DISUSUN OLEH :
YUDI TRIATMOJO
G1B014026
2015
PEMERIKSAAN CACING TREMATODA PADA KEONG
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Trematoda atau cacing daun termasuk dalam filum Platyhelminthes dan hidup
sebagai parasit. Banyak sekali macam hewan yang dapat berperan sebagai hospes
definitif bagi cacing trematoda. Tidak ketinggalan manusia pun merupakan
hospes utama bagi cacing trematoda. Trematoda menurut tempat hidupnya dibagi
menjadi empat yaitu trematoda hati, trematoda paru, trematoda usus, dan
trematoda darah (Sutanta, 2009).
Pada manusia infeksi Trematoda dapat terjadi melalui berbagai macam jalan.
Pada Schistosoma, stadium infektif cacing ini adalah serkaria yang memasuki
tubuh hospes definitive secara aktif dapat menembus kulit yang tak terlindungi
pada waktu berada di dalam air (Soedarto, 2011). Dalam siklus hidupnya,
trematoda memerlukan hospes perantara untuk pertumbuhan dan
perkembangannya, berupa Mollusca (biasanya kelas Gastropoda), orang awam
biasanya menyebutnya degan siput. Siput dapat dengan mudah ditemukan di
lingkungan yang lembab atau berair. Salah satu contoh lingkungan yang cocok
untuk pertumbuhan siput adalah daerah persawahan. Keberadaan Siput di
persawahan ini diikuti dengan terdapatnya hewan-hewan lain seperti bebek, sapi,
dan kambing yang merupakan hospes definitif dari trematoda. Hal ini
menyebabkan siput yang terdapat di persawahan kemungkinan mengandung
trematoda yang berpotensi sebagai penyebab infeksi pada manusia.
Siput merupakan perantara (hospes) dari cacing trematoda yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada tubuh siput tersebut
berkembang serkaria yang pada waktu tertentu keluar mencari hospes untuk
bertumbuh lebih lanjut. Apabila mendapatkan hospes maka mirasidium tersebut
akan masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan dengan menembus kulit,
selanjutnya akan masuk dalam pembuluh darah dan bertumbuh menjadi cacing
dewasa (Hafsah, 2013).
2. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi larva
cacing trematoda pada sampel siput yang diperiksa.
B. METODE
1. Metode Pemeriksaan
Metode yang digunakan adalah uji identifikasi trematoda pada gastropoda
dengan sampel keong mas dan kraca. Sampel didapatkan dengan mengambil
dari sawah atau rawa-rawa. Metode yang digunakan adalah dengan memotong
segmen ketiga dari ujung tubuh sampel untuk mengidentifikasi adanya larva
serkaria yang berkembang biak secara aseksual dalam tubuh siput tersebut.
2. Alat dan Bahan
Objek glass Talenan / alas kayu
Cover glass Tisu
Mikroskop Keong Mas
Pisau Kraca
3. Cara Kerja
Sampel keong mas/kraca disiapkan.
Sampel diletakkan di atas talenan.
3 segmen dari ujung pada cangkang sampel dipotong.
Lendir yang terdapat dalam potongan segmen diulaskan pada objek
glass, dan ditutup dengan cover glass.
Sampel diamati di bawah miroskop.
C. HASIL
SPESIES SAMPEL
Dicrocoelium - +
dendriticum
Fasciola hepatica - -
Fasciola buski - -
Paragonimus w. - -
Schistosoma - -
haematobium
Schistosoma - -
japonicum
Schistosoma mansoni - -
D. PEMBAHASAN
Peterson, R.A. 2013. Relative competence of native and exotic fishhosts for two
generalist native trematodes. International Journal for Parasitology:
Parasites and Wildlife 2: 136–143
Marwoto, Ristiyanti dan Isnaningsih, R Nur. 2012. “The Freshwater Snail Genus
Sulcospira Troschel, 1857 From Java, With Description Of A New Species
From Tasikmalaya, West Java, Indonesia (Mollusca: Gastropoda:
Pachychilidae)”. The Raffles Bulletin Of Zoology 2012 60(1): 1–10 :
Singapore
Studer dan Poulin. 2014. “Analysis Of Trait Mean And Variability Versus
Temperature In Trematode Cercariae: Is There Scope For Adaptation To
Global Warming?”. International Journal of Parasitology 44 (2014) 403–413.
New Zealand. (journal homepage: www.elsevier.com/locate/ijpara)
(Pila ampullaceae)