Anda di halaman 1dari 14

STERILISASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Sterilisasi


Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan dan
membinasakan semua alat dan media dari gangguan organisme mikroba, termasuk virus,
bakteri, spora dan fungi beserta sporanya.
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme sampai ke
spora-sporanya, yang terdapat di bahan makanan. Proses ini dilakukan dengan memanaskan
makanan sampai temperature 1210C selama 15 menit.
Sterilisasi dialkukan menggunakan autoclave untuk yang menggunakan panas
bertekan, pemanasan kering (oven), sterilisasi kimiawi (seperti glutaraldehid atau
formaldehid) dan secara fisik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:
1. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi
2. Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis peralatan, jumlah dan tanggal pelaksanaan sterilisasi
3. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril
4. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai
5. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
6. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan sterilisasi ulang.

1.2 Macam Macam Sterilisasi


Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan mikroba. Pada prinsipnya terdapat dua
jenis sterilisasi, yaitu :
1. Sterilisasi Total
Sterilisasi total adalah sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme
sehingga tidak lagi dapat berkembangbiak di dalam suatu wadah atau bahan pangan. Pada
sterilisasi total ini jika dilaksanakan maka tidak akan terdapat lagi mikroba-mikroba yang
berbahaya terutama pada Clostridium botulinum
2. Sterilisasi Komersial
Sterilisasi komersial yaitu suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang
menyebabkan kebusukan makanan pada kondisi suhu penyimpanan yang ditetapkan.
Makanan yang telah mengalami sterilisasi komersial mungkin masih mengandung
sejumlah jasad renik yang tahan proses sterilisasi, tetapi tidak mampu berkembang biak
pada suhu penyimpanan normal yang ditetapkan untuk makanan tersebut.
Sterilisasi komersial yang ditetapkan di industry pangan merupakan proses termal.
Kerena digunakan uap air panas atau air sebagai media penghantar panas, sterilisasi ini
termasuk ke dalam sterilisasi basah
Pemanasan sterilisasi komersial :
a. Pemanasan harus cukup. Jika tidak cukup mikroorganisme yang ada menjadi aktif:
- produk busuk
- timbul racun
- kaleng gembung
b. Dilakukan pada pengalengan dan pembotolan harus tepat dan aman
c. Pemanasan yang diperlukan tergantung dari pH produk yang diukur pada coldest point
- Acid foods: pH<4,5: 200 F
- High acid foods, pH <3,5: suhu lebih rendah dari acid foods
- Low acid foods, pH>4,5: pemanasan lebih lama
Contoh: daging atau ikan. Waktu proses tergantung dari kecepatan transfer panas
d. Tujuan pemanasan: inaktivasi mikroorganisme sesuai dengan tujuan sterilisasi
komersial
e. Proses dianggap aman jika C. botulinum telah inaktif
f. Sterilisasi diikuti pengemasan kondisi anaerob
g. Spora m.o. anaerob mempunyai ketahanan panas lebih rendah dari spora m.o. aerob
sehingga suhu dan proses sterilisasi lebih rendah
BAB II
SPESIFIKASI ALAT

Sterilisasi dapat dilakukan pada alat dan bahan makanan. Sterilisasi alat dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain penguapan dan pemanasan. Pemanasan dapat
dilakukan dengan memasukan alat yang telah dibersihkan ke dalam oven dengan suhu 180 oC
selama 2 jam. Keadaan ini dapat mematikan mikroorganisme dan spora. Selain itu pemanasan
juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat pensteril yang disebut autoklaf. Alat
dimasukan ke dalam dengan suhu121oC dan tekanan 15 atm/cm2 selama 15 menit. Sementara
itu penguapan dilakukan dengan memasukkan alat yang akan disterilkan dan telah di bungkus
rapat ke dalam dandang selama 1 jam dengan suhu 100oC. untuk dapat mematikan spora dan
bakteri, pemasan harus dilakukan sebanyak 3 kali dengan selang waktu kurang dari 24 jam.
Sterilisasi bahan makanan dapat dilakukan dengan penguapan dalam uap air selama 1 jam
pada suhu 100oC dan diulang sebanyak 3 kali juga dapat dilakukan dengan autoclave.

2.1 Autoclave
Spesifikasi alat pasteurisasi autoclave adalah :
1. Autoclave merupakan alat untuk mensterilkan alat dan bahan dalam waktu yang cukup
singkat.
2. Dapat langsung mematikan sel-sel vegetative dari suatu mikroba.
3. Tidak semua bahan bias di sterilkan dengan autoclave seperti vitamin, antibiotic dan
enzim
Bagian-bagian dari autoclave dan fungsinya :
1. Tombol epngatur waktu mundur (Timer), berfungsi sebagai pengatur waktu lama atau
sebentarnya proses sterilisasi, sesuai dengan kebutuhan atau penggeunaan yang
diinginkan
2. Katup uap adalah komponen yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air
3. Pengukur tekanan adalah komponen yang berfungsi untuk mengetahui tekanan uap yang
berada didalam autoclave saat proses sterilisasi berlangsung
4. Kelep pengaman berfungsi sebagai penahan atau pengunci dari penutup autoclave
5. Tombol on/off berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan mesin
6. Thermometer adalah komponen yang berfungsi untuk mengetahui suhu yang sudah
dicapai pada saat pensterilan
7. Lempeng sumber panas adalah komponen yang dapat mengubah energy listrik menjadi
energy panas. Pada dasarnya heater terbuat daru kumparan atau lilitan kawat tembaga
yang jika dialiri arus listrik akan menghasilkan energy panas
8. Aquadest
9. Skrup pengaman
10. Angsa adalah komponen yang berfungsi sebagai batas penambah air.
11. Pompa vacuum berfungsi untuk menghisap udara atau uap campuran dari chamber,
setelah proses sterilisasi selesai uap panas akan segera hilang. Sehingga saat suyer
membuka lied handle terbuka uap panas yang ada di dalam chamber sudah berkurang
sehingga tidak membahayakan yuser saat mengeluarkan alat yang hendak dipakai dari
dalam autoclave.
12. Penutup yang berfungsi sebagai penutup autoclave pada saat sterilisasi.
Macam-macam autoklaf:
1. Gravity Displacement Autoclave
Prinsipnya adalah memanfaatkan keringanan uap dibandingkan dengan udara, sehingga
udara terletak di bawah uap.
Cara kerjanya dimulai dengan memasukkan uap melalui bagian atas autoklaf sehingga
udara tertekan ke bawah. Secara perlahan, uap mulai semakin banyak sehingga menekan
udara semakin turun dan keluar melalui saluran di bagian bawah autoklaf, sehingga
selanjutnya suhunya meningkat dan terjadi sterilisasi. Autoklaf ini dapat bekerja dengan
cakupan suhu antara 121-134 0C dengan waktu 10-30 menit.
2. Prevacuum/ High Vacuum
Autoklaf ini dilengkapi pompa yang mengevakuasi hamper semua udara dari dalam
autoklaf. Cara kerjanya dimulai dengan pengeluaran udara. Proses ini berlangsung
selama 8-10 menit. Ketika keadaan vakun tercipta, uap dimasukkan kedalam autoklaf.
Akibat kevakuman udara, uap segera berhubungan dengan selruh permukaan benda,
kemudian terjadi peningkatan suhu sehingga proses sterilisasi berlangsung. Autoklaf ini
bekerja dengan suhu 132-1350C dengan waktu 3-4 menit.
3. Steam flush pressure pulse
Autoklaf ini menggunakan aliran uap dan dorongan tekanan di atas tekanan atmosfer
dengan rangkaian berulang. Waktu siklus pada autoklaf ini tergantung pada benda yang
disterilisasi.

2.2 Oven
Spesifikasi Alat :
1. Merupakan alat untuk mensterilisasi alat dan bahan.
2. Tidak semua bahan dapat disterilisasi dengan oven seperti serum, vitamin, antibiotic, dan
enzim.
3. Tidak menimbulkan embun/kondensasi pada alat yang disterilisasi karena menggunakan
uap panas kering.
4. Dapat digunakan sebagai incubator
Fungsi dari bagian-bagian oven yaitu:
1. Temperatur berfungsi sebagai pengatur suhu yang ada di dalam oven.
2. Rak oven berfungsi sebagai tempat meletakkan bahan atau alat yang akan di sterilisasi.
3. Pintu oven berfungsi sebagai pembuka dan penutup oven.
4. Aluminium voil, berfungsi sebagai media yang digunakan untuk membungkus alat dan
bahan yang akan di sterilkan di dalam alat sterilisasi, serta menjaga dan melindungi bahan
yang ada didalam gelas reaksi agar tidak terkontaminasi.

2.3 BSC
Spesifikasi alat:
1. Dapat dilakukan untuk kerja aseptis.
2. Resiko kontaminan kecil karena adanya pengaturan udara dan sinar UV.
3. Tidak dapat langsung digunakan karena harus adanya penyinaran UV selama 2 jam
terlebih dahulu
BAB III
PRINSIP KERJA

3.1 Autoclave (sterilisasi uap)


Autoklaf adalah proses pemanasan atau sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.
Terdapat dua jenis autoklaf mekanik dan autoklaf otomatik. Cara kerja alat tersebut sama
dengan pressure cooker, sebab alat tersebut merupakan bejana yang dapat diisi air dan
ditutupi rapat-rapat.
Autoklaf terutama ditunjukan untuk membunuh endospore, yaitu sel resisten yang di
produksi oleh bakteri.
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
menggunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 121 0C. Suhu dan tekanan tinggi yang
diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar
untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media
digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan
digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika
digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea
level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di
ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada suhu 121 0C.
Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika di laboratorium terletak pada
ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf
diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya
tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika
dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.

Gambar. Prinsip Kerja Autoklaf

Prinsip kerja autoklaf, pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama
kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi
autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap atau udara
ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu
yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur.
Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun
perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0
psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan
mikroba penguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus
stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore
strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses
sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan
autoklaf telah bekerja dengan baik. Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan
dengan autoklaf adalah :
1. Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
2. Pelarut organik, seperti fenol
3. Buffer dengan kandungan detergen
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan
hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1. Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
2. Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa
garam mineral lain
3. Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
4. Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
5. Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0

3.2 Oven (sterilisasi kering)


Oven merupakan alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan udara
kering. Alat sterilisasi ini dipakai untuk mensterilkan alat laboratorium. Pada umumnya
temperature yang digunakan pada sterilisasi cara kering adalah sekitar 140-170oC selama
paling sedikit 2 jam. Perlu diperhatikan bahwa lamanya sterilisasi tergantung pada jumlah
alat yang di sterilkan dan ketahanan terhadap panas.
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak
efektif untuk disterilkan dengan uap air panas, karena sifatnya yang tidak dapat ditembus
atau tidak tahan dengan uap air. Senyawa-senyawa tersebut meliputi minyak lemak,
gliserin (berbagai jenis minya), dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air.

Gambar. Oven Sterilisasi

Prinsip kerja oven terjadi melalui mekanisme konsuksi panas. Panas akan diabsorpsi
oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam permukaan
sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai.
Pada sterilisasi panas kering, pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui
mekanisme oksidasi sampai-sampai terjadinya koagulasi protein sel.
3.3. BSC
Prinsip Kerja:
BSC merupakan alat untuk mensterilisasi alat dan bahan dengan menggunakan teknik
pengaturan udara dan adanya penyinaran UV. sistem kerja ini sangat erat hubungannya
dengan kontaminasi mikroorganisme. Alat Ini juga penting dalam proses Pembuatan Media
Pertumbuhan Mikrobiologi agar tidak terjadi kontaminasi.

Cara Kerja:
1. Hidupkan lampu UV selama 2 jam, selanjutnya matikan segera sebelum mulai
bekerja.
2. Pastikan kaca penutup terkunci dan pada posisi terendah.
3. Nyalakan lampu neon dan blower.
4. Biarkan selama 5 menit.
5. Cuci tangan dan lengan dengan sabun germisidal / alcohol 70%.
6. Usap permukaan interior BSC dengan alcohol 70% atau disinfektan cocok dan
biarkan menguap.
7. Masukkan alat dan bahan yang akan dikerjakan, jangan terlalu penuh (overload)
karena memperbesar resiko kontaminan.
8. Atur alat dan bahan yang telah dimasukkan ke BSC sedemikian sehingga efektif
dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril.
9. Jangan menggunakan pembakar Bunsen dengan bahan bakar alcohol tetapi gunakan
yang berbahan bakar gas.
10. Kerja aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh aktivitas kerja.
11. Setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya komtaminan tidak keluar dari BSC.
12. Usap permukaan interior BSC dengan alcohol 70% dan biarkan menguap lalu tangan
dibasuh dengan desinfektan.
13. Matikan lampu neon dan blower
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan dan
membinasakan semua alat dan media dari gangguan organisme mikroba, termasuk
virus, bakteri, spora dan fungi beserta sporanya. Alat-alat sterilisasi beragam
sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan, contoh alat sterilisasi
diantaranya autoclave, oven, dan BSC.

4.2. Saran
Dalam penggunaan mesin sterilisasi sebaiknya ber hati-hati dalam
menggunakanya di karenakan proses strolisasi menggunakan suhu yang sangat
tinggi. Sebelum menggunakan alat sebaiknya memahami fungsi kerja alat agar
mendapatkan hasil yang maksimal
PASTEURISASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Pasteurisasi


Pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan pada suhu dibawah 100oC dan dalam
jangka waktu tertentu dapat mematikan sebagian mikroba susu. Selain ditujukan untuk
membunuh mikroba pembawa penyakit (pathogen) seperti bakteri TB; Coli, dll, proses
pasteurisasi yang dilanjutkan dengan pendinginan segera akan menghambat pertumbuhan
mikroba yang tahan suhu pasteurisasi juga akan merusak sistem ensimatis yang dihasilkannya
(misalnya enzim phosphatase, lipase, dll), sehingga dapat mengurangi kerusakan zat gizi serta
memperbaiki daya simpan susu segar.

1.2 Metoda Sterilisasi


Ada 2 metoda yang digunakan pada proses pasteurisasi susu yaitu
1. LTLT (Low Temperature Long Time)
Metode LTLT pada dasarnya dilakukan dengan pemanasan susu sampai suhu 63-65C dan
dipertahankan pada suhu tersebut selama 30 menit. Alat yang digunakan untuk LTLT
berupa tangki terbuka (open vat) dengan pemanas tidak langsung atau lebih dikenal
dengan Batch Pasteuriser.
2. HTST (High Temperature Short Time).
Sedang metoda HTST dilakukan dengan pemanasan susu selama 15 16 detik pada suhu
76C atau lebih dengan menggunakan alat penukar panas (heat exchanger) dan diikuti
dengan proses pendinginan susu dengan cepat agar mikroba yang masih hidup tidak
tumbuh kembali.
BAB II
SPESIFIKASI ALAT

Dari berbagai macam peralatan pasteurisasi susu maka Alat Penukar Panas (Heat
Exchanger) merupakan alat yang paling esensial dalam proses pasteurisasi, karena tidak saja
digunakan untuk proses pemanasan susu (heating/pasteurizing dan regenerasi) tetapi juga
untuk proses pendinginan susu awal (cooling dengan air sumur) maupun pendinginan lanjut
(Chilling) dengan air es agar suhu susu segera berada pada suhu 4C dimana semua kegiatan
mikrobiologis dan enzymatic susu berhenti/terhambat.Dikenal berbagai tipe alat penukar
panas, yaitu :

2.1 Plate Heat Exchanger (PHE)


Terdapat 3 komponen yang menyusun PHE, yaitu :
a). Lembar baja tahan karat beralur (plate)
Alat penukar panas ini terdiri dari lembar (plate) baja tahan karat (stainless steel) yang telah
dicetak dengan mesin press berdaya tinggi yang membentuk alur-alur dengan motif tertentu
yang dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan lembar baja dan terjadinya turbulensi
aliran cairan. Lembar-lembar baja ini disusun dengan jumlah tertentu sesuai kebutuhan dalam
suatu kerangka (frame)
b). Rangka penyusun (frame)
Suatu rangka (frame) yang menjepit seluruh susunan lembar baja. Agar setiap pasangan
lembar terdapat celah yang dapat dialiri cairan maka disekeliling lembar terdapat parit guna
meletakkan pita karet (gasket)
c). Pita karet (gasket)
Pita karet (gasket) terbuat dari bahan yang tahan panas/dingin, tahan karat dan non toksis
(food grade). Susunan PHE tersebut dapat terdiri dari beberapa bagian (section), misalnya
heating, cooling, regeneration, dll.

Gambar. Plate Heat Exchanger

2.2 Tubular Heat Exchanger (THE)


Sebelum diketemukan alat penukar panas PHE yang lebih kompak dan dapat
diproduksi secara masal , maka alat penukar panas THE telah lebih dahulu digunakan.
Perkembangan teknologi THE adalah diperkenalkannya Triple Tube THE dimana pipa
terdalam dialiri media pemanas/pendingin, pipa ditengah dialiri produk dan pipa terluar
dialiri media pemanas/pendingin lagi. Dengan sistem ini (dikembangkan oleh Stork-
Amsterdam) koefisien pemindahan panas THE meningkat.
Alat penukar panas ini konstruksinya lebih sederhana, yaitu
1. Pipa (tunggal atau kelompok pipa) yang dialiri produk
2. Pipa bagian luar dengan diameter yang lebih besar (jacketed) yang dialiri media pemanas
atau pendingin (double tube type THE).

Gambar. Tubular Heat Exchanger

Alat penukar panas ini terdiri dari pipa (tunggal atau kelompok pipa) yang dialiri
produk dan diluarnya terdapat pipa dengan diameter yang lebih besar (jacketed) yang dialiri
media pemanas atau pendingin (double tube type THE).

Sebuah penukar panas adalah perangkat yang dirancang untuk tujuan memungkinkan
perpindahan panas dari satu medium ke lainnya pada temperatur yang berbeda . Paling umum
, media ini terdiri dari dua cairan yang mengalir dekat satu sama lain dan dipisahkan oleh
bahan , sering logam , dengan sifat perpindahan panas yang baik . Cairan terutama ditandai
dengan suhu mereka di pintu masuk ke penukar panas . Panas ( hangat , pada gambar di
bawah ) cairan , cairan dengan suhu tertinggi awalnya , transfer panas ke fluida dingin karena
keduanya melewati penukar panas , sehingga menurunkan suhu cairan panas dan
meningkatkan suhu fluida dingin
BAB III
PRINSIP KERJA

3.1. Plate Heat Exchanger (PHE)

Prinsip kerjanya adalah aliran dua atau lebih fluida kerja diatur oleh adanya
gasket-gasket yang didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing fluida
dapat mengalir di plat-plat yang berbeda.
Gasket berfungsi utama sebagai pembagi aliran fluida agar dapat mengalir ke
plat-plat secara selang-seling. Gambar di bawah ini menunjukkan desain gasket
sehingga di satu sisi plat fluida 1 masuk ke area plat yang (a), sedangkan gasket
yang lain mengarahkan fluida 2 agar masuk ke sisi plat (b).

3.2. Tubular Heat Exchanger (THE)

Heat exchanger tipe ini melibatkan penggunaan tube pada desainnya. Bentuk
penampang tubeyang digunakan bisa bundar, elips, kotak, twisted, dan lain
sebagainya. Heat exchanger tipe tubular didesain untuk dapat bekerja pada
tekanan tinggi, baik tekanan yang berasal dari lingkungan kerjanya maupun
perbedaan tekanan tinggi antar fluida kerjanya. Tipe tubular sangat umum
digunakan untuk fluida kerja cair-cair, cair-uap, cair-gas, ataupun juga gas-gas.
Namun untuk penggunaan pada fluida kerja gas-cair atau juga gas-gas, khusus
untuk digunakan pada kondisi fluida kerja bertekanan dan bertemperatur tinggi
sehingga tidak ada jenis heat exchanger lain yang mampu untuk bekerja pada
kondisi tersebut.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan pada suhu dibawah 100 oC dan
dalam jangka waktu tertentu dapat mematikan sebagian mikroba susu. Selain
ditujukan untuk membunuh mikroba pembawa penyakit (pathogen) seperti bakteri
TB; Coli, dll, proses pasteurisasi yang dilanjutkan dengan pendinginan segera akan
menghambat pertumbuhan mikroba yang tahan suhu pasteurisasi juga akan merusak
sistem ensimatis yang dihasilkannya (misalnya enzim phosphatase, lipase, dll). Dan
alat-alat yang sering digunakan pada proses pasteurisasi Plate Heat Exchanger (PHE)
dan Tubular Heat Exchanger (THE),

4.2. Saran
Sebelum bahan pangan akan di pasteurisasi segera tutup penutup mesin
sehingga mikroba di udara yang masuk tidak terlalu banyak. Segera bersihkan
peralatan yang sudah di pakai ketika selesai melakukan proses pasteurisasi

Anda mungkin juga menyukai