Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM ALAT LISTRIK

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


LAPORAN OBSERVASI
Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Teknik Laboratorium yang diampu oleh
Dr. Bambang Supriatno, M.Si.
Dr. Didik Priyandoko, M.Si.
Dr. H. Riandi, M.Si.
Tri Suwardi, S.Pd., M.Sc

oleh :
Kelompok 6
Biologi C 2018

Nindia Salsabila Mia Dewi (1801152)


Shafira Amalia Sukmawati (1808080)
Ulaya Hanifah (1800199)
Wahyuni Binti H.Sultan (1805831)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
A. Judul
Praktikum Alat Listrik
B. Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja autoklaf.
2. Memahami cara penggunaan autoklaf.
C. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Selasa , 7 Mei 2019
Waktu : 09.30-12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA A
D. Landasan Teori

Menurut Schlegel (1994), sterilisasi adalah pembebasan suatu bahan dari


mikroorganisme hidup atau stadium istirahatnya. Sel –sel vegetatif bakteri dan fungi sudah
dapat dimatikan pada suhu 60°C dalam waktu 5 – 10 menit. Namun spora fungi baru mati
pada suhu di atas 80°C dan spora bakteri baru mati di atas suhu 120°C selama 15 menit.
Sterilisasi atau pasteurisasi di capai dengan pemanasan lembab, pemanasan kering, filtrasi,
penyinaran, atau bahan kimia. Semakin tinggi kontaminasi mikroorganisme jumlah spora
semakin banyak yang termos resisten sehingga di perlukan waktu pemanasan yang lebih
lama.
Definisi mengenai sterilasasi menurut Purnawijayanti (2001), sterilisasi merupakan
suatu proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan atau menghilangkan semua
mikroorganisme yang ada pada bahan dan alat. Proses sterilisasi biasanya dikombinasi
dengan menggunakan pengemasan hermetis yaitu pengemasan yang sangat rapat.
Pengemasan hermetis dilakukan sehingga tidak mampu ditembus oleh mikroorganisme,
air, atau udara. Pengemasan hermetis ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi ulang.
Menurut Machmud (2008) ada tiga macam sterilisasi, yaitu secara mekanik, fisik, dan
kimiawi
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut.
Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim
dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh
alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering
cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih
tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain
alkohol.
Menurut (Schmdit, 1994), sterilisasi cara panas basah (pemanasan dalam autoklaf)
hanya cocok untuk bahan yang dapat dibasahi air dan formulasi yang mengandung air.
Suhu dan tekanan harus digunakan untuk memantau proses. Pencatat suhu biasanya harus
tersendiri terhadap pengontrolnya, dan harus ada indikator suhu yang tersendiri, catatan
suhu yang harus diperiksa secara rutin terhadap pencatat grafik selama periode sterilisasi.
Untuk sterilisator yang memiliki saluran pembuangan di bagian bawah ruangannya, perlu
juga dicatat suhu pada posisi tersebut selama periode sterilisasi. Uji kebocoran harus
dilakukan secara berkala pada ruangan tersebut ketika fase penghilangan udara merupakan
bagian daris siklus.
Menurut Esmiyati, dkk (2012), autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan
untuk sterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi. Menurut
Menurut Volk dan Wheeler (1993), autoklaf adalah alat yang digunakan untuk
mensterilkan alat dan bahan dengan dilengkapi pengaturan suhu dan waktu. Agen sterilisasi
yang efisien dalam penggunaan autoklaf yaitu uap di bawah tekanan dan agen tersebut
merupakan cara utama yang digunakan untuk mensterilkan pembalut peralatan, media, dan
barang – barang yang akan terkontaminasi untuk pembedahan. Suhu sterilisasi bergantung
pada suhu uap dan tekanan uap yang digunakan biasanya adalah 100°C dan membutuhkan
waktu yang sangat lama. Namun, terlebih lagi mengenai pemanfaatan uap sangat lama
karena di batasi dengan bejana yang tertutup sehingga memanfaatkan tekanan supaya
tekanannya naik sebanding dengan suhu uap yang naik. Pada tekanan 15 pon setiap inci
persegi (1,05 kg/cm2) dan suhu uap dapat mencapai 121°C, ukuran ini adalah suhu yang
paling umum dipakai untuk sterilisasi.
Menurut Adji, dkk (2007), autoklaf merupakan suatu bejana yang dapat di tutup, yang
diisi dengan uap panas dengan tekanan tinggi. Alat tersebut merupakan ruang uap
berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh bebas udara dan di pertahankan pada suhu
serta tekanan yang di tentukan selama peiode waktu yang dikehendaki. Waktu yang
diperlukan untuk sterilisasi tergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe wadah, dan
volume bahan. Kondisi yang baik digunakan untuk sterilisasi adalah pada 15 psi dan
temperature 121°C selama 15 menit. Agar penggunaan autoklaf efektif, uap air harus dapat
menembus setiap alat yang disterilkan. Oleh karena itu, autoklaf tidak boleh terlalu penuh
agar uap air benar – benar menembus semua area.
Autoklaf yang dapat digunakan untuk sterilisasi ada bermacam-macam, mulai dari
yang sederhana sampai digital (terprogram). Autoklaf yang sederhana menggunakan
sumber uap dari pemanasan air yang ditambahkan ke dalam autoklaf. Pemanasan air dapat
menggunakan kompor atau api Bunsen. Pada autoklaf sederhana ini, tekanan dan
temperatur diatur dengan jumlah panas dari api. Kelemahan autoklaf ini adalah bahwa perlu
penjagaan dan pengaturan panas secara manual, selama masa sterilisasi dilakukan.
Keuntungan autoklaf ini adalah sederhana, harga relatif murah, tidak tergantung dari aliran
listrik yang sering merupakan problema pada negara-negara yang sedang berkembang,
serta lebih cepat dari autoklaf listrik yang seukuran dan setaraf (Dwijosaputro, 2009)

Autoklaf yang bertipe yang lebih canggih menggunakan sumber energi dari listrik.
Alatnya dilengkapi dengan timer dan thermostat. Bila pengatur automatis ini berjalan
dengan baik, maka autoklaf dapat dijalankan sambil mengerjakan pekerjaan lain.
Kelemahan dari autoklaf ini adalah bila salah satu pengatur tidak bekerja, maka pekerjaan
persiapan media menjadi sia-sia dan kemungkinan menyebabkan kerusakkan total pada
autoklaf (Mulyaningsih dan Alluh , 2009).

Keunggulan autoklaf adalah dapat mensterilkan alat dan bahan hingga tidak ada
oraganisme yang hidup lagi. Autoklaf memerlukan waktu yang singkat untuk sterilisasi.
Autoklaf mengggunakan suhu dan tekanan tinggi sehingga memberikan kekuatran yang
lebih besar untuk membunuh sel dibandingkan dengan udara panas biasa. Autoklaf
memiliki kelebihan yaitu alat perebus yang bertekanan tinggi ( Permatasari dkk., 2013).
Kekurangan autoklaf adalah harus menggunakan air mendidih karena uapnya
memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Autoklaf
membutuhkan sumber panas yang terus menerus. Autoklaf membutuhkan peralatan yang
butuh perawatan terus menerus (Fardias, 1992).
Ada tiga jenis autoclave yang diklasifikasikan berdasarkan pada perbedaan dalam
proses menghilangkan udara dalam autoclave selama proses sterilisasi.
1. Gravity Displacement Autoclave
Jenis autoclave yang satu ini merupakan standar dan paling umum dari mesin autoclave.
Jenis autoclave yang dapat bekerja pada cakupan suhu antara 121-134 °C dan waktu 10-30
menit ini, melakukan pemindahan udara dalam ruang autoclave didasarkan pada gravitasi.
Prinsip dasarnya, jenis autoclave ini adalah memanfaatkan perbedaan massa jenis antara
uap dibandingkan dengan udara. Uap mengandung H2O dalam bentuk gas, sedangkan udara
terdiri dari berbagai kandungan material semisal CO2, H2O dan sebagainya.
Cara kerja jenis autoclave ini dimulai dengan memasukan uap melalui bagian atas
autoclave. Proses ini menyebabkan udara tertekan ke dasar. Setelah uap semakin banyak
dan menekan udara makin ke dasar, kemudian udara akan keluar melalui suatu saluran yang
ada dibagian bawah autoclave. Proses ini menyebabkan peningkatan suhu dan terjadilah
proses sterilisasi.
2. Prevacuum atau High Vacuum Autoclave
Autoclave jenis ini dilengkapi dengan sebuah pompa yang berfungsi untuk
mengevakuasi sebagian besar udara dari dalam autoclave. Proses pengeluaran udara yang
dimaksudkan untuk menciptakan keadaan vakum ini berlangsung selama 8-10 menit.
Setelah kondisi vakum didapatkan, maka uap mulai diinfiltrasi ke dalam autoclave.
Kevakuman udara dan pengisian uap akan langsung bersentuhan dengan seluruh
permukaan benda yang ada dalam autoclave yang akan menyebabkan terjadinya
peningkatan suhu dan terjadinya proses sterilisasi. Berbeda dengan jenis autoclave
kebanyakan, pada Prevacuum atau High Vacuum Autoclave bekerja pada suhu 132-135 °C
dengan rentang waktu 3-4 menit.
3. Steam-Flush Pressure-Pulse Autoclave
Pada prinsipnya, jenis autoclave ini menggunakan uap dan dorongan tekanan di atas
tekanan atmosfer dengan rangkaian yang berulang. Waktu yang dibutuhkan dalam proses
sterilisasi dengan autoclave ini bergantung pada jenis benda yang akan disterilkan.

E. Alat dan Bahan


Tabel E.1 Alat yang digunakan pada saat observasi Alat listrik
No. Nama alat Jumlah
1. Buku catatan 1 buah
2. Alat tulis 1 set
3. Handphone 2 buah
4. Laptop 1 buah
5. Autoclaf 1 buah
F. Langkah Kerja

Alat listrik dipelajari dan


Jas Laboratorium dipakai Hasil praktikum dicatat
di praktikan

Alat listrik Laporan hasil


didokumentasikan pengamatan disusun

Diagram F.1 Langkah Kerja Praktikum Alat listrik

G. Hasil Pengamatan

Bagian-Bagian Autoclave dan Fungsinya


1. Tombol pengatur waktu (timer)
Autoclave tertentu dilengkapi dengan timer yang berfungsi untuk mengatur waktu
lama atau sebentarnya proses sterilisasi, sesuai dengan kebutuhan/penggunaan yang
dibutuhkan. Berbeda dengan autoclave sederhana yang masih menggunakan bantuan
pemanasan air dengan kompor bukan listrik. Autoclave sederhana tersebut tidak
dilengkapi dengan timer.
2. Katup uap
Meskipun termasuk bagian kecil dari keseluruhan bagian autoclave, namun
katup uap merupakan salah satu komponen yang penting dan berfungsi sebagai tempat
keluarnya uap air.
3. Pengukur tekanan
Jika ingin mengetahui nilai tekanan uap yang berada dalam autoclave, Anda dapat
melihat pada bagian ini. Pengukur tekanan berfungsi untuk mengetahui besar tekanan
uap yang ada dalam autoclave saat proses sterilisasi tengah berlangsung.
4. Katup pengamanan
Katup pengaman berfungsi sebagai penahan atau pengunci penutup autoclave.
5. Tombol on/off
Jika Anda menggunakan autoclave yang menggunakan sumber energi listrik, maka
keberadaan tombol ini sangat berandil besar. Karena tombol ini berfungsi untuk
menghidupkan atau mematikan mesin autoclave.
6. Termometer
Biasanya, pada proses sterilisasi membutuhkan suhu yang berbeda bergantung pada
bahan atau alat yang Anda sterilkan. Termometer merupakan komponen yang berfungsi
untuk mengetahui dan mengamati suhu yang dibutuhkan. Apakah sudah sesuai dengan
suhu yang Anda butuhkan atau belum.
7. Lempeng sumber panas
Bagian ini adalah komponen yang akan membantu perubahan energi listrik menjadi
energi kalor. Lempeng sumber panas atau heater ini terbuat dari kumparan/lilitan kawat
tembaga yang jika dialiri arus listrik akan menghasilkan energi panas.
8. Skrup pengamanan
Skrup pengaman sangat dibutuhkan untuk menjaga besaran dan tekanan uap yang
ada dalam autoclave. Pastikan skrup pengaman ini terpasang dengan baik dan rapat.
9. Angsa
Pada autoclave yang menggunakan energi listrik, Anda akan menemukan angsa
yang berfungsi sebagai batas penambahan air. Sedangkan pada autoclave yang
menggunakan energi panas dari kompor atau pemanas konvensional lainnya, Anda
akan menemukan almunium container yang berfungsi untuk meletakan berbagai bahan
atau alat yang hendak Anda sterilisasikan.
H. Pembahasan
Cara sterilisasi menggunakan Autoclave
1. Periksa air yang tertampung dalam autoclave sebelum dioperasikan, jika kurang
hendaknya ditambah agar tidak terjadi karat pada alat yang disterilkan.
2. Masukkan alat yang akan disterilkan. Alat-alat seperti botol, tutupnya harus
dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan kencang agar uap tak mudah keluar.
4. Nyalakan autoclave
5. Atur timer minimal 15 menit di suhu 121 derajat celcius
6. Biarkan hingga mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen dan
terdesak keluar. Kemudian kencangkan klep pengaman hingga proses selesai.
Sekitar 15 menit akan dimulai, yaitu tatkal atekanan sudah mencapai 2 atm.
7. Jika alarm sudah berbunyi, berarti proses sterilisasi sudah selesai. Biarkan
hingga tekanan mulai turun dan udaranya stabil. Buka klep pengaman,
keluarkan isinya dengan hati-hati. Selesai.

Standar Operasional Prosedur Pengoperasian Autoklaf

Tujuan dari dokumen ini yaitu menyediakan SOP untuk keamanan penggunaan
autoklaf. Sterilisasi dengan autoklaf merupakan proses membunuh mikroorganisme dan
kontaminasi pada alat yang akan digunakan pada Biosafety Cabinet level 1,2, dan 3 serta
limbah biohazard.

 Bahaya

Autoklaf menggunakan tekanan dan suhu tinggi untuk sterilisasi. Resiko keselamatan
yang berpotensi terjadi antara lain.

1. Terpaparnya panas hingga terbakarnya kulit akibat dari material panas serta
dinding dan pintu autoklaf.
2. Uap panas dari dalam autoklaf dan matrial yang disterilisasi dapat menghasilkan
uap panas.
3. Cairan yang mendidih dan tumpah di dalam autoklaf.
4. Tangan dan lengan dapat terluka bakar terkena uap dari dalam autoklaf atau
panas dari dinding dan pintu autoklaf.
5. Tubuh terluka jika terjadi ledakan autoklaf.
 Keamanan
Untuk menjamin kesehatan dan keamanan pengguna autoklaf, penting bagi
setiap departemen untuk memelihara autoklaf dan melatih para pengguna dalam
penggunaan autoklaf yang tepat.
1. Nama orang yang bertanggung jawab harus dipasang dekat autoklaf. SOP harus
terpasang dan terlihat ketika seseorang menggunakan autoklaf.
2. Pengawas laboratorium harus memastikan pengguna autoklaf telah dilatih
sebelum menggunakan autoklaf.
3. Prosedur dan instruksi dokumen dari pabrikan harus diikuti.
4. Autoklaf harus diinspeksi setidaknya setahun sekali. Inspeksi secara visual
harus dilakukan sebulan sekali oleh penanggung jawab autoklaf. Inspeksi,
servis, dan perbaikan harus dicatat untuk keperluan pemeliharaan alat.
5. Spora strip mungkin perlu digunakan untuk menguji dan memvalidasi
keefektivan autoklaf.
 Alat Proteksi Diri
Alat untuk menjaga tuduh dari air mendidih dan panas yang membakar kulit saat
penggunaan autoklaf antara lain :
1. Sarung tangan anti panas yang dapat menutupi hingga ke lengan.
2. Jas laboratorium.
3. Pelindung mata.
4. Sepatu tertutup.
I. Kesimpulan

Prinsip kerja autoklaf adalah sterilisasi panas basah dengan penggunaan uap air jenuh
pada tekanan diatas tekanan atmosfer dan digunakan untuk memanaskan isi autoklaf.

Cara penggunaan autoklaf yaitu nyalakan tombol on/off dan buka autoklaf. Cek
exhauge bottle untuk memastikan air harus ditanda batas sehingga tidak terjadi peluapan
karena kelebihan air dan mesin tidak akan rusak. Masukkan aquades secara perlahan pada
autoklaf dengan cara melewati dinding-dindingnya untuk menghindari kerusakan pada
autoklaf. Masukkan alat dan bahan yang akan disterilisasi yang telah dibungkus dengan
kertas payung yang telah diletakkan di dalam keranjang kemudian ditutup. pastikan
autoklaf telah terkunci dan periksa katup buangan agar tidak ada udara yang keluar. Pilih
mode pada autoklaf. Atur suhu dan tekanan pada autoklaf kemudian klik start. Tunggu
hingga proses sterilisasi selesai dan suhu pada autoklaf turun menjadi 97°C. Keluarkan alat
dan bahan dari autoklaf, tunggu hingga suhu autoklaf menjadi 50°C dan matikan autoklaf.
Daftar Pustaka

Adji, D., Larashanty, H., dan Zuliyanti. 2007. Perbandingan Efektivitas Sterilisasi Alkohol
70%, Inframerah, Autoklaf, dan Ozon terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus
subtilis. Jurnal Sain Ver. 25(1) : Hal 18 – 26.
Batavialab. (2016). Standar Oprasional Prosedur. Artikel, Tersedia [Online] :
http://batavialab.com
Elsa. (2016). Bagian-Bagian Autoclave dan Fungsinya. Jurnal, Tersedia [Online] :
http://news.labsatu.com
Esmiyati., 2012. Pembudidayaan Bandeng Juwana Bebasis Kearifan Lokal sebagai Muatan
Lokal untuk Menumbuhkan Sikap Konservasi Siswa. Jurnal Sains Universitas
Negeri Semarang. 1(1) : Hal 21 – 25.
Fardias, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.
Mulyaningsih, T.dan Aluh, N. 2009.Sterilisasi Alat Media, ANDI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai