Anda di halaman 1dari 40

I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daun merupakan organ yang amat beragam, baik dari segi morfologi
maupun anatomi. Struktur jaringan pembuluh dalam tangkai dan tulang daun
utama biasanya mirip dengan dalam batang. Ciri paling penting pada daun adalah
bahwa pertumbuhan apeksnya segera terhenti. Pada beberapa tumbuhan paku,
meristem tersebut tetap aktif selama waktu yang cukup lama. Pada paku lain,
seperti Ophioglossum, dan pada Spermatophyta, aktivitas meristem apeks daun
segera terhenti, sementara bentuk and ukuran daun ditentukan oleh pertumbuhan
interkalar dan marginal (Rosanti, 2011).
Istilah bagi seluruh daun pada tanaman adalah phyllom. Namun, dikenal
juga istilah daun hijau, katafil, hipsofil, kotiledon (keping biji), profil dan lain-
lain. Daun hijau berfungsi khusus untuk fotosintesis dan biasanya berbentuk pipih
mendatar sehingga mudah memperoleh sinar matahari dan gas CO 2. Katafil dalah
sisik pada tunas atau pada batang di bawah tanah dan berfungsi sebagai pelindung
atau tempat menyimpan cadangan makanan. Daun pertama pada cabang lateral
disebut prophyll, pada monokotil hanya ada satu helai prophyll, pada dikotil ada
dua helai. Hipsofil berupa berbagai jenis brakte yang mengiringi bunga dan
berfungsi sebagai pelindung. Kadang-kadang hipsofil berwarna cerah dan
berfungsi serupa dengan mahkota bunga. Kotiledon merupakan daun pertama
pada tumbuhan (Rosanti, 2011).
Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya
dengan akar. Setiap tumbuhan pada umumnya memiliki daun. Daun dikenal
dengan nama ilmiah folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa helaian,
berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau (Rosanti, 2013).
Fungsi utama daun adalah menyintesis bahan organik dengan
menggunakan sinar sebagai sumber energi melalui proses fotosintesis. Perubahan
energi ini terjadi di dalam organel sel khusus yang disebut kloroplas, yang di
dalamnya terdapat pigmen klorofil. Struktur luar dan dalam daun berkaitan
dengan perannya dalam proses fotosintesis dan transpirasi, dan biasanya rata dan
2

tipis sehingga memudahkan masuknya sinar matahari ke dalam sel. Luasnya


permukaan daun juga memungkinkan terjadinya pertukaran gas (Mulyani, 2010).
Daun yang runtuh selalu di ganti dengan yang baru, dan biasanya jumlah
daun baru yang terbentuk melebihi jumlah daun yang gugur, sehingga pada
tumbuhan yang paling besar di dapati jumlah daun yang semakin besar pula,
sehingga suatu batang pohon nampak makin lama makin rindang (Tjitrosoepomo,
2001).
Daun merupakan modifikasi dari batang, merupakan bagian tubuh
tumbuhan yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis
paling banyak berlangsung didaun. Fungsi daun antara lain sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis, menyerap CO2 dari udara, sebagai tempat
pengeluaran air melalui transpirasi dan gutasi, serta untuk respirasi. Daun juga
bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun
kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan skulen atau
xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpanan air
(Purnomo, 2010).
Modifikasi daun sangat bervariasi pada grup tanaman yang berbeda,
beberapa tanaman primitif daunnya merupakan perluasan secara lateral dari
tumbuh dimana epidermis batang dan pada beberapa tanaman paku-pakuan dan
tanaman berbiji kemungkinan merupakan sistem cabang dengan komponen yang
bergabung sebagian besar daun tanaman dikotil dan monokotil pasti phyllase yaitu
berupa petiole yang pipih dan meluas dan disokong dengan petiole (Heddy, 2010).

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini :

1. Mengamati, mempelajari, serta menggambarkan daun sehingga dapat


membedakan antara daun lengkap dan tidak lengkap.
2. Membedakan daun tunggal dan daun majemuk.
3. Mengetahui fungsi daun dalam bidang pertanian.
2
3

Manfaat

Manfaat dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui perbedaan pada


masing-masing daun, untuk mengetahui perbedaan tipe daun majemuk dan tipe
daun tunggal serta untuk mengetahui susunan serta macam-macam daun majemuk
dan daun tunggal.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya


dengan akar. Setiap tumbuhan pada umumya memiliki daun. Daun dikenal dengan
nama ilmiah folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa helai,
berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau (Nilasari, 2013).
Daun memiliki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini, daun
bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi mengolah
makanan melalui fotosintesis. Selain itu, daun juga berfungsi sebagai alat
transformasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis keseluruh tubuh
tumbuhan, dan daun juga berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan
respirasi yaitu pertukaran dan pernapasan gas (Rosanti, 2013).
Daun merupakan bagian terpenting dari suatu tumbuhan dan berfungsi
dalam proses fotosintesis. Pada sayatan epidermis daun bagian atas (adaksial)
hanya memperlihatkan bentuk sel epidermis, sedangkan pada daun bagian bawah
(abaksial) dapat dilihat adanya stomata ada yang membuka dan ada yang
menutup. Adanya stomata pada bagian bawah berfungsi untuk mengurangi
penguapan berlebihan. Tipe stomata pada daun adalah tipe parasitic dimana tiap
sel penutup didampingi satu atau lebih sel tetangga yang sumbu memanjangnya
sejajar dengan sumbu sel penutup (Yuzammi et al., 2015).
Daun biasanya tipis dan melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang
dinamakan klorofil, oleh karena itu daun biasanya, berwarna hijau dan
menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuhan-tumbuhan
nampak hijau pula. Bagian tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas,
akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang. Pada waktu akan
nuntuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi
perang (Tjitrosoepomo, 2001).
Menurut Tjitrosoepomo (2001), bentuk daun yang tipis melebar, warna
hijau dan duduknya pada batang yang menghadap ke atas itu memang sudah
selaras dengan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk:
Pengambilan zat-zat makanan (reasorbsi), terutama yang berupa zat gas (CO2),
5

Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi), Penguapan air (transpirasi), dan


Pernafasan (respirasi).
Tumbuhan mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat yang
diambil (diserap) tadi adalah zat-zat yang bersifat anorganik. Air beserta garam-
garam diambil dari tanah oleh akar tumbuhan, sedang gas asam arang (CO2) yang
merupakan zat makanan pula bagi tumbuhan diambil dari udara melalui celah-
celah halus yang disebut mulut daun (stomata).
Pengolahan zat anorganik menjadi zat organik dilakukan oleh daun
(sesungguhnya zat hijau daun atau klorofilnya) dengan bantuan sinar matahari.
Pekerjaan ini disebut asimilasi, jadi daun dapat disamakan dengan dapur bagi
tumbuhan. Setiap benda yang basah, di dalam ruang yang belum jenuh dengan
uap air akan menguapkan air ke dalam ruang tadi. Peristiwa ini merupakan suatu
peristiwa yang ada di dalam alam terkenal sebagai peristiwa difusi, yang bertujuan
untuk meniadakan perbedaan konsentrasi kandungan akan air antara ruangan
benda dengan benda yang basah itu (Tjitrosoepomo, 2001)
Penguapan itu akan berjalan terus sampai konsentrasi atau kadar air dalam
ruangan tempat benda itu sama dengan kadar air dalam benda, atau udara dalam
ruangan tadi tidak sanggup lagi menerima tambahan uap air, dengan lain
perkataan udara dalam ruangan tadi telah jenuh dengan uap air. Penguapan air
melalui daun menyebabkan air yang diserap oleh akar dari tanah itu di dalam
tubuh tumbuhan bergerak mengalir dari bawah ke atas. Adapun yang dimaksud
dengan penetesan air atau gutasi adalah keluarnya air dalam bentuk tetes-tetes
(Tjitrosoepomo, 2001).
Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan,
meskipun batang yang berwarna hijau juga melakukan fotositesis. Bentuk daun
sangat bervariasi, namun pada umumnya terdiri dari helaian daun (lamina) dan
tangkai daun (petiola) yang menyambungkan daun dengan buku batang. Sinar
matahari adalah salah satu pembantu untuk melakukan fotosintesis (Mitchel,
2003).
Daun umumnya terbagi dua, yaitu daun yang lengkap dan daun tidak
lengkap. Daun lengkap memiliki upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai
daun (petiolus), helaian daun (lamina). Daun merupakan suatu bagian tumbuhan
5

yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun
(Tjitrosoepomo, 2003).

Menurut Tjitrosoepomo (2001), daun yang lengkap mempunyai bagian


bagian berikut: Upih Daun atau Pelepah Daun (Vagina). Daun yang berupih
Menurut Tjitrosoepomo (2001), daun yang lengkap mempunyai bagian
bagian berikut: Upih Daun atau Pelepah Daun (Vagina). Daun yang berupih
6

Menurut Tjitrosoepomo (2001), daun yang lengkap mempunyai bagian-


bagain berikut : upih daun atau pelepah daun (vagina). Daun yang berupih
umumnya terdapat pada tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae),
suku rumput (Germineae), suku empon empon (Zingiberaceae), pisang (Musa
sapientum L), golongan palma (Palmae). Upih daum selain merupakan bagian
daun yang melekat atau memeluk batang, juga dapat mempunyai fungsi lain :
Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat dilihat pada tanaman
tebu (Saccharum offinacarum), memberi kekuatan pada batang tanaman dalam hal
ini upih daun daun semuanya membungkus batang, sehingga batang tidak tampak,
bahkan yang tampak sebagai batang dari luar adalah upih-upihnya tadi.
Tangkai daun (Petiolus), tangkai daun merupakan bagian daun
yang mendukung helaiannya dan bertugas untuk menempatkan helaian
daun tadi pada posisi sedemikian rupa. Hingga dapat memperoleh cahaya
matahari yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran tangkaian daun
amat berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pada satu
tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda-beda. Umumnya tangkai
daun berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada
pangkalnya. Jika berdasarkan pada penampang melintangnya dapat
diketahui beberapa kemungkinan berikut : bulat dan berongga, pipih dan
tepinya melebar (bersayap), bersegi, setengah lingkaran dan seringkali sisi
atasnya beralur dangkal atau beralur dalam (Tjitrosoepomo, 2001).
Daun lengkap dapat dijumpai pada beberapa macam tumbuhan,
misalnya pohon pisang (Musa paradisiacal L). pohon pinang (Areca
catechu L). bambu (Bambusa sp). Walaupun tangkai daun biasanya
menebal pada bagan pangkalnya, ada pula tangkai daun yang mehebal
pada pangkal dan ujungnya, misalnya pada daun pohon kupu-kupu
(Bauhinic purpurea L). Dalam uraian mengenai susunan daun telah
dikemukakan pula. Bahwa tangkai daun dapat mengalami pergaritian
bentuk (metamorfosis) menjadi semacam helatan daun yang dinamakan
filodia (Tjitrosoepomo, 2001).
Helaian daun (Lamina), tumbuhan satu sama lain memiliki helaian
daun yang berbeda baik mengenai bentuk, ukuran maupun warnanya.
5

Sebatang pohon dapat mempunyai hanya beberapa helaian daun saja,


misalnya pisang, tetapi dapat pula memiliki helaian yang banyak misalnya
pohon beringin. Suatu tanaman yang memperlihatkan bentuk daun yang
berbeda dalam satu pohon, dikatakan memperlihatkan sifat heterofili, jika
masing-masing terdapat pada cabang yang berlainan. Jika pada satu
cabang terdapat kedua macam bentuk daun tadi, sifatnya disebut anisofili
(Sativa, 2012).
7

memperlihatkan bentuk daun yang berbeda dalam satu pohon, dikatakan


memperlihatkan sifat heterofili, jika masing-masing terdapat pada cabang yang
berlainan. Jika pada satu cabang terdapat kedua macam bentuk daun tadi, sifatnya
disebut anisofili (Sativa, 2012).
Daun majemuk merupakan tangkai daunnya bercabang-cabang dan helaian
daunnya terletak pada cabang-cabang tersebut. daun majemuk memiliki tiga
struktur yaitu ibu tangkai (petiolus communis), anak daun (foliolum) dan tangkai
anak daun (petiololus). Ibu tangkai daun merupakan struktur tangkai daun yang
paling besar, yang langsung duduk pada batang. Anak-anak daun merupakan
helaian daun yang terbagi-bagi menjadi beberapa helaian yang kecil (Rosanti,
2013).
Jenis-jenis daun majemuk : daun majemuk menyirip (Pinnatus), daun
majemuk menyirip mempunyai anak-anak daun yang tersusun di kiri dan di kanan
ibu tangkai daun (petioles communis). Biasanya daun-daun maiemuk meyirip
memiliki ukuran anak daun yang kecil. Daun majemuk menjari (Palmatus) atau
Digitatus), cara untuk menentukan apakah suatu daun memiliki struktur daun
maiemuk menjari hampir sama dengan menentukan sistem tulang daun menjari.
Pada daun majemuk menjari, yang harus diperhatikan adalah susunan anak-anak
daun yang terpencar dari ujung ibu tangkai daun, seperti pada jari-jari tangan.
Daun majemuk campuran (Digitatopinnatus), struktur daun majemuk campuran
merupakan perpaduan dari daun majemuk menjari dan daun majemuk menyirip.
Pada ujung ibu tangkai daun tersusun cabang-cabang yang terpencar seperti jari.
Pada cabang cabang tersebut duduk anak-anak daun yang tersusun menyirip.
Contohnya daun putri malu dengan nama latin Mimosa pudice (Rosanti, 2013).
Talas (Colocasia exculenta (L). Schott) merupakan salah satu umbi-
umbian yang banyak ditanam di Indonesia.Talas termasuk devisi Spermatophyta
subdivisi Monocotyledoneae, ordo Aracales, famili Araceae, genus Calocasia dan
spesies Colocasia exculenta (L.) Schott. Tanaman talas mempunyai variasi yang
besar baik karakter morfologi seperti umbi, daun dan pembungaan serta kimiawi
seperti rasa dan aroma tergantung varietas dan tempat talas ditanam (Hartati &
Prana, 2003)
Kingdom : Plantae
8

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatelas
Famili : Araceae
Genus : Colocasia
Spesies : Colocasia esculenta
Tanaman mangga terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Batang
tanaman manga yang masih muda terbentuk dari kulit yang amat tipis disebut
kulit ari atua epidermis kemudian kulit ini dirubah menjadi lapisan gabus. Bila
ohon bertambah tua, lapisan ini tidak tumbuh lagi, melainkan pecah-pecah karena
dibagian sebelah dalam kulit timbul lapisan gabus baru (Nilasari, 2013).
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Family : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera indica
Menurut Sudarminto (2015), tanaman tebu (Saccharum officinarum)
adalah tanaman yang termasuk ke dalam rumput-rumputan. Tebu banyak
ditemukan di wilayah dengan iklim tropis. Klasifikasi tanaman tebu sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum
Menurut Hafiz (2017), tanaman belimbing (Averrhoa carambola) adalah
tanaman yang memiliki sistem perakaran tunggang dan diameter batangnya
8

sekitar 30 cm serta memiliki daun yang majemuk. Klasifikasi tanaman belimbing


sebagai berikut:
9

Kingdom : Plantae
Divisi : Magniliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa carambola
Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang
bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya
pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bias
diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah
(crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet (Purwanta, 2008).
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Species : Hevea brasiliensis
Jeruk (atau limau/limo) purut (Citrus hystrix) merupakan
tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai
bumbu penyedap masakan. Dalam perdagangan internasional dikenal
sebagai kaffir lime (Munawaroh et al,. 2010).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Geraniales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Species : Citrus hystrix
Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya Brazil dan Paraguay.
penyebarannya hampir ke seluruh negara termasuk Indonesia. Singkong ditanam
10

di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810 yang diperkenalkan oleh orang Portugis
dari Brazil. Singkong merupakan tanaman yang penting bagi negara beiklim
tropis seperti Nigeria, Brazil, Thailand, dan juga Indonesia. Ke empat negara
tersebut merupakan negara penghasil singkong terbesar di dunia (Soelistijono,
2006).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot utilisima
Tanaman lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman yang
banyak tumbuh pada iklim tropis ataupun subtropis dan sudah digunakan
sejak lama karena fungsi pengobatannya. Lidah buaya dapat tumbuh di
daerah beriklim dingin dan juga di daerah kering, seperti Afrika, Asia dan
Amerika. Hal ini disebabkan bagian stomata daun lidah buaya dapat
tertutup rapat pada musim kemarau karena untuk menghindari hilangnya
air daun. Lidah buaya dapat tumbuh pada suhu optimum untuk
pertumbuhan berkisar antara 16 – 33 oC dengan curah hujan 1000-3000
mm dengan musim kering agak panjang, sehingga lidah buaya termasuk
tanaman yang efisien dalam penggunaan air (Furnawanthi, 2004).
Klasifikasi tanaman lidah buaya menurut Maryam, (2013). Adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Mangnoliophyta
Ordo : Lilieropsida
Kelas : Asparagales
Genus : Aloe
Species : Aloe vera
11
III. BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, 20 Maret 2023 pukul 14.50


s.d. 16.30 WITA. Di lapangan futsal Fakultas Pertanian, Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Bahan dan Alat

Bahan

Daun talas (Colocasia esculenta). Digunakan sebagai objek


pengamatan.
Daun mangga (Mangifera indica). Digunakan sebagai objek
pengamatan.
Daun tebu (Saccharum officinarum). Digunakan sebagai objek
pengamatan.
Daun belimbing (Averrhoa carambola). Digunakan sebagai objek
pengamatan.
Daun karet (Hevea brasiliensis). Digunakan sebagai objek
pengamatan.
Daun jeruk purut (Citrus hystrix). Digunakan sebagai objek
pengamatan.
Daun singkong (Manihot utilisima). Digunakan sebagai objek
pengamatan.
Daun lidah buaya (Aloe vera). Digunakan sebagai objek
pengamatan.

Alat
18

Alat tulis. Alat tulis digunakan sebagai alat untuk menuliskan dan
menggambar hasil pengamatan
Laporan sementara. Laporan sementara digunakan sebagai tempat
untuk menuliskan dan mengambarkan hasil pengamatan
Kamera. Kamera digunakan sebagai alat dokumentasi hasil
pengamatan.
12

Pelaksaan Praktikum

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan bahan yang akan diamati.


2. Mengidentifikasi bagian-bagian daun untuk membedakan antara daun
lengkap, daun tidak lengkap, daun tunggal dan majemuk
3. Menggambarkan hasil pengamatan dengan keterangan yang jelas dan mencari
klasifikasi masing-masing tanaman dan memberikan hasil identifikasi masing-
masing daun.
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil praktikum ini berupa data pengamatan yang dapat dilihat pada
beberapa tabel berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan morfologi daun talas
Gambar Sketsa

Daun Talas
(Colocasia esculenta)
Identifikasi

Daun talas termasuk tanaman daun lengkap, karena memiliki


upih/pelepah dau (vagina), tangkai daun (petiole), dan helaian daun
(lamina). Daun talas juga termasuk daun tunggal, karena hanya
memiliki satu helai daun yang disebut folium complex.

Daun talas (Colocasia esculenta), termasuk tumbuhan daun


lengkap karena memiliki pelepah/upih daun (vagina), tangkai daun
(petiole), dan helaian daun (lamina) sehingga daun talas termasuk kedalam
daun tunggal karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian
daun saja.
Sebagaimana Warintek (2014), tanaman keladi (talas) merupakan
tanaman yang berdaun engkap karena mempunyai bagian daun berupa
pelepah daun, tangkai daun, dan helaian daun. Daun keladi merupakan
14

daun yang memiliki bangun daun yang unik yaitu berbentuk seperti
perisai, ujung daun dari daun keladi adalah meruncing. Tepi daunnya agak
berombak dan daging daunnya tipis lunak (herbaceus). Pertulangan
daunnya menyirip. Pada permukaan atas daun terasa licin (laevis) dan
berwarna hijau tua, sedangkan pada bagian bawah daun berwarna hijau
muda dan juga terasa licin (laevis).

Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi daun mangga


Gambar Sketsa

Daun mangga
(Mangifera indica).
Identifikasi

Daun mangga termasuk daun tidak lengkap, karena hanya


memilik helaian daun (petiole) dan tangkai daun (lamina) yang disebut
daun bertangkai. Daun mangga juga termasuk daun tunggal, karena pada
tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja yang disebut
folium comple.

Daun mangga (Mangifera indica), termasuk tumbuhan daun tidak


lengkap karena pada daun mangga tidak memiliki upih/pelepah daun tetapi
tangkai daun dan helaian daun ada jadi, daun manga disebut juga sebagai
daun bertangkai. Tetapi,daun manga di sini termasuk dalam kelompok
daun tunggal karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian
daun saja.
14

Daun mangga berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau. Warna


hijau daun disebabkan oleh kandungan klorofil. Sedangkan, daun yang
masih muda biasa
daun disebabkan oleh kandungan klorofil. Sedangkan, daun yang masih muda
biasanya berwarna kemerahan, keunguan, atau kekuningan yang kemudian hari
akan berubah pada bagian permukaan bagian atas menjadi hijau mengkilat,
sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Mangga hanya
memiliki satu daun pada tangkainya, sehingga disebut tanaman daun tunggal.
Fungsi daun sebagai tempat fotosintesis, transpirasi, dan sebagai alat respirasi
(pernapasan) (Rukmana, 1997)
15

berwarna kemerarahan, keunguan, atau kekuningan yang kemudian hari akan


berubah pada bagian permukaan bagian atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan
bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Mangga hanya memiliki satu
daub pada tangkainya, sehingga disebut tanaman daun tunggal. Fungsi daun
sebagai tempat fotosintesis, transipari, dan sebagai alat respirasi yang dikenal
dengan pernapasan (Rukmana, 1997).

Tabel 3. Hasil pengamatan morfologi daun tebu


Gambar Sketsa

Daun tebu
(Saccharum officinarum)

Identifikasi

Daun tebu termasuk daun tidak lengkap, karena hanya memiliki


helaian daun (petiole) dan upih/pelepah daun (vagina) sehingga disebut
daun berupih. Daun tebu juga termasuk daun tunggal, karena pada
tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja yang disebut
folium complex.

Daun tebu (Saccharum officinarum), termasuk daun tidak lengkap


karena hanya terdapat helaian daun (lamina) dan pelepah/upih daun
(vagina) namun, tidak memiliki tangkai daun (petiole) jadi, daun tebu
disebut juga sebagai daun berupih. Sehingga daun tebu juga termasuk
16

dalam kelompok daun tunggal karena pada tangkai daunnya hanya


terdapat satu helaian daun saja.
Daun tanaman tebu adalah daun tidak lengkap, karena terdiri dari
helai daun dan pelepah daun saja, sedang tangkai daunnya tidak ada.
Kedudukan daun berpangkal pada buku. Diantara pelepah daun dan
helaian daun terdapat sendi segitiga dan pada bagian sisi dalamnya
terdapat lidah daun yang membatasi antara helaian daun dan pelepah daun.
Ukuran lebar daun sempit kurang 4 cm, sedang antara 4-6 cm dan lebar 6
cm. Daun tebu berbentuk seperti pita, tidak bertangkai dan memiliki
pelepah seperti daun jagung muncul berselingan pada bagian kanan
16

antara 4-6 cm dan lebar 6 cm. Daun tebu berbentuk seperti pita, tidak bertangkai
dan memiliki pelepah seperti daun jagung muncul berselingan pada bagian kanan
dan kiri. Tepi daun kadang-kadang bergelombang serta berbulu keras
(Indrawanto, 2010).

Tabel 4. Hasil pengamatan morfologi daun belimbing


Gambar Sketsa

Daun belimbing
(Averrhoa carambola)

Identifikasi

Daun belimbing merupakan daun tidak lengkap, karena hanya


memiliki tangkai daun dan pelepah daun (daun bertangkai). Daun
belimbing juga termasuk daun majemuk menyirip, karena tangkainya
bercabang-cabang dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian
daun disebut folium compositum.

Daun belimbing (Averrhoa carambola) daunnya merupakan daun


tidak lengkap. Dikatakan tidak lengkap karena daun belimbing hanya
memiliki tangkai dan helaian daun. Berdasarkan jumlah daunnya, daun
belimbing merupakan daun majemuk menyirip ganda/berpasangan
(paripinnatus).
Daunnya termasuk dalam daun majemuk. Tangkai daunnya
pendek, pangkal daun agak besar pada bagian atasnya. Panjang daun
16

sekitar 18 cm, pada setiap daun terdapan 1-2 anak daun yang letaknya
selang seling secara berlawanan. Anak daun panjangnya sekitar 1,5–9 cm,
lebar 1–4,5 cm, berbentuk lonjong, bagian pangkalnya bulat dan ujungnya
runcing. Setiap anak daun mempunyai 3–10 pasang tulang daun lateral
(Rukmana, 2006).
17

panjangnya sekitar 1,5 – 9 cm, lebar 1 – 4,5 cm, berbentuk lonjong, bagian
pangkalnya bulat dan ujungnya runcing. Setiap anak daun mempunyai 3-10
pasang tulang daun lateral (Rukmana, 2006).

Tabel 5. Hasil pengamatan morfologi daun karet


Gambar Sketsa

Daun karet
(Hevea brasiliensis)
Identifikasi

Daun karet termasuk daun tidak lengkap, karena hanya terdapat


tangakai daun (petiole) dan helaian daun (lamina) sehingga disebut daun
bertangkai. Daun karet juga termasuk daun majemuk menjari beranak tiga,
karena pada tangkai daunnya bercabang-cabang dan baru pada cabang tangkai
ini terdapat helaian daun sehingga disebut folium compositum.

Daun Karet (Hevea brasiliensis), berdasarkan bagiannya daun karet


memiliki helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiole), termasuk dalam daun
tidak lengkap jadi, daun karet disebut juga sebagai daun bertangkai. Berdasarkan
jumlah daun pada tangkainya termasuk daun majemuk menjari, masuk bagian
daun majemuk beranak daun tiga Karena tangkai daunnya bercabang-cabang dan
baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daun.
Daun karet berwarna hijau. Daun ini ditopang oleh daun utama dan
tangkai anak daunnya antara 3-10 cm. Pada setiap helai terdapat tiga helai anak
16

daun. Daun tanaman karet akan menjadi kuning atau merah pada saat musim
kemarau. (Setiawan & Andoko, 2005).
18

tanaman karet akan menjadi kuning atau merah pada saat musim kemarau.
(Setiawan & Andoko, 2005).

Tabel 6. Hasil pengamatan morfologi daun jeruk purut


Gambar Sketsa

Daun jeruk purut


(Citrus hystrix)
Identifikasi

Daun jeruk purut termasuk daun tidak lengkap, karena hanya terdapat
tangkai daun (petiole) dan helaian daun (lamina) sehingga disebut daun
bertangkai. Daun jeruk purut juga termasuj daun majemuk beranak satu, karena
terlihat seperti daun tunggal tetapi bukan, karena ada persendian (articulation)
pada tangkai daun sehingga helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu
tangkai.

Daun ieruk purut (Citrus hystrix) merupakan daun tidak lengkap karena
hanya memiliki tangkai daun (petiole), dan helaian daun (lamina) jadi, daun jeruk
purut disebut juga sebagai daun bertangkai. Berdasarkan jumlah daun pada
tangkai termasuk ke dalam daun majemuk beranak satu karena terlihat seperti
daun tunggal tetapi bukan, karena ada persendian pada tangkai daun sehingga
helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu tangkai selain itu juga tidak
memiliki upih/pelepah daun (vagina).
19

Jeruk purut memiliki daun majemuk menyirip beranak daun satu dan
tangkai daun sebagian melebar menyerupai anak daun. Helaian anak daun
berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal membundar atau tumpul, ujung
tumpul sampai meruncing, tepi beringgit, panjang 8 – 15 cm, lebar 2 – 6 cm,
kedua permukaan licin dengan bintik-bintik kecil berwarna jernih, permukaan atas
warnanya hijau tua agak mengkilap, permukaan bawah hijau muda atau hijau
kekuningan, buram, dan jika diremas baunya harum. Bunganya berbentuk bintang
dan berwarna putih kemerah-merahan atau putih kekuning-kuningan. Bentuk
buahnya bulat telur, kulitnya hijau berkerut, berbenjol-benjol, dan rasanya asam
agak pahit (Soepomo, 2012).

Tabel 7. Hasil pengamatan morfologi daun singkong


Gambar Sketsa

Daun singkong
(Manihot utilisima)
Identifikasi

Daun singkong termasuk daun tidak lengkap, karena hanya terdapat


tangkai daun (petiole) dan helaian daun (lamina) sehingga disebut daun
bertangkai. Daun singkong termasuk daun majemuk menjari, karena memilik
bagian-bagian di antaranya yang meliputi ujung daun yang meruncing, pangkal
daun yang meruncing, tepi daun yang rata dan tangkai daun.
19

Daun singkong (Manihot utilisima), berdasarkan bagiannya daun singkong


ini memiliki helaian daun (lamina), dan tangkai daun (petiode) jadi termasuk
bagian daun tidak lengkap jadi, daun singkong disebut juga sebagai daun
bertangkai. Berdasarkan jumlah daun pada tangkai termasuk ke dalam daun
majemuk beranak lima dan beranak banyak karena memiliki bagian-bagian yang
diantaranya yang meliputi ujung daun yang meruncing. pangkal daun yang
meruncing, tepi daun yang rata dan tangkai daun.
20

Daun singkong (Manihot utilisima), berdasarkan bagiannya daun singkong


ini memiliki helaian daun (lamina), dan tangkai daun (petiode) jadi termasuk
bagian daun tidak lengkap jadi, daun singkong disebut juga sebagai daun
bertangkai. Berdasarkan jumlah daun pada tangkai termasuk ke dalam daun
majemuk beranak lima dan beranak banyak karena memiliki bagian-bagian yang
diantaranya yang meliputi ujung daun yang meruncing. pangkal daun yang
meruncing, tepi daun yang rata dan tangkai daun.
Singkong mempunyai daun yang berwarna kehijauan dengan tulang daun
majemuk menjari dan tangkai daun yang pendek 3-5 cm. Batang tanaman
singkong berbentuk bulat dengan diameter 2,5-4 cm, ketinggian dapat mencapai
1-4 meter. Batang singkong pada umumnya berwarna hijau dan pada saat tua
berubah keputih-putihan, hijau kelabu, dan coklat kelabu. Bagian akar singkong
membesar dan membentuk umbi dengan panjang 50-80 cm, untuk bagian tengah
terdapat sumbu yang berfungsi sebagai penyalur makanan hasil fotosintesis dari
daun ke akar/umbi. Umbi terdiri dari 3 lapis yaitu kulit luar berwarna coklat,
lapisan kulit dalam berwarna putih kekuningan, dan lapisan daging berwarna
putih atau putih kekuningan, di antara kulit dalam dan luar terdapat jaringan
kambium yang menyebabkan umbi dapat membesar (Jurni, 2020).

Tabel 8. Hasil pengamatan morfologi daun lidah buaya


Gambar Sketsa

Daun lidah buaya


(Aloe vera)
21

Identifikasi

Daun lidah buaya termasuk daun tidak lengkap, karena hanya memiliki
helaian daun (lamina) sehingga disebut daun duduk. Daun lidah buaya juga
termasuk daun tunggal, karena hanya memiliki satu helaian daun saja yang
disebut folium complex.
Tabel 9. Lanjutan hasil pengamatan morfologi daun lidah buaya

Lidah buaya merupakan daun tunggal, bentuk lanset, atau membentuk


gergaji, yakni ujung meruncing dan pangkalnya mengembung. Daunnya juga
berdaging tebal (kurang lebih 1 – 2,5 cm untuk yang berumur 12 bulan), tidak
bertulang daun, berwarna hijau keabu-abuan dan memiliki lapisan lilin
dipermukaannya (Purbaya, 2003).
Daun lidah buaya (Aloe vera) merupakan daun tidak lengkap. Dikatakan
tidak lengkap karena daun lidah buaya hanya memiliki helaian daun yang
menempel dibatangnya atau disebut dengan daun duduk. Berdasarkan jumlah
daunnya, daun lidah buaya merupakan daun tunggal.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat diambil kesimpulan :


1. Daun adalah organ tumbuhan penghasil utama bahan makanan melalui proses
yang kompleks dan bantuan sinar matahari yang disebut proses fotosintesis.
2. Fungsi daun ada empat yaitu sebagai reabsobsi, asimilasi, transpirasi, dan
respirasi.
3. Daun terbagi menjadi 2 yaitu daun lengkap dan daun tidak lengkap. Daun
lengkap adalah dimana suatu daun memiliki bagian-bagian penting seperti
upih/pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiole), dan helaian daun (lamina).
Sedangkan yang dimaksud dengan daun tidak lengkap ialah dimana daun
tersebut tidak ada salah satu bagian-bagian pentingnya atau utama pada daun
lengkap.
4. Berdasarkan jumlah tangkainya, daun terbagi menjadi dua macam yaitu daun
tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang tangkai daunnya
hanya terdapat satu helaian daun saja. Sedangkan daun majemuk adalah daun
yang tangkai daunnya terdiri dari banyak helaian daun.
5. Dari pengamatan yang dilakukan ada satu tanaman yang termasuk lengkap
yaitu daun talas sedangkan tujuh tanaman lainnya termasuk dalam daun tidak
lengkap yakni daun mangga, daun tebu, daun belimbing, daun karet, daun
jeruk purut, daun singkong, dan daun lidah buaya.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah agar para praktikan harus bekerja sama
dalam mengikuti praktukim agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................ i

DAFTAR TABEL........................................................................................ 1 ii

I. PENDAHULUAN................................................................................. 1

Latar belakang.................................................................................. 1
Tujuan.............................................................................................. 2
Manfaat............................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4

III. BAHAN DAN METODE...................................................................... 11

Waktu dan tempat............................................................................ 11


Bahan................................................................................... 11
Alat....................................................................................... 11
Pelaksanaan praktikum.................................................................... 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 13

V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 22

Kesimpulan...................................................................................... 22
Saran................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 23

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Hasil pengamatan morfologi daun talas........................................... 13

2. Hasil pengamatan morfologi daun mangga..................................... 14

3. Hasil pengamatan morfologi daun tebu........................................... 15

4. Hasil pengamatan morfologi daun belimbing.................................. 16

5. Hasil pengamatan morfologi daun karet.......................................... 17

6. Hasil pengamatan morfologi daun jeruk purut................................ 18

7. Hasil pengamatan morfologi daun singkong................................... 19

8. Hasil pengamatan morfologi daun lidah buaya................................ 20

9. Lanjutan hasil pengamatan morfologi daun lidah buaya................. 21

DAFTAR PUSTAKA
Furnawanthi, I. (2004). Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib.
Jakarta: Agromedia Pustaka

Hafiz, I. (2017). Pengaruh Tingkat Kematangan Buah Belimbing (Averrhoa


carambola) dan Proporsi Penambahan Gula Terhadap Karakteristik
Fisiokimia dan Organcoleptik Lempok Belimbing. Jurnal Pangan dan
Argoindustri Universitas Brawijaya, 5(2), 45-57.

Hartati, N. S & Prana, T. K. (2003). Analisis kadar pati dan serat kasar tepung
beberapa kultifar talas (Colocasia esculenta L.). Natur Indonesia. 6 (1):
29-33.

Heddy. (2010). Penuntun Praktikum Botani. FAPERTA UIN Suska Riau. Pekan
Baru.

Idarianawaty. (2011). Biology 2 Junior High School Yeal VIII.


https://idarianawaty.files.wordpress.com.

Indrawanto, P (2010). Budidaya dan Kementerian Pertanian. Tentang Pedoman


Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok tani Pasca Panen
Tebu. Eska Media. Jakarta.

Jurni, J. (2020). Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Singkong (Manihot


esculenta).
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surabaya. Surabaya.

Maryam, I. (2013). Efektifitas Ekstrak Aloe vera terhadap Pertumbuhan Bakteri


Staphylococcus aureus, Skripsi. Fakultas Kedokteraan Gigi Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Munawaroh, S., Handayani, & Astuti P. (2010). Ekstraksi Minyak Daun Jeruk
Purut (Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal
Kompotensi Teknik. 2(1): 73-78.

Purbaya, J. R. (2003). Mengenal Dan Memanfaatkan Khasiat Aloe vera (Lidah


Buaya), CV Pioner Jaya Bandung, Bandung.

Purnomo. (2010). Daun Majemuk dan Duduk Daun. Erlangga : Jakarta.

Purwanta, H. J. (2008). Teknologi Budaya Karet. Balai Besar Pengkajian dan


Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.

Rosanti. D. (2013). Morfologi Tumbuhan. Erlangga : Jakarta.

Rukmana. R. (1997). Mangga (Seri Budi daya). Kanisius : Yogyakarta.


Rukmana, A. (2006). Pengelolaan Kelas dan Berbagai Faktor Yang
Mempengaruhi. Remaja : Jakarta.
Sativa, A. (2013). Laporun Botani Morfologi dan Modifikasi Daun. Website:
http://blog.ub.ac.id ardinansativa files//

Setiawan & Andoko. (2005). Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. PT. Agromedia
Pustaka Tanggerang.

Soelistijono, (2006). Tanaman Singkong. Penebar Swadaya : Jakarta

Sudarminto. (2015). Tanaman Tebu (Saccharum officinarum). Darsatop


Universitas Brawijaya, 6-8.

Tjitrosoepomo, G. (2001). Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press,


Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G. (2003). Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada. University Press.


Yogyakarta.

Warintek. (2014). Talas. Website: http://warintek.ristek/pangan kesehatan/223344


tanaman obat/depkes/2-014.pdf.

Yuzammi, J., Suwastika, N., & Pitopang, R., (2015). Studi Beberapa Aspek
Botani Amorphophallus paeoniifolius Dennst. Nicolson (Araceae) di
Lembah Palu. Palu: Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako
Palu Indonesia. Online Jurnal of Natural Science ISSN: 2338-0950,
4(1) :17-31.

Anda mungkin juga menyukai