Nematoda
Nematoda berasal dari bahasa Yunani,
Nema yang artinya benang. Nematoda adalah
cacing yang bentuknya panjang, silindrik (gilig)
tidak bersegmen dan tubuhnya bilateral simetrik.
Panjang cacing ini mulai dari 2 mm sampai 1 meter.
Nematoda yang ditemukan pada manusia
terdapat dalam organ usus, jaringan, dan sistem
peredaran darah. Keberadaan cacing ini menimbulkan manifestasi klinik yang berbeda-
beda tergantung pada spesiesnya dan orga yang dihinggapi.
a. Penggolongan Nematoda
Menurut tempat hidupnya, Nematoda pada manusia digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Nematoda intetinaslis (usus)
Spesies yang dipelajari meliputi :
a. Ascaris lumbricoides
b. Trichuris truchuira
f. Ancylostoma caninum
c. Manzonella ozzardi
2. Trematoda
Trematoda berasal dari bahasa yunani
Trematodaes yang berarti punya lobang,
bentuk tubuh pipih dorso ventral sperti daun.
Umumnya semua organ tubuh tak punya
ronggat tubuh dan mempunyai Sucker atau
kait untuk menempel pada parasit ini di luar
atau di organ dalam induk semang. Saluran pencernaaan mempunyai mulut, pharink,
usus bercabang cabang tapi tak punya anus.
Sistem eksretori bercabang- cabang, mempunyai flame cell yaitu kantong eksretori
yang punya lubang di posterior. Hermaprodit, kecuali famili Schistosomatidae. Siklus
hidup ada yang secara langsung (Monogenea) dan tak langsung (Digenea).
Trematoda atau cacing daun yang berparasit pada hewan dapat dibagi menjadi tiga
sub klas yaitu Monogenea, Aspidogastrea, dan Digenea. Pada hewan jumlah jenis dan
macam cacing daun ini jauh lebih besar dari pada yang terdapat pada manusia, karena
pada hewan sub-klas ini dapat dijumpai.
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat penghisap.
Alat penghisap terdapat pada mulut di bagian anterior. Alat hisap (Sucker) ini untuk
menempel pada tubuh inangnya makanya disebut pula cacing hisap.
Pada saat menempel cacing ini menghisap makanan berupa jaringan atau
cairan tubuh inangnya. Dengan demikian maka Trematoda merupakan hewan parasit
karena merugikan dengan hidup di tubuh organisme hidup dan mendapatkan makanan
tersedia di tubuh inangnya. Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus,
paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata, ternak, ikan, manusia Trematoda.
Trematoda berlindung di dalam inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan
kutikula permukaaan tubuhnya tidak memiliki sila.
2.1 Jenis-jenis Trematoda
Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitife cacing
Trematoda, antara lain: kucing, anjing, kambing, sapi , babi, tikus, harimau, dan
manusia.
Menurut tempat hidup cacing dewasa dalam tubuh hospes, maka Trematoda dapat
dibagi menjadi 4, yaitu:
2.5 Cestoda
a. Morfologi
Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40
mm sampai yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermafrodit. Cacing
ini terdiri atas scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri pada
dinding intestinum. Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian cacing yang
tidak bersegmen. Di belakang leher tumbuh proglotid yang semakin lama semakin
banyak yang menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen.
Setiap proglotid (segmen) dilengkapi dengan alat reproduksi (jantan dan betina).
Semakin jauh dari scolex, proglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang paling
ujung seolah-olah hanya sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid
gravida. Proglotid muda selalu dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua akan
didorong semakin lama semakin jauh letaknya dari scolex. Seluruh cacing mulai
scolex, leher, sampai proglotid yang terakhir disebut strobila. Cestoda berbeda dengan
nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus. Makanan masuk dalam tubuh cacing
karena diserap oleh permukaan tubuh cacing. Berikut ini bagian-bagian tubuh cacing:
Kepala (scolex)
Leher
Tidak bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.
Tubuh atau badan
Terdiri dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis transversal,
tiap-tiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.
b. Siklus Hidup
Siklus hidup cacing pita sederhana dalam arti bahwa tidak ada fase aseksual
seperti pada cacing pipih lainnya, tetapi rumit karena setidaknya satu hospes perantara
diperlukan serta tuan rumah definitif. Pola siklus hidup telah menjadi kriteria penting
untuk menilai evolusi antara Platyhelminthes. Banyak cacing pita memiliki siklus
hidup dua fase dengan dua jenis host, yaitu:
1. Taenia saginata dewasa tinggal di usus yang seperti parasit pada manusia.
2. Proglottids dari Taenia saginata meninggalkan tubuh melalui anus dan jatuh ke
tanah, di mana mereka mungkin jatuh pada rumput dan dimakan oleh hewan
pemakan rumput seperti sapi. Ini dikenal sebagai hospes perantara atau host
itermediate.
3. Bentuk remaja dari Teania saginata bermigrasi dan menetap sebagai kista dalam
jaringan tubuh host intermediate seperti otot, dan bukan pada usus. Taenia
saginata remaja ini menyebabkan kerusakan lebih banyak pada host yang
menjadi tuan rumah definitif.
4. Parasit melengkapi siklus hidupnya ketika melewati hospes perantara parasit ke
host definitif, ini biasanya terjadi karena host definitif makan suatu bagian dari
host perantara yang telah terinfeksi oleh Taenia saginata remaja. Seperti
kemungkinan manusia memakan daging sapi yang telah terinfeksi oleh Taenia
saginata, sehingga cacing tersebut dapat masuk dalam tubuh manusia dan
menetap di usus.