KELOMPOK 2
1. ANDRE SEFTRIANDI
2. CANDRIKA DELLA VABELLA
3. FIRDA AULIA
4. MIRAYANI
5. NABILA AZZAHWA
6. RESTI ANABILA PASMA
7. SALSABILA MAHARANI
8. SHINTIA AGUSTINE
KELAS : 1 B KEPERAWATAN
Beberapa alat dan produk kesehatan misalnya kateter, jarum suntik, sarung
tangan bedah dan hemodialiser pada penggunaannya berkontak langsung
dengan jaringan atau cairan tubuh. Oleh karena itu produk tersebut harus steril
atau bebas dari mikroorganisme hidup terutama yang bersifat potogen.
Sebagian besar produk alat kesehatan terutama terbuat dari bahan polimer
yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi, karena itu strelisasi yang
dapat digunakan adalah sterilisasi dingin menggunakan gas etilen oksida
(ETO) atau radiasi. Sterilisasi dengan gas ETO mempunyai beberapa
kelemahan misalnya bersifat toksik pada manusia, meninggalkan residu gas
yang bersifat karsinogenik pada produk, polusi terhadap lingkungan, dan
memerlukan karantina produk 7-14 hari. Dengan demikian radiasi pengion
merupakan pilihan yang tepat untuk sterilisasi dingin terhadap produk yang
tidak tahan panas seperti alat kedokteran dan tissue graft.
Macam-Macam Sterilisasi
Sterilisasi yang dapat digunakan :
• Metode Fisika
1. Pemanasan kering
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami
dehidrasi sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara
sehingga menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada benda/bahan yang
tidak mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak hangus atau tidak menguap
pada suhu tinggi. Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak
efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak, minyak
mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan
serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilkan
alat-alat gelas dan bedah. Contohnya alat ukur dan penutup karet atau plastik.
Selain itu bahan/alat harus dibungkus, disumbat atau ditaruh dalam wadah
tertututp untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.
Waktu dan suhu yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering
Aseptik medis adalah teknik atau prosedur yang dilakukan untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme disuatu objek, serta menurunkan kemungkinan penyebaran dari mikro organisme
tersebut.. Aseptik medis sangat penting untuk diterapkan saat merawat individu yang rentan
terhadap infeksi baik karena penyakitnya, pembedahan atau karena immonosupresi. Selama proses
keperawatan, perawat melakukan kontak dengan banyak pasien dirumah sakit, oleh karena itu
perawat harus menyadari dan mengetahui akan prinsip-prinsip aseptik medis sebagai upaya untuk
menghindari transfer kuman dari pasien ke perawat, dari perawat ke pasien, dari perawat ke
perawat lain atau petugas kesehatan lain, serta dari satu pasien ke pasien lainnya. Menurut Larson
dalam Dwi Handayani (2003), Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian di bilas dibawah air
mengalir. Oleh karena itu, mencuci tangan menjadi metode pencegahan dan pengendalian infeksi
yang paling penting.
Tujuan mencuci tangan adalah menurunkan Bioburden(jumlah mikroorgsnisme) pada
tangan dan untuk mencegah penyebaranya ke area yamg tidak terkontaminasi. Mencuci tangan
yang kurang tepat menempatkan baik pasien dan tenaga perawatan kesehatan pada resiko terhadap
infeksi atau penyakit. Tenaga perawatan kesehatan yang mencuci tangan kurang adekuat dapat
memindahkan organisme- organisme sepertistaphylococcus, escheria coli, pseudomonas dan
klebisellasecara langsung ke pada hospes yang rentan, yang menyebabkan infeksi nasokomial dan
endemik disemua jenis lingkungan pasien.
2. Aseptik Bedah
Aseptik bedah atau teknik steril termasuk prosedur yang
digunakan untuk membunuh mikroorganisme. Setelah objek
menjadi tidak steril maka objek tersebut telah terkontaminasi,
misalnya alat-alat perawatan luka yang telah dipakai atau
tersentuh objek yang tidak steril. Pada aseptik bedah, suatu area
atau objek dinyatakan terkontaminasi jika disentuh oleh setiap
objek yang tidak steril. Teknik steril sering dilakukan dalam
berbagai tindakan keperawatan di ruang keperawatan, seperti
dalam perawatan luka operasi (mengganti balutan).
Keefektifan tindakan pencegahan luka operasi bergantung
pada motivasi perawat dalam menggunakan teknik aseptik.
Perawat yang bekerja dengan lingkungan yang steril atau dengan
peralatan yang seteril harus mengerti bahwa kegagalan sekecil
apapun dalam teknik ini mengakibatkan kontaminasi yang akan
membuat pasien beresiko terkena infeksi luka operasi yang dapat
menghambat proses penyembuhan ( Schaffer dkk, 2004).
3. Teknik Aseptik Dalam Perawatan Luka Operasi
o Siapkan peralata
o Cek pembalut pasien
o Pasang peralata
o Jelaskan prosedur tindakan pada pasien
o Cuci tangan dengan efektif, sesuai prosedur cuci tangan menurut WHO
o Pakai sarung tangan steril
1. Ambil sarung tangan secara hati-hati dari wadahnya dengan menggunakan
korentang.
2. Pegang sarung tangan pertama pada bagian dalam.
3. Masukan tangan yang tidak memegang sarung tangan dengan hati-hati tanpa
menyentuh bagian luar sarung tangan.
4. Ambil sarung tangan kedua dengan tangan yang sudah terpasang sarung
tangan pada bagian luar pada lipatan.
5. Masukan tangan yang kedua tanpa terkontaminasi
6. Atur sarung tangan yang sudah terpasang agar pas ditangan
7. Menjaga tangan yang sudah terpasang sarung tangan steril agar tidak
terkontaminasi, dan selalu berada di atas pinggang.
8. Lepaskan plester menggunakan pinset
9. pembalut kotor pada tempat yang telah disediakan
10. Perhatikan luka dengan teliti untuk menandai terhadap infeksi dan
penyembuhan
11. Buka bak instrumen
12. Siapkan larutan pembersih
13. Jika bekerja sendiri, letakan sarung tangan steril pada tangan yang
dominan, biarkan tangan yang lain bebas untuk bekerja dengan
peralatan yang tidak steril
14. Bersihkan luka. Ketika membersihkan area, selalu mulai pada daerah
terbersih dan kerjakan menjauh dari area tersebut
15. Jika ada drain, bersihkan dibawah saluran dan sekitar lokasi dengan
Lapisan kasa 4 x 4 Cm dan larutan pembersih
16. Letakan beberapa kain kasa di bawah drain
17. Letakan beberapa kasa betadin 4 x 4 Cm di atas luka dan plester
18. Buang sarung tangan
19. Tutup kantong plastik dan buang pada kantong isolasi bahan
20. Cuci tangan dengan efektif.
Faktor Yang Mempengaruhi
Keberhasilan Sterilisasi
1. Prosedur Sterilisasi
2. Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi sterilisasi :
Suhu
Suhu yang digunakan disesuaikan dengan bahan yang
akan disterilkan dan alat yang digunakan untuk sterilisasi.
Hal ini dikarenakan perbedaan jenis bahan alat yang
digunakan. Apabila suhu lingkungan sterilisasi semakin
tinggi, maka waktu yang dibutuhkan untuk proses sterilisasi
semakin pendek. Dalam bakteriologi, sterilisasi pada suhu
121℃, tekanan 15 pound selama 15-20 menit dianggap
paling efektif.
Kelembaman
Bahan yang akan disterilisasikan mempunyai tingkat
kelembaban yang berbeda, oleh sebab itu kelembaman harus
disesuaikan dengan jenis bahan yang akan disterilkan
3. Perilaku Manusia
Hal-hal yang diperhatikan pada faktor
pelaksana antara lain hygiene pribadi dan
hygiene tangan yang baik. Faktor pelaksanaan
meliputi kebersiahan badan dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Pelaksana selalu
berpenampilan rapi, memakai baju serta alat
pelindung dan masker serta memperhatikan
kebersihan tangan untuk menghindari
pemindahan kuman ke pasien atau sebaliknya.
4. Karakteristik Alat atau Bahan