Anda di halaman 1dari 5

Metode Sterilisasi Secara Fisik

Metode sterilisasi secara fisik terdiri dari metode sterilisasi panas (panas basah
dan panas kering), metode radiasi dan metode mekanik (filtrasi).
1. Metode sterilisasi panas
Metode ini merupakan metode yang melibatkan pemanasan dan paling sering
dipergunakan. Metode sterilisasi ini digunakan untuk bahan yang tahan panas.
Proses sterilisasi panas terdiri dari 3 tahap yaitu:
a. Tahap pemanasan (heating stage)
Peningkatan temperatur bahan yang akan disterilisasi.
b. Tahap sterilisasi (holding stage)
Waktu yang diperlukan untuk proses sterilisasi.
c. Tahap pendinginan (cooling stage)
Waktu yang diperlukan untuk penurunan disterilisasi.
Metode ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Metode sterilisasi panas basah (sterilisasi uap)
Sterilisasi panas basah dilakukan dengan cara perebusan menggunakan air
mendidih 100C selama 10 menit efektif untuk sel-sel vegetatif dan spora
eukariot, namun tidak efektif untuk endospora bakteri. Tingkat sterilisasi panas
basah pada temperatur kurang dari 100C tergantung pada temperatur dan/atau
waktu sterilisasi, dimana endospora bakteri umumnya resisten terdapat
sterilisasi cara ini
Pada prinsipnya, sterilisasi dengan metode ini didasarkan pada pemaparan
uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu
objek. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi laten uap
yang berakibat pada proses pembunuhan mikroorganisme secara irreversibel
akibat denaturasi dan koagulasi protein.
Sterilisasi uap umumnya digunakan untuk mensterilkan sediaan injeksi
dan suspensi, alat gelas (pada suhu 121C selama 15 menit), baju operasi (pada
suhu 134C selama 3 menit) serta plastik dan karet (disterilkan terpisah dari
container). Proses sterilisasi ini dianggap sebagai metode yang paling efektif
karena metode ini bersifat nontoksik, mudah diperoleh dan relatif mudah
dikontrol. Penggunaan tenaga uap dalam metode sterilisasi ini juga menambah
keefektifan metode, dimana uap merupakan suatu pembawa energi yang paling
efektif karena semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan
sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi.1

Sterilisasi panas basah menggunakan temperatur diatas 100C dilakukan


dangan memanfaatkan tenaga uap yaitu menggunakan autoklaf, alat serupa
pressure cooker dengan pengatur tekanan dan klep pengaman Prinsip autoklaf
adalah terjadinya koagulasi yang lebih cepat dalam keadaan basah dibandingkan
keadaan kering. Autoklaf digunakan untuk mensterilkan berbagai macam alat
dan bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 121C. Suhu dan
tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi
memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan
menggunakan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu
121C dan tekanan 15 psi (SI= 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan
suhu 121C atau 249,8F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika
digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan
laut (sea level) air mendidih pada suhu 100C, sedangkan untuk autoklaf yang
diletakkan di ketinggian sama menggunakan tekanan 15 psi maka air akan
mendidih pada suhu 121C. Kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, namun
jika laboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan
perlu diset ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl,
maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121C untuk
mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu
121C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Tahapan-tahapan sterilisasi alat dengan menggunakan autoklaf adalah:
1. Tahap Pengusiran
2. Tahap Pemanasan
3. Tahap Keseimbangan
4. Tahap Pembinasaan
5. Tahap Penyaringan
6. Tahap Jatuh
7. Tahap Pendinginan

Faktor yang memperngaruhi sterilisasi uap adalah:1


a. Waktu
Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan
terhadap uap jenuh pada suhu yang konstan, maka semua
mikroorganisme tidak akan terbunuh pada saat bersamaan. Jumlah
mikroorganisme yang bertahan hidup dapat diplot terhadap waktu
pemaparan dan akan menghasilkan kurva survivor (survivor curve).

Terminologi D-value digunakan untuk mendeskripsikan waktu yang


diperlukan untuk membunuh 90% mikroorganisme yang ada. Setiap
mikroorganisme akan memiliki D-value yang berbeda dan tentunya Dvalue akan bergantung pada suhu
b. Suhu
Peningkatan suhu akan menurunkan waktu proses sterilisasi
secara dramatis.
c. Kelembapan
Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap disebabkan
kelembapan akan menurunkan suhu yang diperlukan agar terjadi
denaturasi dan koagulasi protein. Adanya cairan dalam uap
mengindikasikan kualitas uap. Untuk proses sterilisasi tap, kualitas
uap yang diharapkan minimum 97%. Apabila kualitas uap berada di
bawah 97%, maka dianggap uap tidak jenuh, sehingga daya bunuh
mikroorganisme akan berkurang.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan
akan mendidih dan uap air yang terbentuk akan mendesak udara yang mengisi
autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup
uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat
tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer
mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber
panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi.
Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.1
Keuntungan dari sterilisasi panas basah (sterilisasi uap) adalah tidak
memerlukan panas tinggi dan waktu sterilisasi yang lama sedangkan
kerugiannya adalah metode ini hanya untuk material termostabil dan tidak
sensitif terhadap lembab. Metode sterilisasi uap ini sangat cocok digunakan
untuk mensterilkan peralatan laboratorium, alat-alat gelas, reagen, dan medium.2

2. Metode sterilisasi panas kering


Sterilisasi melalui konduksi panas, panas akan diabsorbsikan oleh
permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam
permukaaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterlisasi dengan
panas kering biasanya digunakan untuk bahan-bahan yang terbuat dari kaca,

dimana pembunuhan mikoorganismenya melalui oksidasi sampai terjadi


koagulasi sel. Karena panas kering kurang efektif untuk membunuh mikroba,
maka sterilisasi membutuhkan suhu yang lebih tinggi dan waktu yang lebih
lama. Sterilisasi panas kering umumnya menggunakan suhu dan waktu
sterilisasi yang telah dinilai efektif adalah berkisar 160C selama 120-180
menit, suhu 170C selama 90-120 menit, dan 180C selama 45-60 menit. Alatalat yang disterilisasi dengan oven adalah alat gelas, stainless steel, dan bahanbahan yang tahan terhadap proses pemanasan. Pada umumnya, temperatur
yang lebih tinggi memerlukan waktu lebih singkat, sedangkan temperatur yang
lebih rendah membutuhkan waktu lebih panjang. Senyawa yang disterilisasi
dengan panas kering adalah senyawa yang tidak efektif jika disterilkan dengan
autoklaf contohnya minyak lemak, gliserin, petrolatum, minyak mineral,
parafin, dan berbagai serbuk stabil dengan pemanasan misalnya ZnO.3
Siklus sterilisasi panas kering meliputi: 1
a) Fase pemanasan (udara panas disirkulasi dalam chamber)
b) Periode plateu (tercapainya suhu pada chamber)
c) Equilibrium atau holding time (seluruh chamber memilki suhu yang sama)
d) Pendinginan chamber (mensirkulasikan udara dingan ke dalam chamber)
Adapun keuntungan dari metode sterilisasi panas kering adalah
memiliki penetrasi yang baik dan mampu menghancurkan endotoksin atau
pirogen serta cocok untuk materi termostabil yang sensitif terhadap lembab.
Sedangkan kerugiannya adalah metode ini tidak cocok untuk materi termolabil
seperti karet plastik dan bahan lain yang mudah rusak oleh panas. Aplikasi
dari metode sterilisasi panas kering adalah digunakan dalam mensterilkan
botol gelas yang akan diisi secara aseptic.

Sterilisasi dengan panas kering

biasanya digunakan untuk bahan-bahan yang terbuat dari kaca seperti alat
gelas, alat bedah, stainless steel dan bahan-bahan yang tahan terhadap proses
pemanasan.3 Karena suhu sterilisasi yang tinggi, sterilisasi panas kering tidak
dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan (contoh:
alat ukur) dan penutup karet atau plastik.
3. Sterilisasi Filtrasi
Menyaring mikroba atau filtrasi melalui prinsip:1
a. Filter ayakan, idasarkan perbedaan ukuran pori. Ukuran pori 0,22 m
dengan ketebalan 80-159 m. Filter ini tidak dapat membebaskan pirogen
dan virus.

b. Filtrasi absorbsi, filternya terbuat dari selulosa. Asbes, gelas sinter,


keramik dan kieselguhr serta karbon aktif. Filter ini dapat membebaskan
pirogen dan virus.
Keuntungan dari metode ini adalah dapat digunakan untuk sterilisasi
cairan dan gas. Kerugian prosedur ini adalah tidak dapat membedakan partikel
yang layak dan tidak layak yang harus ditahan, biaya yang dikeluarkan
cenderung mahal serta filter yang mudah mampat akibat filtrat tertinggal pada
saringan sehingga harus sering diganti. Selain itu, meskipun filter memiliki
pori-pori yang halus, membran filter tetap tidak dapat digunakan untuk
menyaring virus.2
SUMBER:
1. Lukas, Stefanus. Formulasi Steril. Yogyakarta: CV. Andi Offset; 2006.
2. Sultana, Y., J. Hamdard, H. Nagar. Pharmaceutical Microbiology and
Biotechnology Sterilization Methods and Principles. New Delhi: Department of
Pharmaceutics Faculty of Pharmacy; 2007.
3. Allen, L.V. The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding.
Wadhington DC: American Pharmaceutical Association; 2002.

Anda mungkin juga menyukai