Anda di halaman 1dari 7

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sterilisasi
Secara harfiah kata sterilisasi adalah: “menghancurkan semua bentuk
kehidupan”. Proses sterilisasi digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi
mikrob yang tidak diinginkan pada bahan pembawa. Sterilisasi diklasifikasikan
menjadi dua macam yaitu secara fisik dan secara kimia. Bahan sterilan dapat
berbentuk cairan, gas, atau radiasi elektromagnetik. Klasifikasi tersebut tidak
mutlak karena sterilisasi secara fisikpun dapat menghasilkan bahan kimia yang
letal, dan membentuk panas serta tekanan osmotik. Cara sterilisasi tertua adalah
destruksi dengan pemanasan baik menggunakan api bebas maupun panas yang
ditimbulkan oleh uap air sehingga dapat dikatakan bahwa media sterilisasi klasik
adalah panas dan air (basah) yang meliputi air mendidih dan uap air panas. Air
mendidih (boiling water) dianggap kurang baik karena tidak memiliki tekanan
sehingga penetrasi ke dalam material lambat dan suhunya relatif rendah, oleh
karena itu, uap air bertekanan tinggi paling banyak digunakan sampai sekarang
(Ma’at, 2009 : 1 ; Nurrobifahmi et al., 2017 : 1).
Sterilisasi adalah suatu proses pemusnahan semua bentuk mikroorganisme,
baik yang berbentuk vegetatif maupun yang berbentuk spora. Mikroorganisme
yang dimaksud dapat berupa kuman, virus, ricketsia maupun jamur. Jadi produk
steril telah bebas dari semua jenis mikroorganisme hidup. Istilah “hidup” di sini
perlu diperhatikan karena ada produk steril yang masih mengandung
mikroorganisme tetapi telah mati, misalnya hasil sterilisasi dengan pemanasan,
penyinaran ataupun dengan memakai gas. Khusus untuk produk steril hasil
sterilisasi dengan penyaringan, sama sekali tidak terdapat mikroorganisme
kontaminan karena telah dipisahkan secara fisika dan tertinggal di dalam filter
(Ma’at, 2009 : 1).
Ada beberapa macam cara proses sterilisasi, yaitu;

1. Sterilisasi dengan pemanasan secara kering.


2. Sterilisasi dengan pemanasan secara basah.
3. Sterilisasi dengan penambahan zat tertentu.
4. Sterilisasi dengan gas.
5. Sterilisasi dengan penyinaran.
6. Sterilisasi dengan memakai penyaring bakteri
(Ma’at, 2009 : 1).

2.2 Sterilisasi dengan Pemanasan secara Kering

Pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi.


Untuk mencapai efektivitas diperlukan pemanasan mencapai temperatur antara
160°C sampai dengan 180°C. Pada temperatur ini akan menyebabkan kerusakan
pada sel-sel hidup dan jaringan; hal ini disebabkan terjadinya auto oksidasi
sehingga bakteri pathogen dapat terbakar. Pada sistem pemanasan kering terdapat
udara; hal mana telah diketahui bahwa udara merupakan penghantar panas yang
buruk sehingga sterilisasi melalui pemanasan kering memerlukan waktu cukup
lama, rata-rata waktu yang diperlukan 45 menit. Pada temperatur 160°C
memerlukan waktu 1 jam, sedangkan pada temperatur 180°C memerlukan waktu
30 menit. Pada metode pemanasan kering ini secara rutin dipergunakan untuk
mensterilisasikan alat-alat pipet, tabung reaksi, stick swab, jarum operasi, jarum
suntik, syringe. Oleh karena temperatur tinggi sangat mempengaruhi ketajaman
jarum atau gunting maka hindarilah tindakan sterilisasi dengan metode panas
kering terhadap jarum atau gunting (Gabriel, 1996 : 33).

2.2.1 Pemijaran
Sterilisasi dengan cara pemijaran ini dapat digunakan api gas
tidak berwarna atau pembakar spiritus. Caranya sangat sederhana, cepat
dan menjamin sterilitas dari bahan yang disterilkan. Namun,
penggunaannya sangat terbatas hanya pada beberapa alat saja. Alat-alat
yang dapat disterilkan dengan cara ini adalah yang terbuat dari logam,
antara lain:
a. Pincet
b. Penjapit
c. Kroes
d. Alat dari gelas/porcelein
e. Batang pengaduk
f. Kaca arloji
g. Mulut wadah, seperti botol, erlenmeyer-erlenmeye, tabung reaksi
h. Mortir dan stamfer

Semua alat ini dikenakan api langsung tidak kurang dari 20


detik. Beberapa bahan kimia juga dapat disterilkan dengan cara
pemanasan ini, seperti ZnO, NaCl, dan Talkum (Ma’at, 2009 : 3).

2.2.2 Penyeterilan dengan Udara Panas (Kering)


Cara ini digunakan untuk mensterilkan bahan/alat yang tak
dapat disterilkan dengan cara pemijaran atau karena sifat fisiknya tidak
dapat disterilkan dengan uap air yang diakibatkan oleh sukarnya
ditembus oleh uap air. Cara sterilisasi ini berdasarkan oksidasi.
Keuntungan cara ini adalah bahan/alat yang disterilkan tetap dalam
keadaan kering, terhadap bahan dari metal dan instrumen yang tajam
udara kering tidak sekorosif uap air dan udara kering tidak mengikis
permukaan gelas (Ma’at, 2009 : 3).
Kerugiannya adalah sebagai berikut.
1. Difusi dan penetrasi udara kering lambat sehingga memerlukan
waktu sterilisasi yang relatif lama.
2. Memerlukan waktu sterilisasi lama karena derajat mematikan dan
absorpsi panas dari udara kering juga lambat.
3. Karena sterilisasi dengan udara kering bekerja melalui proses
oksidasi, maka dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan dari bahan
yang disterilkan.
4. Memerlukan suhu tinggi sehingga dapat menambah kerusakan pada
bahan yang disterilkan
(Ma’at, 2009 : 3-4).

Alat yang digunakan dalam proses sterilisasi ini adalah


lemari pengering (Hot Air Sterilizer) dengan berbagai bentuk dan
tipenya (Ma’at, 2009 : 4).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan lemari


pengering adalah sebagai berikut.

a. Jika mensterilkan alat gelas, proses pemanasan dan pendinginan


harus dikerjakan berangsur-angsur supaya tidak pecah.
b. Panas kering ini penetrasinya sangat lambat terhadap bahan yang
berbentuk bubuk atau minyak, oleh karena itu, untuk bubuk
sebaiknya hanya mempunyai ketebalan 0,5 cm dalam wadah yang
tidak lebih dari 30 ml, sedangkan bahan berupa minyak
disterilkan dalam wadah-wadah kecil.
c. Supaya aliran udara tidak terlambat sebaiknya alat sterilisator ini
tidak diisi terlalu penuh.
d. Besarnya lemari pengering disesuaikan dengan jumlah bahan
yang akan disterilkan karena udara panas merupakan penghantar
panas yang buruk.
e. Menurut penyelidikan, sterilisasi dengan udara kering, tidak
selalu boleh dianggap bahwa suhu dalam lemari merata ke
seluruh bagian, atinya suhu yang terbaca pada termometer luar
tidak selalu sama dengan suhu yang ada di dalamnya. Oleh karena
itu dianjurkan terutama untuk alat yang tahan panas untuk
menambah suhu sterilisasi dengan 20°C. Tetapi harus
diperhatikan terhadap wadah gelas yang mahal, misalnya gelas
terbuat dari bahan borosilikat, pada sterilisasi 50 ampai 100 kali
pada suhu 200°C gelas tersebut akan menjadi berwarna putih dan
sangat rapuh.
f. Dianjukan untuk meletakkan alat yang disterilkan tegak lurus
dengan arah memancarnya udara panas dan didirikan terbalik
sehingga udara dingin dapat keluar dan pemanasan dapat tercapai
lebih efisien daripada jika alat dibaringkan
(Ma’at, 2009 : 4).

(Ma’at, 2009 : 5).


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sterilisasi ini tidak
menjamin 100% steril karena spora-spora dengan daya tahan yang sangat
tinggi tidak semuanya dapat dimatikan dengan pemanasan 160°C selama 2
jam; apalagi seperti yang dianjurkan oleh Pharmacope Belanda VI, yaitu
waktu pemanasan hanya 2 jam pada suhu 120°C. Hubungan antara waktu
dengan suhu pada sterilisasi dengan pemanasan kering menurut Perkin
(1960) seperti Tabel 2 (Ma’at, 2009 : 5).

(Ma’at, 2009 : 5).


Selain lemari pengering Hot Air Oven, masih ada beberapa macam
lemari pengering, antara lain sebagai berikut.
1. Conveyor Oven
Oven ini digunakan pada suhu 180°C (365°F) dan dipanaskan dengan
penyinaran infra merah atau dengan gas. Barang yang akan disterilkan
dimasukkan ke dalam oven dengan menggunakan ban berjalan dengan
kecepaan 7,5 menit untuk holding time dan 22 menit untuk
sterilization time (Ma’at, 2009 : 5).
2. Conducting Aluminium Block
Oven ini dalam perdaganga dikenal dengan nama Troglodite yang
terdiri atas blok aluminium yang dipanaskan pada suhu 180°C dengan
pemanasan listrik. Panas yang terjadi akan dihantarkan ke dalam
lubang-lubang yang terdapat dalam blok tempat barang yang akan
disterilkan diletakkan (Ma’at, 2009 : 6).
3. High Vacuum Infrared Oven
Oven ini dimaksudkan untuk mensterilkan instrumen kedokteran yang
memerlukan sterilisasi cepat. Biasanya oven ini dilengkapi dengan 8
buah pemanas infra red dengan sebuah pompa hampa udara. suhu
sterilisasi adalah 280°C (536°F) dengan tekanan 1-2 mmHg Absoulte
selama 7 menit. Setelah selesai, sterilisasi vakum dimatikan.
Selanjutnya gas nitrogen yang difilter dimasukkan ke dalamnya. Oleh
karena itu, tidak ada kerusakan bahan yang disterilkan karena
pengaruh oksigen (Ma’at, 2009 : 6).
4. Hot Oil Bath
Oven ini digunakan untuk menyeterilkan alat-alat kedokteran gigi,
untuk sterilisasinya digunakan larutan parafin panas. Lama sterilisasi
adalah 2 menit pada 250°C atau 10 menit pada 145°C (Ma’at, 2009 :
6).
Tabel 3 menunjukkan beberapa cara sterilisasi alat-alat gelas menurut
Farmakope.
(Ma’at, 2009 : 6).

DAFTAR PUSTAKA

Ma’at, S. 2009. Sterilisasi dan Disinfeksi. Surabaya: Airlangga University Press.


Nurrobifahmi, I. Anas, Y. Setiadi, dan Ishak. 2017. Pengaruh metode sterilisasi
radiasi sinar gamma Co-60 dan autoklaf terhadap bahan pembawa,
viabilitas spora Gigaspora margarita dan ketersediaan Fe, Mn, dan Zn.
Jurnal Tanah dan Iklim. 41 (1) : 1-8.
Gabriel, J. F. 2000. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai