Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH STRUKTUR FUNGSI TUMBUHAN

SENESEN

Disusun oleh :
Kelompok 7
Frida Arisna W NIM. 17312244034
Laela Nurmalia NIM. 17312244035
Sherli Monicawati NIM. 17312244036
Istri Rismawati NIM. 17312244037
Yustia Pramesti NIM. 17312249001

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama masa pertumbuhan dengan bertambahnya umur suatu tumbuhan,akan
diikuti pula dengan proses penurunan kondisi yang mengarah pada kematian organ
atau organisme. Bagian akhir dari proses perkembangan, dari dewasa sampai
hilangnya pengorganisasian dan fungsi disebut sense atau penuaan. Sel-
sel yang telah berdiferensiasi pada dasarnya mempunyai masa hidup terbatas,
sehingga penuaan akan dialami oleh semua sel pada saat yang berbeda-
beda. Selama proses penuaan, pada tingkat sel terjadi penyusutan struktur dan
rusaknya membran seluler. Sekilas, peristiwa gugurnya dedaunan tumbuhan tampak
seperti kejadian alam biasa. Namun ternyata tidak demikian bagi para ilmuwan, yang
meneliti sungguh-sungguh fenomena yang diistilahkan dengan “abscission” ini.
Abscission adalah suatu proses yang dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan
membuang organ tumbuhan seperti dedaunan, kelopak bunga, dan buah yang tidak
lagi diperlukan tumbuhan atau yang terserang penyakit. Oleh karena itu, kami akan
membahas danmenguraikan mengenai penuaan dan pengguguran pada tanaman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu senesen?
2. Bagaimana pola senesen?
3. Apa manfaat senesen bagi tumbuhan?
4. Apa saja aspek-aspek metabolik penuaan dan pengaruh faktor penuaan?
5. Bagaimana proses senesen dan apa saja faktor yang mempengaruhi senesen?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi senesen
2. Mengetahui pola senesen
3. Mengetahui manfaat senesen bagi tumbuhan
4. Mengetahui aspek-aspek metabolik penuaan dan pengaruh faktor penuaan
5. Mengetahui proses senesen dan apa saja faktor yang mempengaruhi senesen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penuaan (senescence)
Proses penuaan dialami oleh semua sel kecuali meristemtik pada saat yang
berbeda-beda. Daun tumbuhan herba menahun menua mulai dari daun tuanya sampai
daun mudanya diikuti oleh batang, akar dan juga organ generatifnya. Proses penuaan
terprogram secara genetik oleh masing-masing tumbuhan. Penuaan merupakan suatu
proses dimana terjadi kehilangan klorofil, RNA dan protein termasuk didalam berbagai
enzim. Hilangnya keempat unsur tersebut secara terus-menerus mengakibatkan
kerusakan organ (Lakitan. 2007).
Walaupun meristem tidak menua dan barangkali memang tak pernah mati, semua
sel yang sudah berdiferensiasi yang dihasilkan dari meristem mempunyai massa hidup
terbatas. Oleh karena itu penuaan dialami semua sel bukan hanya meristem saja pada
yang berbeda-beda banyak spesies hijau lestari mempertahankan daunnya hanya selama
2 atau 3 tahun sebelum mati dan gugur (Loveless, 1987).
Penuaan (senescence) adalah proses penurunan kondisi dan aktivitas metabolisme
yang menyertai pertambahan umur dan mengarah pada kematian organ atau organisme.
Dimana semua proses tersebut dikendalikan oleh ruang dan waktu, selain itu proses
penuaan biasanya diikuti dengan absisi (pengguguran). Proses penuaan dimulai dengan
berkurangnya suplai nutrien pada suatu organ, penurunan aktivitas metabolisme dan
pertumbuhan menurun.
Penuaan (senescence) dapat diartikan sebagai proses menuju tua yang terprogram
dan mengarah kematian. Penuaan terjadi bisa untuk penyembuhan, pembuangan bagian
yang terserang penyakit, terluka dan lain-lain. Pola penuaan bisa menyeluruh pada
tanaman semusim, baik pada bagian atas tanaman saja, herba tahunan, tumbuhan yang
mengugurkan daun, maupun tanaman berkayu yang gugur tiap tahun. Ada pula yang
bersifat progresif dan adaptif dimana beberapa daun gugur akibat faktor lingkungan
seperti suhu, kekeringan, dan kekurangan hara. Penuaan dapat terjadi pada bunga, daun
dan pada buah (Firdaus, dkk. 2006).
Penuaan ditandai dengan layunya daun dan perubahan warna daun menjadi
memudar dan timbul bercak-bercak hitam yang disebabkan daun mengalami
kekurangan kloroplas sehingga lama kelamaan daun tersebut berwarna kuning dan
akhirnya akan mati.
B. Pola Penuaan
Selama masa pertumbuhan, dengan bertambahnya umur suatu tumbuhan, akan
diikuti pula dengan proses penurunan kondisi yang mengarah kepada kematian organ
atau organisme. Sel-sel yang telah berdiferensiasi pada dasarnya mempunyai masa
hidup terbatas, sehingga penuaan akan dialami oleh semua sel pada saat yang berbeda-
beda. Selama proses penuaan, pada tingkat sel terjadi penyusutan struktur dan rusaknya
membran seluler. Tipe tipe penuaan yang dijumpai pada tumbuhan dapat di
kelompokkan sebagai berikut :
1. Penuaan yang meliputi keseluruhan tubuh tumbuhan (Overall senescence). Akar dan
bagian tanaman di atas tanah mati semua tumbuhan mati sesudah menyelesaikan
semua. satu siklus kehidupannya
2. Penuaan yang meliputi hanya bagian tumbuhan di atas tanah (Top senescence).
Bagian tubuh di atas tanah mati, sedangkan bagian tumbuhan yang berada di dalam
tanah tetap hidup
3. Penuaan yang meliputi hanya daun–daunnya (Deciduous senescence). tumbuhan
menggugurkan semua daun-daunnya, sementara organ tubuh lain tetap hidup
4. Penuaan yang meliputi hanya daun-daun yang terdapat di bagian bawah suatu
tumbuhan (Progessive Senescence). Tumbuhan hanya menggugurkan daun-daunnya
yang terdapat di bagian bawah saja.
Proses penuaan daun dimulai pada tumbuhan umur 44 hari yang ditandai dengan
menurunnya kandungan klorofil. Contohnya saja pada tanaman padi, pemberian
kalsium mempengaruhi proses penuaan. Pemberian kalsium tersebut mempengaruhi
kandungan klorofil, jumlah kloroplas, ukuran kloroplas dan struktur kloroplas pada
proses penuaan daun padi.
C. Manfaat Senesen bagi Tumbuhan
Manfaat senesen bagi tumbuhan adalah
1. Agar nutrisi biologis dan mineral dapat diangkut ke benih, untuk mempercepat
perkembangannya (Sinclair dan Dewitt, 1975).
2. Tanaman mati sehingga benih dapat memperoleh nutrisi biologis lebih cepat
daripada yang seharusnya terjadi, sehingga untuk menghindari embun beku
(tersirat oleh Leopold, 1975).
3. Tumbuhan mati berfungsi menyuburkan tanah untuk generasi berikutnya (Pruitt,
1983).
4. Tanaman mati untuk mengisolasi benih (dengan daun dan batang mati) terhadap
kerusakan musim dingin
D. Aspek-aspek Metabolik Penuaan dan Pengaruh Faktor Penuaan
1. Aspek metabolik
Pada tahap sel, penuaan berjalan dengan terjadinya penyusutan struktur dan
rusaknya membran subseluler. Perubahan yang jelas telah terjadi pada
metabolisme dan kandungan dalam organ yang mengalami penuaan. Telah terjadi
pengurangan DNA, RNA, protein, ion-ion anorganik dan berbagai macam nutrien
organik.
2. Pengaruh faktor penuaan
Etilen adalah hormon yang secara jelas merangsang kuat senesen pada banyak
jaringan. Beberapa faktor luar dapat menghambat atau mempercepat terjadinya
senescence, misalnya :
a) Penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya
senescence daun
b) Penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman
c) Pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat
menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence.
E. Pengguguran (Absisi)
Abscission atau pengguguran adalah suatu proses yang dilakukan tumbuhan
untuk memisahkan dan ‘membuang’ organ tumbuhan seperti dedaunan, kelopak bunga,
bunga dan buah yang tidak lagi diperlukan tumbuhan atau yang terserang penyakit.
Absisi yang terjadi pada daun dan buah merupakan contoh senesen yang jelas.
Daun tidak rontok demikian saja pada waktu mati. Suatu daerah pembelahan sel yang
disebut daerah absisi, berkembang dekat pangkal tangkai daun, sehingga sejumlah
dinding sel yang melintang tegak lurus terhadap sumbu panjang tangkai daun terbentuk.
Pektinase dan selulase dirangsang pembentukannya pada sel-sel di daerah absisi,
dan akan melarutkan lamela tengah dinding yang melintang tadi, sehingga tangkai daun
lepas. Hubungan ikatan pembuluh yang terputus akan tersumbat dengan dibentuknya
tilosa (tylose), yaitu suatu zat sejenis “gum” dan dilapisi sel-sel gabus. Dalam proses ini
dua peristiwa terlibat, yaitu pembelahan sel dan induksi hirdulose. Kedua proses ini
merupakan proses metabolisme yang aktif dan oleh karenanya merupakan bagian yang
terprogram dalam perkembangan tumbuhan.
Menurut John Walker, kepala the MU Interdisciplinary Plant Group di the
Christopher S. Bond Life Sciences Center, tumbuhan menggugurkan organnya karena
sejumlah alasan :
1) Dedaunan tua, misalnya, digugurkan guna membantu daur ulang zat-zat makanan
Buah-buahan yang telah masak rontok dan jatuh ke bawah guna membantu
penyebaran benih
2) Bagian-bagian bunga yang terkena penyakit sengaja digugurkan dan dibuang oleh
tumbuhan, hal ini sengaja dilakukan untuk mencegah penjalaran penyakit

Gambar: proses terjadinya absisi daun

Masalah pengguguran daun antara lain :


1) Hubungan Hormon Dengan Pengguguran Daun
Pengguguran daun melibatkan interaksi antara auksin, etilen, sitokinin, dan
asam absisat. Keguguran daun dikontrol oleh perubahan dalam keseimbangan etilen
dan auksin. Lapisan absisi dapat dilihat sebagai suatu pita vertikal pada pangkal
tangkai daun. Setelah daun jatuh, suatu lapisan pelindung gabus menjadi jaringan
perut yang membantu mencegah patogen masuk kedalam tumbuhan tersebut. Absisi
dikontrol oleh perubahan pada keseimbangan etilen dan auksin. Selama konsentrasi
auksin yang tinggi dipertahankan di helai daun, pengguguran dapat ditunda. Namun,
penuaan menyebabkan penurunan tingkat auksin pada organ tersebut, dan
konsentrasi etilen mulai meningkat. Sehingga daun mudah gugur.
2) Hubungan Air dalam Tumbuhan Dengan Pengguguran Daun
Pada sistem tanah-tanaman-udara, air mengalir menembus tanah ke permukaan
akar tanaman, melalui akar ke saluran xilem, keatas saluran xilem ke daun, melalui
daun ke permukaan yang menguapkan dan akhirnya melalui fase uap ke udara
turbulen.
3) Hubungan Pengguguran Daun Dengan Nutrisi Dalam Tumbuhan
Tumbuhan yang kekurangan magnesium, misalnya akan menunjukan tanda-
tanda klorosis pertama kali pada daun yang lebih tua. Magnesium yang relatif mobil
didalam tumbuhan, dialihkan dan diberikan khusus untuk daun-daun yang lebih
muda.
Jaringan-jaringan yang lebih tua mungkin saja memiliki mineral itu dalam
jumlah yang memadai, yang masih dapat mereka pertahankan selama masa-masa
kekurangan. Defisiensi besi, yang tidak bergerak dengan bebas didalam tumbuhan,
akan menguningkan pada daun muda terlebih dahulu sebelum mempengaruhi daun
yang lebih tua. Adapun nutrisi yang berhubungan dengan gejalan kekahatan daun
berupa pengguguran daun adalah sebagai berikut:
a) Fosfor (F)
Apabila kekurangan Fosfor maka akan timbul gejala kekahatan yaitu
pengguguran daun, hal ini dikarenakan membran plasmanya rapuh karena kurang
unsur Fosfor didalamnya. Sebab fosfor merupakan unsur penyusun protein,
fosfolipid, gula fosfat, asam nukleat, ATP dan NADP. Fosfor memiliki kadar
terbesar yang terdapat di jaringan meristem sebagai penyusun asam nukleat, yang
jika kekurangan asam nukleat akan mengakibatkan pertumbuhan lambat dan
kerdil. Jika kekurangan Fosfor tumbuhan juga tidak bisa menghasilkan energi,
karena meskipun klorofil masih dapat menangkap cahaya matahari namun tidak
bisa mengubahnya menjadi energi karena tidak ada Fosfor yang akan berikatan
dengan adenosine yang akan menghasilkan energi berupa ATP. Pada tumbuhan
juga akan terbentuk antosianin pada batang dan tulang daun jika kekurangan
Fosfor ini disebabkan klorofil dirombak oleh tumbuhan menjadi makanan
sehingga lama-kelamaan klorofil berkurang sehingga warna hijau pada daun
berkurang dan muncul warna selain hijau yang berasal dari pigmen lain.
b) Nitrogen (P)
Nitrogen berfungsi sebagai bahan sintesis klorofil, protein dan asam amino.
Apabila didalam tumbuhan kekurangan nutrisi berupa Nitrogen, maka akan
timbul gejala kekahatan perubahan warna daun pada daun yang tua (klorosis)
yang akhirnya daun tersebut gugur, ini disebabkan karena kurangnya klorofil.
Terjadi pula nekrosis yaitu keringnya daun bagian tepi (jaringan menjadi mati)
karena kekurangan protein.
c) Kalium (K)
Didalam tumbuhan Kalium merupakan bagian dari enzim yaitu sebagai
kofaktor sehingga berfungsi sebagai katalisator. Selain itu Kalium berperan
sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti pembelahan sel (untuk
menyerap air sehingga sel turgornya naik dan membesar), pada sintesis dan
translokasi karbohidrat, pada sintesis protein, reduksi nitrat, pembentukan
klorofil, dan membuka menutupnya stomata. Kekurangan unsur ini menyebabkan
daun seperti terbakar dan akhirnya gugur.

Pengguguran daun biasanya terjadi pada pangkal tangkai daun, dimana struktur
internal daerah pengguguran berbeda dengan sekitarnya. Daerah pengguguran
merupakan daerah yang paling lemah, sel-selnya parenkimatis, diameternya lebih kecil
dan memiliki sedikit jaringan penguat. Selain itu juga ada beberapa proses yang
mengawali absisi diantaranya :
1) Penurunan pertumbuhan
2) Terbentuk zona absisi pada pangkal tangkai daun
3) Perubahan keseimbangan hormonal.
4) Pengaruh faktor luar (angin atau gravitasi)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penuaan merupakan suatu proses dimana terjadi kehilangan klorofil, RNA dan
protein termasuk didalam berbagai enzim. Hilangnya keempat unsur tersebut
secara terus-menerus mengakibatkan kerusakan organ.
2. Terdapat empat pola penuaan diantaranya: Overall senescence, Top senescence,
Deciduous senescence, dan Progressive senescence.
3. Manfaat Senesen diantaranya
 Agar nutrisi biologis dan mineral dapat diangkut ke benih, untuk
mempercepat perkembangannya (Sinclair dan Dewitt, 1975).
 Tanaman mati sehingga benih dapat memperoleh nutrisi biologis lebih cepat
daripada yang seharusnya terjadi, sehingga untuk menghindari embun beku
(tersirat oleh Leopold, 1975).
 Tumbuhan mati berfungsi menyuburkan tanah untuk generasi berikutnya
(Pruitt, 1983).
 Tanaman mati untuk mengisolasi benih (dengan daun dan batang mati)
terhadap kerusakan musim dingin
4. Pengaruh faktor penuaan adalah
a) Penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya
senescence daun
b) Penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman
c) Pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat
menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence.
5. Proses senesen dimulai dengan pektinase dan selulase dirangsang membentuk sel-
sel di daerah absisi, dan akan melarutkan lamela tengah dinding yang melintang
tadi, sehingga tangkai daun lepas. Hubungan ikatan pembuluh yang terputus akan
tersumbat dengan dibentuknya tilosa (tylose), yaitu suatu zat sejenis “gum” dan
dilapisi sel-sel gabus. Dalam proses ini dua peristiwa terlibat, yaitu pembelahan
sel dan induksi hirdulose. Kedua proses ini merupakan proses metabolisme yang
aktif dan oleh karenanya merupakan bagian yang terprogram dalam
perkembangan tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pekan Baru: Pusat
Pengembangan Pendidikan Universitas Riau.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Loveless, R.A. 1987. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta
:Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai