Oleh
Kelompok 2:
Offering H
Oleh
Arik Anggara
Lita Neldya Putri
Maya Erisma Lativa
Ratri Arum Apsari
Sinta Dewi Misbahol Kurnia
Umumnya bakteri adalah organisme sel satu dengan bentuk bola, batang atau tangkai,
atau spiral, tetapi beberapa ada yang berbentuk filamen. Bakteri secara luas tersebar di alam
seperti di lingkungan air dan pada zat atau bahan yang busuk dan beberapa dapat
menyebabkan penyakit (Black. 2012).
Pengetahuan mengenai morfologi dan struktur halus bakteri diperoleh Dalam dua kurun
waktu yang berbeda. Pengamatan-pengamatan yang dibuat oleh Leeuwenhoek dengan
mikroskopnya yang sederhana menampakkan penampilan kasar mikroorganisme,
termasuk bakteri. Gambar-gambarnya yang telah dibuatnya dengan hati-hati mengenai
apa yang kini kita kenal sebagai bakteri menampakkan bentuk- bentuk sel yang bundar,
seperti batang atau spiral. Perbaikan-perbaikan selanjutnya dalam mikroskopi cahaya,
termasuk teknik-teknik pewarnaan telah memungkinkan untuk mengamati dengan lebih
tepat bentuk khas sel-sel ini, ukurannya, sebagian dari struktur luarnya serta pola
penataannya. Ukuran, bentuk, serta penataan merupakan ciri morfologi kasar sel suatu
spesies bakteri (Pelczar dan Chan, 2008).
Gambar Ciri-Ciri Koloni
(Sumber: Hadioetomo, 1985:66)
Ukuran dan bentuk banyak sekali dipergunakan di dalam identifikasi dan klasifikasi
sel-sel mikroorganisme. Dimensi sel pada umumnya dinyatakan dalam satuan
mikrometer (μm), yaitu suatu satuan pengukuran yang besarnya 1/1000 mm. Berbagai
jenis mikroorganisme mempunyai ukuran yang beragam, dari mulai kurang dari 1 μm
sampai dengan beberapa μm. Pengukuran yang tepat sel mikroorganisme dapat
dilakukandengan cara menyisipkan suatu mikrometer okular pada lensa okular
mikroskop yang digunakan untuk mengamati sel tersebut. Mikrometer okular pada umumnya
merupakan suatu piringan kaca bundar yang pada salah satu permukaannya terukir
skala pengukuran. Sebelum digunakan untuk mengukur sel, mikrometer okular
ini terlebih dahuluharus ditera terhadap mikrometer pentas yang sudah memiliki skala
yang pasti (Hadioetomo, 1985).
Jumlah Koloni 8 9
Ciri lainnya - -
2) Peneraan Mikroskop
10 𝜇𝑚 2,5𝜇𝑚 1𝜇𝑚
Perbesaran 10x10
Mikrometer Okuler = 5 mm
Mikrometer Obyektif = 0,05 mm
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 𝑜𝑏𝑦𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 0,05
- = = 0,01 𝑚𝑚 = 10 𝜇𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 𝑜𝑘𝑢𝑙𝑒𝑟 5
Perbesaran 40x10
Mikrometer Okuler = 20 mm
Mikrometer Obyektif = 0,05 mm
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 𝑜𝑏𝑦𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 0,05
- = = 0,0025 𝑚𝑚 = 2,5𝜇𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 𝑜𝑘𝑢𝑙𝑒𝑟 20
Perbesaran 100x10
Mikrometer Okuler = 10 mm
Mikrometer Obyektif = 0,01 mm
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 𝑜𝑏𝑦𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 0,01
- = = 0,001 𝑚𝑚 = 1𝜇𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 𝑜𝑘𝑢𝑙𝑒𝑟 10
Koloni Ukuran
Pada praktikum ini, dilakukan peneraan skala micrometer okuler. Tujuan lain dari
praktikum ini adalah untuk mempermudah dalam penggunaan mikroskop yang melibatkan
pengukuran baik panjang maupun diameter suatu bakteri. Oleh karena itu, pada praktikum
ini, setiap kelompok praktikan diwajibkan menera 1 mikroskop untuk dapat digunakan
selama pembelajaran (praktikum selanjutnya). Setiap kelompok memiliki satu mikroskop
yang bernomor sama setiap kali praktikum agar mempercepat (mengefisienkan) waktu
praktikum yang melibatkan pengukuran. Peneraan skala mikroskop okuler dilakukan
menyetarakan nilai skala mikroskop objektif dengan skala mikroskop okuler. Pada mikroskop
yang digunakan adalah mikroskop no 10, didapatkan peneraan untuk 1 skala mikroskop
okuler pada perbesaran 100x sebesar µm , 10 400x yaitu 2,5 µm dan 1 µm pada perbesaran
1000x. Peneraan dilakukan pula pada perbesaran 1000x karena pada perbesaran ini sel
bakteri lebih mudah diamati dan diukur. Pada saat menera, diharuskan angka nol pada skala
mikroskop okuler dan skala mikroskop objektif berhimpit sehingga hasil yang didapat valid
Setelah peneraan selesai, maka dilanjutkan menghitung panjang sel bakteri yang telah
ditemukan. Pada pengukuran ini hanya menggunakan perbesaran 1000x karena bakteri yang
akan diamati berukuran sangat kecil tidak lebih dari 4 𝜇𝑚 sehingga dalam pengukurannya
tidak bisa jika hanya memakai mikroskop. Oleh karena itu, memerlukan bahan tambahan
yakni minyak imersi yang berfungsi sebagai pemerjelas bakteri yang akan di ukur, karena
mampu memperkecil indeks bias lensa obyektif ke objek (sediaan bakteri). Kemudian,
pengukuran bakteri ini juga tidak cukup jika hanya mengukur satu bakteri saja. Oleh karena
itu, pengukuran bakteri dilakukan lebih dari satu sel kemudian diambil rata-ratanya agar hasil
yang diperoleh valid. Kami mengambil dua sel bakteri dengan bentuk yang sama yakni
berbentuk bundar. Setelah hasil pengkuran pada perbesaran 1000x yang menggunakan
minyak imersi diperoleh diameter sel bakteri koloni A yaitu 5,7 mm dan sel bakteri pada
koloni B yaitu 3 mm.
G. KESIMPULAN
1. Morfologi bakteri dari kolong selokan FMIPA yaitu koloni bakteri A memiliki bentuk
bundar dengan tepian menyebar, tepi koloni tidak beraturan, elevasinya seperti
tombol, bewarna putih, suram, tidak pekat dan tipe pertumbuhan pada medium mirim
yaitu seperti pedang sedangkan pada koloni bakteri B memiliki bentuk bundar, tepi
koloni licin, elevasinya cembung, bewarna oranye, mengkilap, pekat dan tipe
pertumbuhan pada medium mirim yaitu seperti pedang. Jadi bakteri tersebar dimana-
mana dan memiliki ciri morfologi yang berbeda-beda walaupun berada di satu tempat
yang sama.
2. Pada mikroskop yang digunakan dalam pengamatan dan pengukuran sel bakteri
adalah no 10. Berbagai jenis bakteri mempunyai ukuran yang beragam, mulai dari 1
µm. Dimensi sel pada umumnya dinyatakan dalam satuan mikrometer (µm), yaitu
suatu satuan yang besarnya 1/1000 mm. Pengukuran yang tepat terhadap sel bakteri
menggunakan mikrometer okuler. Pada perbesaran 400x didapatkan peneraan untuk
1 skala mikroskop okuler pada perbesaran 100x sebesar 10 µm, 400x yaitu 2,5 µm
sedangkan pada perbesaran 1000x didapatkan peneraan untuk 1 skala mikroskop
okuler sebesar 1 µm.
3. Bentuk bakteri yang diperoleh dari kolong selokan FMIPA yaitu berbentuk bundar.
Pada koloni bakteri A diperoleh hasil rata-rata diameter sebesar 5,7 mm dan koloni
bakteri B diperoleh diameter rata-rata yaitu 3 mm.
H. DAFTAR RUJUKAN
Black, Jacquelun G. 2012. Microbiology: Principles and Exploration Eight Edition. USA:
Unites States of America.
Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan
Hadioetomo, Ratna Siri. 2005. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta: Gramedia
Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan, 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press
Volk, Swisley A & Margareth F Whceler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Jawaban Diskusi
1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi jumlah macam bakteri pada suatu tempat?
Jawaban:
Faktor Abiotik
Pengaruh temperature, beberapa bakteri bias hidup pada lingkungan dengan
temperature yang luas atau terbatas tetapi tiap-tiap bakteri memiliki temperature
optimum yang berbeda dan pada temperature inilah banyak ditemukan bakteri
jika dibandingkan dengan temperature minimum atau maksimum.
Pengaruh kelembaban, makroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada
umumnya untuk pertumbuhan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas
85%
Nutrien, kebanyakan bakteri membutuhkan zat organic seperti garam (Na, X, Ca,
Mg, dll) dengan sumber makanan yang mengandung C,H,O,N yang berfungsi
sebagai penyusun protoplasma.
Pengaruh sinar, umumnya sel bakteri rusak akibat sinar yang tinggi sehingga pada
lingkungan dengan keadaan remang-remang atau gelap banyak ditemukan/hidup
bakteri.
Pengaruh pH, masing-masing bakteri memiliki pH optimum yang berbeda, yang
mana pada pH inilah banyak hidup bakteri jika dibandingkan pada lingkungan
dengan pH maksimum atau minimum.
Faktor Biotik
Netralisme, hubungan antar spesies yang tidak saling menggangu sehingga pada
lingkungan bakteri yang seperti ini banyak hidup bakteri.
Kompetisi, kebutuhan akan zat makanan yang sama sehingga menyebabkan
persaingan, pada lingkungan seperti ini hanya ditemukan bakteri yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik.
Predatorisme, Amoeba merupakan pemangsa bakteri, sehingga pada lingkungan
yang sedikit hidup Amoeba, maka banyak bakteri yang hidup.
Sintropisme, merupakan kegiatan bersama antara jasad renik terhadap penguraian
,disini banyak hidup bakteri yang bias menguraikan.
2. Apakah kegunaan biakan murni bakteri?
Jawaban:
Fungsi dari biakan murni yaitu untuk mendapatkan suhu jenis spesies bakteri dan
untuk mempelajari morfologi, fisiologi, biokimia, genetika atau kegiatan apapun dari
bakteri yang hanya dapat dilakukan apabila telah mempunyai biakan murni.
4. Mengapa perlu dilakukan peneraan pada perbesaran 400x dan 1000x?
Jawaban:
Peneraan mikroskop ini dilakukan sebab skala ini tidak sama antara mikroskop yang
satu dengan yang lainnya. peneraan dilakukan pula pada perbesaran 1000x karena
pada perbesaran ini sel bakteri lebih mudah diamati dan diukur. Pada saat menera,
diharuskan angka nol pada skala okuler dan skala onjektif berhimpit sehingga hasil
yang diperoleh valid.
5. Mengapa sel bakteri yang berbentuk basil harus diukur panjang dan diameternya
sedangkan sel bakteri yang berbentuk kokus diukur diameternya saja?
Jawaban:
Sebab pada sel bakteri yang berbentuk kokus ini memiliki bentuk yang bulat sehingga
hanya perlu diukur diameternya saja sedangkan sel bakteri yang berbentuk basil
memiliki bentuk persegi panjang sehingga pemgukkuran selnya tidak hanya pada
diameternya saja.
I. LAMPIRAN
Kegiatan Gambar