Pertemuan 5
Pemeriksaan Larva Trematoda dengan Sampel Siput Air Tawar
Oleh
Nama : Sherly Nur Cahya
NIM/ SHIFT: J410200143/Shift F
Pengampu :
Dr. Ambarwati, M.Si
Asisten:
Muhammad Masykuri A
1. Termasuk
trematoda paru,
Serkaria serkarianya tidak
Paragonimus 10 × memiliki ekor,
Westermani gerakannya
mukoid
2. Serkaria
Trematoda
usus
(Fasciolopsis 10 × Serkaria memiliki
buski) atau hati ekor
(Fasciola
hepatica)
3.
Termasuk
trematoda darah,
Serkaria 10 × memiliki ekor
Schistoma sp bercabang dua
E. PEMBAHASAN
1. Paragonimus westermani
Paragonimus westermani merupakan Trematoda paru-paru, dapat menyebabkan
penyakit paragonimiasis. Biasanya ditemukan di manusia, harimau, kucing.
Morfologinya cacing dewasa panjangnya ± 1,2 cm, sperti biji kopi, memiliki batil
isap kepala dan batil isap perut, testis berlobus tidak teratur, ovarium bercabang
terletak anterior testis, uterus bersebelahan dengan ovarium berisi banyak telur,
kelenjar vitelaria dari anterior sampai posterior. Telur berukuran ± 90x40 mikron,
operkulum besar dan mendatar, berisi morula. Diagnosis telur dalam sputum atau
feses. Cacing dewasa panjangnya 1,2 cm hidup dalam kista di paru-paru, dapat juga
alat-alat lain. Dalam satu kista biasanya terdapat dua ekor cacing dewaa bentuknya
seperti biji kopi, telur besarnya 95 mikron mempenyai operkulum.
Hospes definitif Paragonimus westermani adalah manusia dan hewan pemakan ketam
seperti kucing, anjing, dan harimau. Hospes perantara pertama adalah siput dan
hospes perantara kedua adalah ketam air tawar atau udang batu. Telur ke keluar dari
hospes definitif bersama feses, kemudian telur akan menjadi mirasidium dalam waktu
3 minggu. Mirasidium akan masuk ke dalam tubuh siput sebagai hospesa perantara
pertama dan tumbuh menjadi sporokista, kemudian akan menjadi redia dan akhirnya
terbentuk serkaria. Serkaria keluar dari tubuh siput, kemudian masuk ke tubuh ketam
atau udang bau sebagai hospes perantara kedua, dan berkembang menjadi
metaserkaria yang efektif.
Pengobatan fascioliasis :
Fascioliasis dapat diobati dengan obat triclabendazole yang diberikan secara per
oral dalam 1 atau 2 dosis. Dua dosis terapi triclabendazole diberikan kepada
pasien yang memiliki infeksi berat atau yang tidak merespon terapi dosis
tunggal. Terapi triclabendazole dua dosis diberikan dengan cara pasien meminum
obat 2 dosis masing-masing 10 mg/kg, dipisahkan dalam waktu dengan 12 sampai
24 jam.
4. Schistoma sp
F. KESIMPULAN
1. Jika siput dibasmi maka perkembangan trematoda bisa dikurangi secara efektif.
2. Hewan (ketam, ikan, siput, udang) dan tumbuhan air bisa digunakan sebagai hospes
pertama dan kedua bagi trematoda, maka jika ingin mengkonsumsinya haruslah
dimasak sampai benar-benar matang.
G. DAFTAR PUSTAKA
Safar, Rosdiana. 2009. Parasitologi Kedokteran Protozoologi Helmintologi Entomologi.
Bandung : Yrama Widya.
Soedarto. (2009). Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto. pp 179- 182.
Hadidjaja P, Dahri HM, Roesin R, Margono SS, Djalins J, Hanafiah M. First
autochthonous case of Fasciolopsis buski infection in Indonesia. Am J Trop Med Hyg.
United States. 1982 Sep;31(5):1065.
Yakhchali M, Malekzadeh-Viayeh R, ImaniBaran A. PCR-RFLP analysis of 28 SrDNA
for specification of Fasciola gigantica (Cobbold, 1855) in the infected Lymnaea
auricularia (Linnaeus, 1785) snails from Northwestern Iran. Iran J Parasitol.
2014;9(3):358–64.
Baker D.G., 2007. Flynn’s Parasites of Laboratory Animals. Second edition. American
Collage of Laboratory Animal Medicine. USA: Blackwell Publishing.
https://medlab.id/fasciola-hepatica/
Salvana, E.M.T., King, C.H. 2009. “Schistosomiasis: Schistosoma japonicum,” In A.R.
Satoskar et al (Eds.), Medical Parasitology, Landes Bioscience: 111-117.