Oleh
Dyah Novira Dwi Jayanti 17030204041
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh AIA terhadap proses absisi daun pada tanaman
Coleus sp?
B. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui pengaruh AIA terhadap proses absisi daun pada tanaman
Coleus sp
C. Hipotesis
H1 : Terdapat pengaruh AIA terhadap proses absisi daun pada tanaman
Coleus sp
H0 : Tidak terdapat pengaruh AIA terhadap proses absisi daun pada tanaman
Coleus sp
D. Kajian Pustaka
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class :Dicotylendonae
Ordo : Solanales
Family : Lamiaceae
Genus : Coleus
Nitrogen (N)
Kalium (K)
Magnesium (Mg)
Fosfor (P)
Unsur fosfor (P) merupakan salah satu komponen dari asam nukleat.
Diketahui bahwa asam nukleat merupakan pembentuk RNA, dimana RNA
memiliki peranan dalam proses sitesis protein. Apabila tidak ada unsur fosfor
dalam tumbuhan maka proses sintesis protein tidak akan berlangsung serta tidak
akan dihasilkan protein. Akibatnya terjadi penuaan sel dan pengguguran daun.
Selain itu fosfor juga merupakan kompoen penyusun fosfolipid yang terdapat
pada membran plasma, sehingga apabila kekurangan unsur P maka transport zat
akan terhambat begitu pula pada proses metabolisme sel yang akan berdampak
pada kematian sel dan jaringan. Apabila terjadi kematian pada jaringan, maka
dapat berakibat daun yang mengering hingga gugur.
Kalisum (Ca)
Molibdenum (Mo)
5. Pengaruh Air
Auksin berasal dari bahasa Yunani “Auxano” yang berarti tumbuh atau
bertambah. Auksin merupakan golongan dari substansi pemacu pertumbuhan
tanaman dan morfogen (fitohormon) yang paling awal ditemukan. Auksin adalah
zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar dan pembentukan
bunga yang berfungsi untuk mengatur pemanjangan sel didaerah belakang
meristem ujung (William, 2006). Dominasi apikal dapat dikurangi dengan
mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis
pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong
pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti
dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan
Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (William, dkk, 2006).
Auksin berperan dalam penghambatan tunas lateral dan menunjang
dominansi apikal, sehingga tanaman menjadi tumbuh dengan cepat ke atas. Salah
satu anggota dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. IAA berpengaruh
terhadap pertumbuhan tunas lateral. Oleh karena itu untuk meneliti pengaruh IAA,
dilakukan percobaan mengenai penghambatan tunas lateral dan dominansi apical
dengan menggunakan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dengan
beberapa perlakuan. Pemberian auksin sintetik telah lama dikenal untuk
mendorong proses yang sama tanpa penyerbukan dan menghasilkan buah tanpa
biji (Loveless, 1991). Auksin atau dikenal juga dengan AIA (Asam Indol Asetat)
yaitu sebagai auksin utama pada tanaman, di biosintesis dari asam amino
prekursor triptopan. Sebenarnya proses pengguguran daun sangat dipengaruhi
oleh keberadaan hormon auksin dan etilen, dimana keduanya tidak dapat
dipisahkan dan saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Keseimbangan
kedua hormon juga akan mempengaruhi proses pengguguran daun
(Dwidjoseputro, 1999). Dengan adanya auksin maka pengguguran daun dapat
diperlambat, namun yang mejadi penghambat dalam kasus ini adalah proses
penuaan daun yang berlangsung secara alamiah. Pada daun yang masih muda,
produksi auksin sangat banyak karena masih berada dalam fase pertumbuhan.
Dengan adanya kadar auksin yang tinggi saat daun masih muda, maka kan
mempengaruhi kadar etilen yaitu produksi etilen akan terhambat saat kadar auksin
tinggi sehingga kadar etilen menjadi rendah. Akan tetapi, ketika daun sudah mulai
menua maka produksi auksin mejadi terhambat dan akibatnya sel-sel pada lapisan
absisi akan lebih sensitive terhadap etilen, akibatnya sintesis ezim pektitase dan
selulase menjadi meningkat. Enzim tersebut berperan dalam pelarut lamella dan
dinding sel sehingga sel-sel abisisi tiadk akan mampu menopang daun dan daun
pun digugukan (Dewi, 2008) . Jika dianalisis lebih lanjut, sebenarnya hubungan
antara absisi daun dengan auksin yaitu bahwa pengaruh auksin terhadap absisi
daun ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Apabila konsentrasi auksin
tinggi, maka produksi etilen akan dihambat dan proses abisisi daun tidak akan
terjadi. Sedangkan apabila konsentrasi auksin rendah maka prosuksi etilen ktidak
dapat dihambat dan proses absisi daun pun dapat terjadi (Kadir, 2007).
E. Variabel Penelitian
Variabel kontrol : jenis tanaman, media tanam, lokasi penanaman,
lama waktu pengamatan, dan kondisi tanaman
Variabel manipulasi : pemberian lanolin dan AIA dalam lanolin, letak
lamina yang dipotong
Variabel respon : kecepatan abisisi daun
H. Rancangan Percobaan
.
Lamina paling bawah Lamina diatas yang paling
dipotong bawah dipotong
Bekas potongan yang satu diolesi lanolin dan yang
lainnya diolesi AIA 1 ppm dalam lanolin, diberi tanda
dengan label,
diamatisetiapharidancatatwaktugugurnyatangkai
I. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Mengambil dua buah pot tanaman Coleus sp. Kemudian melakukan
kegiatan sebagai berikut:
Pot 1 : dipotong satu pasang lamina yang terletak paling bawah
Pot 2 : dipotong satu pasang lamina yang terletak tepat diatas
lamina yang paling bawah
3. Mengolesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, sedang
yang lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin.
4. Memberi tanda dengan label pada tangkai-tangkai tersebut agar tidak
tertukar.
5. Mengamati setiap hari dan mencatat waktu gugurnya tangkai-tangkai
daun tersebut.
6. Mencatat perbedaan waktu gugurnya daun pada dua pot tersebut.
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Tabel 1. Pengaruh AIA terhadap proses absisi daun
Perlakuan Hari ke
1 2 3 4 5 6 7
A (Nodus Lanolin - -
ke 2) Lanolin - - -
+ AIA
B (Nodus Lanolin -
ke 1 ) Lanolin - - - - -
+ AIA
M. Kesimpulan
Terdapat pengaruh AIA terhadap proses absisi daun. Adanya AIA
memperlambat proses absisi daun. Lamina yang terletak paling bawah
mengalami absisi lebih dulu.
N. DaftarPustaka
Dewi A, Intan Ratna. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan
Tanaman. Bandung : Universitas Padjajaran
G Barnett, Lanolin and Derivates, Cosmetics & Tolletries, 1986, 101, 21-44
Romadhoni, A,. et all. 2010. Asam Absisat Biosintesa dan Pengangkutan dalam
Tanaman serta Fungsi. Pekanbaru : Fakultas Pertanian Universitas
Riau.
Sinha, R. K. 2004. Modern Plant Physiology. CRC Press. Boca Raton. p 525-526.
Soerodikoesoemo, Wibisono. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
UT Depdikbud.
William, D., A. Teale, I. Paponov, dan K. Palme. 2006. Auxin in action:
signalling, transport and the control of plant growth and development.
Journal of Molecular Cell Biology 7: 847-859.
Yuniarti, T, Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional, Cetakan Pertama
MedPress, Yogyakarta.2008
LAMPIRAN
Pemberian tanda dengan benang pada Mengoleskan lanolin dan AIA dalam
lamina lanolin