PRAKTIKUM
PARASITOLOGI
CESTODA
INSTRUKTUR :
APRIYANTO, S.Si., M.Si
POLTEKKES
KEMENKES KENDARI
BUKU PANDUAN DAN LAPORAN PRAKTIKUM
PARASITOLOGI ( HELMINTOLOGI)
ii
TATA TERTIB SELAMA PRAKTIKUM
PENDAHULUAN ...................................................................................
1. PRAKTIKUM CESTODA.........................................................
Identifikasi Telur, Skoleks dan Proglotid Cestoda (Genus
Hymenolepis) Echinococcus
granulosus, Diphyllobothrium
latum
Kelas Cestoda :
Ciri khas Cestoda (cacing pita) antara lain :
Bersegmen
Mempunyai skolex, leher dan
proglotid Hermaprodit
Reproduksi ovipar, kadang – kadang multiplikasi dalam bentuk larva
Infeksi umumnya oleh kista larva
Contoh spesies Cestoda adalah :
1. Taenia saginata
2. Taenia salium
3. Hymenolepis nana
4. Hymenolepis diminuta
5. Dypilobotrium latum
6. Dypilidium caninum
7. Echinococcus granulosus
8. Echinococcus multicularis
9. Sparganosis
PRAKTIKUM CESTODA
TEORI
1.) Genus Hymenolepis
Genus Hymenolepis merupakan cacing pita yang masih satu ordo dengan
genus Taenia yaitu ordo CYCLOPYLLIDEA. Terdapat 2 spesies penting, yaitu :
a.) Hymenolepis nana
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : H
C yclophyllidea
Family : ymenolepididae
Genus : Hymenolepis
Species : Hymenolepis nana
(Gandasuda dan Srisasi, 2006)
Morfologi
Telur
Telur berbentuk bulat atau oval dengan diameter 30-45 mikron.Dinding telur
terdiri dari 2 lapis yaitu membran luar dan dalam (Makimian, 1996).
Siklus Hidup
Telur-telur dikeluarkan bersama tinja dengan cara disintegrasi pelan-pelan
dari segmen gravid. Hymenolepis nana merupakan satu-satunya cacing pita
manusia yang tidak membutuhkan hospes perantara. Segmen gravid
biasanya pecah di kolon sehingga telur dapat dengan mudah ditemukan di
feses.TelurHymenolepis nana segera menjadi infektif ketika dikeluarkan
bersama tinja dan tidak dapat bertahan lebih dari 10 hari pada lingkungan
luar. Ketika telur infektif tersebut ditelan oleh orang lain, onkosfer yang
terkandung di dalam telur dilepaskan di usus kecil kemudian mempenetrasi
vilus dan berkembang menjadi larva sistiserkosis. Setelah villus ruptur,
sistiserkosis kembali ke lumen usus, lalu mengeluarkan skoleks mereka,
kemudian menempel ke mukosa usus dan berkembang menjadi dewasa lalu
tinggal di ileus (Maegraith B, 1995).
Autoinfeksi dapat terjadi pada infeksi Hymenolepis nana, dimana telur mampu
mengeluarkan embrio heksakan mereka yang kemudian menembus villus dan
meneruskan siklus infektif tanpa melalui lingkungan luar.Hal ini menyebabkan
cacing dapat memperbanyak diri dalam tubuh hospes. Masa hidup cacing
dewasa adalah 4-6 minggu, tetapi autoinfeksi internal memungkinkan infeksi
bertahan selama bertahun-tahun. Cacing di dalam usus terdapat dalam
jumlah 1.000 sampai 8.000 ekor.Jangka waktu hidupnya hanya 2 minggu
(Maegraith B, 1995).
Patologi dan Gejala Klinik
Parasit ini umumnya tidak menimbulkan gejala. Jumlah cacing dalam
jumlah besar pada mukosa usus akan dapat menyebabkan iritasi mukosa usus.
Kelainan yang timbul adalah toksemia umum karena penyerapan sisa metabolit
dari cacing yang masuk peredaran darah.Pada anak kecil dengan infeksi berat,
dapat menimbulkan keluhan pada organ saraf, sakit perut yang dapat diikuti
atau tanpa diare, kejang-kejang, sukar tidur dan pusing.
Epidemiologi
Cacing ini tersebar secara kosmopolit, tetapi lebih suka daerah beriklim
panas daripada dingin termasuk Indonesia. Infeksi terjadi dari tangan ke mulut,
tersering pada anak usia 15 tahun ke bawah. Kontaminasi dengan tinja tikus
perlu mendapat perhatian.Infeksi pada manusia selalu disebabkan oleh telur
yang tertelan dari benda-benda yang kontak dengan tanah dari tempatbuang
air atau langsung dari anus ke mulut.
Daignosa Laboratorium
Diagnosa laboratorium dapat ditegakkan apabila ditemukan telur atau
bagian dari cacing dewasa dalam feses. Pemeriksaan dapat dilakukan secara
langsung atau dengan cara tak langsung (konsentrasi). Pemeriksaan jumlah
eosinifil dalam darah hanya sebagai pendukung, biasanya pada kasus infeksi
parasit ini akan meningkat 8 – 16 %.
Penyebaran Geografis
Penyebaran infeksi Echinococcus granulosus tersebar di seluruh dunia
terutama di daerah pedesaan dan pinggiran yang daerah tersebut terdapat
banyak anjing yang memakan daging hewan yang mengandung kista hidatid.
Echinococcus granulosus memiliki fokus endemik di Amerika Selatan
yaitu pada peternakan domba dan sapi di Argentina, Uruguay, Brazil Selatan,
dan Chili.Kista Hidatid seringkali menginfeksi anak-anak dan tumbuh terus
tanpa diketahui selama bertahun-tahun
Morfologi
Cacing dewasa berukuran kecil panjangnya 3-6 mm terdiri dari skoleks,
leher, dan sebuah strobila yang hanya terdiri dari 3-4 segmen.
Siklus Hidup
Cacing dewasa Echinococcus granulosus (panjangnya 3 - 6 mm) berada di
usus halus hospes definitif misalnya anjing. Lalu proglotid melepaskan telur
yang keluar bersama feses.
Kemudian tertelan oleh hospes intermediat yang sesuai (biri-biri, kambing,
babi, sapi, kuda, onta) setelah itu telur menetas di usus halus dan onkosfer
keluar onkosfer menembus dinding usus dan menuju sistem peredaran ke
berbagai organ, terutama hati dan paru-paru.
Di hati dan paru-paru onkosfer berkembang menjadi kista kemudian
berkembang secara berangsur-angsur, menghasilkan protoskoleks dan
anak kista yang mengisi kista interior.
Hospes definitif dapat terinfeksi dengan cara memakan daging hospes
intermediet yang mengandung kista hidatid.
Setelah tertelan, protoskoleks melakukan evaginasi, menuju ke mukosa
usus dan berkembang menjadi cacing dewasa setelah 32 sampai 80 hari
kemudian proglotid melepaskan telur.
Hospes intermediat terinfeksi dengan cara menelan telur kemudian
menetas menghasilkan onkosfer pada usus dan menjadi kista di dalam
berbagai organ.
Gejala Klinik
Echinococcus granulosus menginfeksi selama bertahun-tahun sebelum
kista membesar dan menyebabkan gejala saat tersebar ke organ-organ
vital.
Bila menginfeksi hati maka terjadi rasa sakit dan nyeri di bagian abdominal,
benjolan di daerah hati, dan obsruksi saluran empedu.
Pada saat kista menginfeksi paru-paru menyebabkan dada sakit dan batuk
hemoptysis.
Kista yang menyebar ke seluruh organ dapat menyebabkan demam,
urtikaria, eosinofilia, dan syok anafilaktik. Kista dapat menyebar hingga ke
otak, tulang, dan jantung.
Pencegahan
Beberapa tindakan pencegahan dilakukan untuk menurunkan insiden infeksi :
1.) Semua hewan yang menjadi hospes perantara ketika selesai disembelih
harus dibuang dan dijauhkan dari anjing agar tidak dimakan sehingga
tidak berkembang menjadi cacing dewasa.
2.) Ditekankan kesehatan perorangan untuk mencegah tertelannya telur
infektif yang terkontaminsi feses anjing, karena telurnya sangat resisten
terhadap desinfektan .
3.) Melakukan tindakan kontrol yang ekstensif untuk mengurangi penularan
penyakit hidatid.
4.) Program pendidikan dan penyuluhan terhadap masyarakat
5.) Mengobati hewan-hewan piaraan yang terinfeksi.
6.) Jangan bergaul erat dgn anjing sebagai sumber infeksi
7.) Meningkatkan kesadaran higienis dan sanitasi air.
8.) Menjaga kebersihan dan kesehatan hewan piaraan terutama anjing dan
kucing.
9.) Cara terbaik untuk menghindari infeksi manusia adalah menghindari
menelan makanan atau bahan lain yang terkontaminasi dengan kotoran
anjing.
ORDO PSEUDOPHYLLIDEA
Ordo pseudophyllidea memiliki 1 spesies, yaitu klasifikasi
Diphyllobothrium latum. Cestoda Ordo pseudophyllidea ini berbeda dengan
Ordo Cyclophyllidea dalam hal bentuk skoleksnya.
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species : Diphyllobotrium latum
Morfologi
Cacing dewasa:
1.) Panjang sampai 10 mm, 3000-4000 proglotid.
2.) Skolek : seperti sendok, mempunyai dua lekuk isap.
3.) Proglotid :
Lebar lebih panjang dari panjangnya.
Lubang uterus di bagian tengah proglotid.
Mempunyai lubang uterus.
Uterus panjang berkelok-kelok membentuk roset.
Perbedaan Morfologi
cacing
(T.
cacing
saginata)&
pita babi (T. solium)
Siklus Hidup
Telur berkembang untuk beberapa minggu, coracidium (onchosphere
berkait 6 dilengkapi embriophore yang bercilia) berada di air, kemudian
dimakan h.i. I cyclopid/diaptomid (berkembang menjadi procercoid) di
haemochole dalam 2-3 minggu selanjutnya h.i. I dimakan h.i. II ikan
(berkembang menjadi plerocercoid) di viscera dan otot. H.i. II dimakan h.d
dan menjadi dewasa dengan periode prepaten 3-4 minggu
HASIL PENGAMATAN
GAMBAR GAMBAR
Skolex H.nana Skolex H.diminuta
1
3
2
Keterangan : Keterangan :
1.Kait-kait 1.Rostelum
2.Rostelum 2.Batil Isap
3.Bati Isap
Ciri Khas :
Ciri Khas : Berbentuk seperti ganda dan bentuk
Berbentuk bulat kecil dam memiliki kait- rostelum rudimeter
kait
GAMBAR GAMBAR
Proglotid H.nana Proglotid H.diminuta
Keterangan : Keterangan :
Uterus 1.Uterus (berbentuk kantong yang
dipenuhi telur)
GAMBAR GAMBAR
Telur H.nana Telur H.diminuta
Keterangan : 1 Keterangan :
1. Filamen 1. Embrio heksakan
2. Embrio heksakan 2. 2 lapisan membrane
2
GAMBAR GAMBAR
Proglotid D.latum Scolex D.latum
1
Keterangan : Keterangan :
1. Uterus 1. Lekukan ventral
2. Leher
GAMBAR GAMBAR
Skolex E.granulosus Skolex E.granulosus
1
Keterangan : Keterangan : 1
3
1. Skoleks 1. Kait-kaitil
2. Proglotid imatur 2 2. Batil isap
3. Proglotid matur 2
4
4. Telur (embrio)
GAMBAR
Kista Hydatid
Keterangan :
kesimpulan :
Cestoda adalah nama yang diberikan untuk kelas cacing pipih parasit
dari filum Platyhelminthes. Spesies yang paling terkenal biasa disebut cacing pita.
Cara mendiagnosisinya menemukan telur dalam tinja, skoleks melekat pada usus
halus.Semua genus Hymenolepis E.granulosus, D.Latem, mempunyai hospes
perantara.Telur H.nana terdapat 7-8 Filamen, telur H.diminuta tidak ada.