Anda di halaman 1dari 5

STERILISASI

Sterilisasi adalah proses untuk menjadikan alat-alat terbebas dari segala


bentuk kehidupan mikroorganisme dari luar. Sterilisasi ini bertujuan untuk
mematikan mikroorganisme yang tidak diinginkan agar tidak ikut tumbuh pada
alat yang disterilkan. Untuk mensterilkan alat dan bahan yang digunakan pada
laboratorium mikrobiologi terdiri dari dua teknik sterilisasi yaitu sterilisasi panas
kering dan sterilisasi tekanan uap air. alat yang menggunakan teknik sterilisasi
panas kering yaitu cawan petri yang dibungkus dengan kertas dan beaker glass
dengan suhu 160-170oC selama 1 jam pada oven, sedangkan alat yang
menggunakan teknik sterilisasi tekanan uap air yaitu pipet, erlenmeyer, tabung
reaksi, dan media dengan suhu 121oC selama 1 jam pada autoklaf (Michael et. al.,
2005).
Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan seluruh mikroorganisme
termasuk spora. Penguapan dengan tekanan, gas etilen oksida (ETO), dan bahan
kimia merupakan agen sterilisasi yang paling umum (Perry & Potter, 2005).
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu
penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila
panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas
lembab atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas
kering atau sterilisasi kering. Sedangkan sterilisasi kimiawi dapat dilakukan
dengan menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode didasdarkan pada sifat
bahan yang akan disterilkan (Hadioetomo, R. S., 1985).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan didalam autoklaf (pada hakikatnya,
autoklafg adalah pressure cooker berukuran besar) atau sterilisator uap yang
mudah diangkat atau (portabel) dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan
pada suhu 121oC selama 15 menit. Karena naiknya titik didih air menjadi 121 oC
itu disebabkan oleh tekanan 1 atmosfer (atm) pada ketinggian permukaan laut,
maka daur sterilisasi tersebut sering kali juga dinyatakan sebagai : 1 atm selama
15 menit. Namun perlu diingat bahwa pernyataan ini hanya berlaku pada tempat-

tempat yang tingginya sama dengan permukaan laut. Pada tempat-tempat yang
lebih tinggi diperlukan tekanan lebih besar untuk mencapai suhu 121 oC. Karena
itu daripada menyatakan besarnya tekanan, lebih baik menyatakan bahwa keadaan
steril dicapai dengan cara mempertahankan suhu 121oC selama 15 menit. Dapat
pula dipakai kombinasi suhu dan waktu yang lain yang memberikan hasil sama
(Hadioetomo, R. S., 1985).
Panas lembab sangat efektif meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi,
karena uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan, dilepaskan
panas sebanyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 121 oC. Panas ini
mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan
dengan demikian mematikannya. Maka sterilisasi basah dapat digunakan untuk
mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (minyak misalnya, tidak
dapat ditembus uap air) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang
berkisar antara 110oC dan 121oC (Hadioetomo, R. S., 1985).
Dibandingkan dengan panas lembab, panas kering kurang efisien dan
membutuhkan suhu lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk sterilisasi. Hal
ini disebabkan karena tanpa kelembaban tidak ada panas laten. Sebagai contoh,
albumin telur dengan kelembaban 50% menggumpal pada 56oC, sedangkan tanpa
kelembaban baru menggumpal pada suhu 160-175oC. Karena bentuk kehidupan
yang paling tahan panas, yaitu endospora bakteri, berperilaku seakan-akan tidak
mengandung kelembaban, maka panas kering harus mencapai suhu 160-175 oC
untuk dapat mematikannya. Hubungan antara suhu dan lamanya pemanasan yang
umum digunakan dalam sterilisasi dengan panas kering adapat dilihat pada yabel
1.2. pemanasan seperti ini menjamin bahwa suhu pada benda-benda yang
diapanskan dalam oven akan mencapai 160-175oC selama sekurang-kurangnya 10
menit (Hadioetomo, R. S., 1985).
Proses sterilisasi lain yang juga dilakukan pada suhu kamar ialah
penyaringan. Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua
organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori

yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan di
atasnya, sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril. Beberapa
contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini ialah serum, larutan
bikarbonat, enzim, toksin bakteri, media sintetik tertentu, dan antibiotik
(Hadioetomo, R. S., 1985).

DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, R. S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : PT.
Gramedia.
Michael, T. et al. 2005. Biology of Microorganism 10th ed. New York : Southern
Illinois University Carbolande.
Perry, A.G & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC.

TEKNIK ASEPTIS
Sebelum

mulai

membiakan

mikroba,

pertama-tama

kita

harus

mempertimbangkan bagaimana cara menghindari kontaminan. Mikroba terdapat


dimana-mana, tersebar di udara atau pada permukaan suatu benda, oleh karena itu
kita harus melakukan sterilisasi media segera setelah disiapkan, yang biasa
dilakukan dengan pemanasan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan
mikroba kontaminan. Maka semua bahan dan alat yang bersentuhan dengan suatu
biakan murni harus steril (Ratna Siri, 1985).
Teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi selama membuat
dan mensterilkan medium kultur disebut Teknik aseptik. Penguasaan teknik ini
diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut

merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi
pemula (Ratna Siri, 1985).

Gambar 1. Teknik aseptik pemindahan biakan mikroorganisme (Ratna Siri, 1985)


Kontaminan asal udara sering terdapat dalam medium, karena udara selalu
mengandung partikel debu tempat komunitas mikroba. Transfer aseptik suatu
biakan dari satu tabung medium ke tabung lainnya biasa dilakukan dengan
menggunakan jarum inokulasi atau ose yang disterilkan dengan cara membakar di
atas api. Biakan juga dapat dipindahkan dari permukaan lempeng agar, sebagai
tempat perkembangan koloni dimana sel mengalami pertumbuhan dan

pembelahan. Metode utama yang digunakan untuk memperoleh kultur murni dari
komunitas mikroba yang mengandung beberapa mikroba yang berbeda dilakukan
dengan memilih kolonikoloni yang terpisah dan menggoreskan pada lempeng agar
dengan metode gores, sehingga diperoleh koloni mikroba yang murni (Ratna Siri,
1985).
DAFTAR PUSTAKA
Ratna Siri, H. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta : PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai