutuhkan untuk membantunya bertahan hidup
secara efektif sekaligus meningkatkan produktivitas (Salisbury,
1992), misalnya absisi daun saat musim gugur, absisi bunga untuk
kepentingan polinasi dan reproduksi, ataupun absisi buah untuk
pemencaran biji. Tumbuhan evergreen, seperti Gymnospermae,
umumnya menggugurkan daunnya secara teratur sedangkan
tumbuhan semusim menggugurkan daunnya sebelum musim dingin.
Daerah absisi terdiri atas lapisan pemisah dan lapisan pelindung.
Pada lapisan pemisah tersebut terjadi pelepasan daun yang
sebenarnya. Pada daerah ini merupakan bagian terlemah dari tangkai
daun. Setelah daun menjadi dewasa, maka daerah absisi menjadin
nyata dan terjadi lekukan dangkal di luar dan di daerah absisi ini
terjadi perubahan warna epidermis. Diameter berkas vaskuler di
daerah absisi mengalami pereduksian. Kolenkim tidak ad dan
sklerenkim menjadi lemah atau tidak ada sama sekali. Sel-sel
parenkim absisi mempunyai sitoplasma yang lebih padat.
Sebelum daun gugur terjadi lapisan pemisah pada daerah
pengguguran tersebut. Lapisan pemisah berlanjut melintasi sel-sel
parenkim di dalam berkas vaskuler. Sel-sel parenkim di tempat
tersebut membelah menjadi sel yang leih kecil, pipih, mengandung
tepung dan plasmanya kental. Di daerah ini unsure-unsur xilem dan
floem serta sel-sel mati lainnya telah rusak secara mekanik. Sebelum
daun benar-benar gugur, silosis dan getah menyumbat terutama sel-
sel pengangkut primer pada berkas vaskuler, namun pengangkutan
tetap dipertahankan melalui unsure-unsur sekunder sehingga daun
tetap segar dan tidak layu sampai pada akhirnya pemisahan tersebut
sempurna. Segera sebelum pengguguran daun, dinding luar dan
lamella tengah sel-sel penyusun lapisan pemisah menjadi bergelatin
dan pada akhir sebelum daun gugur gelatin tadi hancur dan terlarut.
Akibat pelarutan substansi antar sel dan dinding sel luar, maka sel-
sel menjadi renggang dan lepas antara satu dengan yang lain.
Akhirnya, daun hanya diperkuat oleh unsure-unsur vaskuler yang
segera putus akibat tenaga mekanis atau gravitasi, sehingga tangkai
daun akan terputus karena angin dan berat daunnya sendiri yang
mengakibatkan pemisahan daun dari batang (Salisbury, 1992).
4. Macam-macam Auksin
Secara terminologis, auksin berasal dari bahasa Yunani
αυξανω (“auxano”) yang berarti tumbuh atau meningkat. Auksin
adalah hormon yang pertama kali ditemukan, yaitu oleh ilmuwan
Belanda, Frits Went (Salisbury, 1995). Berdasarkan proses
pembuatannya, auksin dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yaitu auksin alami dan auksin sintetis.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : Pemberian AIA dan pemberian AIA +
lanolin
2. Variabel kontrol : Jenis tanaman (Coleus sp.), Kondisi
tanaman, Jumlah lamina, Media tanam,
Letak lamina, Konsentrasi AIA.
3. Variabel respon : Waktu pengguguran tangkai daun
Bahan
1. pot tanaman Coleus sp. 2 pot
yang kondisinya sama
2. AIA 1 ppm dalam lanolin (4 mL Secukupnya
AIA dicampur 100 gram lanolin)
3. Lanolin Secukupnya
H. Rancangan Percobaan
I. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil 2 buah pot tanaman Coleus sp. kemudian melakukan
kegiatan berikut, yaitu:
a. Pot 1: memotong satu pasang lamina yang terletak paling bawah
b. Pot 2: memotong satu pasang lamina yang terletak tepat di atas
lamina paling bawah
2. Mengolesi satu tangkai bekas potongan lamina dengan lanolin dan
tangkainya dengan 1 ppm AIA dalam lanolin.
3. Memberi tanda pada tangkai-tangkai tersebut agar tidak tertukar.
4. Mengamati waktu gugurnya tangkai daun.
5. Mencatat perbedaan waktu gugurnya daun pada dua pot tersebut.
Lanolin
A
AIA dalam Lanolin
Lanolin
B
AIA dalam Lanolin
A Lanolin - - - - - -
AIA dalam Lanolin - - - - - -
Lanolin - - - - - -
B
AIA dalam Lanolin - - - - - -
Analisis
Pembahasan
M. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan dapat di simpulkan
bahwa AIA berpengaruh dalam menunda atau menghambat proses absisi
daun . absisi daun akan terhambat atau tertunda apabila jumlah auksin yang
berada di daerah distal lebih besar dari jumlah auksin di daerah proksimal.
N. Daftar Pustaka
Barnett. (1988). Teaching Reading in a Foreign Language. ERIC Digest.
Beck, Charles. 2010. An Introduction to Plant Struktur and Development.
University of Michigan: Cambrige University Press
Kamoto, Toshihiro., Kotera, Akihiko., dkk. 2003. Application of Wavelet
Analysis to The Multi-Temporal MODIS Data for Detecting Rice
Phenology. Jepang: National Institute for Agro-Environmenal
Sciences.
Kusumo, 1984. Zat Pengatur Tumbuh. CV Yasaguna. Jakarta
Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB Press.
Salisbury, F. B dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.
Terjemahan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono, 1995. Penerbit
ITB: Bandung
Taiz, L. and E. Zeiger. 1998. Plant Physiology 2nd ed. Sinauer Associates.
Inc. Publ. Massachucetts
Weaver, R.J., 1972. Plant Growth Substances in Agriculture.
O. Lampiran
Gambar Keterangan