Tujuan :
Mahasiswa dapat menghitung jumlah sel mikroba dalam cairan
menggunakan Haemocytometer.
Alat dan Bahan :
- Cawan Biakan
- Haemocytometer
- Gelas Penutup
- Pipet Tetes
- Mikroskop
Prosedur Kerja :
Menghitung jumlah sel
1. Sel dipanen dari biakan dengan cara menuang 5ml aquades ke dalam
cawan biakan sambil menggosokan batang gelas bentuk L kemudian
suspensi spora dipipet dan dimasukkan dalam gelas Erlenmeyer 50mL.
Pemanenan diulangi lagi sampai mendapatkan 20 mL suspense atau
sampai sesuai yang dibutuhkan.
2. Haemocytometer dibersihkan dengan menggunakan alkohol sampai
benar- benar bersih, kemudian dikeringkan. Perlu diingat bahwa kotak pada
haemocitometer ukurannya sangat kecil sehingga kemasukan satu butir debu
saja sudah cukup menyumbat kotak.
3. Suspense sel dikocok kemudian dipipet dan diteteskan pada
haemocitometer tepat pada ruang hitungnya sebanyak satu tetes
4. Tetesan suspensi ditutup menggunakan gelas penutup dan dijaga agar
tidak menjadi gelembung udara dalam kotak-kotak haemocytometer.
5. Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop dan dihihitung jumlah
sel dalam setiap kotak. Jika antar kotak jumlahnya tidak seragam, ulangi dari
langkah ke 3 di (dikocok lagi).
6. Pada praktikum dihitung dari 3-9 kotak (ruang hitung), kemudian dirata-
rata dan dihitung jumlah selnya setiap koloni.
TINJAUAN PUSTAKA
Kesimpulan
Adapun kesimpilan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Haemocytometer digunakan untuk menghitung jumlah sel dalam
satuan isi yang sangat kecil.
2. Haemocytometer tidak dapat digunakan untuk membedakan sel hidup dan
sel mati
3. Dalam pengunaannya haemocytometer umumnya digunakan berbarengan
dengan mikroskop
4. Sel yang mati yang berada pada batas luar sebelah atas dan berada di
sebelah kanan tidak dihitung.
5. Penghitungan dilakukan dengan menghitung jumlah sel yang teramati
melalui mikroskop pada bagian tengah hemositometer
Saran
Adapun saran dari praktikum tentang menghitung sel mikroba
menggunakan hemocytometer yaitu jika mikroba yang diamati dalam
haemocytometer terlalu banyak maka memerlukan perlakuan pengenceran
sebelum ditumbuhkan pada media agar. sehingga, setelah inkubasi akan terbentuk
pertumbuhan koloni pada cawan dengan jumlah yang dapat dihitung atau tidak
terlalu banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Febrinawati, N., Putri, B., & Hudaidah, S. (2020). Utilization Waste Vanamei
Shrimp Farming ( Litopenaeus Vanamei ) As A Media Cultur Chaetoceros
Amami. Jurnal Perikanan, 10(1), 20–28.
Fithriani, D., Dinawati, L., & A, O. D. (2018). Pengaruh Umur Pertumbuhan
Mikroalga Chlorella Sp. Terhadap Kandungan Pigmen Klorofil, Karotenoid,
Fikosianin Dan Fikoeritrin. Seminar Nasional Tahunan Xv Hasil Penelitian
Perikanan Dan Kelautan, 123–126.
Hartanto, H. S. B., Hariyati, R., & Soeprobowati, T. R. (2013). Pertumbuhan
Populasi Chlorella Vulgaris Beijerinck Dengan Perlakuan Penambahan
Logam Berat Tembaga ( Cu ) Pada Skala Laboratorium Hermawan Setiyo
Budi Hartanto , Riche Hariyati , Tri Retnaningsih Soeprobowati. Jurnal
Biologi, 2(1), 19–27.
Herdatiarni, F., Himawan, T., & Rachmawati, R. (2014). Eksplorasi Cendawan
Entomopatogen Beauveria Sp. Menggunakan Serangga Umpan Pada
Komoditas Jagung, Tomat Dan Wortel Organik Di Batu, Malang. Hpt,
1(September), 1–11.
Mahardika, G. R., Pratikno, H., & Titah, H. S. (2018). Analisis Ketahanan
Microalga Pada Material Baja Ah 36 Dengan Menggunakan Metode
Impressed Current Anti Fouling (Icaf). Jurnal Teknik Its, 7(2).
Tambingsila, M. (2016). Tanaman Kakao Potensinya Sebagai Antagonis
Pengendali ( Phytophthora Palmivora Bult .) Penyebab Busuk. Jurnal
Agropet, 13(1), 12–23.
Triawan, A. C., & Arisandi, A. (2020). Struktur Komunitas Fitoplankton Di
Perairan Muara Dan Laut Desa Kramat Kecamatan Bangkalan Kabupaten
Bangkalan. Juvenil:Jurnal Ilmiah Kelautan Dan Perikanan, 1(1), 97–110.