Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM III

MENGHITUNG SEL MIKROBA MENGGUNAKAN HEMASITOMETER

Tujuan :
Mahasiswa dapat menghitung jumlah sel mikroba dalam cairan
menggunakan Haemocytometer.
Alat dan Bahan :
- Cawan Biakan
- Haemocytometer
- Gelas Penutup
- Pipet Tetes
- Mikroskop
Prosedur Kerja :
Menghitung jumlah sel
1. Sel dipanen dari biakan dengan cara menuang 5ml aquades ke dalam
cawan biakan sambil menggosokan batang gelas bentuk L kemudian
suspensi spora dipipet dan dimasukkan dalam gelas Erlenmeyer 50mL.
Pemanenan diulangi lagi sampai mendapatkan 20 mL suspense atau
sampai sesuai yang dibutuhkan.
2. Haemocytometer dibersihkan dengan menggunakan alkohol sampai
benar- benar bersih, kemudian dikeringkan. Perlu diingat bahwa kotak pada
haemocitometer ukurannya sangat kecil sehingga kemasukan satu butir debu
saja sudah cukup menyumbat kotak.
3. Suspense sel dikocok kemudian dipipet dan diteteskan pada
haemocitometer tepat pada ruang hitungnya sebanyak satu tetes
4. Tetesan suspensi ditutup menggunakan gelas penutup dan dijaga agar
tidak menjadi gelembung udara dalam kotak-kotak haemocytometer.
5. Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop dan dihihitung jumlah
sel dalam setiap kotak. Jika antar kotak jumlahnya tidak seragam, ulangi dari
langkah ke 3 di (dikocok lagi).
6. Pada praktikum dihitung dari 3-9 kotak (ruang hitung), kemudian dirata-
rata dan dihitung jumlah selnya setiap koloni.
TINJAUAN PUSTAKA

Hemocytometer merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk dapat


melakukan perhitungan jumlah sel secara cepat dan akurat. Kamar hitung improve
neubauer sendiri merupakan metode kamar hitung yang paling banyak digunakan
dikarenakan penggunaannya untuk menghitung jumlah sel yang relative mudah
dan cepat. Kamar hitung improve neubauer ini mempunyai luas 9 mm2 yang
terdiri dari 9 kotak besar masing-masing luasnya sebesar 1 mm2. Kemudian kotak
besar tersebut dibagi lagi menjadi 16 kotak sedang yang luasnya masing-masing
0.25x0.25 mm2 . Sedangkan 1 kotak besar yang berada di tengah dibagi menjadi
25 kotak sedang dan kemudian 1 kotak sedang dibagi kembali menjadi 16 bidang
kecil. Sehingga, total kotak kecil pada bidang tengah berjumlah 400 buah yang
memiliki luas 0.05x0.05 mm2. menghitung mikro tersebut dengan menggunakan
Hemocytometer neubauer improved dengan bantuan mikroskop perbesaran 100
kali (lensa objektif x lensa okuler) (Mahardika et al., 2018).
Haemocytometer yang akan digunakan dibersihkan menggunakan alkohol
70% dan dikeringkan dengan menggunakan tissu, kemudian dipasang gelas
penutup. Dilakukan perhitungan kepadatan dengan meneteskan sampel pada
bagian parit melintang Haemocytometer hingga penuh dan mikroalga tersebar
merata. Mikroba yang terdapat pada kotak bujur sangkar dihitung pada bagian
tengah sebanyak 25 kotak dibawah mikroskop (Febrinawati et al., 2020).
Kepadatan populasi sel yang dihasilkan dalam skala waktu dapat
ditentukan dengan menggunakan alat haemocytometer. Cara penggunaan
haemocytometer yaitu dengan meneteskan kultur sel Chlorella sp. yang akan
dianalisa kepadatan selnya sebanyak satu tetes ke dalam masing-masing dua
bagian haemocytometer. Tutup dengan menggunakan slide. Haemocytometer ini
dilengkapi dengan mikroskop. Haemocytometer yang telah diberikan kultur sel
Chlorella sp. diletakkan di bawah lensa objektif dan difokuskan hingga terlihat
kisi-kisi tempat perhitungan sel yang terdiri dari lima kisi perhitungan (Fithriani et
al., 2018).
Perhitungan kerapatan spora menggunakan alat yang bernama
Haemocytometer, dengan cara cendawan yang tumbuh pada Petri dish diberikan
aquades steril, kemudian dilakukan pengerukan dengan jarum ose agar cendawan
terlepas dari media. Setelah cendawan terlepas dari media, diambil 1 ml lalu
diletakkan pada Haemocytometer, ditutup dengan cover glass dan diamati dengan
menggunakan mikroskop camera. Setelah terlihat jelas sporanya, maka dilakukan
perhitungan jumlah spora dengan mengambil lima sampel kotak besar, lalu
dihitung dengan menggunakan rumus rumus (Herdatiarni et al., 2014).
Penentuan konsentrasi spora dengan cara suspensi spora dari perlakuan
isolate diambil sebanyak 1ml dan ditetesi pada Haemocytometer kemudian
dihitung jumlah sporanya di bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran
400x. Untuk menghitung konsentrasi spora digunakan rumus (Tambingsila,
2016).
Salah satu contoh perhitungan dengan menggunakan haemocytometer
adalah perhitunn fitoplankton. Perhitungan fitoplankton dengan menggunakan
Haemocytometer dengan cara mengiden secara sampling dengan mengamati
bagian sel/ kotak besar Haemocytometer yang ada disetiap pojoknya, kemudian
menghitung fitoplankton yang tercacah di Haemocytometer, jumlah yang
diperoleh tiap ulangan kemudian dibagi menjadi 4 sehingga diperoleh kelimpahan
fitoplankton pada tiap pengamatan dan juga sampel yang didapat diidentifikasi
dengan menggunakan buku identifikasi fitoplankton (Triawan & Arisandi, 2020).
Pengukuran jumlah sel dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop
(haemocytometer) untuk menghitung jumlah sel dengan ukuran 3 um atau lebih
besar. pada setiap fase pertumbuhan pertambahan jumlah sel dihitung setiap
selang waktu 3 jam sampai dengan 24 jam menggunakan alat haemocytometer .
Penghitungan populasi sel Chlorella dilakukan dengan menggunakan Improved
Neubauer Haemocytometer. Penghitungan dilakukan dengan menghitung jumlah
sel yang teramati melalui mikroskop pada bagian tengah hemositometer kemudian
dikali dengan 104 sel untuk mengetahui jumlah sel setiap ml medium kultur.
Masing – masing perlakuan kemudian diulang sebanyak 3 kali. Semua kultur,
baik yang diberi perlakuan logam, maupun yang tidak diberi logam (kontrol)
kemudian diambil sampelnya setiap 24 jam untuk dihitung jumlah populasi
Chlorella (Hartanto et al., 2013)
Pembahasan
Haemocytometer adalah alat uang digunakan untuk menghitung koloni
mikroba yang berupa slide kaca tebal berbentuk persegi panjang. Ruang hitung
yang dipakai adalah ruang hitung yang memiliki garis improved Neubauer. Luas
kotak pada ruang hitung secara keseluruhan adalah 9mm2. Ruang hitung tersebut
dibagi lagi menjadi 9 kotak besar, jadi masing-masing memiliki luas 1mm 2. 9
ruang bidang tersebut masih dibagi lagi menjadi 16 bidang sedang dengan luas
masing-masing bidang adalah ¼ mm2 x ¼ mm2. Untuk bidang besar yang letaknya
di tengah, bidang dibagi menjadi 25 kotak kecil dan kemudian 1 bidang tersebut
dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil.
Haemocytometer memiliki 5 ruang hitung, dimana pada setiap ruang
terdapat 16 kotak akan tetapi ruang hitung di bagian tengah terdapat 25 kotak. Sel
yang mati yang berada pada batas luar sebelah atas dan berada di sebelah kanan
tidak dihitung. Sedangkan sel yang berada pada batas kiri ikut dihitung. Untuk
menghitung mikroba pada hemocytometer pertama dibersihkan kaca slide
demgam air mengalir kemudian dibersihkan dengan tisu. Pembersihan ruang
hitung bisa juga dilakukan dengan alcohol. Setelah itu, diletakkan gelas penutup
diatas slide kemudian di jepit dengan penjepit kanan dan kiri. Disiapkan suspensi
mikroba yang akan dihitung. Kemudian geser mikroba sebanyak 2 tetes kemudian
di teteskan pada tepi gelas penutup. Suspense akan menyebar ke ruang hitung.
Dibiarkan beberapa saat agar mikroba stabil. Diletakkan haemocytometer pada
meja mikroskop dan dihitung jumlah sel. Cara perhitungan dengan
haemocytometer ini dengan menggunakan rumus yakni jumlah sel per mililiter
didapatkan dari hasil jumlah sel rata rata tiap petakan dikali dengan 1000 dan
dikalikan dengan faktor pengenceran ( berapa kali penenceran yang dilakukan)
lalu dibagikan dengan luas petakan dalam satuan mm 2 yang dikalikan dengan
kedalaman petakan dalam satuan mm. Jika mikroba yang diamati dalam
haemocytometer terlalu banyak maka memerlukan perlakuan pengenceran
sebelum ditumbuhkan pada media agar. Sehingga, setelah inkubasi akan terbentuk
pertumbuhan koloni pada cawan dengan jumlah yang dapat dihitung atau tidak
terlalu banyak. Dimana jumlah yang terbaik antara 30 sampai 300. Pengenceran
dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Adapun kesimpilan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Haemocytometer digunakan untuk menghitung jumlah sel dalam
satuan isi yang sangat kecil.
2. Haemocytometer tidak dapat digunakan untuk membedakan sel hidup dan
sel mati
3. Dalam pengunaannya haemocytometer umumnya digunakan berbarengan
dengan mikroskop
4. Sel yang mati yang berada pada batas luar sebelah atas dan berada di
sebelah kanan tidak dihitung.
5. Penghitungan dilakukan dengan menghitung jumlah sel yang teramati
melalui mikroskop pada bagian tengah hemositometer
Saran
Adapun saran dari praktikum tentang menghitung sel mikroba
menggunakan hemocytometer yaitu jika mikroba yang diamati dalam
haemocytometer terlalu banyak maka memerlukan perlakuan pengenceran
sebelum ditumbuhkan pada media agar. sehingga, setelah inkubasi akan terbentuk
pertumbuhan koloni pada cawan dengan jumlah yang dapat dihitung atau tidak
terlalu banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Febrinawati, N., Putri, B., & Hudaidah, S. (2020). Utilization Waste Vanamei
Shrimp Farming ( Litopenaeus Vanamei ) As A Media Cultur Chaetoceros
Amami. Jurnal Perikanan, 10(1), 20–28.
Fithriani, D., Dinawati, L., & A, O. D. (2018). Pengaruh Umur Pertumbuhan
Mikroalga Chlorella Sp. Terhadap Kandungan Pigmen Klorofil, Karotenoid,
Fikosianin Dan Fikoeritrin. Seminar Nasional Tahunan Xv Hasil Penelitian
Perikanan Dan Kelautan, 123–126.
Hartanto, H. S. B., Hariyati, R., & Soeprobowati, T. R. (2013). Pertumbuhan
Populasi Chlorella Vulgaris Beijerinck Dengan Perlakuan Penambahan
Logam Berat Tembaga ( Cu ) Pada Skala Laboratorium Hermawan Setiyo
Budi Hartanto , Riche Hariyati , Tri Retnaningsih Soeprobowati. Jurnal
Biologi, 2(1), 19–27.
Herdatiarni, F., Himawan, T., & Rachmawati, R. (2014). Eksplorasi Cendawan
Entomopatogen Beauveria Sp. Menggunakan Serangga Umpan Pada
Komoditas Jagung, Tomat Dan Wortel Organik Di Batu, Malang. Hpt,
1(September), 1–11.
Mahardika, G. R., Pratikno, H., & Titah, H. S. (2018). Analisis Ketahanan
Microalga Pada Material Baja Ah 36 Dengan Menggunakan Metode
Impressed Current Anti Fouling (Icaf). Jurnal Teknik Its, 7(2).
Tambingsila, M. (2016). Tanaman Kakao Potensinya Sebagai Antagonis
Pengendali ( Phytophthora Palmivora Bult .) Penyebab Busuk. Jurnal
Agropet, 13(1), 12–23.
Triawan, A. C., & Arisandi, A. (2020). Struktur Komunitas Fitoplankton Di
Perairan Muara Dan Laut Desa Kramat Kecamatan Bangkalan Kabupaten
Bangkalan. Juvenil:Jurnal Ilmiah Kelautan Dan Perikanan, 1(1), 97–110.

Anda mungkin juga menyukai