Anda di halaman 1dari 4

Trematoda darah

Trematoda darah memiliki perbedaan dengan trematoda lainnya, diantaranya cacing


dewasa tidak memiliki otot faring serta memiliki kelamin terpisah (ada cacing jantan dan
betina). Saluran pencernaan setelah caecum bercabang dua, di sebelah distal, caecum bersatu
kembali dan buntu. Pada trematoda darah hanya memerlukan satu hospes perantara. Telur
tidak beroperkulum, menetas saat kontak dengan air. Serkaria ekornya bercabang, masuk ke
dalam tubuh hospes definitif dengan cara serkaria menembus kulit. Perubahan yang terjadi
pada hospes perantara miracidium menjadi sporokista I dan sporokista II akhirnya menjadi
serkaria
Penamaan Schistosoma berasal dari bentuk cacing jantan dewasanya, yang tampak pada
tubuhnya memiliki saluran genitalia memanjang berlekuk-lekuk, yang merupakan tempat
kontak dengan cacing betina pada saat kopulasi. Schistosoma terdiri atas tiga spesies
pathogen yang terutama menginfeksi manusia yaitu : Schistosoma japonicum; habitatnya
adalah pada vena mesentrika superior, Schistosoma mansoni; habitatnya adalah pada vena
mesentrika interior, Schistosoma haematobium; habitatnya adalah pada vena mesentrika
inferior, terutama pada vena sebelum vesica urinaria.
Terdapat spesies pathogen lainnya yang mirip Schistosoma japonicum yaitu
Schistosoma. mekongi yang merupakan cacing dengan penyebaran terbatas pada lembah
sungai di daerah Mekong dan Schistosoma intercalatum dengan telur mirip Schistosoma
haematobium tetapi secara klinis gejalanya seperti S.mansoni, merupakan cacing endemis di
daerah Afrika barat dan Afrika tengah. Siklus hidup Schistosoma tidak memerlukan hospes
perantara kedua untuk penularan penyakitnya.
Schistosoma japonicum habitatnya pada vena mesenterica superior. Schistosoma
mansoni habitatnya pada vena mesentrica inferior, sedangkan Schistosoma haematobium
pada vena mesentrica inferior, vena haemorrhoidalis, vena pudendalis dan sering terdapat
pada plexus vena vesicalis.
Secara umum penyakitnya disebut schistosomiasis (Bilharziasis). Ada dua macam
schistosomiasis , yaitu schistosomiasis intestinalis yang disebabkan oleh Schistosoma
mansoni dan Schistosoma japonicum dan schistosomiasis vesikalis yang disebabkan oleh
Schistosoma haematobium
Distribusi geografik bagi schistosomiasis berlainan bagi trematoda darah, antar lain
untuk Schistosoma japonicum di daerah Formosa (hanya enzootic/terbatas pada binatang)
daerah lain di Timur Jauh yang bersifat endemik dan enzootic. Untuk Schistosoma mansoni di
daerah Mesir, Afrika barat, Puertorico, Venezuela dan Brazil. Sedangkan untuk Schistosoma
haematobium di daerah Mesir, Afrika Barat, Maroko dan Portugal.
Schistosomiasis di Indonesia, terdapat disekitar danau Lindu, Lembah Napu dan daerah
Besoa (propinsi Sulawesi Tengah) yang merupakan daerah penyebaran endemis di Indonesia.
Penyakitnya Schistosomiasis japonica dengan hospes perantara Oncomelania hupensis
lindoensis yang ditemukan oleh Davis dan Carney, 1973.
Gambar 1. Morfologi cacing dewasa Schistosoma spp dengan dua buah batil isap oral dan
ventral sucker
Sumber : www.altered-states.net/.../schistosoma.jpg
Siklus hidup.

Telur yang sudah matang diletakkan dalam kapiler darah dan vena kecil dekat
permukaan mukosa usus dan kandung kencing (tergantung spesies cacing). Telur dapat
menembus keluar dari pembuluh darah, bermigrasi ke jaringan untuk kemudian sampai pada
lumen usus dan kandung kencing, akhirnya telur akan ditemukan dalam tinja atau urine. Telur
segera menetas dalam air dan keluar miracidium. Didalam tubuh keong, miracidium
berkembang menjadi sporokista I dan sporokista II akhirnya menjadi serkaria. Serkaria
memiliki kemampuan menembus kulit, masuk ke dalam kapiler darah, akhirnya sampai ke
dalam vena kecil usus atau kandung kencing.
Siklus hidup Schistosoma spp
Telur keluar bersama urne atau faeces . Pada kondisi optimum (berada dalam air) telur
menetas menjadi miracidia , miracidia masukke dalam hospes perantara yaitu keong air tawar
. Dalam tubuh keong (moluska) miracidium berkembang dalam dua tahapan menjadi
sporokista sporokista berkembang menjadi serkaria . Ketika serkaria keluar dari tubuh keong,
serkaria infektif berenang bebas dan menginfeksi manusia dengan cara penetrasi ke dalam
melalui kulit , serkaria melepaskan ekornya dan menjadi schistosomulae . Schistosomulae
bermigrasi melewati beberapa jaringan dan menetap pada habitatnya dalam vena mesentrica
atau vena saluran kemih ( , ). Cacing dewasa tinggal pada lokasi vena spesifik yang berbeda
sesuai spesies S. japonicum lebih sering ditemukan pada vena mesentrica superior pada usus
halus , and S. mansoni biasa terjadi ditemukan pada vena mesentrika superior pada usus besar
. S. haematobium biasa ditemukan pada vena flexus vesicalis , tetapi dapat pula ditemukan
pada vena sekitar retum.

Trematoda usus
Yang termasuk Trematoda usus, yaitu: Fasciolopsis buski, Metagonimus yokogawai,
Echinostoma ilocanum, Gastrodiscoides hominis, Heterophyes heterophyes, dan watsonius
watsoni. Siklus hidup pada umumnya memerlukan dua hospes perantara tempat telur keluar
bersama tinja hospes definitif, dan telur yang keluar dapat sudah matang atau belum matang
tergantung jenis spesies.
Habitatnya di usus halus. Umumnya gejala klinis disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya oleh trauma yang dapat menimbulkan inflamasi serta ulserasi mukosa usus.
Cacing dalam jumlah banyak dapat menimbulkan obstruksi walaupun jarang obstruksi total,
faktor lainnya dan dapat menimbulkan gejala klinis adalah akibat zat racun yang dihasilkan
oleh parasit. Gejala klinik ringan berupa diare, sakit perut, sedangkan pada penyakit yang
lebih berat, nyeri perut akan lebih hebat , astenis kemudian timbul gejala toksis umum dan
keluhan alergi.Diagnosis umumnya dengan menemukan telur dalam tinja.
Trematoda hati
Trematoda hati terdiri dari beberapa spesies yaitu; Clonorchis sinensis,
Opisthorchis viverini, Dicrocoelium dendriticum, Fasciola hepatica,dan
Opisthorchis felineus. Umumnya trematoda hati habitatnya tidak pada sel hati
melainkan pada saluran empedu dan hanya sekali-kali menginfiltrasi jaringan
hati.
Siklus hidup.
Trematoda hati juga membutuhkan dua hospes perantara. Hospes I adalah siput
air tawar serta hospes perantara II ikan, tumbuhan air atau yang lainnya

tergantung spesies. Pada hospes perantara I juga seperti trematoda usus yakni
dari miracidium sporokista, redia dan serkaria, sedangkan pada hospes II terjadi
perubahan serkaria menjadi metaserkaria yang menyerupai kista dengan larva
di dalamnya. Selanjutnya dalam perjalanan siklus hidupnya untuk sampai di
habitat dengan melalui dua jalan. Jika kista tertelan bersama hospes perantara
II di dalam duodenum kista pecah dan keluar larva ada yang langsung masuk
saluran empedu sebelah distal ada juga species yang masuk ke cabangcabangnya melalui ampula vateri

Siklus hidup
Untuk menyempurnakan siklus hidupnya Fasciola hepatica membutuhkan keong air sebagai
hospes perantara seperti Galba truntacula (parasit dapat bereproduksi aseksual). Dari keong,
serkaria timbul dan berenang di air dan terjadi enkistasi sebagai metaserkaria pada tumbuhan
air. Metaserkaria dimakan oleh ruminansia atau dapat terjadi pada manusia yang memakan
sayuran mentah, kontak dengan pH yang rendah di lambung terjadi ekskistasi. Di duodenum
parasit keluar dari metaserkaria dan menuju rongga peritoneal. Pada tahap ini serkaria tidak
makan tetapi setelah ditemukan di parenkim hati, setelah beberapa hari fase makan terjadi.
Stadium jaringan hati merupakan stadium patogenik penyebab anemia dan timbul gejala
klinis. Parasit berada di jaringan hati selama 5-6 minggu dan kadang ditemukan di saluran
empedu, ketika matang dan dewasa akan bertelur lebih dari 25.000 dalam satu hari.
Immature eggs are discharged in the biliary ducts and in the stool . Eggs become
embryonated in water , eggs release miracidia , which invade a suitable snail
intermediate host , including the genera Galba, Fossaria and Pseudosuccinea. In the
snail the parasites undergo several developmental stages (sporocysts , rediae , and
cercariae ). The cercariae are released from the snail and encyst as metacercariae on
aquatic vegetation or other surfaces. Mammals acquire the infection by eating
vegetation containing metacercariae. Humans can become infected by ingesting
metacercariae-containing freshwater plants, especially watercress . After ingestion, the
metacercariae excyst in the duodenum and migrate through the intestinal wall, the
peritoneal cavity, and the liver parenchyma into the biliary ducts, where they develop
into adults . In humans, maturation from metacercariae into adult flukes takes
approximately 3 to 4 months. The adult flukes (Fasciola hepatica: up to 30 mm by 13
mm; F. gigantica: up to 75 mm) reside in the large biliary ducts of the mammalian host.
Fasciola hepatica infect various animal species, mostly herbivores.

Trematoda paru-paru.
Trematoda yang habitatnya di paru-paru spesies Paragonimus westermani yang
menyebabkan penyakit yang disebut paragonimiasis (Kerbert, 1878, Braun 1899)
Epidemiologi.
Kosmopolit pada mamalia, terutama daerah Timur jauh di Jepang, Philipina,
Korea, India, Muangthai, Taiwan, Afrika dan lain-lain. Di Indonesia merupakan
infeksi pada binatang. Hospes definitif selain manusia juga binatang mamalia
antara lain anjing dan kucing. Sebagai hospes perantara I keong air tawar
Semissulcaspira libertina (jepang), Brotia asperata (Phililipina), B. costula
episcopalism (Malaysia), Syncera spp dan Melania. Sedangkan hospes perantara
II ketam air tawar genus Potamon, Eriocheir, sesarma spp dan udang batu
(crayfish).

Morfologi dan siklus hidup.


Cacing berwarna coklat, jika sedang aktif menyerupai sendok, kutikulum berduri,
batil isap sama besar. Cacing dewasa hidup dalam kantung (kista) di paru-paru,
tiap kista bisa berisi dua ekor cacing, juga dapat dijumpai pada organ lain.
Ukuran 7,5-12 x 4-6 mm dengan tebal 3,5-5 mm, integument ditumbuhi duri.
Oral dan ventral sucker hampir sama besar (0,75-0,8 mm) testis berlobus dalam,
letak berdampingan di garis tengah di antara ventral sucker dan ujung posterior.
Ovarium besar, berlobus, pada sisi kiri atau kanan setinggi asetabulum, uterus
berkelok berbentuk roset pada sisi berlawanan dengan ovarium sedikit anterior
dari ovarium. Dari kantung, telur keluar ke bronchiolus, dibatukkan bersama
sputum atau tertelan keluar bersama tinja

Telur berwarna coklat keemasan, memiliki operkulum, ukuran 80-118 x 48-60


m. Akan menetas di air setelah pematangan 2-3 minggu. Di dalam hospes
perantara I, miracidium berubah menjadi redia 1 dan redia 2, akhirnya serkaria.
Dalam hospes perantara II serkaria berkembang menjadi metaserkaria perlu
waktu kurang lebih lima bulan. Pada hospes difinitif, di dalam duodenum terjadi
eksitasi, keluar larva kemudian menembus dinding usus (dalam 30-60 menit),
memasuki rongga perut 3-6 jam, masuk ke dalam dinding perut tinggal beberapa
hari sebelum menembus diafragma, ke rongga pleura untuk akhirnya masuk ke
bronchiolus (paru-paru). Dibentuk suatu kapsul yang berasal dari epitel
bronchiolus yang mengalami hipertropi. Kadang-kadang sampai ke tempat
ektopik, seperti mesenterium, pleura atau otak dan akan menjadi dewasa di
tempat ini . waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus 65-90 hari, infeksi menetap
sampai 20 tahun.

Anda mungkin juga menyukai