Anda di halaman 1dari 13

Sterilisasi setiap proses (kimia atau fisik) membunuh semua bentuk kehidupan

mikroba termasuk virus, bentuk vegetatif serta spora bakteri.


Desinfeksi
proses mematikan mikroba (kecuali spora kuman) dengan
menggunakan bahan kimia desinfektan dan antiseptik
STERILISASI : Metode ini merupakan suatu proses mematikan atau
pengendalian semua bentuk kehidupan MO untuk berkembang biak. Bebas
dari segala mikroba baik pathogen maupun tidak
DESINFEKSI :
Zat kimia yang di gunakan untuk membunuh mikroba
phatogen pada benda benda . misalnya pada lantai ruangan ,meja operasi
dll.tindakannya di sebut desinfeksi
ANTISEPTIK : senyawa yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Secara umum metode pembuatan sediaan steril dibagi menjadi 2 : metode
sterilisasi akhir dan metode aseptis. Pemilihan metode disesuaikan dengan
stabilitas zat aktif, formula dan metode sterilisasi yang digunakan.
1. Metode sterilisasi akhir
Metode sterilisasi akhir merupakan proses sterilisasi yang dilakukan setelah
sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya dilakukan sterilisasi, jenis metode
sterilisasi yang sering digunakan adalah metode sterilisasi panas lembab
menggunakan autoklaf, namun sterilisasi akhir dapat dilakukan dengan berbagai
metode (panas kering, filterisasi, EM, pengion, gas, dsb), pertimbangan untuk
memilih metode sterilisasi yang sesuai adalah dengan mempertimbangkan
kestabilan bahan dan zat yang terhadap panas atau kelembaban (Stabilitas,
Kompatibilitas dan Efektifitas serta Efisiensi).
2. Cara aseptik
Cara aseptik bukan termasuk metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa
dilakukan khusus untuk zat aktif yang tidak tahan/rusak terhadap suhu tinggi,
antibiotik dan beberapa hormon merupakan contoh sediaan dengan perlakuan
metode
aseptis.
Cara aseptis pada prinsipnya adalah cara kerja untuk memperoleh sediaan steril
dengan cara mencegh kontaminasi jasad renik/partikel asing kedalam sediaan.
Proses cara aseptisnya adalah melakukan sterilisasi pada semua bahan sediaan
(pada awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai dengan sifat dari bahan yang
digunakan. kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan dan pengemasan
dalam ruang steril atau didalam laminar air flow untuk mencegah kontaminasi.
Pada proses aseptis masih terdapat celah terjadinya kontaminasi, sehingga
apabila metode sterilisasi akhir bisa dilakukan maka metode aseptis tidak perlu
dilakukan.
MACAM-MACAM CARA STERILISASI
Sterilisasi dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara :
1. 1. Secara Fisik ,dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
Pemanasan : Basah, dan kering.
Penyaringan (Filtrasi).
Radiasi (sinar U.V, sinar x, dll.).
2. Secara Chemis :

Dengan bahan-bahan kimia yang dapat membunuh mikroorganisme yang


disebut Desinfektan (Misal : alkohol, karbol, lysol, sublimat dll.)
Cara sterilisasi yang dipakai tergantung pada macamnya bahan dan sifat bahan
yang disterilkan antara lain:
1. Ketahanan terhadap panas.
2. Bentuk bahan yang disterilkan : padat, cair/ gas.
STERILISASI SECARA FISIK
Sterilisasi Secara Fisika, dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemanasan Kering
a.

Minyak dan penangas lain


Bahan kimia dapat disterilisasi dengan mencelupkannya dalam penangas
yang berisi minyak mineral pada suhu 1620C. larutan jenuh panas dari natrium
atau ammonia klorida dapat juga digunakan sebagai pensterilisasi. Ini
merupakan
metode yang mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan
bereaksi sebagai
lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk
memelihara cat penutup
b. Pemijaran langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas,
filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur,
gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan
pemijaran langsung. Papan salep, lumping dan alu dapat disterilisasi dengan
metode ini
c. Pembakaran diatas Lampu Spiritus
Sterilisasi secara fisik dipakai untuk sterilisasi jarum platina, ose dan sebagainya
yang terbuat dari platina/ nikrom, dengan cara membakar alat-alat tersebut
diatas api lampu spiritus sampai pijar.
d.

Pemanasan Basah

Pemananasan basah dapat membunuh jasad renik karena panas basah dapat
menyebabkan denaturasi protein (termasuk enzim-enzim di dalam sel) sehingga
menyebabkan kematian jasad renik.
e.

Perebusan

Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu 100
o
C selama beberapa menit, tetapi banyak spora bakteri tahan panas masih
hidup.
f.

Pemanasan dengan Tekanan

Alat yang digunakan otoklaf (Autoclave) :

Terdiri dari suatu bejana tahan tekanan tinggi yang dilengkapi dengan
manometer, termometer dan klep bahaya.

Merupakan alat sterilisasi yang paling baik.

Bahan / alat yang disterilkan :

Bahan / alat yang tidak rusak karena pemanasan dengan tekanan tinggi,
Misalnya : media utk pertumbuhan mikroba, Aquadest dsb.

Metode ini dapat membunuh spora yang paling tahan panas.

Dilakukan pada suhu 121 oC selama 15-30 menit dengan tekanan 2


atm

Daya membunuh dari uap air panas :


Disebabkan pada waktu kondensasi, pada bahan yang disterilkan dilepaskan
sejumlah besar panas laten sehingga terjadi pengerutan, yang menyebabkan
penyerapan uap air baru yang berarti lebih banyak panas yang diserap.
Sterilisasi Dengan Metode Ultra High Temperatur (UHT) adalah sterilisasi
yang dilakukan pada suhu tinggi dalam waktu singkat (suhu 135-150oC selama
2-6 detik), dan umumnya untuk sterilisasi bahan cair (susu).
g. Sterilisasi dengan cara Tindalisasi

Sterilisasi yang digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang


mengandung cairan yang tidak dapat disterilkan dengan autoclave (yang
tidak tahan pada temperatur tinggi dan kering), misalnya untuk sterilisasi
media yang mengandung telur, Untuk sterilisasi protein dan sebagainya.

Alat yang digunakan disebut ARNOLD STEAM STERILIZER

Cara :

Dilakukan dengan cara memanaskan medium/ larutan menggunakan uap


(T= 100 oC) selama 1 jam setiap hari selama 3 hari berturut-turut.

Waktu inkubasi diantara 2 proses pemanasan bertujuan untuk membunuh


spora yang dapat bergeminasi menjadi sel vegetatif.

Sterilisasi dengan cara ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Bahan disterilkan dengan menggunakan suhu 100 oC selama 30 menit,


dengan tujuan agar sel-sel vegetatif mikrobia terbunuh. Setelah itu bahan
diinkubasi pada temperatur kamar selama 24 jam, agar spora yang masih
ada pada bahan tersebut tumbuh menjadi sel-sel vegetatif.

Kemudian dilakukan sterilisasi tahap II pada suhu 100 oC selama 30 menit,


setelah itu diinkubasi lagi pada temperatur kamar selama 24 jam

Selanjutnya dilakukan sterilisasi tahap III pada suhu 100 oC selama 30


menit dan diinkubasi lagi pada temperatur kamar selama 24 jam.

Sterilisasi dihentikan sampai


mikrobia.

tidak ada pertumbuhan sel vegetatif

h. Pasteurisasi
Proses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu dimana semua mikroba
pathogen dapat terbunuh.
Misal : Bakteri TBC dan Brucellosis.
Pasteurisasi dibagi dua, yaitu :
1. Pasteurisasi cepat : dilakukan pada suhu 72 oC selama 15 detik.
2. Pasteurisasi lambat : dilakukan pada suhu 65 oC selama 30 menit.

Spora dan bentuk vegetatif dari bakteri termofil tahan.


o

Setelah pasteurisasi, produk harus didinginkan secepat mungkin


untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang masih hidup.

i.

Pemanasan Kering

Alat yang digunakan : Hot air oven (Hot air sterilizer).

Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan


uap destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah
minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril
seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan
sterilisasi panas kering adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas
dan
banyak alat-alat bedah Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak,
petrolatum, serbuk kering dan bahan yang sama tidak dapat disterilisasi dalam
autoklaf.
Salah satu elemen penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap
autoklaf. Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat
tidak dibunuh oleh suhu sampai 121oC (suhu yang biasanya digunakan dalam
autoklaf bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit). Untuk alasan ini,
autoklaf merupakan metode yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak,
produk yang dibuat dengan basis minyak, atau bahan-bahan lain yang
mempunyai sedikit lembab atau tidak sama sekali.
Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini
berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri
yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi
dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di
bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan pada suhu
121C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering membutuhkan
pemaparan pada suhu 150C sampai 170C selama 1-4 jam. Oven digunakan
untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas dikontrol dan mungkin gas
atau elektrik gas

Jika digunakan oven dengan sirkulasi udara panas, waktu lebih cepat, diperlukan
waktu setengahnya karena aliran udara panas ke alat-alat gelas lebih efisien
( setengahnya).

Untuk sterilisasi alat-alat gelas (erlenmeyer, petridish dsb) juga untuk


kapas, kain, kertas dan sebagainya.

Kurang efektif untuk membunuh jasad renik

Mekanisme kematian bakteri dengan metode ini :

Pemanasan kering menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen


komponen di dalam sel
h.

Radiasi (Penyinaran)

Berbagai sinar
mikroorganisme.

radioaktif

dapat

mengakibatkan

kematian

sel-sel

1. Sinar matahari
Sinar matahari yang dipancarkan langsung pada sel vegetatif jasad renik
dapat menyebabkan kematian sel tersebut, sedangkan sporanya biasanya lebih
tahan. Aktivitas bakterisisidal dari sinar matahari tersebut disebabkan oleh
bagian ultraviolet dari spektrum sinar.
2. Sinar Ultra violet dari lampu uap merkuri
Sering digunakan untuk sterilisasi ruangan inokulasi di laboratorium atau ruang
pengolahan. Radiasi ultra violet menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA
dan mempunyai aktivitas mutagenik pada sel hidup.
Sinar ultra violet mempunyai panjang gelombang 15-390 nm, pada panjang
gelombang 265 nm, sinar ini berefek bakterisidal kuat.
3. Radiasi Ionisasi
Adalah radiasi yang mengandung energi jauh lebih tinggi daripada sinar
ultraviolet dan mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat.
Sinar ultraviolet yang diserap oleh sel organisme yang hidup, khususnya oleh
nukleotida maka elektron-elektron dan molekul sel hidup akan mendapat
tambahan energi. Tambahan energi ini kadang-kadang cukup kuat untuk
mengganggu bahkan merusak ikatan intramolekuler, misalnya ikatan atom
hidrogen dalam DNA. Perubahan intramolekuler ini menyebabkan kematian pada
sel-sel tersebut. Beberapa plasma sangat peka terhadap sinar ultraviolet
sehingga mudah menjadi rusak.
Sinar gamma mempunyai tenaga yang lebih besar dan pada sinar ultraviolet dan
merupakan radiasi pengion. Interaksi antara sinar gamaa dengan materi biologis
sangat tinggi sehingga mampu memukul elektron pada kulit atom sehingga
menghasilkan pasangan ion (pair production). Cairan sel baik intraselluler

maupun ekstraselluler akan terionisasi sehingga menyebabkan kerusakan dan


kematian pada mikro organisme tersebut.
Sterilisasi dengan penyinaran sinar gamma berdaya tinggi dipergunakan untuk
objek-objek yang tertutup plastik (stick untuk swab, jarum suntik). Untuk
makanan maupun obat-obatan tidak boleh menggunakan sinar gamma untuk
sterilisasi oleh karena akan terjadi perubahan struktur kimia pada makanan
maupun obat-obatan tersebut.
Contoh :

Sinar x memiliki daya penetrasi lebih besar dibanding sinar ultraviolet.

Sinar mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding sinar x, sehingga


sering digunakan untuk mensterilkan benda yang tebal (misalnya
bungkusan alat-alat kedokteran dan paket makanan).

Sinar katoda sering digunakan untuk menghapus hama pada suhu kamar
terhadap barang-barang yang telah dibungkus.

Sinar dari kobalt 60, digunakan secara komersial untuk sterilisasi alatalat Kedokteran dan laboratorium.

Jika digunakan untuk mensterilkan makanan, radiasi ionisasi dapat


mempengaruhi citarasa makanan. Jika digunakan untuk sterilisasi obat-obatan,
hormon atau enzim mungkin dapat mempengaruhi potensi atau aktivitasnya.
Satuan internasional (SI) dalam radiasi :
1. Unit penyerapan (absorbsi)
2. Unit radioaktif
Sinar gamma
Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang berasal dari aktivitas
subatomik dengan energi foton > 2 x 10 -14 J, panjang gelombang < 1 x 10-11 m,
dan frekuensi > 3 x 1019 Hz.5 Sinar ini memiliki energi foton dan frekuensi paling
tinggi serta panjang gelombang paling pendek dibanding sinar sinar lainnya.
Sumber radiasi sinar gamma berasal dari peluruhan inti atom yang salah
satunya adalah Cobalt-60 (Co-60).9 Atom Co-60 sering dimanfaatkan untuk
sterilisasi peralatan medis karena memiliki kemampuan mengionisasi objek yang
terkena radiasi.
Metode Sterilisasi Menggunakan Sinar Gamma
Sterilisasi menggunakan sinar gamma adalah proses pembunuhan semua
mikroorganisme dengan menggunakan iradiasi (radiasi tidak langsung) pada
dosis tertentu. Sinar gamma akan berpenetrasi ke dalam kemasan pelindung alat
kedokteran gigi untuk membunuh mikroorganisme. Alat-alat tersebut akan tetap
steril sampai ketika pelindung dibuka. Pemanfaatan sterilisasi menggunakan
sinar gamma telah banyak dipakai pada jarum suntik, obat obatan, dan
makanan.

Proses radiasi sinar gamma terjadi ketika atom Co-60 yang tidak stabil
melepaskan foton. Pada saat radiasi dipancarkan, terjadilah ionisasi yang dapat
menyebabkan kerusakan komponen kimiawi pada makhluk hidup. Proses ionisasi
ini mengubah H2O yang banyak terdapat di dalam sel mikroorganisme sehingga
menghasilkan senyawa hidroksida (OH-).

i.

Penyaringan (Filtrasi)

Sterilisasi secara mekanik dilakukan dengan cara menyaring bahan yang akan
diterilkan. Cara ini digunakan bagi bahan-bahan cair yang tidak tahan panas,
misalnya serum darah, vaksin, toksin atau medium yang mengandung zat tidak
tahan terhadap pemanasan. Disamping itu cara ini digunakan pula bagi bahanbahan yang mengandung zat-zat yang tidak stabil, misalnya larutan garam
fisiologis, natrium bikarbonat dan lain-lain.
Bahan-bahan cair yang sangat peka terhadap pemanasan (serum, darah, toksin,
dll.) atau yang tidak tahan pemanasan tinggi (medium yang mengandung
senyawa gula) tidak dapat disterilkan dengan pemanasan, maka dipakai alat
Filter bakteri (Penyaring bakteri).
Beberapa jenis Filter Bakteri :
1.

Berkefeld filter.

Elemen penyaring pada alat ini terbuat dari tanah diatonal, dengan tingkat
porositas : kasar (viel = v), normal (N) dan halus (wenig = w). Yang biasa
digunakan adalah porositas N dan W.
2.

Chamberland filter.

Elemen penyaring pada alat ini adalah porselin yang tidak dilapisi dengan email.
Porositasnya bervariasi yakni : L1, L2, L3 dan seterusnya. Yang biasa digunakan
untuk penyaring bakteri adalah L3.
3.

Seitz filter (Ent Keimung filter/ filter asbes).

Merupakan alat penyaring dari Stainless steel yang dilengkapi dengan


penyaring asbes-selulosa yang dapat diganti
4.

Sintered glass filter / ultra filter dll.


Prinsip sterilisasi dengan penyaringan (Filtrasi) :

Untuk penyaringan dengan filter bakteri diperlukan tekanan positif tertentu (20
30 mm Hg) dengan menggunakan pompa vacum.
Tekanan 20 30 mm Hg dapat mempercepat penyaringan tanpa menyebabkan
buih.
STERILISASI SECARA KIMIA
Sterilisasi Secara Kimia, dapat dilakukan dengan cara Sterilisasi Gas
digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme
dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan
serbuk padat, Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk
murni atau
campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan
sangat mudah
terbakar.
Merupakan
agen
alkilasi
yang
menyebabkan
dekstruksi
mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan dalam
ruang atau chamber sterilisasi
Sterilisasi menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang
menghasilkan ion klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi alaalat medis dan baju-baju medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan
cawan petri yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen
oksida adalah bahan yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan-bahan yang
disterilkan setelah proses sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan mengubah
suhu lebih tinggi dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap
personil dari efek berbahaya gas ini.
Mekanisme aksi etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap
mikroorganisme dengan mengalkilasi metabolit esensial yang terutama
mempengaruhi proses reproduksi. Alkilasi ini barangkali terjadi dengan
menghilangkan hidrogen aktif pada gugus sulfhidril, amina, karboksil atau
hidroksil dengan suatu radikal hidroksi etil metabolit yang tidak diubah dengan
tidak tersedia bagi mikroorganisme sehingga mikroorganisme ini mati tanpa
reproduksi

Desinfektan dan Antiseptik


Adalah bahan kimia menimbulkan pengaruh yang lebih selektif terhadap
jasad renik dibandingkan dengan perlakuan fisik seperti panas dan radiasi.
Dalam memilih desinfektan dan antiseptik perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

a. Sifat Mikrosidal (membunuh jasad renik)

Bentuk spora lebih tahan daripada bentuk vegetatif.

Beberapa desinfektan (halogen, merkurikhlorida, formalin dan etilen


oksida) efektif terhadap spora.

Mycobacteria merupakan bentuk vegetatif yang paling tahan


dibandingkan sel vegetatif
bakteri lainnya. Untuk membunuh
Mycobacteria digunakan alkohol dan fenol.

Virus lebih tahan daripada bentuk vegetatif dan dapat dibunuh dengan
Halogen, oksidan dan formalin.

Komponen kimia yang bersifat membunuh jasad renik disebut mempunyai


sifat bakterisidal (membunuh bakteri) atau fungisidal (membunuh fungi).

b.

Sifat Mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)

Beberapa komponen kimia pada konsentrasi rendah tidak dapat membunuh


jasad renik, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya, misalnya senyawa
tertentu yang terdapat pada rempah-rempah. Komponen tersebut disebut
mempunyai sifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) atau
fungistatik (menghambat pertumbuhan fungi). Komponen kimia yang bersifat
membunuh lebih baik daripada yang bersifat menghambat.
c.

Kecepatan penghambatan.

Komponen kimia mempunyai kecepatan membunuh/menghambat yang berbedabeda terhadap jasad renik yaitu :
1. Cepat
2. Hanya efektif setelah beberapa menit/ jam.
Sel yang sedang tumbuh/ berkembang biak lebih sensitif dan mudah dibunuh
dibandingkan sel dalam keadaan istirahat.
d.Sifat lain :
Pertimbangan untuk pemilihan desinfektan :

Harga tidak mahal.

Aktivitas tetap dalam waktu lama.

Larut dalam air dan stabil dalam larutan.

Tidak toksik dan tidak mengiritasi kulit.

Tidak meninggalkan warna.

Beberapa komponen organik dapat menghambat kerja disinfektan, misalnya


halogen, garam merkuri dan detergen kationik dapat menghambat kerja
desinfektan. Sedangkan sabun dan detergen anionik membantu penyerapan.
KOEFISIEN FENOL SUATU DESINFEKTAN

Koefisien fenol suatu desinfektan adalah kemampuan suatu desinfektan


dalam membunuh bakteri dibandingkan fenol.

Jika suatu desinfektan mempunyai koefisien fenol 40, berarti daya


membunuhnya 40 kali dibandingkan fenol.

Untuk pengujian biasanya digunakan 2 jenis bakteri:

Bakteri gram negatif : Salmonella typhi.

Bakteri gram positif : Staphylococcus aureus.

Cara pengujian :

Dengan mengencerkan suatu kultur cair bakteri sebanyak 1 : 10 dengan


desinfektan yang akan diuji pada konsentrasi berbeda. Yang disebut titik akhir
adalah konsentrasi terendah yang menghasilkan kultur steril setelah
diinkubasikan selama 10 menit pada suhu 20 C.
ZAT ANTIMIKROBA
Zat antimikrobia adalah zat yang merintangi pertumbuhan
metabolisme mikroba (antiseptik, desinfektan, antibiotik dsb.).

dan

Zat antimikrobia dikelompokkan menjadi dua ;


1. Antibakteri (efektif terhadap bakteri)
2. Antifungi

(efektif terhadap fungi)

Faktor-faktor yang mempengaruhi


mikroorganisme oleh antimikroba:

laju

hambatan

atau

kerusakan

1. Konsentrasi, intensitas dan jenis mikroba.


2. Jumlah mikroorganisme.
Untuk membunuh populasi mikroorganime yang lebih banyak perlu waktu.
1. Suhu
Makin tinggi suhu, kerja desinfektan makin efektif. suhu adalah faktor terpenting
yang mempengaruhi perumbuhan mikroorganisme dan kelangsungan hidupnya.
Suhu yang rendah umumnya memperlambat metabolisme seluler, sedangkan
suhu yang lebih tinggi meningkatkan taraf kegiatan sel. Tetapi tiap organisme

memiliki batas suhu terendah dan batas suhu tertinggi, serta suhu optimum bagi
organisme tersebut.
2. Species mikroorganisme
Bentuk vegetatif lebih mudah terbunuh dibandingkan bentuk spora. Karena
Adanya bahan organik yang dapat mengurangi efektifitas zat antimikroba
dengan cara membuat tidak aktif lagi/ melindungi mikroorganisme dari serangan
zat tersebut.
Mekanisme Kerja Zat Antimikroba
1.

Perusakan dinding sel

Susunan dinding sel dapat rusak dengan jalan merintangi pembentukan dinding
sel atau menyebabkan perubahan pada dinding sel.
2.

Perubahan permeabilitas sel

Membran sitoplasma menahan bahan-bahan tertentu di dalam sel dan mengatur


pemasukkan dan pengeluaran bahan-bahan lainnya, memelihara keseluruhan
susunan sel.
Perusakan membran sitoplasma berakibat dapat merintangi pertumbuhan sel,
sehingga dapat menyebabkan kematian sel.
3.
Perubahan
protein).

molekul

protein

dan

asam

nukleinat

(Denaturasi

Kehidupan sel mikroba tergantung pada pemeliharaan molekul protein dn asam


nukleinat.
Desinfektan dapat menyebabkan :
1. Koagulasi protein secara irreversibel
2. Denaturasi bahan-bahan sel penting
4.

Merintangi kerja enzim

Dengan merintangi kerja enzim sehingga sintesa protein dan asam nukleinat
dihambat
Kepekaan dan Keaktifan zat kimia terhadap Mikroorganisme

NO

Bahan

Konsentrasi

Keaktifan

1.

Formalin + Alkohol

8 % + (60-70%)

Tinggi

2.

Formalin

3-8 %

Sedang tinggi

3.

Yodium tinklor

0,6 70 %

Sedang

4.

Alkohol

70 90 %

Sedang

5.

Kaporit

45%

Sedang

6.

Fenol

0,5 3 %

Rendah sedang

1. Bakteri aerob
Bakteri aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen untuk hidupnya. Bila
tidak ada oksigen, maka bakteri akan mati. Bakteri aerob menggunakan glukosa
atau zat organik lainnya (misalnya etanol) untuk dioksidasi menjadi CO 2 (karbon
dioksida), H2O (air), dan sejumlah energi. Yang termasuk bakteri aerob antara
lain Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrobacter, Methanomonas (pengoksidasi
metan), Hydrogenomonas, Thiobacillus thiooxidans, Acetobacter, dan Nocardia
asteroides (penyebab penyakit paru-paru).
2. Bakteri Aerob obligat
Aerob obligat adalah mikroorganisme yang membutuhkan oksigen untuk
bertahan hidup dan mati karena ketiadaan kata tersebut. Contohnya adalah
bakteri Bacillus anthracis. Anaerob obligat adalah organisme yang mati bila
terkena oksigen, seperti Clostridium tetani dan Clostridium botulinum, yang
masing-masing menyebabkan tetanus dan botulisme.
3. Bakteri anaerob fakultatif

Bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat hidup dengan baik bila ada
oksigen maupun tidak ada oksigen. Contoh bakteri anaerob fakultatif antara lain
Escherichia coli, Streptococcus, Alcaligenes, Lactobacillus, dan Aerobacter
aerogenes. Anaerob Fakultatif dapat hidup dengan adanya atau tidak adanya
oksigen, tetapi lebih memilih untuk menggunakan oksigen. Contoh jenis ini
termasuk Escherichia coli (E. coli) dan Staphylococcus.

Anda mungkin juga menyukai