Anda di halaman 1dari 9

PENGUKURAN SEL BAKTERI

Laporan Praktikum Mikrobiologi


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah mikrobiologi lanjut yang dibina oleh
Prof. Dr. Dra Utami Sri Hastuti, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 2 / Kelas C
Dwi Pipit Indriyanti 170341864547
Muhammad Khalil 170341864514
Robiatul Adawiyah 170341864507
Rosita Nur Fadilah 170341864560

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2017
I. Judul Praktikum
Pengukuran Sel Bakteri
II. Kegiatan Praktikum
Waktu : 14 September 2017
Tempat : Gedung biologi O5/305- Lab. Mikrobiologi
III. Tujuan
1. Untuk memperoleh keterampilan menera harga skala mikrometer okuler
2. Untuk mengukur sel bakteri
IV. Dasar Teori
Bakteri merupakan mikroba uniseluler. Bakteri tersebar luas di alam, di dalam
tanah, di atmosfer, di dalam endapan-endapan lumpur, di dalam air, di dalam tubuh
hewan, manusia, dan tumbuhan. Jumlah bakteri bergantung pada keadaan sekitar.
Misalnya, jumlah bakteri di dalam tanah bergantung pada jenis dan tingkat kesuburan
tanah (Hidayat, dkk, 2006).
Bakteri berkembang biak membelah diri dan karena begitu kecil makahanya
dapat dilihat menggunakan mikroskop. Bakteri mempunyai beberapa organel yang
dapat melaksanakan beberapa fungsi hidup (Waluyo, 2010).

Bakteri memiliki ukur yang sangat kecil, bentuk tubuh bakteri umumnya
dapatdilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1000x atau lebih.
Satuan ukuran tubuh bakteri adalah mikrometer atau mikron. Satu mikron (μ) sama
dengan 1/1000 milimeter (mm). Lebar tubuh umumnya antara 1-2 μm, sedangkan
panjangnya antara 2-5 μm. Bakteri berbentuk kokus mempunyai diameter 0,5 μm ada
pula yang berdiameter 2,5 μm. Sedangkan bakteri berbentuk basil mempunyai
diameter 0,2-2,0 μm. Ukuran-ukuran yang menyimpang dari ukuran tersebut diatas
cukup banyak pula. Oleh karena itu, pengukuran besar kecilnya bakteri perlu
didasarkan pada standar yang sama. Bakteri yang berumur 2-6 jam pada umumnya
lebih besar daripada bakteri yangberumur lebih dari 24 jam (Waluyo, 2010).
Bakteri memiliki beragam variasi bentuk, seperti kokus, basil, danspiral.
Bakteri dapat hidup soliter maupun berkoloni dan berkembang biak dengan cara
membelah diri. Bakteri memiliki habitat yang bervariasi, dari air, tanah, udara, hingga
dalam tubuh hewan, misalnya dalam usus manusia. Bakteri ada yang dapat hidup
secara anaerob murni dan akan mati dengan adanya oksigen, ada yang bersifat aerob
dan memerlukan oksigen untuk metabolismenya. Ada yang bersifat aerob fakultatif
yaitu dapat hidup pada kondisi anaerob, tapi bila ada oksigen metabolismenya bersifat
aerob (Betsy&Keogh, 2005).
Bentuk bakteri dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Pada
bakteri dikenal bentuk yang disebut involusi. Bentuk ini disebabkan oleh faktor-faktor
yang tidak menguntungkan. Contohnya bentuk involusi pada bakteri asam cuka
(Acetobactersp.) memiliki bentuk seperti gada, bentuk tak teratur, atau bentuk benang.
Bentuk-bentuk ini dikarenakan oleh faktor makanan, suhu, dan hal lain yang kurang
menguntungkan bakteri (Hidayat, dkk, 2006).

V. Alat dan Bahan


➢ Alat
1. Mikroskop
2. Mikrometer okuler (oculer micrometer)
3. Mikrometer meja (stage micrometer)
➢ Bahan
1. Sediaan bakteri yang telah diwarnai secara Gram
2. Kertas penghisap
3. Kertas lensa
4. Alkohol 70%

VI. Langkah Kerja


1. Menera Mikrometer Okuler
Mikrometer okuler dipasang pada bagian mikroskop yang biasanya

Mikrometer objektif dipasang pada meja benda pada mikroskop

Posisi garis skala mikrometer okuler dan mikrometer objektif diatur sehingga
titik nol kedua mikrometer ini berada pada satu garis lurus

Garis skala kedua mikrometer diamati hingga mengetahui garis skala ke berapa
dari mikrometer okuler yang berada pada satu garis dengan garis skala
mikrometer objektif (selain titik nol)

Garis skala pada mikrometer okuler yang berada pada satu garis lurus dengan
garis skala pada mikrometer objektif dicari

2. Mengukur Sel Bakteri

Mikrometer objektif dilepas dari meja benda mikroskop, kemudian sediaan


bakteri yang telah diwarnai secara Gram dipasang pada tempat tersebut.

Posisi sel-sel bakteri diatur sehingga berada pada bidang skala mikrometer
okuler. Hal ini dapat dilakukan dengan memutar mikrometer okuler.

Panjang sel dan/atau diameter sel diukur dalam satuan skala. Kemudian diubah
ke dalam satuan mili meter, berdasarkan harga tiap skala mikrometer okuler
yang telah ditera, baik pada perbesaran 40x maupun 100x.
VII. Data Pengamatan
Ukuran Diameter dan
Jenis Rata-
No. Gambar Panjang Sel (Ulangan)
Koloni rata
1 2 3
1. A Pembesaran 100 x 10

C
1 µm 1µm 1 µm 1µm

Keterangan:
A: Diameter sel ke-1
B: Diameter sel ke-2
C: Diameter sel ke-3

2. B Pembesaran 100 x 10

2 µm 2 µm 3 µm 2,33 µm
B

C
Keterangan:
A: Panjang sel ke-1
B: Panjang sel ke-2
C: Panjang sel ke-3

Pembesaran 100 x 10 1 µm 0,5 µm 0,5 µm 0,67 µm


A

Keterangan:
A: Diameter sel

VIII. Analisis Data


Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa koloni A yang berbentuk
streptococcus memiliki rata-rata diameter sebesar 1 µm dengan hasil pengukuran 3
diameter sel yang semuanya berukuran 1 µm. Koloni ini dilihat pada pembesaran 100
x 10. Pada koloni B yang berbentuk streptobasil memiliki rata-rata panjang sebesar
2,33 µm dengan hasil pengukuran 3 sel sebesar 2 µm, 2 µm, dan 3 µm. Sedangkan
rata-rata diameternya sebesar 0,67 µm dengan hasil pengukuran 3 sel sebesar 1 µm,
0,5 µm, dan 0,5 µm. Koloni ini dilihat pada pembesaran 100 x 10. Perhitungan hasil
peneraan mikrometer okuler bisa dilihat di lampiran laporan sementara.

IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan mengenai ukuran sel
bakteri. Sebelum dilakukan proses pengukuran ini terlebih dahulu dilakukan peneraan
dengan mikrometer okuler, dimana proses peneraan ini kami telah kami lakukan pada
pertemuan pertama praktikum, guna kelancaran praktikum-praktikum berikutnya
seperti pada praktikum yang membahas mengenai pengukuran bakteri hari ini.
Peneraan mikrometer okuler pada dasarnya bertujuan untuk menetapkan nilai
skala berdasarkan skala standar yang sudah ada pada mikrometer meja/ mikrometer
objektif. Hal ini dikarenakan mikrometer objektif sudah memiliki nilai skala yang
pasti. Nilai satu skala mikrometer objektif adalah 0.01 mm. Dimensi sel umumnya
dinyatakan dalam satuan mikrometer (µm), yaitu 1/1000 mm.
Peneraan mikrometer okuler harus dilakukan untuk setiap perbesaran yang ada
pada mikrosop karena akan mempengaruhi perbesaran sel yang akan kita dapatkan
nantinya. Hal ini juga berlaku untuk mikroskop dan mikrometer okuler berbeda yang
digunakan karena setiap mikroskop memiliki resolusi yang berbeda-beda walaupun
hanya sedikit. Hal ini didukung oleh Hadioetomo (1985) bahwa sebelum digunakan
untuk mengukur sel, mikrometer okuler ini terlebih dahulu harus ditera terhadap
mikrometer pentas yang sudah memiliki skala yang pasti.
Pada mikroskop yang kami gunakan selama proses praktikum diperoleh
bahwa pada pembesaran 400x, setiap satu skala mikrometer okuler sama dengan
0,0025 mm atau 2,5 μm. Sedangkan pada pembesaran 1000x, setiap satu skala
mikrometer okuler sama dengan 0,001 mm atau 1 μm.
Selama pelaksanaan praktikum, terdapat dua sampel bakteri yang diamati,
yaitu bakteri pada sampel A dan sampel B. Bakteri sampel A memiliki bentuk kokus.
3 bakteri kokus yang kami amati masing-masing memiliki ukuran diameter A¬1=
1μm, A2= 1 μm dan A3= 1 μm. Sehingga rata-rata bakteri pada sampel A memiliki
diameter sebesar 1 μm. Pada sampel B, bakteri yang diamati berbentuk basil. Untuk
panjangnya masing-masing berukuran B1= 2 μm, B2= 2 μm dan B3= 3 μm, sehingga
rata-rata bakteri ini memiliki panjang 2,33 μm. Untuk diameternya sendiri masing-
masing bakteri memiliki ukuran B1= 1 μm, B2= 0,5 μm dan B3= 0,5 μm. Sehingga
jika dirata-ratakan maka diameternya berukuran sekitar 0,67 μm.
Menurut Pelczardan Chan (1986) bakteri yang paling umum dipelajari di
dalam praktikum mikrobiologi berukuran kira-kira 1 x 2-5 µm. Bentuk batang yang
berukuran rata-rata seperti bakteri tifoid dan disentri mempunyai lebar 0,5-1µm dan
panjang 2-3 µm. Beberapa spesies bakteri amat panjang; panjangnya dapat melebihi
100 µm dan diameternya berkisar dari 0,1-0,2 µm. Sekelompok bakteri yang dikenal
sebagai mikroplasma, ukurannya khas amat kecil, demikian kecilnya hingga hampir
tak tampak di bawah mikroskop cahaya. Mereka juga pleomorfik; yaitu morfologinya
amat beragam. Ukurannya berkisar dari 0,1-0,3 µm.
Jika dibandingkan dengan apa yang telah di informasikan oleh Pelczar dan
Chan, tentunya terdapat perbedaan dengan apa yang kami amati. Hal ini terjadi karena
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti umur dari biakan, keadaan medium yang
akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri itu sendiri. Hal ini selaras dengan pendapat
Dwidjoseputro (1978) bahwa bentuk tubuh bakteri itu terpengaruhi oleh keadaan
medium dan oleh usia. Oleh karena itu, untuk membandingkan bentuk serta ukuran
sel bakteri perlu diperhatikan bahwa kondisi bakteri itu harus sama, temperatur
dimana piaraan itu disimpan harus sama, penyinaran oleh sumber cahaya apapun
harus sama, dan usia piaraan itu juga harus sama. Secara garis besar, ukuran sel
bakteri yang kami ukur mendekati ukuran bakteri yang telah diidentifikasi oleh para
ahli.

X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa bakteri sampel A memiliki bentuk kokus dan rata-rata memiliki diameter
sebesar 1 μm. Sedangkan pada sampel B, bakteri yang diamati berbentuk basil yang
memiliki panjang rata-rata 2,33 μm dan diameternya rata-rata berukuran sekitar 0,67
μm.

XI. Diskusi
1. Mengapa perlu dilakukan peneraan harga skala mikrometer okuler, baik pada
perbesaran 40x maupun 100x?
Jawab : Hal ini dilakukan karena terdapat perbedaan resolusi untuk setiap
mikroskop. Begitu pula untuk setiap perbesaran yang ada di mikroskop tersebut.
Perbesaran 100 x pada lensa objektif mikroskop menampilkan hasil yang lebih
jelas dan bersih dibandingkan dengan perbesaran 40 x. Oleh karena itu, perlu
dilakukan peneraan untuk setiap perbesaran mikroskop agar sel yang kita amati
dapat diukur sesuai dengan skala yang pasti.
2. Mengapa dapat terjadi variasi ukuran sel bakteri pada spesies yang berbeda?
Jawab : Variasi ukuran sel bakteri akan dipengaruhi oleh keadaan medium sebagai
nutrisi bagi bakteri yang akan menunjang pertumbuhan dari bakteri itu sendiri.
Selain itu, umur dari sel juga akan mempengaruhi variasi ukuran bakteri karena
pada sel yang muda akan memiliki ukuran yang agak besar dan fase pertumbuhan
yang menanjak. Pada sel yang tua, ukurannya akan menyusut karena dipengaruhi
oleh hasil metabolism sekunder dari bakteri itu sendiri.
DAFTAR RUJUKAN

Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.


Hadioetomo, Ratna Siri. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek: Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia.
Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Hidayat, N., Padaga, M.C., & Suhartini, S. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit
ANDI.
Betsy&Keogh, 2005. MicrobiologyDemystifed. USA: McGraw-Hill Publisher.
Waluyo, L. 2010. Teknik Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang: UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai