= 0.0024 mm
= 2.4 m
b. Perbesaran 10 x 100
10 skala mikrometer okuler = 1 skala mikrometer objektif
= 1 x 0.01 mm
= 0.01 mm
1 skala mikrometer okuler =
= 0.001 mm
= 1 m
2. Pengukuran Sel Bakteri
a. Koloni 1 (Kanopi Biologi)
1
= 1 skala x 1 m = 1 m
2
= 1 skala x 1 m = 1 m
3
= 1 skala x 1 m = 1 m
b. Koloni 2 (Kanopi FMIPA)
1
= skala x 1 m = 0.5 m P
1
= 6 skala x 1 m = 6 m
2
= skala x 1 m = 0.5 m P
2
= 6 skala x 1 m = 6 m
3
= skala x 1 m = 0.5 m P
3
= 3 skala x 1 m = 3 m
I. Pembahasan
1. Peneraan Mikrometer Okuler
Peneraan mikrometer okuler dilakukan pada mikroskop cahaya
bernomor 10 dan mikrometer okuler bernomor 2. Berdasarkan hasil
pengamatan, perbedaan pembesaran memberikan harga skala yang
berbeda pula. Pada perbesaran 10 x 40 diperoleh 1 skala mikrometer
okuler sama dengan 2.4 m. Sedangkan pada perbesaran 10 x 100
diperoleh bahwa 1 skala mikrometer okuler sama dengan 1 m.
Pengukuran yang tepat sel mikroorganisme dapat dilakukan dengan
cara menyisipkan suatu mikrometer okular pada lensa okular mikroskop
yang digunakan untuk mengamati sel tersebut. Mikrometer okular pada
umumnya merupakan suatu piringan kaca bundar yang pada salah satu
permukaannya terukir skala pengukuran. Sebelum digunakan untuk
mengukur sel, mikrometer okular ini terlebih dahulu harus ditera terhadap
mikrometer pentas yang sudah memiliki skala yang pasti
(Hadioetomo, 1985).
2. Pengukuran Sel Bakteri
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bakteri tangkapan yang
diperoleh dari kedua lokasi berbeda juga memiliki struktur yang berbeda.
Pada lokasi I yaitu pada kanopi Biologi diperoleh koloni bakteri yang
berbentuk streptococcus. Sedangkan pada lokasi II pada kanopi FMIPA
diperoleh koloni bakteri berbentuk streptobacillus.
Pengukuran sel bakteri dari kedua jenis koloni memperlihatkan
ukuran yang berbeda. Koloni I berupa streptococcus (bulat berantai)
memperlihatkan ukuran dari 1 dimensi saja yaitu diameter. Hal ini
dikarenakan bentuk dasarnya berupa bulat. Data pengukuran menunjukkan
bahwa ketiga sel yang diamati dari koloni I semuanya berdiameter 1 m.
Menurut Dwidjoseputro (1989), kokus ada yang berdiameter 0.5 , ada
pula yang diameternya sampai 2.5 . Adapun koloni II berupa
streptobacillus (basil/batang berantai) memperlihatkan ukuran dari 2
dimensi, yaitu diameter dan panjang. Data pengukuran menunjukkan
ketiga sel memiliki diameter yang sama, sedangkan dari segi ukuran
panjang berbeda. Kedua sel pertama yang diukur memiliki panjang 6 m
dan sel ketiga berukuran 3 m. Menurut Dwidjoseputro (1989), basil ada
yang lebarnya antara 0.2 sampai 2.0 , sedang panjangnya ada yang 1
sampai 15
J. Diskusi
1. Mengapa perlu dilakukan peneraan harga skala mikrometer okuler, baik
pada perbesaran 40x maupun 100x?
Peneraan harga skala mikrometer okuler perlu dilakukan agar dapat
diketahui harga skala mikrometer pada mikroskop yang digunakan. Hal
ini disebabkan setiap mikroskop memiliki harga skala yang berbeda.
Begitu pula dengan perbesaran yang digunakan. Jika perbesarannya
berbeda maka harga skalanya juga akan berbeda. Jadi perlu diketahui
masing-masing harga skalanya, sebab kedua jenis perbesaran ini yang
digunakan dalam pengukuran.
2. Mengapa dapat terjadi variasi ukuran sel bakteri pada spesies bakteri yang
berbeda?
Adanya variasi dikarenakan perbedaan nutrisi dan metabolisme dari
masing-masing bakteri. Selain itu hal ini dikarenakan adanya fungsi yang
berbeda dari bakteri tersebut.
K. Kesimpulan
1. Peneraan harga 1 skala mikrometer pada perbesaran 10 x 40 sama dengan
2.4 m dan pada perbesaran 10 x 100 sama dengan 1 m.
2. Kedua koloni yang diukur menunjukkan bentuk yang berbeda. Pada
koloni I menunjukkan bentuk streptococcus jadi hanya memiliki dimensi
diameter dalam pengukurannya. Sedangkan pada koloni II memiliki dua
dimensi pengukuran berupa diameter dan panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Alimuddin. 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Makassar: State University of
Makassar Press.
Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan
Hadioetomo, Ratna Siri. 2005. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: Gramedia
Hastuti, Utami Sri. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi untuk Program S2
Biologi. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang
Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan, 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta:
UI-Press
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
LAPORAN SEMENTARA