Anda di halaman 1dari 11

HARI/TANGGAL : Selasa/28 Januari 2020

NAMA : Vira Angelica


NIM : 711345319040
TINGKAT/SEMESTER : 1B/2 (dua)
MATA KULIAH : BAKTERIOLOGI 1
DOSEN : Dr.Dra.Linda A. Makalew, M.Kes

Tugas

1. Cara-cara sterilisasi menurut Farmakope Indonesia III dan IV

Cara Sterilisasi Menurut FI III & FI IV, Seperti pengertiannya bahwa Steril adalah

keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen (menimbulkan

penyakit) maupun apatogen atau nonpatogen.

a. Cara sterilisasi menurut Farmakope Indonesia III, yaitu:

1) Cara A (Pemanasan secara basah; autoklaf pada suhu 115°C – 116°C selama 30

menit dengan uap air panas).

2) Cara B (dengan penambahan bakterisida).

3) Cara C (dengan penyaring bakteri steril)

4) Cara D (pemanasan secara kering; oven pada suhu 150°C selama 1 jam dengan

udara panas).

5) Cara aseptik (mencegah dan menghindarkan lingkungan dari cemaran bakteri

seminimal mungkin).

b. Cara sterilisasi menurut Farmakope Indonesia IV, yaitu:

1) Sterilsasi uap.

Sterilisasi cara ini memggunakan suatu siklus autoklaf yang didalam farmakope

ditetapkan bahwa untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu

121°C, kecuali dinyatakan lain.

2) Sterilisasi panas kering.

Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus oven modern yang dilengkapi dengan
udara yang dipanaskan dan disaring. Rentang subu khas yang dapat diterima di

dalam bejana sterilisasi kosong adalah sekitar 15°C, jika alat sterilisasi beroprasi

pada subu tidak kurang dari 250°C.

3) Sterilisasi gas.

Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas

inert (CO2). Akan tetapi, gas etilen oksida ini memiliki keburukan, yaitu sangat

mudah terbakar, bersifat mutagenik, dan kemungkinan meninggalkan residutoksik

di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida. Sterilisasi

gas ini digunakan sebagai alternatif sterilisasi termal, jika bahan yang akan

disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap arau pabas kering.

Proses sterilisasi berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti

autoklaf dengan modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama proses

sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut

untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam pada produk yang disterilkan.

4) Sterilisasi dengan radiasi ion.

Ada dua jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari

radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Pada kedua jenis ini, dosis

yang menghasilkan derajat jaminan sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan

sedemikian rupa sehingga dalam rentang satuan dosis minimum dan maksimum,

sifat bahan yang disterilkan dapat diterima. Walaupun berdasarkan pengalaman

dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi dalam beberapa hal,

pengggunaan dosis yang lebih rendah untuk peralatan, bahan obat, dan bentuk

sediaan akhir dapat diterima dan bahkan diinginkan. Untuk mengukur serapan

radiasi dapat digunakan alat dosimeter kimia. Cara ini dilakukan jika bahan yang

disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan terdapat kekhawatiran


mengenai keamanan etilen oksida. Keunggulan sterilisasi ini adalah reaktifitas

kimia dan residu yang rendah yang dapat diukur, dan variabel yang dikendalikan

lebih sedikit.

5) Sterilisasi dengan penyaringan.

Sterilisasi untuk larutan yang labil terhadap panas dilakukan dengan penyarinagn

menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba sehingga mikroba yang

dikandungnya dapat dipisahkan secara fisika. Perangkat penyaring umumnya

terdiri atas suatu matriks berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah

yang tidak permeabel. Efektivitas penyaring media atau penyaring substrat

tergantung pada ukuran pori matriks, daya adsorpsi bakteri pada matriks tersebut

dan mekanisme pengayakan.

Penyaring yang melepaskan serat, terutama yang mengandung asbes, harus

dihindari penggunannya kecuali jika tidak ada alternatif penyaring lain yang dapat

digunakan. Ukuran posrositas minimal membran matriks tersebut berkisar antara

0,2-0,45 μm, tergantung pada bakteri apa yang hendak disaring, Penyaring yang

tersedia saat ini adalah selulosa asetat, selulosa nitrat, flourokarbonat, polimer

akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil nilon, politef, dan juga

membran logam.

6) Sterilisasi dengan cara aseptik.

Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dlam komponen steril atau

komponen yang melewati proses antara sehingga produk setengah jadi atau produk

ruahannya bebas dari mikroba hidup.


2. Cara Sterilisasi Selain Materi yang Ada

a. Sterilisasi Secara Fisika

1) Pemanasan Kering

a) Udara Panas Oven

Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi.

Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel

bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang

lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan

dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan

pada suhu 121°C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering

membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C selama 1-4 jam.

Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160°C paling

cepat 1 jam, tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara khusus untuk

sterilisasi minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya. Bagaimanapun juga

range 150-170°C digunakan untuk streilisasi panas kering dan lain-lain,

sebagai contoh : bahan-bahan gelas, dapat disterilkan pada suhu 170oC.

dimana beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus disterilkan pada suhu

rendah dan waktu yang lebih lama.

Secara umum, panas kering digunakan untuk sterilisasi bahan – bahan

melalui proses pengabuan dari mikroorganisme. Proses ini merupakan

kelanjutan atau sekumpulan proses yang dilakukan dalam sebuah oven

dengan temperatur sekelilingnya 170°C untuk sterilisasi atau 250°C untuk

depirogenisasi. Panas kering digunakan untuk sterilisasi/depirogenisasi alat-

alat gelas yang akan digunakan untuk proses produksi secara aseptik. Suhu

yang digunakan ini, terlalu tinggi untuk wadah-wadah plastik. Sama seperti
sterilisasi uap air, prosesnya dapat diprediksi dan hasilnya dapat dikontrol.

Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk depirogenisasi alat-alat gelas

dan bahan-bahan lain yang memiliki kemampuan bertahan pada suhu yang

digunakan. Secara umum, validasi untuk alur depirogenisasi untuk proses

panas kering selalu termasuk proses sterilisasinya.

Panas kering pada temperatur lebih 160oC efektif menghancurkan

mikroorganisme hidup dengan sebuah proses kehilangan kelembaban secara

inversible. Proses ini berjalan relatif lambat, mengisyaratkan sedikitnya 1

jam pada suhu 160oC tetapi lebih cepat pada temperatur yang tinggi. Panas

kering ini sering merugikan beberapa produk.

Penerapan panas dengan keberadaan lembab lebih fektif untuk

pembunuhan mikroorganisme diisyaratkan 15 menit pada suhu 121oC.

Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik

disterilkan dengan panas kering,. Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral,

lilin, wax, serbuk talk. Karena panas kering kurang efisien dibanding panas

lembab, pemaparan lama dan temperatur tinggi dibutuhkan. Range luas

waktu inaktivasi dalam temperatur bervariasi telah diterapkan berdasarkan

tipe indikator steril yang digunakan, kondisi kelembaban dan faktor lain.

Jumlah air dalam sel mikroba diketahui mempengaruhi resistensinya

terhadap destruksi panas kering. Umumnya, ini diterima bahwa sel mikroba

dalam daerah yang betul-betul kering menunjukkan resistensi terhadap

inaktivasi panas kering. Ini jelas bahwa perhatian harus diberi untuk

mendisain siklus sterilisasi panas kering untuk produk-produk rumah sakit

dan validasi sistematis sterilisasi dengan metode sterilisasi standar.


Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas

dikontrol dan mungkin gas atau elektrik gas.

Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :

 170°C (340 F) sampai 1 jam

 160°C (320 F) sampai 2 jam

 150°C (300 F) sampai 2,5 jam

 140°C (285 F) sampai 3 jam

b) Minyak dan penangas lain

Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat disterilisasi dengan

mencelupkannya, dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu

1620C. larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia klorida dapat juga

digunakan sebagai pensterilisasi. Ini merupakan metode yang mensterilisasi

alat-alat bedah. Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan, untuk menjaga

alat tetap tajam, dan untuk memelihara cat penutup.

c) Pemijaran langsung

Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang

gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan

labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak

hancur dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumping dan alu dapat

disterilisasi dengan metode ini. Dalam semua kasus bagian yang paling kuat

20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan

memposisikan bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat keranjang dan

dipijarkan langsung dengan api dengan hati-hati. Setelah pendinginan, ampul

harus segera diisi dan disegel.


2) Panas lembab

a) Uap bertekanan

Stelisisasi termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf.

Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri

farmasi, karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri,

dan parameter-parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan

mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang

divalidasi. Secara umum, sterilisasi panas lembab dilakukan pada suhu

121°C dibawah tekanan 15 psig. Pada suhu ini konsep letal dilakukan dengan

F0 yang juga dilakukan bila suhu sterilisasi berbeda dari 121°C. F0dari proses

ini tidak jauh pada 121°C dengan waktu yang dibutuhkan, dalam menit,

untuk menghasilkan kematian yang setara dengan hasil pada 121°C pada

waktu tertentu.

Penggunanaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum

memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang diinginkan untuk

sterilisasi larutan yang ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada

sediaan mata, bahan-bahan gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian dan

alat kesehatan dan benda-benda karet. Kerugian yang paling prinsip dan

penggunaan uap ini adalah ketidaksesuaiannya untuk penggunaan pada bahan

sensitif terhadap panas dan kelembaban. Metode ini tidak dapat digunakan

untuk sterilisasi misalnya, produk yang dibuat dari basis minyak dan serbuk.

Uap jenih pada 120°C mampu membunuh secara cepat semua bentuk

vegetatif mikroorganisme hidup dalam waktu ½ menit. Uap jenuh ini dapat

menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap pemanasan tinggi.


Keefektifan sterilisasi uap bertekanan tergantung pada 4 sifat dari uap jenuh

kering yaitu :

 Suhu

 Panas tersembunyi yang berlimpah

 Kemapuan untuk membentuk kondensasi air

 Kontraksi volume yang timbul selama kondensasi

Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121oC

selama 12 menit, ditambah waktu tambahan untuk larutan dalam wadah

untuk mencapai 121°C setelah termometer pensteril menunjukkan suhu

ini. Secara umum larutan dalam botol 100-200 ml akan membutuhkan kurang

5 menit botol 500 ml antara 10-15 menit.

Panas lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan yang

merupakan cara sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebab

kematian dengan cara sterilisasi panas terhadap lembab berbeda dengan cara

panas kering, kematian mikroorganisme oleh panas lembab adalah hasil

koagulasi protein sel, berbeda dengan cara panas kering, kematian

mikroorganisme yang paling penting adalah proses oksidasi.

USP menentukan sterilisasi uap sebagai penerapan uap jenuh di bawah

tekanan paling kurang 15 menit dengan temperatur minimal 121oC dalam

jaringan tekanan. Bentuk yang paling sederhana dari autoklaf adalah “home

pressure cooker”.

3) Cara Bukan Panas

a) Sinar ultraviolet

Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi

kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar


yang bersifat membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu

kabut merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7 nm . Sinar UV

menembus udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu penambahan

garam atau bahan tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan penurunan

derajat penetrasi dengan cepat. Untuk kebanyakan pemakaian lama penetrasi

dihindarkan dan setiap tindakan membunuh mikroorganisme dibatasi pada

permukaan yang dipaparkan.

b. Sterilisasi Secara Kimia

1) Sterilisasi Gas

Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh

mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam

pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan

mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan dalam

bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan

yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya

terhadap bahan yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin,

riboflavin, dan streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen

oksida.

Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam amino, hidroksi

atau gugus sulfur dari enzim seluler atau protein. Beberapa lembab dibutuhkan

untuk etilen oksida berpenetrasi dan menghancurkan sel. Kelembaban rendah

misalnya minimal 20%, angka kematian tidak logaritmik (tidak nyata). Tetapi

mikroorganisme muncul peningkatan resistensinya dengan penurunan

kelembaban. Dalam prakteknya, kelembaban dalam chamber pensteril


ditingkatkan dari 50-60% dan dipegang untuk suatu waktu pada permukaan dan

kelembaban membran sel sebelum penggunaan etilen oksida.

Etilen oksida bersifat eksplosif ketika dicampur dengan udara. Penghilangan

sifat eksplosif dengan menggunakan campuran etilen oksida dan karbondioksida.

Seperti Carboxide, Oxyfume 20, campuran etilen oksida dengan hidrokarbon

terflouronasi seperti Storoxide 12. keduanya diluent inert yang mempunyai

tekanan uap yang tinggi dan bereaksi sebagai pembakar etilen oksida keluar dari

silinder masuk ke dalam chamber steril. Komponen terfloronasi mempunyai

keuntungan over karbondioksida yang disimpan dalam wadah yang ringan dan

campuran mengizinkan tekanan parsial tinggi dari etilen oksida pada chamber

pensteril pada tekanan total yang sama.

Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan

kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi

minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50%

kelembaban relativ dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000

mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam partikel 6 jam pemaparan etilen

oksida digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan memperbolehkan waktu

untuk penetrasi gas ke dalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan dengan

terminal vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini

digunakan untuk mensterilkan obat serbuk. seperti penisilin, juga telah digunakan

untuk sterilisasi benang, plastik tube. Penggunaan etilen oksida untuk sterilisasi

akhir peralatan parenteral tertentu seperti kertas karf dan lapisan tipis polietilen.

Semprot aerosol etilen oksida telah digunakan untuk mensterilkan daerah sempit

dimana dilakukan teknik aseptis.


Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau

campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat

mudah terbakar. Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan dekstruksi

mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan dalam

ruang/chambersterilisasi.

Sterilisasi menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang

menghasilkan ion klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-alat

medis dan baju-baju medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan

petri yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida

adalah bahan yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan –bahan yang

disterilkan setelah proses sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan mengubah suhu

lebih tinggi dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap personil

dari efek berbahaya gas ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban,

konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan.

Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam

bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama

atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas.

Anda mungkin juga menyukai