tempat yang tingginya sama dengan permukaan laut. Pada tempat-tempat yang
lebih tinggi diperlukan tekanan lebih besar untuk mencapai suhu 121 oC. Karena
itu daripada menyatakan besarnya tekanan, lebih baik menyatakan bahwa keadaan
steril dicapai dengan cara mempertahankan suhu 121oC selama 15 menit. Dapat
pula dipakai kombinasi suhu dan waktu yang lain yang memberikan hasil sama
(Hadioetomo, R. S., 1985).
Panas lembab sangat efektif meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi,
karena uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan, dilepaskan
panas sebanyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 121 oC. Panas ini
mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan
dengan demikian mematikannya. Maka sterilisasi basah dapat digunakan untuk
mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (minyak misalnya, tidak
dapat ditembus uap air) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang
berkisar antara 110oC dan 121oC (Hadioetomo, R. S., 1985).
Dibandingkan dengan panas lembab, panas kering kurang efisien dan
membutuhkan suhu lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk sterilisasi. Hal
ini disebabkan karena tanpa kelembaban tidak ada panas laten. Sebagai contoh,
albumin telur dengan kelembaban 50% menggumpal pada 56oC, sedangkan tanpa
kelembaban baru menggumpal pada suhu 160-175oC. Karena bentuk kehidupan
yang paling tahan panas, yaitu endospora bakteri, berperilaku seakan-akan tidak
mengandung kelembaban, maka panas kering harus mencapai suhu 160-175 oC
untuk dapat mematikannya. Hubungan antara suhu dan lamanya pemanasan yang
umum digunakan dalam sterilisasi dengan panas kering adapat dilihat pada yabel
1.2. pemanasan seperti ini menjamin bahwa suhu pada benda-benda yang
diapanskan dalam oven akan mencapai 160-175oC selama sekurang-kurangnya 10
menit (Hadioetomo, R. S., 1985).
Proses sterilisasi lain yang juga dilakukan pada suhu kamar ialah
penyaringan. Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua
organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori
yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan di
atasnya, sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril. Beberapa
contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini ialah serum, larutan
bikarbonat, enzim, toksin bakteri, media sintetik tertentu, dan antibiotik
(Hadioetomo, R. S., 1985).
DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, R. S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : PT.
Gramedia.
Michael, T. et al. 2005. Biology of Microorganism 10th ed. New York : Southern
Illinois University Carbolande.
Perry, A.G & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC.
TEKNIK ASEPTIS
Sebelum
mulai
membiakan
mikroba,
pertama-tama
kita
harus
merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi
pemula (Ratna Siri, 1985).
pembelahan. Metode utama yang digunakan untuk memperoleh kultur murni dari
komunitas mikroba yang mengandung beberapa mikroba yang berbeda dilakukan
dengan memilih kolonikoloni yang terpisah dan menggoreskan pada lempeng agar
dengan metode gores, sehingga diperoleh koloni mikroba yang murni (Ratna Siri,
1985).
DAFTAR PUSTAKA
Ratna Siri, H. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta : PT Gramedia.