Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AUTOKLAF

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Aplikasi Komputer

Dosen pengampu : SRI WAHYUNI, SHI, M, Ag

DISUSUN OLEH:

NAMA : GABRYEL OWEN LUMBANBATU

NIM :

KELAS : 1E

JURUSAN : D- III TLM

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLTEKKES KEMENKES MEDAN

T.A 2023 / 2024


Sterilisasi
Sterilisasi yaitu proses untuk membuat keadaan menjadi steril atau dengan kata lain
membebaskan tiap benda atau substansi dari semua bentuk kehidupan dalam bentuk apapun
(Irianto,2006). Sedangkan menurut Lachman, Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk
menciptakan keadaan steril. Pendapat yang sekarang banyak diikuti adalah bahwa suatu
produk dikatakan steril apabila tidak ada mikroorganisme yang terdeteksi pada uji sterilitas.
Karena perbedaan resistensi terhadap proses sterilisasi, beberapa mikroorganisme dapat hidup
setelah proses sterilisasi dan tidak dapat dideteksi dengan metode tradisional pada saat uji
sterilitas.
Spora adalah bentuk nonvegetatif yang sangat resisten terhadap panas. Untuk
mematikan spora Clostridium botulinum dengan panas lembab pada suhu 100ºC, 110ºC, dan
121ºC dibutuhkan masing-masing 330, 90, dan 10 menit, tetapi dengan panas kering pada
suhu 120ºC, 140ºC, dan 170ºC dibutuhkan masing- masing 120, 60, dan 15 menit. Untuk
mematikan spora basilus tanah dengan panas lembab pada suhu 100ºC, 110ºC, dan 121ºC
diperlukan masing-masing 1020, 120, dan 6 menit. Resistensi setiap spora terhadap panas
bervariasi dan waktu yang diperlukan untuk mematikan spora juga tergantung pada jenis dan
temperatur sterilisasi.
Setiap proses sterilisasi mempunyai keterbatasan, tidak ada metode umum yang dapat
digunakan untuk mensterilisasi semua produk atau bahan. Metode sterilisasi yang dapat
membunuh semua jenis mikroorganisme termasuk spora yang resisten, mungkin tidak dapat
digunakan untuk mensterilkan produk atau bahan tertentu.
Faktor utama untuk menentukan metode sterilisasi adalah:
 Ketercampuran dengan produk atau bahan yang disterilisasi
 Sifat wadah
 Penetrasi pada daerah yang sulit dijangkau yang mengandung mikroorganisme hidup
 Aktivitas membunuh yang tinggi dengan menggunakan jumlah sesedikit mungkin
 Relatif murah
 Aman dan toksisitasnya rendah
 Mudah pelaksanaannya
 Waktu yang diperlukan (singkat)
 Adaptasi terhadap proses terkait lainnya.

Sterilisasi Dengan Uap Air Yang Ditekan/ Sterilisasi Panas Basah (Uap)
Proses sterilisasi termal meggunakan uap jenuh di bawah tekanan berlangsung di
suatu bejana yang disebut autoclave. Metode yang paling sering digunakan. Suhu 1210C
selama 15-20 menit tergantung bahan/prosedur sterilisasi. Prinsip: Udara di dalam bejana
diganti dengan uap jenuh.
Fase Siklus Sterilisasi:
1. Pemanasan/Vakum (Conditioning)
2. Fase Pemaparan Uap (Exposure)
132°C 2’
121°C 12’
116°C 30’
3. Pembuangan Uap (Exhaust)
4. Fase Pengeringan (Drying)

Metode ini paling banyak digunakan karena hampir 80% alat dan bahan dapat
disterilkan dengan metode ini, seperti karet. Biaya operasional cukup rendah dibanding
metode lain. Temperatur merata pada setiap tempat selama proses. Cepat dan hasil kering
(Indan Endjang, 2003: 44). Prinsip Sterilisasi adalah terjadi koagulasi dan denaturasi protein
sehingga Ikatan disulfida dan hidrogen dari strains protein dirusak (inaktif).
Definisi Autoklaf
Autoclave adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi media mikrobiologi, peralatan
gelas laboratorium dan dekontaminasi atau membunuh bakteri dengan menggunakan uap
bersuhu dan bertekanan tinggi 1210C selama kurang lebih 15 menit.
Sejarah
Alat ini diciptakan oleh Charles Chamberland di 1879, meskipun prekursor yang
dikenal sebagai digester uap diciptakan oleh Denis Papin pada tahun 1679. Nama ini berasal
dari bahasa Yunani auto-, pada akhirnya berarti diri, dan Latin yang berarti Clavis kunci-
perangkat self-locking.
Pada mulanya autoklaf yang banyak digunakan dalam mikrobiologi, kedokteran, tato,
tindik, ilmu kedokteran hewan, mikologi, kedokteran gigi, perawatan kaki dan fabrikasi
prosthetics. Mereka bervariasi dalam ukuran dan fungsi tergantung pada media yang akan
disterilkan. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang
akan membunuh microorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora,
yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan,
dan antibiotik.

Jenis-Jenis Autoclave
Ada tiga jenis autoclave berdasarkan perbedaan pada bagaimana udara dihilangkan
dari dalam autoclave selama proses sterilisasi.

1. Gravity Displacement Autoclave


Udara dalam ruang autoclave dipindahkan hanya berdasarkan gravitasi. Prinsipnya
adalah memanfaatkan keringanan uap dibandingkan dengan udara, sehingga udara
terletak di bawah uap. Cara kerjanya dimulai dengan memasukan uap melalui bagian
atas autoclave sehingga udara tertekan ke bawah. Secara perlahan, uap mulai semakin
banyak sehingga menekan udara semakin turun dan keluar melalui saluran di bagian
bawah autoclave , selanjutnya suhu meningkat dan terjadi sterilisasi. Autoclave ini
dapat bekerja dengan cakupan suhu antara 121-134 °C dengan waktu 10-30 menit.
2. Prevacuum atau High Vacuum Autoclave
Autoclave ini dilengkapi pompa yang mengevakuasi hampir semua udara dari
dalam autoclave. Cara kerjanya dimulai dengan pengeluaran udara. Proses ini
berlangsung selama 8-10 menit. Ketika keadaan vakum tercipta, uap dimasukkan ke
dalam autoclave . Akibat kevakuman udara, uap segera berhubungan dengan seluruh
permukaan benda, kemudian terjadi peningkatan suhu sehingga proses sterilisasi
berlangsung. Autoclave ini bekerja dengan suhu 132-135 °C dengan waktu 3-4 menit.
3. Steam-Flush Pressure-Pulse Autoclave
Autoclave ini menggunakan aliran uap dan dorongan tekanan di atas tekanan atmosfer
dengan rangkaian berulang. Waktu siklus pada autoclave ini tergantung pada benda
yang disterilisasi.
Bagian-Bagian Autoklaf :

Keterangan :
1. Tombol pengatur waktu mundur (timer)
2. Katup pengeluaran uap (Pompa Vacum)
3. Pressure Gauge (pengukur tekanan)
4. Kelep pengaman
5. Tombol on-off
6. Termometer
7. Elemen Pemanas (Heater)
8. Aquades (dH2O)
9. Sekrup pengaman
10. Batas penambahan air
1. Tombol pengatur waktu mundur (Timer)
Timer pada autoclave berfungsi sebagai pengaturan waktu lama atau sebentarnya
proses sterilisasi, sesuai dengan kebutuhan/penggunaan yang di inginkan.
2. Katup pengeluaran uap (Pompa Vacum)
Pada autoclave pompa vacum berfungsi untuk menghisap udara atau uap campuran
dari kamar/ruang sterilisasi (chamber), setelah proses sterilisasi selesai uap panas
akan segera hilang. Sehingga saat pengguna membuka lied handle terbuka uap panas
yang ada di dalam chamber sudah berkurang sehingga tidak membahayakan
pengguna saat mengeluarakan alat/peralatan yang hendak dipakai dari dalam
Autoclave.
3. Pressure Gauge (pengukur tekanan)
Presure gauge berfungsi untuk mengetahui tekanan uap yang berada didalam
autoclave saat proses sterilisasi berlangsung.
4. Kelep pengaman
Berfungsi sebagai jalan keluar uap air pada akhir proses sterilisasi.
5. Tombol on-off
Merupakan tombol yang digunakan untuk mematikan dan menghidupkan autoklaf.
6. Termometer
Berfungsi untuk mengukur suhu dalam autoklaf.
7. Elemen Pemanas (Heater)
Elemen pemanas adalah komponen yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi
kalor (panas). Pada dasarnya heater terbuat dari kumparan/lilitan kawat tembaga yang
jika dialiri arus listrik akan menghasilkan energi panas. Elemen pemanas pada
dasarnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Elemen basah
Yaitu elemen pemanas yang dapat bekerja jika terdapat media benda cair.
Elemen ini akan rusak jika tidak ada dalam media tersebut ketika masih teraliri
arus listrik.
b) Elemen kering
Yaitu elemen pemanas yang bekerja dengan media udara, atau dapat dikatakan
dapat bekerja tanpa media. Elemen kering bertentangan dengan elemen basah,
jadi elemen ini akan rusak jika terkena cairan/larutan.

8. Aquades (dH2O)
Sebagai tempat aquades (dH2O).
9. Sekrup pengaman
Berfungsi sebagai baut pengaman antara tutup dan badan autoklaf.
10. Batas penambahan air
Sebagai tanda atau pembatas penambahan air dalam autoklaf.

Prinsip Kerja
Prinsip kerja autoklaf adalah penggunaan uap air jenuh pada tekanan di atas
tekanan atmosfer dan digunakan untuk memanaskan isi autoklaf. Pada awalnya,
muatan/isi autoklaf tersebut dalam keadaan dingin, kemudian uap air memenuhi ruang
dalam autoklaf sehingga tekanannya menghasilkan suhu tinggi. Agar autoklaf bekerja
dengan tepat, perlu dipastikan bahwa uap air telah benar-benar jenuh (udara dalam
autoklaf harus dikeluarkan). Umumnya, autoklaf telah dirancang bekerja untuk
sterilisasi pada temperatur 121C dengan tekanan 103,4kPa (15 lbf in) atau pada
temperatur 115C dengan tekanan 6kPa (10 lbf in). Temperatr yang bisa dicapai akan
lebih rendah jika masih terdapat sebagian udara yang bercampur dengan uap air dalam
ruangan autoklaf. Hal ini mengikuti hukum tekanan parsial Dalton, bahwa tekanan
total campuran uap air dan udara akan sama dengan jumlah tekanan individualnya.
Dengan demikian, semakin banyak terdapat udara, maka tkanan parsial uap air akan
semakin rendah sehingga akan menurunkan keseluruhan temperatur campuran.
 Sterilisasi Panas Lembab : Waktu matinya organisme dengan pemanasan basah (air
mendidih) menggunakan autoclave
- virus hepatisis : 30 menit
- endospora : 70 jam
 Pada tekanan 15 psi suhu 121°C : seluruh organisme dan endospora dapat terbunuh
dalam waktu sekitar 15 menit-lebih sedikit.
Waktu Sterilisasi
Autoclave adalah alat pemanasan tertutup yang digunakan untuk
mensterilisasikan suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi
(121oC, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Makin besar tekanan yang digunak
makin tinggi temperature yang di capai dan makin pendek waktu yang di butuhkan
untuk sterilisasi. Sebagiaan besar autoklaf dioprasikan secara rutin biasanya pada
temperature 121◦C, yang di ukur pada saat uap air mulai keluar dari autoklaf.
Penurunan tekanan pada autoclave tidak dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoclave. Suhu yang tinggi
inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan
kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan-kekuatan yang lebih
besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk
mensterilkan media digunakan suhu 121oC dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa)
selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121oC atau 249,8oF karena air mendidih pada
suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. untuk tekanan 0 psi pada ketinggian
dipermukaan laut air mendidih pada suhu 100oC, sedangkan untuk autoclave yang
diletakkan diketinggian sama, mengunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih
pada suhu 121oC. Kejadian ini hanya berlaku untuk dipermukaan laut, jika
dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu
disetting ulang. Misalnya autoclave diletakkan pada ketinggian 2700 dari permuakaan
laut, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121oC untuk
mendidihkan air. Autoclave ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten
yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan dan
antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan
yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada
suhu 100oC, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu
121oC, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri
dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 60oC (Stefanus, 2006).
Aplikasi dan Cara Penggunaan
Sterilisasi menggunakan autoklaf merupakan cara yang paling baik karena uap
air panas dengan tekanan tinggi menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel-sel
mikroba menjadi optimal sehingga langsung mematikan mikroba (Sumarsih, 2010).
Kelebihan metode ini, yaitu:
 Metode sterilisasi yang paling sering dipakai dan efektif
 Waktu siklus sterilisasi lebih pendek dari pada panas kering atau siklus kimia (Tietjen,
2004).
Kekurangan metode ini, yaitu:
 Membutuhkan sumber panas yang terus menerus (bahan bakar kayu, minyak tanah
atau aliran listrik).
 Membutuhkan peralatan (sterilisator uap yang harus dipelihara dengan cermat agar
tetap berfungsi dengan baik).
 Membutuhkan ketaatan waktu, suhu dan tekanan secara teliti.
 Sukar menghasikan paket kering kerena gangguan prosedur sering terjadi (misalnya
mengangkat bahan-bahan sebelum kering, khususnya pada iklim yang lembab dan
panas).
 Siklus sterilisasi yang berulang-ulang dapat menyebabkan bopeng dan mengumpulan
sisi instrument yang tajam (seperti gunung).
 Bahan-bahan plastik tidak tahan suhu tinggi (Tietjen, 2004).
Meskipun autoklaf terbukti lebih ekonomis dan efektif digunakan dalam proses sterilisasi,
terdapat beberapa bahan yang tidak dapat disterilisasi menggunakan autoklaf. Berikut ini
beberapa bahan yang digolongkan dalam bahan yang dapat dan tidak disterilisasi
menggunakan autoklaf:
Bahan yang dapat disterilisasi menggunakan autoklaf:
- Media kultur dan lauran stok untuk agen infeksius
- Kuktur dari suatu penyakit tertentu dan peralatan yang digunakan dalam prosesnya
- Peralatan padatan: petri dish, ependorf, tips, pipet, gloves, tissue
- Vaksin
- Limbah dari organisme hidup
- Alat untuk proses sterilisasi : larutan aqueous, peralatan gelas, media
Bahan yang tidak dapat disterilisasi dengan menggunakan autoklaf:
- Material yang mengandung zat tertentu: solvent, zat volatil, senyawa terklorinasi,
senyawa kimia yang bersifat korosif.
- Material yang terkontaminasi dengan agen kemoterapi
- Senyawa radioaktif
- Plastik
Hal yang mempengaruhi waktu sterilisasi menggunakan autoklaf:
1. Tujuan penggunakan autoklaf untuk sterilisasi atau dekontaminasi
2. Pesyaratan manufakturing pada peralatan, defia atau bahan yang akan disterilisasi
menggunakan autoklaf
3. Bentuk bahan yang disterilisasi (padatan atau cairan)
4. Volume cairan yang disterilisasi
5. Bentuk dan ukuran peralatan atau bahan yang disterilisiasi
6. Konduktor termal (panas) yang terdapat pada bahan atau alat
7. Viskositas dari cairan
8. Densitas dari cairan
9. Posisi kontak antara bahan atau peralatan yang disterilisasi dengan autoklaf
Cara penggunaan autoklaf adalah:
1. Lakukan pengecekan jumlah air yang dimasukkan kedalam autoklaf sehingga
memenuhi jumlah air yang telah dietntukan (dapat dilihat melaui tanda batas pada
bagian dalam autoklaf). Air yang digunakan merupakan air hasil destilasi, untuk
menghindari terbentuknya kerak dan karat yang dapat merusak autoklaf.
2. Peralatan dan bahan yang akan disterilisasi dimasukkan terlebih dahulu dibungkus
menggunakan kertas perkamen atau bahan yang dapat ditembus uap, dan kemudian
dimasukkan ke dalam autoklaf menggunakan keranjang sebagai wadah.
3. Autoklaf ditutup dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
4. Menyalakan autoklaf, dilakukan pengaturan waktu disesuai dengan alat dan bahan
yang disterilisasi.
5. Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan
terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan)
dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak tekanan mencapai 2
atm.

Aplikasi penggunaan autoklaf:


Sterilisasi panas basah ini terbukti mampu menghilangkan residu antibiotik
pada susu sapi, terutama pada residu antibiotik streptomisin dan antibiotik tetrasiklin.
Hal ini efektif karena pada sterilisasi panas basah menggunakan tekanan 1 atm kedap
udara, sehingga terjadi koagulasi protein bakteri (Menurut Harlia, dkk. 2011).
Sterilisasi panas basah dapat juga sering digunakan untuk mensterilkan media
pertumbuhan atau kultur bakteri sebelum digunakan untuk pengujian mikrobiologi
(Iman,dkk. 2014).
Perawatan Alat

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Agar Aman Dalam Penggunaan


Autoclave merupakan instrumen penting untuk mencegah infeksi berbahaya bahan. Hal ini
baik menguntungkan dan juga berbahaya jika pengguna tidak tahu bagaimana mencegah
kerusakan yang mungkin terjadi. Instrumen ini dapat menyebabkan luka bakar yang serius
karena uap panas tidak ditoleransi oleh tubuh manusia. Untuk mencegah cedera yang dapat
disebabkan oleh autoklaf Anda harus mengikuti langkah-langkah..
1. Bersihkan autoklaf dan pastikan bahwa tidak ada item bentuk aktivitas sebelumnnya
yang tertinggal di dalam.
2. Sebelum mengaktifkan mesin, anda harus membersihkan saringan.
3. Aktifkan mesin seperti instruksi dari pabriknya karena autoclave berbeda biasanya
memiliki prosedur aktivasi yang berbeda..
4. Glassware harus ditempatkan pada plastik atau rak untuk mencegah kontak langsung
dengan bagian bawah mesin. Pastikan bahwa plastik yang digunakan tahan panas.
5. Sepenuhnya menutup tutup autoklaf ketika Anda siap untuk menjalankan mesin.
6. Kendurkan sekrup cairan sebelum Anda memulai proses autoklaf.
7. Pakailah pelindung tangan, mata dan wajah.
8. Periksa status autoklaf sebelum membukanya. Pastikan bahwa autoklaf telah
dimatikan.
9. Jangan berdiri di depan tutup autoklaf saat Anda membukanya.
10. Perlahan-lahan membuka tutup karena mungkin uap keluar dan melukai Anda.
11. Tunggu beberapa menit sebelum mengeluarkan cairan.
12. Membersihkan tumpahan segera.
13. Jangan memasukkan ke dalam autoclave bahan korosif, mudah menguap dan
radioaktif
14. Jika proses autoclave gagal Anda harus menghentikan proses segera. Berikan waspada
terhadap orang lain untuk tidak menggunakan autoclave. Hubungi perusahaan jasa
untuk pemeriksaan mekanik mesin. Hal ini harus dilakukan untuk mencegah bahaya
yang mungkin terjadi ketika yang lain menggunakan mesin autoclave sama.
15. Dapatkan perawatan medis jika ada yang terluka. Jika hanya sedikit terbakar, Anda
bisa mendapatkan kit medis dan melakukan prosedur pertolongan pertama. Tapi jika
keadaan terbakar lebih parah, harus segera menghubungi rumah sakit.
Cara Perawatan
1. Pastikan listrik selalu stabil.
2. Gunakan Selalu minimal Aquadest
3. Selalu kuras air pada chamber autoclave, Apabila autoklaf telah selesai digunakan,
maka air aquadest yang ada di dalam autoklaf sebaiknya dibersihkan atau dikuras
bagian dalamnya menggunakan lap kering. (max 5 x Operasional)
4. Pastikan air dalam chamber selalu cukup.
5. Selalu Kalibrasi Autoclave, (Setahun sekali).
6. Simpan autoklaf pada tempat yang kering dan bersih.

Cara Kalibrasi Autoklaf


1. Heat distribution test menggunakan autotape indikator
Jika melakukan sterilisasi dengan banyak bahan sampai panci penuh, maka
menggunakan autotape indikator pada bagian bawah, tengah dan atas. Dengan
menempatkan beberapa sensor suhu kalibrator pada sejumlah titik di dalam autoclave
yang telah ditentukan berdasarkan dimensi autoclave, dikondisikan dengan suhu dan
waktu yang ditentukan dan dipantau menggunakan validator.
2. Heat penetration test
Proses sama dengan uji pemerataan tetapi ditambahkan material yang disterilkan dan
dibuktikan dengan menggunakan bioindikator. Perubahan yang bisa terlihat sesudah
proses sterilisasi, pada kontrol positif akan menunjukkan warna kuning keruh.
Menggunakan BIOINDIKATOR
 Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan
mikroba penguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus
stearothermophillus.
 Bio Indikator berbentuk ampul yang mengandung nutrient broth, gula, indikator
pH dan spora organisme apatogenik Geobacillus Stearothermophilus ATCC 7953
(sporulasi telah dioptimalkan). Resistensi thermalnya adalah spora tersebut
semuanya mati apabila dipanaskan dalam uap yang dimampatkan suhu 1210C, 1
atm selama 15 menit. Pada suhu yang lebih rendah atau pada waktu yang lebih
pendek, spora-spora itu masih dapat bertahan hidup, setidaknya sebagian.
 Ampul ampul tersebut ditempatkan di dalam autoclave
 Keberhasilan proses sterilisasi diperiksa dengan menginkubasi ampul ampul yang
telah di autoclave tersebut. Tidak adanya pertumbuhan G. Strearothermophilus
menunjukkan proses sterilisasi yang memadai. Sebaliknya , adanya pertumbuhan
menunjukkan sterilisai yang kurang memadai.

Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan :
• Waktu yang dibutuhkan untuk proses sterilisasi lebih singkat karena ada bantuan
panas dan uap, sehingga panas cepat tercapai/transfer panas cepat
• Lebih efektif daripada panas kering yang menggunakan oven
• Dapat digunakan untuk sterilisasi hampir semua alat, termasuk alat ukur, serta dapat
digunakann untuk sterilisasi sediaan cair (injeksi, tetes mata, dan lain-lain)
• Tidak toksik/meninggalkan kontaminan
• Efektif untuk sebagian besar mikroorganisme serta dapat membunuh spora.
• Tidak menyebabkan kekeringan atau gosong untuk media cair atau gel
• Cocok untuk sediaan yang tidak tahan pemanasan
Kekurangan :
• Tidak cocok untuk sediaan serbuk atau minyak
• Terdapat tetesan uap air pada alat dan bahan yang disterilkan
• Sangat bergantung pada adanya kelembapan dan temperatur yang ditingkatkan
• Uap air yang menetes dapat merusak media-media tertentu
• Membutuhkan sumber panas yang terus menerus
• Membutuhkan ketaatan waktu, suhu dan tekanan secara teliti. Tekanan harus
diperhatikan secata teliti agar tidak “over pressure” sehingga tidak meledak
• Bahan atau alat harus dibungkus dengan kertas agar tidak basah, karena kertas yang
digunakan akan cepat mongering pada suhu kamar.
• Tidak dapat mensterilkan bahan yang harus selalu kering, dimana mikrobia yang ada
didalamnya tidak dapat ditembus oleh uap dan tetap bertahan hidup
Bahan hasil sterilisasi harus dikeringkan lagi sebelum digunakan agar tidak basah dan mudah
terkontaminasi.
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril dimana
suatu produk dikatakan steril apabila tidak ada mikroorganisme yang terdeteksi
pada uji sterilitas.
2. Proses sterilisasi termal meggunakan uap jenuh di bawah tekanan berlangsung di
suatu bejana yang disebut autoclave.
3. Ada tiga jenis autoclave berdasarkan perbedaan pada bagaimana udara dihilangkan
dari dalam autoclave selama proses sterilisasi, diantaranya Gravity Displacement
Autoclave, Prevacuum atau High Vacuum Autoclave, Steam-Flush Pressure-Pulse
Autoclave.
4. Prinsip kerja autoklaf adalah penggunaan uap air jenuh pada tekanan di atas
tekanan atmosfer dan digunakan untuk memanaskan isi autoklaf.
5. Autoklaf banyak dipilih karena penggunaannya yang mudah dan paling efektif
untuk sterilisasi dibanding metode yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Dwi Suryanto, dkk. Department Of Biology, Faculty Of Mathematics And Natural
Sciences-North Sumatra University
Entjang,Indan. 2003 . Mikrobiologi dan Parasitologi untuk akademi keperawatan dan
sekolah tenaga kesehatan yang sederajat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti .
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi. Bandung : Yrama Widya..
Lachman, L. 2008. Teori dan Praktik Farmasi Industri 3. Jakarta : UI-Press.
Stefanus, L. 2006. Formulasi Steril. Indonesia: ANDI
Tietjen, Linda. Debora Bossemeyer. Noel Mc Intosh. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi
Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Anda mungkin juga menyukai