Kelas: B/Kelompok 4
Disusun Oleh:
Abd. Kakhar Umar 260112170530
Ahmad Fauzi 260112170570
Giovani Wijonarko 260112170562
Indriani Saraswati 260112170568
Munir Ali 260112170558
Siti Sahirah Ulfah 260112170586
Teresya Puteri 260112170534
Yulien Ratu Kania 260112170566
Zidni Hadyarrahman 260112170508
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
Iskemia- Angina.
Makalah ini telah kami susun dengan optimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
ii
DAFTAR ISI
Halaman
2.2 Definisi........................................................................................ 4
3.2 Objek........................................................................................... 25
iii
iiii
3.4 Pembahasan Terapi ..................................................................... 29
Penyakit Jantung Iskemia (PJI), dikenal juga Penyakit arteri koroner (PAK),
didefinisikan sebagai kekurangan oksigen dan penurunan atau tidak adanya aliran
koroner. Arteri ini memasok darah yang kaya oksigen ke otot jantung . Ketika plak
selama bertahun-tahun. Seiring waktu, plak dapat mengeras atau pecah (membuka).
plak mengeras mempersempit arteri koroner dan mengurangi aliran darah yang kaya
permukaannya. Bekuan darah besar sebagian atau seluruhnya dapat memblokir aliran
darah melalui arteri koroner. Seiring waktu, plak yang pecah juga mengeras dan
mempersempit arteri koroner. Iskemia miokard juga dapat terjadi karena kebutuhan
oksigen miokard meningkat secara tidak normal seperti pada hipertrofi ventrikel atau
stenosis aorta. Jika kejadian iskemik bersifat sementara maka berhubungan dengan
angina pektoris, jika berkepanjangan maka dapat menyebabkan nekrosis miokard dan
pembentukan parut dengan atau tanpa gambaran klinis infark miokard. (NIH, 2015).
PJI dapat terjadi pada Gejala Koroner Akut (GKA), yang melibatkan angina
pektoris tidak stabil dan Infark Miokardial Akut (IMA) berhubungan dengan
perubahan ECG baik peningkatan pada bagian ST (STEMI) atau peningkatan bagian
non-ST (NSTEMI). Angina pektoris ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan
1
sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas karena adanya iskemik
miokard. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi >70% penyempitan arteri
koronaria. Angina pektoris dapat muncul sebagai angina pektoris stabil (APS, stable
angina), dan keadaan ini bisa berkembang menjadi lebih berat dan menimbulkan
Sindroma Koroner Akut (SKA) atau yang dikenal sebagai serangan jantung
mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan kematian (Majid, 2007). PJI dapat
muncul juga sebagai Miokardial Infark (MI) didiagnosis hanya oleh penanda
biokimia, angina eksersional stabil kronis, iskemia tanpa gejala, atau iskemia
disebabkan vasospasmus arteri koroner (angina Prinzmetal atau varian) (Yulinah dkk,
2008).
Tangga (SKRT) penyakit jantung koroner atau jantung iskemi merupakan penyebab
kematian pada urutan ke sebelas dan menjadi urutan ketiga pada tahun 1986, sedang
pada tahun 1992 dan 1995 naik menjadi urutan pertama penyebab kematian di
kematian tertinggi dan jumlah kejadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Data
statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1992 persentase penderita PJKdi Indonesia
adalah 16,5%, dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 26,4% (Sitorus, 2008).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
memompa oksigen dan darah yang mengandung nutrisi melalui pembuluh darah,
Sistem aliran darah dari jantung dibagi menjadi dua, yaitu peredaran darah
pulmonal dan sistemik. Sistem peredaran darah pulmonal menerima darah dari
(Whittemore, 2004).
melalui rangkaian pembuluh darah. Darah dipompa keluar dari jantung melalui
pembuluh besar arteri yang kemudian bercabang ke arteri yang lebih kecil,
3
vena membesar, sebelum kembali ke jantung. Pembuluh arteri merupakan
Sistem peredaran darah manusia didesain untuk secara cepat dan efisien
nutrisi yang dibutuhkan oleh respirasi sel dan jaringan tubuh. Darah juga
2.2. Definisi
penurunan atau tidak adanya darah yang mengalir ke miokardium akibat dari
penyempitan arteri koroner atau penyumbatan (DiPiro et al., 2015). Bisa dalam
bentuk sindrom koroner akut (ACS), meliputi angina tidak stabil, elevasi segmen
non-ST atau elevasi segmen ST, infark miokardia, angina eksersional stabil,
2.3. Patofisiologi
miokard. Hal ini menyebabkan sel miokard beralih dari metabolisme aerobik ke
Angina pektoris adalah manifestasi klinis yang paling umum dari iskemia
miokard.
4
Hal ini disebabkan oleh stimulasi kimia dan mekanis ujung saraf sensorik aferen
pada pembuluh koroner dan miokardium. Serabut saraf ini meluas dari saraf
tulang belakang ke talamus, dan dari sana ke korteks serebral (Alaeddini, 2016).
menjadi kapiler. Dalam jantung yang sehat, ada sedikit hambatan terhadap aliran
tingginya permintaan. Mediator yang paling penting yang terlibat dalam perfusi
utama nyeri angina. Selama iskemia, ATP terdegradasi pada adenosin, yang
5
Lapisan endothelial sel tunggal memisahkan otot polos pembuluh darah
dari darah. Bila utuh, endotel vaskular ini memungkinkan vasodilatasi dan
nitric oxide (NO). NO disintesis dari L-arginine oleh nitric oxide synthase
NO kurang dan dapat terjadi karena adanya serangan mekanis atau kimiawi atau
olahraga.
(yaitu, tekanan aorta) dan preload (yaitu volume akhir diastolik ventrikel)
organ ditentukan oleh aliran darah dan ekstraksi oksigen. Karena saturasi oksigen
vena koroner istirahat sudah pada tingkat yang relatif rendah (sekitar 30%),
6
peningkatan
7
permintaan oksigen miokard (misalnya, selama latihan) harus dipenuhi oleh
Pasien kadang merasakan jenis nyeri atau gejala lain setelah beberapa gerakan
evaluasi medis. Gejala mungkin termasuk rasa tertekan atau terbakar di dada atau
sekitarnya, terkadang ke rahang kiri, bahu, dan lengan. Dada sesak dan nafas
pendek juga bisa terjadi. Sensasi ini biasanya terjadi 30 detik hingga 30 menit.
setelah makan, emosi, takut, marah, dan senggama. Pertolongan dapa diberikan
jantung kemungkinan mengalami nyeri saat beristirahat dan pada waktu pagi dini
hari. Nyeri tidak hanya terjadi akibat aktivitas atau tekanan emosi atau
tidak stabil dibagi menjadi kategori rendah, menengah, atau resiko tinggi untuk
kematian jangka pendek atau infark miokard nonfatal. Ciri – ciri yang
menunjukkan angina
8
tidak stabil dengan resiko tinggi termasuk: (1) tempo akselerasi gejala iskemik
selama 48 jam; (2) nyeri pada akhir istirahat selama lebih dari 20 menit; (3) usia
lebih dari 75 tahun; (4) segmen ST berubah; dan (5) ditemukan pembengkakan
iskemik terkadang tidak terasa nyeri, atau “diam”, mungkin karena melewati
ambang batas dan toleransi rasa nyeri pada pasien yang sudah sering merasakan
2.5. Diagnosis
Membuat diagnosis angina pektoris yang disebabkan oleh penyakit arteri koroner
tidak selalu mudah. Dalam beberapa kasus, penilaian klinis saja mungkin cukup,
namun pada kasus lainnya diperlukan adanya ada tes diagnostik tambahan
A. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Setiap denyut jantung dipicu oleh impuls listrik yang dihasilkan dari
detak jantung ini dapat dicari untuk melihat apakah aliran darah melalui
jantung pasien telah diperlambat atau terganggu atau jika pasien mengalami
serangan
9
jantung. Terdiri dari komponen gelombang yang mengindikasikan satu detak
normal menunjukkan:
ventrikel
b. P wave: 80 milidetik
f. J-point: N/A
10
B. Stress Testing
masa pemantauan nyeri dada tidak berulang, atau EKG tetap nondiagnostik.
dada, atau dispnea yang berlebihan. Detak jantung dan EKG terus
pada EKG, target detak jantung tercapai, atau ketika pasien sudah terlalu
b. Nuclear Imaging
saat istirahat dan selama stres. Hal ini mirip dengan tes stres rutin,
namun
11
selama tes tekanan nuklir, zat radioaktif disuntikkan ke aliran darah. Zat
otot jantung. Aliran darah yang tidak memadai ke bagian manapun dari
jantung akan muncul pada gambar karena tidak banyak zat radioaktif
c. Pemeriksaan Ekokardiografi
jantung yang telah rusak akibat aliran darah yang buruk. Ekokardiogram
kadang diberikan selama tes stres, dan ini bisa menunjukkan jika ada
C. Angiografi Koroner
12
pencitraan sinar-X. Prosedur ini dilakukan terutama untuk mengamati
satu jenis kateterisasi jantung yang paling umum dilakukan, yang membantu
dalam pembuluh darah jantung. Zat kontras ini dapat dilihat menggunakan
lebih dari 50% dari lumen koroner dengan perkiraan sensitivitas 90% dan
spesifisitas 65% sampai 90% CCTA dikaji alternatifnya. untuk stress testing
13
untuk membantu menyingkirkan CAD yang signifikan pada pasien berisiko
rendah sampai menengah yang hadir dengan nyeri dada yang tidak
koroner individu. Tidak adanya CAC adalah temuan yang berguna secara
angina pectoris
14
3. Kriteria Diagnosis Memenuhi kriteria anamnesis.
4. Diagnosis Kerja Angina Pektoris Stabil (APS), angina prinzmetal.
5. Diagnosis Banding GERD, pleuritic pain, nyeri tulang, nyeri otot.
6.Pemeriksaan Berikut merupakan pemeriksaan penunjang
Penunjang angina pektoris berdasarkan klasifikasi derajat
angina sesuai Canadian Cardiovascular Society
(CCS).
CCS Kelas 1: Keluhan angina terjadi saat
aktifitas berat yang lama
CCS Kelas 2: Keluhan angina terjadi saat
aktifitas yang lebih berat dari aktifitas sehari-hari
CCS Kelas 3: Keluhan angina terjadi saat
aktifitas sehari-hari
CCS Kelas 4: Keluhan angina terjadi saat
istirahat
14
2.6. Hasil Terapi yang Diharapkan
informasi obat yaitu bagaimana cara penggunaan obat tersebut, gunakan obat
berat, selain itu dapat pula diberikan informasi mengenai efek samping obat,
kardiovaskular lain.
(NICE, 2011).
menjadi dua, yaitu hasil terapi jangka pendek yaitu untuk mengurangi dan
15
mencegah gejala angina yang dapat mempengaruhi kulitas hidup pasien.
2.7. Penanganan
a. Revaskularisasi
CABG.
penyumbatan > 60%. Apabila sumbatan pada arteri kurang dari 70%
maka aliran daah melalui arteri kurang dari 70% maka aliran darah
16
darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya akan terjadi bekuan
pada
mengalami iskemia.
yang sehat. Pasien harus diet lemak <30% kalori total, dan diet
2011)
18
2.7.2. Terapi Farmakologi
3. ACE inhibitor untuk pasien dengan CAD dan diabetes atau disfungsi
Level A) (target LDL <100 mg/dL; <70 mg/dL untuk pasien CHD
Level A).
19
Berikut adalah guideline terapi berdasarkan DiPiro et al, (2011)
20
Mekanisme kerja dari obat-obat tersebut adalah sebagai berikut
a. Nitrat Organik
sedangkan nitrit organik adalah adalah ester asam nitrit. Secara in vivo, nitrat
organik adalah pro drug yang menjadi aktif setelah dimetabolisme dan
21
Eritriol tetranitrat LL: 30-240 24 jam
Pentaeritriol mg
tetranitrat
6.5 -13 mg 6-8 jam
10 mg
disfungsi akut ventrikel kiri. Pada kebanyakan kasus, preparat oral cukup
dan selama tidak terdapat indikasi kontra (Kelas I-B). penyekat beta oral
hendaknya diberikan
22
dalam 24 jam pertama (Kelas I-B). Penyekat beta juga diindikasikan untuk
semua pasien dengan disfungsi ventrikel kiri selama tidak ada indikasi kontra
pengobatan penyekat beta kronis yang datang dengan SKA tetap dilanjutkan
kecuali bila termasuk klasifikasi Kilip ≥III (Kelas I -B) (PERKI, 2015)
sedikit atau tanpa efek pada SA Node atau AV Node. Sebaliknya verapamil
23
Tabel 3. Contoh Obat serta Dosis Obat Penghambat Kanal Ca2+
(PERKI, 2015)
d. Antiplatelet
e. Renolazin
Dengan mekanisme obat tidak seperti obat-obat lain yang akan menurunkan
berlebihan pada sel miosit iskemik melalui inhibisi dari arus akhir sodium.
al., 2011)
perkembangan dari masalah kesehatan dari pasien. Berikut adalah evaluasi yang
24
Evaluasi Rekomendasi Klinis
Tekanan darah Tekanan darah direkomendasikan untuk diukur setiap
kunjungan
Tekanan darah dari pasien diharapkan memiliki
tekanan pada sisto l≤130 mmHg ( Class
I Recommendation, Level A Evidence) sedangkan
tekanan pada diastol ≤85 mmHg untuk pasien dengan
CAD yang memiliki kondisi masalah kesehatan lain
(seperti diabetes, gagal jantung, atau gagal ginjal.
Sedangkan untuk pasien CAD yang tidak disertai
masalah kesehatan lain, diharapkan tekanan darahnya
adalah ≤140/90 mmHg.
Profil Lipid Nilai lipid yang disarankan untuk ukur adalah total
kolesterol, HDL-C, LDL-C dan trigliserida. Nilai lipid
dianjurkan untuk terkontrol
Pemeriksaan Gejala Pemeriksaan gejala yang dirasakan oleh pasien dan
dan Aktivitas monitoring tingkat aktivitas di rekomendasikan untuk
dilakukan secara rutin.
Penghentian Merokok Memastikan status “perokok” pasien.
Dianjurkan untuk pemberhentian konsumsi rokok.
Serta dianjurkan untuk dilakukan intervensi apabila
dibutuhkan.
Efek Samping dan Memantau efek samping obat yang dapat mengganggu
Kontra Indikasi kulitas hidup pasien. Dan memantau adanya
kontraindikasi baik pada obat untuk mengobati angina
pectoris maupun obat-obat bagi penyakit penyerta
yang lainnya.
(Dipiro et al, 2011)
24
BAB III STUDI
KASUS
PENYAKIT JANTUNG KORONER ANGINA PEKTORIS
3.1 Subjek
Umur : 47 tahun
3.2 Objek
Pemeriksaan Hasil
Denyut Jantung 98 bpm
Tekanan darah 120/70 mmHg
FSH 2,34 mIU/mL
LH 3,64 mIU/mL
T4L 2,57 ng/dl (0,8-1,9 ng/dl)
TSH 0,099 uU/mL (0,40-4,00 uU/mL)
TC 178 mg/dL
LDL 113 mg/dL
HDL 49 mg/dL
TG 82 g/dL
25
Data hasil EKG : menunjukkan inversi gelombang T dari V1 sampai V4, dan
3.3 Assestment
Apabila dilihat dari dosis yang diberikan dari masing-masing obat sudah
sesuai dengan indikasi untuk meringankan gejala angina yang disebabkan oleh
hasil uji fisik tekanan darah, denyut jantung dan hasil lab profil lipid
menunjukkan hasil yang baik. Maka dari itu, pengobatan di atas dianggap kurang
tepat dalam mengatasi penyebab dari munculnya gejala angina pada pasien.
26
Pada saat pengecekan menggunakan EKG, menunjukkan adanya inversi
menandakan adanya kelainan seperti iskemia ataupun sindrom koroner akut. dan
nitrogliserin, dan beta-bloker. Setelah itu pasien menunjukkan respon yang baik.
jantung pasien.
27
Gambar 2. Gelombang T normal
hipertiroid, hal ini dapat dilihat dari hasil TSH sebesar 0,099 uU/mL yang
seharusnya dalam kondisi normal berada pada rentang 0,40-4,00 uU/mL dan
nilai T4L sebesar 2,57 ng/dl yang seharusnya dalam kondisi normal berada pada
rentang 0,8-1,9 ng/dl. Hal ini diyakini dipengaruhi oleh riwayat penyakit tiroid
yang ada pada keluarga pasien yang berkaitan dengan munculnya gejala angina
pada pasien. Terapi yang diberikan pada pasien berupa I131 18,8 mCi dan
lima bulan berikutnya, setelah itu pasien menjadi euthyroid lagi dan gejala
28
3.4 Pembahasan Terapi
1. Propiltiourasil
T3 lebih kuat daya hormon tiroidnya dibandingkan T4, maka hal ini juga
2. I131
I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang terbuat dari iodin yang selalu
memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam tubuh dalam
dosis yang kecil, maka I-131 ini akan masuk ke dalam pembuluh darah
memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus dapat
dari timbulnya gejala angina tersebut. Penggunaan obat yang tidak tepat
29
dapat mengakibatkan hal yang fatal pada pasien seperti toksik atau sampai
kematian.
3.5 Plan
Terapi Farmakologi
tiroid.
Terapi Non-farmakologi
a. Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000
b. Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan ) per
hari untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan
telur.
c. Olahraga secara teratur ( Namun lebih baik dilakukan setelah kadar hormon
intensitas ringan saja, seperti berjalan kaki 30 menit sehari secara konstan.
30
DAFTAR PUSTAKA
https://www.uspharmacist.com/article/the-pathophysiology-and-treatment-of-
FK UI.
Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L.,et al.2011. The Eighth Edition Of The
Benchmark
Education.
Lilly, Leonard S. 2016. Patophysiology of Heart Disease Sixth Edition. US: Harvard
Medical School.
2017]
https://www.nice.org.uk/guidance/cg126/resources/stable-angina-management-pdf-
Praktik Klinis & Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Edisi
Sitorus, R.H. 2008. 3 Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia. Bandung : Penerbit Yrama
Widya
Whittemore, S. 2004. Your Body How It Works: The Circulatory System. Chelsea
32