Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

“PERHITUNGAN MIKROORGANISME”

Nama : Sekar Ayu Dwi Deewanti

NIM : A1C419094

Kelas : Reguler A

Ruangan : R-001

Dosen Pengampu :

1. Dra. Harlis, M. Si.


2. Retni Sulistiyoning B, S. Pd., M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
I. Tujuan
Praktikum ini dilakukan bertujuan agar mahasiswa mampu menghitung
jumlah mikroorganisme, baik secara langsung dengan menggunakan
Haemocytometer, maupun secara tidak langsung dengan menggunakan
metode cawan.
II. Landasan Teori
2.1 Perhitungan Mikroba
Perhitungan jumlah bakteri merupakan salah satu cara yang
dilakukan untuk bisa mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang
terdapat pada suatu media, baik itu koloni sel yang hidup maupun koloni
sel bakteri yang mati. Metode yang digunakan adalah perhitungan secara
langsung dan perhitungan secara tidak langsung. Perhitungan jumlah
bakteri secara langsung digunakan untuk menentukan jumlah bakteri
keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup. Sedangkan perhitungan
bakteri secara tidak langsung digunakan untuk menentukan jumlah
bakteri yang hidup saja (Rosmania dan Yanti, 2020: 77).
Menurut Wijaya, dkk (2015:1) Pertumbuhan dan perkembangan
mikrobia berbentuk koloni-koloni yang sulit dihitung jumlah bakterinya.
Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang
mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni. Untuk
mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan dengan
menghitung jumlah koloni bakteri.
Perhitungan jumlah mikroba dapat dilakukan dengan perhitungan
langsung maupun tidak langsung. Perhitungan secara langsung dapat
mengetahui beberapa jumlah mikroorganisme pada suatu bahan, pada
suatu saat tertentu tanpa memberikan perlakuann terlebih dahulu,
sedangkan jumlah mikroorganisme yang diketahui dari cara tidak
langsung terlebih dahulu harus memeberikan perlakuan tertentu sebelum
dilakukan perhitungan. Perhitungan secara langsung dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain adalah memebuat preparat dari suatu
bahan (preparat sederhana di warnai atau tidak di warnai) dan
penggunaan ruang hitung (counting chamber), sedangkan perhitungan
cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme
dalam suatu bahan yang masih hidup saja (Hafsan, 2014:144).
2.2 Metode Cawan
Menurut Soesetyaningsih & Azizah, (2020:76) Salah satu metode
yang dapat dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba yaitu dengan
mengukur jumlah sel yang ada menggunakan metode hitung cawan
(Total Plate Count). Menurut Padoli (2016:12) Metode hitung cawan
termasuk metode perhitungan bakteri secara tidak langsung. Prinsip
metode hitungan cawan adalah jika sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung
dengan mata tanpa menggunakan mikroskop.
2.3 Metode Haemocitometer
Haemocytometer merupakan sebuah alat yang pada awalnya
hanya digunakan untuk mengitung sel darah baik dari sel darah merah
maupun sel darah putih. Alat ini dapat melakuka perhitungan sel secara
cepat dan dapat digunakan untuk menghitung sel dengan konsentrasi sel
yang rendah. Haemocytometer ditemukan oleh Louis-Charles Malassez,
memiliki garis-garis mikroskopis pada permukaan kacanya.
Haemocytometer terdiri dari gelas preparat yang apabila dilihat dari
samping akan terlihat pada bagian permukaan bagian tengah terlihat
lebih rendah bila dibandingkan dengan bagian kiri dan kananya (Sardjito,
dkk. 2013: 124).
III. Metode Praktikum
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Haemoeytometer
2. Tabung rekasi
3. pipet tetes
4. mikroskop
5. 4 tabung reaksi
6. Pipet steril berukuran 1 ml
7. 4 buah cawan petri yang steril
8. 1 batang kaca pengaduk
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain, sebagai
berikut:
1. Suspensi khamir (ragi) yang telah diencerkan pada tingkat
pengenceran tertentu (sampai terlihat sedikit keruh)
2. Biakan bakteri
3. alkohol 90%

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang harus dilakukan dalam praktikum ini, yaitu
sebagai berikut :

Alat dan Bahan pada


Metode Haemocytometer

Ditutup bidang pandang haemocytometer dengan cover glass.

Diambil suspensi ragi menggunakan pipet tetes.

Dimasukkan ujung pipet tetes di antara cover glass dan isi hingga
bidang pandang haemocytometer terisi penuh.

Diamati haemocytometer menggunakan mikroskop.

Diamati kotak-kotak pengamatan yang terdapat pada


haemocytometer, dengan perbesaran terkecil.

Diubah perbesaran mikroskop hingga terlihat kotak berukuran


kecil.

Dilakukan pengamatan pada 5 kotak berukuran besar (16 kotak


kecil) pada setiap sudut bagian kiri dan kanan, serta pada kotak
bagian tengah bidang pengamatan.
Dihitung jumlah sel ragi yang terdapat pada setiap kotak besar.

Dihitung rata-rata dari 5 kotak tersebut.

Dihitung kepadatan sel dengan menggunakan rumus:

Hasil

Alat dan Bahan pada


Metode Cawan

Disiapkan botol-botol kecil yang telah berisi 9 ml aquadest steril (4 buah)


disusun berderetan pada rak test tube berilah label sesuai dengan urutan
botol tersebut yaitu: 1:10, 1:100, :1000, 1:10000. Perhatikan botol yang
dipakai adalah yang bersumbat/bertutup yang steril dan rapat

Dikocok suspensi bakteri baik-baik sampai kekeruhannya rata, lalu secara


aseptik, pipetlah 1 ml sampel dan masukkan ke dalam botol yang berlabel
1:10, kemudian kocoklah botol tersebut dengan cara meletakkan siku
tangan di atas meja dengan jumlah pengocokkan ± 25 kali, sehingga koloni
tersebar merata. Kemudian densinfektankan pipet tersebut pada larutan
alkohol 90% beberapa kali untuk dipakai kembali

Dipipetlah secara aseptis 1 ml suspensi bakteri poin (2) dan masukkan ke


botol yang berlabel 1:100, lalu lanjutkan kegiatan tersebut pada poin (2)
tersebut

Dipipetlah secara aseptik 1 ml suspensi bakteri pada poin (3) dan


masukkan pada botol yang berlabel 1:1000 lalu dilanjutkan pengocokkan
seperti pada poin (2)

Dipipetlah secara aseptik 1 ml suspensi bakteri pada poin (4) dan


masukkan pada botol yang berlabel 1: 10000 lalu lanjutkan pengocokan
seperti pada poin (2)

Disiapkan plat agar yang sudah diberi label sesuai pengencerannya


Diteteskan 0,1 ml suspensi bakteri pada setiap plat agar yang sesuai
pengencerannya (pipet tetes sebaiknya berbeda). Pada saat ini bias
dilakukan dengan cara metoda sebar dan metoda tuang

Dibungkuslah cawan-cawan tersebut dengan posisi penutup cawan berada


di bawah dan media berada diatas dan inkubasikan selama 24 jam.

Pengamatan

Diletakkan cawan-cawan petri berderet di atas meja menurut urutan


pengencerannya, pilih yang jumlah koloninya antara 30-300

Dikalkulasikanlah jumlah mikroorganisma per ml biakan dengan cara


mengalikan jumlah koloni yang terhitung dengan faktor pengencerannya,
misal yang diperoleh adalah 120 dan pengencerannya 0,1 x sample pada
pengenceran 1: 100. Jadi jumlah koloni adalah 120 x 1000 = 120.000
bakteri ml biakan.
Hasil

IV. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam praktikum ini, yaitu termuat dalam
table berikut :

No Gambar Keterangan

1. Perhitungan rumus Haemocytometer :


Jumlah spora dan sel bakteri per mL
yang terdapat pada 5 buah kotak
ukuran sedang pada haemocytometer
kemudian dihitung menggunakan
rumus :

(Sumber: Adds, dkk, 2001:


41) Dimana :
- Jumlah Spora / bakteri = Jumlah
Spora pada 5 Kotak Sedang
- Volume Kotak Sedang = 0,2 mm x
0,2 mm x 0,1
mm = 4 x 10-3 mm3 = 4-6 x 103
cm
(Sumber: Wijaya, dkk, 2015: (Sumber: Sanito, dkk, 2015 : 3)
3)

4.2 Pembahasan
Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara
mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi
yang sangat kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff Hauser Chamber
atau Haemocytometer. Jumlah cairan yang terdapat antara cover glass
dan alat ini mempunyai volume tertentu sehingga satuan isi yang terdapat
dalam satu bujur sangkar juga tertentu. Ruang hitung terdiri dari 9 kotak
besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25
kotak sedang dengan panjang 0,2 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi
menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi
400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel bakteri
yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga
jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui. Berdasarkan literature
yang dibaca, yaitu menurut Sardjito, dkk (2013: 124) Haemocytometer
merupakan sebuah alat yang pada awalnya hanya digunakan untuk
mengitung sel darah baik dari sel darah merah maupun sel darah putih.
Alat ini dapat melakuka perhitungan sel secara cepat dan dapat
digunakan untuk menghitung sel dengan konsentrasi sel yang rendah.
Haemocytometer ditemukan oleh Louis-Charles Malassez, memiliki
garis-garis mikroskopis pada permukaan kacanya. Haemocytometer
terdiri dari gelas preparat yang apabila dilihat dari samping akan terlihat
pada bagian permukaan bagian tengah terlihat lebih rendah bila
dibandingkan dengan bagian kiri dan kananya. Ukuran luas kotak kecil
adalah 1/400 atau 0,0025 mm2 sedangkan kedalamannya yaitu 0,1 mm.
jadi volume per kotak yang kecil yaitu 0,00025 mm3 = 2,5 .x 10-4 mm3 =
2,5 x 10-7cm3 = 2,5 x 10-7 ml, kotak tersebut terletak ditengah sedangkan
yang digunakan untuk menghitung mikroorganisme sejenis plankton
adalah kotak yang berukuran 1x1 mm2, kedalaman 0,1 mm. kotak
tersebut dibatasi garis rangkap yang berisi 16 kotak yang letaknya di
sudut.
Pada metode perhitungan langsung menggunakan
haemositometer, sel mikroba yang hidup dan yang mati sekaligus dapat
terhitung. Cara membedakanya adalah dengan menggunkana pewarnaan
trypa blue yang dicampurkan ke dalam larutan sel, teknik pewarnaan
pada preparat sering menggunakan bahan kimia khusus atau sering
disebut reagen untuk membedakan jenis bakteri yang akan dihitung agar
lebih mudah dalam pemisahan jenis bakteri, sel mikroba yang hidup
tidak akan menyerap warna sedangkan sel mikroba yang mati akan
menyerap warna dan berwarna biru. Pada metode perhitungna tidak
langsung (cawan) hanya dapat menghitung jumlah mikroba yang hidup
saja. Berdasarkan dari literature yang dibaca, yaitu menurut
Soesetyaningsih & Azizah (2020:76) Metode hitung cawan hanya
menghitung bakteri yang layak dihitung tidak termasuk bakteri mati
ataupun puing-puing yang ada pada media pertumbuhan.
Keuntungan dari penggunaan Haemocytometer yaitu dapat
digunakan untuk menghitung sel yang mati maupun sel yang hidup
tergantung dari jenis pewarna apa yang digunakan. Misalnya, bila
pewarna trypan blue dicampukan ke dalam larutan sel maka sel yang
hidup tidak akan berwarna dan sel yang mati akan berwarna biru. Selain
itu, morfologi dari sel dapat diamati dengan jelas. Sedangkan metode
hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung
jumlah mikroba karena hanya sel yang masih hidup yang dihitung dan
beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus. Metode hitungan cawan
memiliki kelemahan yaitu membutuhkan persiapan dan waktu inkubasi
beberapa hari untuk menghitung pertumbuhan koloni bakteri.
Menurut pendapat Sardjito dkk (2013:124) Metode
Hemocytometer dikatakan akurat dalam penghitungan mikroba karena
menghitung satu-persatu dengan menggunakan mikroskop, bakteri yang
terdapat pada 5 kotak tersebut dihitung satu-persatu maka didapatkan
hasil konsentrasi setiap milliliter. Melihat bakteri secara langsung dengan
bantuan mikroskop dan menghitungnya dapat memperkuat hasil
penghitungan konsentrasi. Itu karena petugas terlibat langsung dalam
proses penghitungan.
V. Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan
kesimpulan yaitu, perhitungan mikroba dapat melalui dua cara yaitu
secara langsung dengan metode Haemocytometer, dimana alat ini dapat
melakuka perhitungan sel secara cepat dan dapat digunakan untuk
menghitung sel dengan konsentrasi sel yang rendah. Lalu secara tidak
langsung menggunakan metode cawan, metode hitung cawan termasuk
metode yang digunakan untuk penanaman bakteri dengan menggunakan
media padat, yang prinsip kerjanya berdasarkan pembuatan seri
pengenceran (homogenisasi).
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini yaitu,
pada saat melaksanakan praktikum hendaknya lebih teliti dalam
melakukan perhitungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Adds, John., Larkcom, Erika., Miller, Ruth., dan Sutton, Robin. 2001. Tools, Technique,
and Assessement In Biology. United Kingdom : Nelson Thornes Pubhlisher Ltd.
Hafsan. 2014. ‘’MIKROBIOLOGI ANALITIK‟. Makassar: Alaudin
University Press
Padoli. 2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Rosmania dan Yanti, F. 2020. ‘’Perhitungan jumlah bakteri di Laboratorium
Mikrobiologi menggunakan pengembangan metode Spektrofotometri’’. Jurnal
Penelitian Sains. 22 (2) : 76-86.
Sanito, R., Novembrianto, R., dan Pandebesie, E. S. 2015. “ Kajian Penentuan Fase
Pertumbuhan Kapang Dan Bakteri Selulolitik Pada Media Pertumbuhan “.
Jurnal Teknik Lingkungan ITS. 3 (1) : 1-10.
Sardjito,T., Ramayadi, W., Srianto, P., Nidom, C.A. 2013. ‘’ Perbandingan
Penghitungan Konsentrasi Spermatozoa Domba Merino dengan Metode
Hemocytometer Thoma dan Spectrophotometer’’. Jurnal Veterinaria Medika.
Vol 6, No. 2 : 121-126.
Soesetyaningsih, E dan Azizah. 2020. ‘’ Akurasi Perhitungan Bakteri pada Daging Sapi
Menggunakan Metode Hitung Cawan’’. BERKALA SAINSTEK. VIII (3): 75-79
Wijaya, Raden Chandra., Utari, Evrita Lusiana., dan Yudianingsih. 2015. Perancangan
Alat Penghitung Bakteri. Jurnal Teknologi Informasi. 10 (29) : 1-9.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai