Anda di halaman 1dari 7

PERCOBAAN I

PENGENALAN ALAT-ALAT DAN PENGGUNAANNYA

A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui alat beserta kegunaannya untuk kepentingan
diagnostik dalam bidang mikrobiologi
B. Dasar teori
Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf, menggunakan air kemudian
dipanaskan dalam tempat tertutup. Pada proses pemanasan menghasilkan uap
jenuh bertekanan dengan temperatur diatas 100 derajat celcius. Sebagian besar
mikroorganisme tergolong bakteri, terbunuh dalam autoclave selama
pemanasan selama 20 menit, suhu 120 derajat celsius dengan tekanan tertentu
(Erna, 2015: 2-3).
Mikrobiologi mempelajari mengenai organisme hidup yang berukuran
mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme:
bakteri, protozoa, virus, serta algae dan cendawan mikroskopis. Sterilisasi
adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan dari segala bentuk
kontaminasi dari mikroba. Proses sterilisasi alat dan medium dalam kegiatan
praktikum atau penanganan sampel mikroba sangat dibutuhkan sterilisasi.
Apabila teknik sterilisasi tidak diterapkan maka hasil yang dicapai tidak
maksimal dan menimbulkan berbagai kontaminasi baik dari alat maupun
media tumbuh mikroba (Boleng, 2015: 67-68).
Menurut Irianto (2006: 85-88), sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu sterilisasi pemanasan basah dengan menggunakan uap atau air panas,
sterilisasi kering dalam tanur dan pembakaran total (incineration). Berdasarkan
pada ketiga cara tersebut, sterilisasi dapat dibagi dalam :
1. Sterilisasi kering
Sterilisasi kering dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Pemijaran
Pemijaran diterapkan pada ose ujung-ujung pinset, dan sudip
(spatula) logam.
b. Jilatan api (flaming)
Jilatan api diterapkan terhadap skapel, jarum, mulut tabung
biakan, kaca objek, dan kaca penutup. Benda-benda ini dijilatkan pada
api Bunsen tanpa membiarkannya memijar. Dapat juga dilakukan dengan
mencelupkannya kedalam spritus bakar.
c. Tanur uap panas (Hot-Air Oven)
Sebagian besar sterilisasi kering dilakukan dengan alat ini.
Biasanya digunakan suhu 160-165˚C selama 1 jam. Cara ini baik
dilakukan terhadap alat-alat kering terbuat dari kaca, seperti tabung
reaksi, cawan petri, labu, pipet, pinset skapel, gunting, kapas hapus
tenggorok, dan alat suntik dari kaca.
2. Sterilisasi basah
Sterilisasi basah dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Penggodongan dalam air
Cara ini hanya cukup untuk mematikan mikroorganisme yang
tidak berspora. Memang ada spora yang tidak tahan penggodongan, tetapi
endospora dari family Bacillacea ada yang tahan penggodongan selama
1-3 jam. Untuk keperluan desinfektan dalam rumah tangga (bukan
sterilisasi) penggodongan selama 5 menit biasanya cukup, asal dijaga
bahwa air panas itu benar-benar berkontak secara langsung dengan
mikroorganisme tersebut bukan hanya bagian luarnya atau bungkusnya
saja.
b. Uap mengalir
Uap mengalir bebas digunakan dalam tempat yang tidak tertutup
rapat dapat menahan uap tanpa tekanan. Air mendidih dan uap bebas
tidak pernah mencapai suhu lebih 100˚C. Uap bebas ini kadang-kadang
digunakan untuk melakukan sterilisasi bertingkat atau tindalisasi. Cara
ini menghasilkan keadaan steril yang tidak dapat dicapai oleh
penggodongan 1 jam, karena spora yang resisten dengan penggodongan
ini tetap berada dalam keadaan non-aktif.
c. Uap dalam tekanan
Pensterilan dengan uap dalam tekanan dilakukan dalam autoklaf.
Dalam autoklaf ini uap berada dalam keadaan jenuh, dan peningkatan
tekanan mengakibatkan suhu yang tercapai menjadi lebih tinggi, yaitu
dibawah tekanan 15 ib (2 atmosfer). Suhu dapat meningkat sampai
121˚C.
3. Pengujian sterilisasi
Pengujian ini penting untuk mengetahui apakah pada sterilisasi spora
yang paling resisten terhadap panas telah dimusnahkan. Untuk keperluan ini
biasanya digunakan dua macam cara, yaitu sebagai berikut, menggunakan
potongan kertas atau kasa yang diberi zat warna yang termolabil, diletakkan
antara benda-benda yang hendak disterilkan. Warna itu akan berubah
mengambil warna khusus bila isi sterilisator itu telah mencapai suhu
sterilisasi selama waktu yang cukup lama.
Menggunakan potongan kertas saring yang telah diserapkan spora Bacillus
subtilus yang resisten terhadap panas. Kepingan itu dimasukkan dalam amplop
steril, kemudian diletakkan dalam alat sterilisasi. Potongan kertas saring itu
kemudian dipindahkan ke dalam tabung medium pembibitan dan dieramkan. Bila
terjadi pertumbuhan dalam tabung medium pembiakan dalam waktu 7 hari, maka
hal ini menunjukkan bahwa proses sterilisasi itu tidak cukup untuk mematikan
spora. Panas ini mendenaturasikan atau mengkondensasi atau mengkoagulasikan
protein pada organisme hidup dengan demikian mematikan. Maka sterilisasi basah
dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air
(minyak misalnya, tidak dapat ditembus uap air) dan tidak rusak bila dipanaskan
dengan suhu yang berkisaran antara 110˚C dan 121˚C. (Hadieotomo, 1993: 55-
56).
Sterilisasi dalam mikrobiologis berarti membebaskan tiap benda atau
substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi
dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan
setempat (in situ) oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehyde, etilenoksida
atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia oleh sinar lembayung
ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik
oleh sentrifugasi kecepatan tinggi oleh filtrasi (Irianto, 2006: 75).
Desinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat
menyebabkan infeksi. Meskipun dengan melakukan desinfeksi dapat tercapai
keadaan steril, namun tidak seharusya terkandung arti sterilisasi. Desinfeksi
biasanya dilaksanakan dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fenol,
formaldehyde, klor, iodium atau sublimat. Pada susu, desinfeksi (bukan sterilisasi)
dilakukan dengan pasteurisasi (Irianto, 2006: 75).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan didalam outoklaf (pada hakikatnya
autoklaf adalah pressure cooker berukuran besar) atau sterilisator uap yang mudah
diangkat (portable) dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu
121˚C selama 15 menit karena naiknya titik didih air menjadi 121˚C itu
disebabkan oleh tekanan atmosfer (atm) pada ketinggian permukaan laut, maka
daur sterilisasi tersebut sering kali juga dinyatakan sebagai 1 atm selama 15 menit
(Hadioetomo, 1993: 55).
Panas lembap sangat efektif meskipun pada suhu yang tidak terlalu tinggi,
karena ketia uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan, dilepaskan
panas sebanyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 121°C. Panas ini
mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pad organisme hidup dan degan
demikian mematikannya. Maka sterilisasi basah dapat digunakan untuk
mensterilkan bahan apa saja yang bisa ditembus uap air (minyak misalnya, tidak
dapat ditembus uap air) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang
berkisar antara 110°C dan 121°C (Hadioetomo, 1993: 55-56).
Sebelum melakukan praktikum mengenai peralatan yang ingin kita gunakan
harus disterilkan dahulu. Sterilisasi yaitu proses membunuh segala bentuk
mikroorganisme yang ada dalam sampel (Pali, 2015: 1)
Bahan atau peralatan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi harus
dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak di
harapkan kehadirannya, baik yang menganggu kehidupan dan proses yang
dikerjakan (Pali, 2015: 1).
Hal yang perlu diperhatikan saat pengisian bahan/alat yang ingin disterilkan
adalah material tersebut dikemas cukup longgar di dalam sebuah wadah
(chamber) untuk mempermudah penetrasi uap panas dan menghilangkan udara
setelah proses sterilisasi selesai (Andriani, 2016: 2).
Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan alat-alat dari mikroba yang
tidak diinginkan. Sterilisasi yaitu proses membunuh segala bentuk kehidupan
mikroorganisme yang ada dalam sampel/contoh, alat-alat atau lingkungan tertentu
Dalam bidang bakteriologi kata sterilisasi sering dipakai untuk menggambarkan
langkah yang diambil agar mencapai tujuan meniadakan atau membunuh semua bentuk
kehidupan mikroorganisme. Kenaikan tekanan uap ini akan menyebabkan air
mendidih di atas 100 derajat celsius. Apabila tekanan uap tidak diatur, maka akan
sampai bertambah tinggi. Cara pengaturan tekanan uap dalam alat ini adalah
dengan mengatur katub yang terdapat pada tutup autoklaf. Karena suhu akan naik
sesuai dengan tekanan uap yang dikehendaki katup akan membuka karena desakan uap.
Dengan demikan tekanan akan dapat dipertahankan sebab sebagian uap keluar. Untuk
memantau tekanan uap dan suhu, autoklaf dilengkapi denan manometer dan
thermometer (Ririn, 2009: 1)
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan
yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan.
Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan
suhu 121oC (250oF). prinsip kerja alat ini yaitu dengan menggunakan uap air
panas bertekanan untuk membunuh dan menghilangkan kotoran dan mikroba
yang terdapat pada alat atau bahan yang akan digunakan dalam praktikum atau
percobaan (Ririn, 2009: 3)

C. Alat dan bahan


1. Alat
a. Labu Erlenmeyer
b. Cawan Petri
c. Tabung Reaksi
d. Pipet Ukur
e. Ozon sterilizer
2. Bahan
a. Seluruh alat yang disterilisasi
b. Alumunium Foil
c. HVS
d. Lbel
D. Prosedur kerja
1. Alat yang akan disterilisasi diambil, kemudian dicuci dengan
menggunakan air bersih
2. Alat yang sudah dicuci dikeringkan menggunakan tissu hingga benar-
benar kering
3. Permukaan alat-alat atau bahan yang akan disterilisasi dibungkus
menggunakan alumunium foil dan HVS untuk meminimalisir adanya
spora bakteri kontaminan
4. Setelah itu, alat yang sudah dibungkus disterilisasi menggunakan ozon
sterilizer
5. Alat dan bahan yang tidak panas (<1800̊ C) ditempatkan pada rak pintu atas
dan yang tahan panas (<2500̊ C) pada rak pintu bawah
6. Pintu sterilizer dalam keaadaan tertutup sebelum dihubungkan ke stop
kontak
7. Ozon sterilizer dihubungkan dengan stop kontak pada sumber arus 220V
8. Alat Ozon sterilizer dihidupkan dengan cara menekan tombol “POWER”
9. Proses sterilisasi dapat dimulai dengan menekan tombol “DESINFECT”
10. Untuk mengaktifkan sterilisasi teknologi ozone pada rak pintu atas,

dengan menekan tombol (kiri disinfect) hingga lampu indicator

menyala kuning
11. Proses sterilisasi berjalan selama ± 10 menit setelah lampu indicator mati
(dilarang membuka pintu Ozon sterilizer) otomatis
12. Lampu indikator power di tunggu hingga menyala, lalu matikan dengan
menekan tombol power
13. Setelah membuka pintu Ozone sterilizer disarankan untuk menunggu ±20
menit, terhitung waktu setelah proses sterilisasi berakhir
DAFTAR PUSTAKA

Boleng, D. T. 2015. Bakteriologi Konsep-Konsep Dasar. Malang. Universitas


Muhammadiah Malang. Hal. 67-68, 70

Erna Pali. Dkk, 2015, Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar. Laboratorium


Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi, FMIPA Unmul. Samarinda. Hal.
1-5
Ririn Andriani , 2009, Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk
Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Fakultas
Farmasi Universitas Halu Oleo. Sulawesi Tenggara. Hal. 1-4

Anda mungkin juga menyukai