Anda di halaman 1dari 20

MODUL

PRAKTIKUM
PARASITOLOGI
CESTODA

INSTRUKTUR :
APRIYANTO, S.Si., M.Si

POLTEKKES
KEMENKES KENDARI
BUKU PANDUAN DAN LAPORAN PRAKTIKUM
PARASITOLOGI ( HELMINTOLOGI)

NAMA MAHASISWA : FADILLAH


NIM : P00341019059
SEMESTER/KELAS :III/2B TLM
ALAMAT MAHASISWA : Jl. Lumba- lumba
INSTRUKTUR :........................................................
:........................................................
:.........................................................
:.........................................................

kendari, 4 Januari 2021


Praktikan,

ii
TATA TERTIB SELAMA PRAKTIKUM

Selama menjalankan praktikum parasitologi di laboratorium Jurusan


Analis Kesehatan Semarang semua mahasiswa harus mengetahui dan
mentaati peraturan sebagai berikut :
1. Sebelum praktikum yang telah ditetapkan, para mahasiswa tidak
diperbolehkan memasuki ruang praktikum.
2. Para mahasiswa harus datang tepat waktu, bila terlambat lebih dari
15 menit, mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan
harus menggati pada hari lain.
3. Di dalam laboratorium, mahasiswa harus mengenakan jas
praktikum dengan pakaian yang sopan dan rapi, bersepatu tidak
diperkenankan memakai sandal dan kaos oblong.
4. Hp dimatikan/tidak disuarakan
5. Tas dan buku yang tidak diperlukan selama praktikum supaya
diletakkan pada locker yang telah disediakan.
6. Pada waktu praktikum para mahasiswa tidak diperkenankan
meninggalkan ruang tanpa izin dosen atau asisten.
7. Praktikum harus dikerjakan dengan sungguh - sungguh, dan
bertingkah laku sopan.
8. Apabila praktikan merusakkan atau memecahkan alat-alat
laboratorium serta preparat dengan alasan apapun tetap diwajibkan
mengganti alat-alat/ preparat yang rusak.
9. Setelah praktikum buku panduan praktikum boleh dibawa pulang.
10. Laporan dikumpulkan 1 minggu/ setelah materi praktek
Parasitologi I.
11. Tidak boleh makan dan minum diruang laboratorium.
DAFTAR ISI

Identitas Mahasiswa .............................................................................. i


Tata Tertib Praktikum ......................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................... iii

PENDAHULUAN ...................................................................................
1. PRAKTIKUM CESTODA.........................................................
Identifikasi Telur, Skoleks dan Proglotid Cestoda (Genus
Hymenolepis) Echinococcus
granulosus, Diphyllobothrium
latum

Modul Praktikum Parasitologi Page 17


I
PENDAHULUAN

Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cacing (parasit)


yang hidup ditubuh manusia. Tiga kelas yang penting dipelajari meliputi :
Nematoda, Cestoda dan Trematoda. Ketiga kelas tersebut dapat jelas
dibedakan , baik secara makroskopis maupun mikroskopis.
Dalam tinja manusia dapat ditemukan cacing dewasa, larva dan telur.
Telur dapat diperiksa secara langsung atau cara konsentrasi. Larva dapat
ditemukan pada pemeriksaan langsung dengan sediaan tinja basah atau
pada pembiakan.
Penemuan larva, telur dalam tinja sangat membantu menegakkan
diagnosa penyakit parasit akibat cacing.

Kelas Cestoda :
Ciri khas Cestoda (cacing pita) antara lain :
Bersegmen
Mempunyai skolex, leher dan
proglotid Hermaprodit
Reproduksi ovipar, kadang – kadang multiplikasi dalam bentuk larva
Infeksi umumnya oleh kista larva
Contoh spesies Cestoda adalah :
1. Taenia saginata
2. Taenia salium
3. Hymenolepis nana
4. Hymenolepis diminuta
5. Dypilobotrium latum
6. Dypilidium caninum
7. Echinococcus granulosus
8. Echinococcus multicularis
9. Sparganosis
PRAKTIKUM CESTODA

Judul : Identifikasi Telur, Skoleks dan Proglotid Cestoda (Genus Hymenolepis)


Echinococcus granulosus, Diphyllobothrium latum
Tujuan :
1.) Membedakan Morfologi Proglotid, Skoleks, dan telur cestoda genus
Hymenolepis
2.) Identifikasi Morfologi telur dan proglotid Diphyllobothrium latum
3.) Identifikasi Morfologi telur dan proglotid Echinococcus granulosus

TEORI
1.) Genus Hymenolepis
Genus Hymenolepis merupakan cacing pita yang masih satu ordo dengan
genus Taenia yaitu ordo CYCLOPYLLIDEA. Terdapat 2 spesies penting, yaitu :
a.) Hymenolepis nana
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : H
C yclophyllidea
Family : ymenolepididae
Genus : Hymenolepis
Species : Hymenolepis nana
(Gandasuda dan Srisasi, 2006)

Morfologi
 Telur
Telur berbentuk bulat atau oval dengan diameter 30-45 mikron.Dinding telur
terdiri dari 2 lapis yaitu membran luar dan dalam (Makimian, 1996).

Gambar Telur Hymenolepis nana


Sumber : www.bobobo.blogspot.com/2011/11/hymenolepis-nana.html
 Cacing Dewasa
Hymenolepis nana berbentuk seperti benang dengan ukuran 15 – 40 mm x
0,5 – 1 mm dan jumlah proglotid mencapai yang
200. Hymenolepis nanamemiliki skoleks dan rostellum pendek yang retraktil.
Bagian lehernya panjang dan ramping. Hymenolepis nana memiliki 3 testis
yang berada pada bagian posterior dari setiap proglotid. Segmen
gravid Hymenolepis nanamengandung 80 – 180 butir telur (Makimian, 1996).

Gambar Cacing Dewasa Hymenolepis nana


Sumber : www.sodiycxacun.web.id/2010/06/hymenolepiasis-nana.html

Siklus Hidup
Telur-telur dikeluarkan bersama tinja dengan cara disintegrasi pelan-pelan
dari segmen gravid. Hymenolepis nana merupakan satu-satunya cacing pita
manusia yang tidak membutuhkan hospes perantara. Segmen gravid
biasanya pecah di kolon sehingga telur dapat dengan mudah ditemukan di
feses.TelurHymenolepis nana segera menjadi infektif ketika dikeluarkan
bersama tinja dan tidak dapat bertahan lebih dari 10 hari pada lingkungan
luar. Ketika telur infektif tersebut ditelan oleh orang lain, onkosfer yang
terkandung di dalam telur dilepaskan di usus kecil kemudian mempenetrasi
vilus dan berkembang menjadi larva sistiserkosis. Setelah villus ruptur,
sistiserkosis kembali ke lumen usus, lalu mengeluarkan skoleks mereka,
kemudian menempel ke mukosa usus dan berkembang menjadi dewasa lalu
tinggal di ileus (Maegraith B, 1995).
Autoinfeksi dapat terjadi pada infeksi Hymenolepis nana, dimana telur mampu
mengeluarkan embrio heksakan mereka yang kemudian menembus villus dan
meneruskan siklus infektif tanpa melalui lingkungan luar.Hal ini menyebabkan
cacing dapat memperbanyak diri dalam tubuh hospes. Masa hidup cacing
dewasa adalah 4-6 minggu, tetapi autoinfeksi internal memungkinkan infeksi
bertahan selama bertahun-tahun. Cacing di dalam usus terdapat dalam
jumlah 1.000 sampai 8.000 ekor.Jangka waktu hidupnya hanya 2 minggu
(Maegraith B, 1995).
Patologi dan Gejala Klinik
Parasit ini umumnya tidak menimbulkan gejala. Jumlah cacing dalam
jumlah besar pada mukosa usus akan dapat menyebabkan iritasi mukosa usus.
Kelainan yang timbul adalah toksemia umum karena penyerapan sisa metabolit
dari cacing yang masuk peredaran darah.Pada anak kecil dengan infeksi berat,
dapat menimbulkan keluhan pada organ saraf, sakit perut yang dapat diikuti
atau tanpa diare, kejang-kejang, sukar tidur dan pusing.

Epidemiologi
Cacing ini tersebar secara kosmopolit, tetapi lebih suka daerah beriklim
panas daripada dingin termasuk Indonesia. Infeksi terjadi dari tangan ke mulut,
tersering pada anak usia 15 tahun ke bawah. Kontaminasi dengan tinja tikus
perlu mendapat perhatian.Infeksi pada manusia selalu disebabkan oleh telur
yang tertelan dari benda-benda yang kontak dengan tanah dari tempatbuang
air atau langsung dari anus ke mulut.

Daignosa Laboratorium
Diagnosa laboratorium dapat ditegakkan apabila ditemukan telur atau
bagian dari cacing dewasa dalam feses. Pemeriksaan dapat dilakukan secara
langsung atau dengan cara tak langsung (konsentrasi). Pemeriksaan jumlah
eosinifil dalam darah hanya sebagai pendukung, biasanya pada kasus infeksi
parasit ini akan meningkat 8 – 16 %.

b.) Hymenolepis diminuta

Perbandingan Hymenolepis nana Hymenolepis diminuta

Panjang 25-40 mm (cacing pita 20-60 mm


terkecil)
Jumlah ± 200 buah ± 1000 buah
Proglotid
Telur  Bentuk oval  Bentuk oval
berhialin, dengan lapis berhialin, dengan lapis
membrane. Dalam membrane. Dalam
telur telur terdapat telur telur terdapat
embrio heksakan yang embrio heksakan yang
membawa 6 kait. membawa 6 kait.
 Membran sebelah  Membran sebelah
dalam mempunyai 2 dalam mempunyai 2
penebalan dan dari penebalan dan dari
kedua kutub keluar 4-8 kedua kutub tidak
filamen yang halus. terdapat filament.
Proglotid Berbentuk trapesium, Berbentuk trapesium,
Matang (matur) punya 1 lubang kelamin ukuran segmen lebih
disebelah kiri, 3 buah besar. Punya 1 lubang
testis yang bulat dan kelamin disebelah kiri, 3
ovarium berlobus dua. buah testis yang bulat dan
ovarium berlobus dua.
Proglotid Gravid Uterus berbentuk kantung Uterus berbentuk kantung
irreguler mengandung 80- irreguler
180 telur.
Skoleks Bulat kecil mempunyai Berbentuk gada,
rostellum kecil dan reflaktil mempunyai rostellum
dengan 1 baris kait kecil apical yang rudimeter
dan 4 batil isap yang tanpa kait dan ada4 batil
terbentuk seperti isap kecil.
mangkuk.

2.) Echinococcus granulosus


Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : C yclophyllidea
Famili : T aeniidae
Genus : Echinococcus
Spesies : Granulosus

Hospes dan Nama Penyakit


 Hospes definitif dari Echinococcus granulosus adalah hewan karnivora
terutama anjing, srigala, dan lain-lain. Sedangkan hospes perantaranya
adalah manusia, kambing, domba, sapi, dan lain-lain.
 Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cestoda ini adalah echinococcosis
atau penyakit hidatidosis (disebabkan larvanya).

Penyebaran Geografis
Penyebaran infeksi Echinococcus granulosus tersebar di seluruh dunia
terutama di daerah pedesaan dan pinggiran yang daerah tersebut terdapat
banyak anjing yang memakan daging hewan yang mengandung kista hidatid.
Echinococcus granulosus memiliki fokus endemik di Amerika Selatan
yaitu pada peternakan domba dan sapi di Argentina, Uruguay, Brazil Selatan,
dan Chili.Kista Hidatid seringkali menginfeksi anak-anak dan tumbuh terus
tanpa diketahui selama bertahun-tahun

Morfologi
 Cacing dewasa berukuran kecil panjangnya 3-6 mm terdiri dari skoleks,
leher, dan sebuah strobila yang hanya terdiri dari 3-4 segmen.

Gambar : Cacing dewasa E.granulosus


Sumber : w
ww.commons.wikimedia.org

 Perkembangan segmennya yaitu immatur, matur, dan gravid. Segmen


gravidnya merupakan segmen terbesar yang panjangnya 3-4 mm dan
lebarnya 0,6 mm.

Gambar : Telur E. granulosus


Sumber : www.wikipedia.org/wiki/Echinococcus_granulosus
 Skoleksnya terdiri dari 4 alat isap dengan rostelum yang dilengkapi 2 deret
kait yang melingkar.

Siklus Hidup
 Cacing dewasa Echinococcus granulosus (panjangnya 3 - 6 mm) berada di
usus halus hospes definitif misalnya anjing. Lalu proglotid melepaskan telur
yang keluar bersama feses.
 Kemudian tertelan oleh hospes intermediat yang sesuai (biri-biri, kambing,
babi, sapi, kuda, onta) setelah itu telur menetas di usus halus dan onkosfer
keluar onkosfer menembus dinding usus dan menuju sistem peredaran ke
berbagai organ, terutama hati dan paru-paru.
 Di hati dan paru-paru onkosfer berkembang menjadi kista kemudian
berkembang secara berangsur-angsur, menghasilkan protoskoleks dan
anak kista yang mengisi kista interior.
 Hospes definitif dapat terinfeksi dengan cara memakan daging hospes
intermediet yang mengandung kista hidatid.
 Setelah tertelan, protoskoleks melakukan evaginasi, menuju ke mukosa
usus dan berkembang menjadi cacing dewasa setelah 32 sampai 80 hari
kemudian proglotid melepaskan telur.
 Hospes intermediat terinfeksi dengan cara menelan telur kemudian
menetas menghasilkan onkosfer pada usus dan menjadi kista di dalam
berbagai organ.

Gambar Siklus Hidup


Sumber : w
ww.commons.wikimedia.org

Gejala Klinik
 Echinococcus granulosus menginfeksi selama bertahun-tahun sebelum
kista membesar dan menyebabkan gejala saat tersebar ke organ-organ
vital.
 Bila menginfeksi hati maka terjadi rasa sakit dan nyeri di bagian abdominal,
benjolan di daerah hati, dan obsruksi saluran empedu.
 Pada saat kista menginfeksi paru-paru menyebabkan dada sakit dan batuk
hemoptysis.
 Kista yang menyebar ke seluruh organ dapat menyebabkan demam,
urtikaria, eosinofilia, dan syok anafilaktik. Kista dapat menyebar hingga ke
otak, tulang, dan jantung.
Pencegahan
Beberapa tindakan pencegahan dilakukan untuk menurunkan insiden infeksi :
1.) Semua hewan yang menjadi hospes perantara ketika selesai disembelih
harus dibuang dan dijauhkan dari anjing agar tidak dimakan sehingga
tidak berkembang menjadi cacing dewasa.
2.) Ditekankan kesehatan perorangan untuk mencegah tertelannya telur
infektif yang terkontaminsi feses anjing, karena telurnya sangat resisten
terhadap desinfektan .
3.) Melakukan tindakan kontrol yang ekstensif untuk mengurangi penularan
penyakit hidatid.
4.) Program pendidikan dan penyuluhan terhadap masyarakat
5.) Mengobati hewan-hewan piaraan yang terinfeksi.
6.) Jangan bergaul erat dgn anjing sebagai sumber infeksi
7.) Meningkatkan kesadaran higienis dan sanitasi air.
8.) Menjaga kebersihan dan kesehatan hewan piaraan terutama anjing dan
kucing.
9.) Cara terbaik untuk menghindari infeksi manusia adalah menghindari
menelan makanan atau bahan lain yang terkontaminasi dengan kotoran
anjing.

ORDO PSEUDOPHYLLIDEA
Ordo pseudophyllidea memiliki 1 spesies, yaitu klasifikasi
Diphyllobothrium latum. Cestoda Ordo pseudophyllidea ini berbeda dengan
Ordo Cyclophyllidea dalam hal bentuk skoleksnya.

Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species : Diphyllobotrium latum

Hospes dan Penyebaran


 Hospes definitif : manusia, anjing, kucing, serigala,anjing
laut,beruang,anjing hutan, dan hewan pemakan ikan.
 Hospes perantara I : copepoda (Cyclops sp dan Diaptomus sp).
 Hospes perantara II : ikan.
 Cacing dewasa hidup dalam ileum hospes definitive.
 Dist.geografis : Amerika, Kanada, Eropa Tengah, Afrika Tengah, Malaysia,
Siberia dan Jepang.

Morfologi
 Cacing dewasa:
1.) Panjang sampai 10 mm, 3000-4000 proglotid.
2.) Skolek : seperti sendok, mempunyai dua lekuk isap.
3.) Proglotid :
 Lebar lebih panjang dari panjangnya.
 Lubang uterus di bagian tengah proglotid.
 Mempunyai lubang uterus.
 Uterus panjang berkelok-kelok membentuk roset.

Gambar : Skolex & Proglotid D. latum


Sumber : w ww.e-cleansing.com

Gambar : Morfologi Proglotid D.latum


(Sumber : Atlas Parasitologi Kedokteran)
Sumber : ww.e-cleansing.com
w
 Telur :
o Mempunyai overkulum
o Sel-sel telur
o Menetas dalam air  korasidium
o Memerlukan 2 hospes perantara
o Hospes perantara I : Cyclops dan Diaptomus(golongan udang)
 Berisi larva PROCERCOID
o Hospes Perantara II : ikan air tawar
 Berisi larva PLEROCERCOID atau SPARGANUM

Gambar : Telur D. latum


Sumber : w ww.practicalscience.com

Perbedaan Morfologi

Ordo Pseudophyllidea Ordo Cyclophyllidea

• Skoleks 2 lekuk isap, lubang • Skoleks dgn 4 batil


genital & uterus di tengah- isap dengan
tengah proglotid atautanpa rostellum
• Telur punya operkulum, berisi berkait-kait
sel telur & kel. brsm tinja • Lubang genital di
• Di air sel telur menjadi onkosfer, pinggir proglotid,
menetas & kel. Korasidium unilateral atau
bilateral selang-
s.I (copepoda) memakan korasidium & brkmbang dlm tbh
seling
Hp. II (ikan, kodok) terus mjd sparganum (btk infektif)
ia terinfeksi dgn memkn Hp.II yg mgndg sparganum Ruang uterus tidak ada
rmsk jenis ordo ini : Telur berisi onkosfer tumbuhdalam Hospes perantara dan menjadi be
m&D. Mansoni Di Indonesia jenis yg terpenting:
pita sapi

cacing
(T.
cacing
saginata)&
pita babi (T. solium)

Siklus Hidup
 Telur berkembang untuk beberapa minggu, coracidium (onchosphere
berkait 6 dilengkapi embriophore yang bercilia) berada di air, kemudian
dimakan h.i. I cyclopid/diaptomid (berkembang menjadi procercoid) di
haemochole dalam 2-3 minggu selanjutnya h.i. I dimakan h.i. II ikan
(berkembang menjadi plerocercoid) di viscera dan otot. H.i. II dimakan h.d
dan menjadi dewasa dengan periode prepaten 3-4 minggu

Gambar : Siklus Hidup Diphyllobothrium latum


Sumber : w ww.e-cleansing.com
METODE PEMERIKSAAN
ALAT DAN BAHAN
 ALAT
 Mikroskop cahaya atau mikroskop listrik
 Atlas parasitology medik
 BAHAN
Preparat Awetan
 Proglotid, scolex, dan telur cestoda genus Hymenolepis
 Proglotid dan Scolex Diphyllothrium latum
 Proglotid dan Scolex Echinococcus granulosus
CARA KERJA
1.) Amati preparat awetan proglotid, scolex dan telur genus Hymenolepis bawha
mikroskop dengan pembesaran lemah terlebih dahulu (10 x 10) lalu dengan
pembesaran 10 x 40 !
2.) Gambar hasil pengamatan pada kolom yang telah disediakan serta
lengkapidengan keterangan gambar yang memperhatikan ciri khas!

HASIL PENGAMATAN
GAMBAR GAMBAR
Skolex H.nana Skolex H.diminuta
1

3
2
Keterangan : Keterangan :
1.Kait-kait 1.Rostelum
2.Rostelum 2.Batil Isap
3.Bati Isap
Ciri Khas :
Ciri Khas : Berbentuk seperti ganda dan bentuk
Berbentuk bulat kecil dam memiliki kait- rostelum rudimeter
kait

GAMBAR GAMBAR
Proglotid H.nana Proglotid H.diminuta

Keterangan : Keterangan :
Uterus 1.Uterus (berbentuk kantong yang
dipenuhi telur)

GAMBAR GAMBAR
Telur H.nana Telur H.diminuta

Keterangan : 1 Keterangan :
1. Filamen 1. Embrio heksakan
2. Embrio heksakan 2. 2 lapisan membrane
2
GAMBAR GAMBAR
Proglotid D.latum Scolex D.latum

1
Keterangan : Keterangan :
1. Uterus 1. Lekukan ventral
2. Leher

GAMBAR GAMBAR
Skolex E.granulosus Skolex E.granulosus

1
Keterangan : Keterangan : 1
3
1. Skoleks 1. Kait-kaitil
2. Proglotid imatur 2 2. Batil isap
3. Proglotid matur 2
4
4. Telur (embrio)
GAMBAR

Kista Hydatid

Keterangan :

kesimpulan :
Cestoda adalah nama yang diberikan untuk kelas cacing pipih parasit
dari filum Platyhelminthes. Spesies yang paling terkenal biasa disebut cacing pita.
Cara mendiagnosisinya menemukan telur dalam tinja, skoleks melekat pada usus
halus.Semua genus Hymenolepis E.granulosus, D.Latem, mempunyai hospes
perantara.Telur H.nana terdapat 7-8 Filamen, telur H.diminuta tidak ada.

Mempunyai : lapisan kutikulum, lapisan germinativum, cairan


steril, brood capsule, kista sekunder

Anda mungkin juga menyukai