Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI SERKARIA TREMATODA PADA SIPUT


AIR DI PERSAWAHAN DESA KEMUTUG DAN KARANG BATUR

MATA KULIAH PARASITOLOGI

DOSEN PENGAMPU: MELA FIRDAUST, S.ST, M.KL


Disusun Oleh:

LAEINA AENUN NURMAS

P133473311087

1B

PROGARAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN


LINGKUNGANJURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PURWOKERTOPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN SEMARANG 2017/2018
Identifikasi Serkaria Trematoda pada Siput Air di Persawahan Desa
Kemutug dan Karang Batur

A. HASIL DAN PEMBAHASAN

Serkaria pada siput air dari persawahan desa Kemutug

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagian besar moluska yang memiliki peran sebagai hospes


perantara cacing trematoda adalah keong air tawar. Pada cacing trematoda
tertentu, keong air tawar berperan sebagai hospes perantara pertama atau
kedua, bahkan juga dapat sekaligus menjadi hospes perantara pertama dan
kedua. Siklus hidup trematoda dimulai dari telur masak keluar dari hospes
definitif (manusia dan mamalia lain), dalam air menetas menjadi
mirasidium di dalam air. Mirasidium akan masuk ke dalam keong yang
sesuai sebagai hospes perantara pertama, melalui kaki muskularnya.
Dalam tubuh keong akan berkembang di limpa menjadi sporokista, redia
atau ada juga yang menjadi sporokista induk, kemudian menjadi serkaria.
Pada schistosomiasis, serkaria akan keluar dari tubuh keong dan mencari
hospes definitif dan menjadi cacing dewasa. Pada trematoda lain misalnya
fasciola, serkaria akan berkembang menjadi mesoserkaria yang
berenkistasi pada hospes perantara kedua. Kemudian menjadi metaserkaria
yang apabila termakan oleh hospes definitif akan berkembang menjadi
bentuk cacing dewasa.
Beberapa jenis keong air tawar berperan sebagai hospes perantara cacing
trematoda karena pada tubuh keong mengandung stadium aseksual dari cacing,
sedangkan stadium seksual cacing berada dalam tubuh manusia. Manusia
berperan sebagai sumber penular karena tinja dari penderita dapat
mengontaminasi perairan di lingkungan. Penularan terjadi tanpa harus ada kontak
langsung antara manusia dengan keong. Keong air tawar juga berperan sebagai
hospes perantara infeksi cacing bersumber makanan (foodborne fluke infections)
yang menyerang hati, paru-paru dan usus pada manusia atau binatang.
Berdasarkan pemeriksaan serkaria pada keong sawah (Pila ampullacea)
dari area persawahan desa Kemutug dan Karang Batur, ditemukan serkaria pada
keong sawah (Pila ampullacea) yang diambil di persawahan Kemutug.
Sedangkan keong sawah (Pila ampullacea) yang diambil dari area
persawahan desa Karang Batur 100% negatif mengandung serkaria.
Serkaria yang teridentifikasi memiliki ekor bercabang.
Penemuan serkaria pada area persawahan di desa Kemutug
mengidentifikasi adanya kecacingan trematoda yang bisa dikarenakan
masih banyak warga yang melakukan perilaku BABS/OD. Berbeda
dengan di area persawahan desa Karang Batur yang tidak ditemukannya
serkaria pada keong sawahnya, hal ini menunjukkan kualitas lingkungan
yang ada masih terjaga dan besih seingga tidak ada penemaran serkaria
trematoda melalui hospes siput air tawar.

B. KESIMPULAN

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan adanya siput air tawar genus Pila
yang diperoleh di Desa Kemutug. Hasil identifikasi serkaria yang
diperoleh memiliki ekor yang bercabang. Diperolehnya serkaria pada siput
air tawar menunjukkan kemungkinan adanya kecacingan trematoda
lainnya. Sedangkan keong sawah yang diperoleh di desa Karang batur
100% negti mengandung serkaria, hal ini menunjukkan kualitas
lingkungan yang ada masih terjaga dan besih seingga tidak ada penemaran
serkaria trematoda melalui hospes siput air tawar.

Anda mungkin juga menyukai