Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi
mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi
dari lingkungan disekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai
mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita yang
mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruang yang digunakan dalam
fermentasi dan sebagainnya. Mikroorganisme yang terdapat di udara
biasannya melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau terdapat dalam
droplet air (Gobel, 2008).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh
setiap permukaan seperti tangan atau (wadah). Oleh karena itu sanitasi
lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja dalam
bidang mikrobiologi atau pengelolahan produk makanan atau industry (Gobel,
2008).
Berdasarkan tujuan tersebut di atas maka dilaksanakan percobaan tersebut
untuk mengetahui uji sanitasi lingkungan mengenai cara uji kontaminasi
udara, tangan, serta kebersihan alat laboratorium.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sterilisasi ?
2. Apakah yang dimaksud dengan desinfeksi ?
3. Bakteri apa saja yang ada di dalam udara ?
4. Bagaimana cara melakukan teknik uji sterilisasi alat ?
5. Bagaiomana cara cara melakukan sterilisasi alat ?
6. Bagaiman cara pengujian terhadap udara ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan sterilisasi
2. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan desinfeksi
3. Untuk mengetahui bakteri apa saja yang ada di dalam udara
4. Untuk mengetahui cara melakukan teknik uji sterilisasi alat
5. Untuk mengetahui cara cara melakukan sterilisasi alat
6. Untuk mengetahui cara pengujian terhadap udara
D. Batasan Masalah
Dalam makalah

ini, penulis

hanya

membatasi

pada tujuan

dilakukannya pemeriksaan uji udara dan sterilisasi alat kesehatan . selain


daripada tujuan tidak akan dibahas pada makalah ini
E. Manfaat

1. Bagi Instansi : Untuk menambah referensi tentang pentingnya pengujian


udara dan sterilitas alat dan bahan, terutama alat alat yang ada di dalam
laaboratorium.
2. Bagi Peneliti : Untuk menambah kemampuan tentang cara melakukan
pengujian terhadap udara dan alat alat atau bahan bahan
3. Bagi Masyarakat :Untuk menambah pengetahuan tentang adanya kuman
yang bisa saja menginfeksi melalui udara yang biasa dihirup dan alat serta
bahan yang ada disekitar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Uji sterilitas alat


Dekontaminasi

adalah

proses

menghilangkan

atau

membunuh

mikroorganisme sehingga objek aman untuk ditangani, tujuannya untuk


melindungi praktikan yang melakukan percobaan menggunakan bakteri atau
semacamnya. Tiga metode umum dalam proses dekontaminasi yaitu
sterilisasi, desinfeksi dan sanitasi. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan
membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Pada
prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu
saringan yang berpori sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikrob) sehingga
mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk
sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan cara pemanasan atau penyinaran.
Pemanasan dapat dilakukan dengan cara pemijaran, pemanasan kering,
menggunakan uap air panas, dan menggunakan uap air panas bertekanan
(Agalloco, 2008).
Salah satu teknik sterilisasi yang umum digunakan adalah metode
sterilisasi menggunakan uap air panas bertekanan atau menggunakan prinsip
kerja autoclav. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan
media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk
membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan
media digunakan suhu 121oC dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama
15 menit. Alasan digunakan suhu 121oC atau 249,8 oF adalah karena air
mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan
0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu
100oC, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama,
menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 121oC.
Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak
pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang.
Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan
dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121 oC untuk mendidihkan
air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121oC dan
tekanan 15 psi selama 15 menit (anonim, 2011).

Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang


gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial,
dan labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak
hancur dengan pemijaran langsung. Dalam semua kasus bagian yang paling
kuat 20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan
memposisikan bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat keranjang
dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-hati. Setelah pendinginan,
ampul harus segera diisi dan disegel (anonim, 2011).
Menurut Tim Penyusun Praktikum Mikrobiologi tahun 2011, sterilisasi
ada dua jenis yaitu:
1. Sterilisasi dengan cara fisik
A. Pemanasan
Air dan uap adalah media panas yang baik. Dalam waktu relatif
singkat, alat yang akan disterilkan akan mencapai suhu yang diinginkan.
Udara adalah penyalur panas yang kurang baik. Oleh karena itu, untuk
mecapai suhu yang diinginkan akan membutuhkan waktu yang cukup
lama.
1. Panas kering
Cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara panas
kering yang tinggi. Sterilisasi panas kering dibedakan atas :
a. Panas membara
Dengan jalan menaruh benda yang akan di sterilkan dalam nyala
api bunsen sampai merah membara. Alat yang disterilkan yaitu sengkelit,
jarum, ujung pinset dan ujung gunting.
b. Melidah apikan
Dengan melewatkan benda dalam api bunsen, namun tidak sampai
menyala terbakar. Alat yang disterilkan yaitu scalpel, kaca benda, mulut
tabung dan mulut botol.
c. Udara kering
Oven merupakan ciri umum yang dimaksud. Alat ini terbuat dari
kotak logam, udara yang terddapat di dalamnya mendapat udara panas
melalui panas dari nyala listrik. Alat yang disterilkan yaitu tabung reaksi,
cawan petri, pipet, scalpel dari logam, gunting dan botol. Pemanasan
satu jam dengann temperatur 160oC dianggap cukup.

2. Panas Basah Yang dimaksud panas basah adalah pemansan


menggunakan air atau uap air. Uap air adalah media penyalur panas yang
terbaik dan terkuat daya penetrasinya. Panas basah mematikan mikroba.
Oleh karena koagulasi dan denaturasi enzim dan protein protoplasma
mikroba. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah selama 15
menit pada suhu 121oC. Sterilisasi panas basah dapat dibedakan atas tiga
golongan yaitu:
a. Panas basah <100oC (Pasteurisasi) Pasteurisasi yaitu pemanasan
pada suhu 60oC selama 30 menit. Pasteurisasi tidak dapat membunuh
spora atau dipanaskan pada suhu 71,6 80 oC selama 15 30 detik
kemudian cepat cepat didinginkan.
b. Panas basah pada suhu 100oC Di sini menggunakan air
mendidih (suhu 100oC) selama 10 menit. Untuk mematikan bentuk spora
dilakukan pemansan 3 hari berturut turut selama 15 45 menit
sehingga spora yang tidak mati pada pemanasan pertama akan beruah
menjadi bentuk vegetatif pada hari kedua steleh inkubasi pada shu 37 oC
begituu pula spora yang tidak mati pada hari kedua, akan berubah
menjadi bentuk vegetatif pada hari ketiga.
c. Panas basah >100oC Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak
steril, sehingga biasa dipergunakan di rumah sakit dan laboratorium
besar. Cara ini menggunakan tangki yang diisi dengan uap air yang
disebut autoclave. Alat yang disterilkan adalah alat dari kaca, kain kasa,
media pembenihan, cairan injeksi, dan bahan makanan
B. Filtrasi / Penyaringan Penyaringan dilakukan dengan mengalirka
larutan melalui suatu alat penyaringan yang memiliki pori pori cukup
kecil. Untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan
yang umum digunakan tidak dapat menyaring virus. Penyaringan
dilakukan dengan untuk mensterilkan cairan yang tidak tahan terhadap
pemanasan dengan suhu tinggi seperti : serum, larutan yang
mengandung enzim, toksin kuman, ekstrak sel, antibiotik dan asam
amino.
C. Radiasi / Penyinaran Mikroorganisme dapat dibunuh dengan
penyinaran yang memakai sinar ultrraviolet yang panjang gelombangnya
antara 220 290 nm. Radiasi paling efektif adalah 253,7 nm. Sinar

matahari langsung mengandung sinar ultraviolet 290 nm, sehingga sinar


matahari adalah sinar yang bersifat bakterida yang baik.
2. Sterilisasi Dengan Cara Kimia Zat kimia yang dapat digunakan untuk
sterilisasi dapat berwujud :
a. Gas : Ozon, formaldehyde, ethylene oxide gas.
b. Larutan : deterjen, yodium, alcohol, peroksida fenol, formalin,
AgNO3 dan merkuroklorid Sterilisasi dengan cara kimia antara lain
dengan disenfektan. Daya kerja antimikroba disenfektan ditentukan oleh
konsenntrasi, waktu dan suhu.
Beberapa contoh desinfektan yang digunakan antara lain :
Desinfektan lingkungan misalnya :
1. Untuk permukaan meja : lisol 5%, formalin 4% dan alcohol.
2. Untuk di udara : natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa fenol
lain
3. Desinfektan kulit atau luka : dicuci denngan air sabun, providon
yodium
B.

dan

etil

alkohol

70%.

Uji udara
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sunber kontaminasi
udara. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi
kontaminasi dari lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung
berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita
yang mengalami infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan yang
digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam udara
biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam
droplet air (Volk dan Whleer, 1984).
Kehidupan

bakteri

tidak

hanya

dipengaruhi

oleh

faktor-faktor

lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya


bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh.
Bakteri dapat pula mengubah pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini
disebut perubahan secara kimia (Lay, 1992).
Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari
Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga
terdapat debu, kapang, bakteri, khamir, virus dan lain-lain. Walaupun udara
bukan medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di

udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia,


hewan, zat-zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara
terutama jenis Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam
keadaan kering (Pelczar, 1988).
Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas
lingkungan misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana
aktivitas kehidupan relatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contoh
lain udara di sekitar rumah, pemotongan hewan, kandang hewan ternak,
tempat pembuangan sampah maka jumlah mikroba relatif banyak (Pelczar,
1988).
Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang ditularkan
melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu
yang dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Beberapa cara yang
digunkan untuk membersihkan udara yaitu (Volk dan Wheeler, 1984) :
1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang
berterbangan.
2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang
mikrobanya
3. Dengan radiasi sinar ultraviolet.
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup
dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara
terdiri atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau
terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya akan
menimbulkan bakteri di udara. Jadi, walaupun udara tidak mendukung
kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan
dalam cuplikan udara (Volk dan Wheeler, 1984).
Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga
organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad
penyebab penyakit melalui udara. Beberapa diantara infeksi bakteri biasa
yang disebarkan oleh udara adalah infeksi streptococus tonsil dan
tenggorokan, difteria, batuk rejam dan meningitis epidermik. Tuberculosis
mempunyai arti penting dari segi transpor udara, karena mikroorganisme
dapat hidup lama di luar tubuh. Organisme initahan terhadap kekeringan dan
mungkin tetap bertahan berbulan-bulan dalam ludah kering dan pertikel
debu (Volk dan Wheeler, 1984).

Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi


oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf
kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme
terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin,
batuk dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran
pernapasan mempunyai ukuran yang beragam dari mikrometer sampai
milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer
yang rendah akan tinggal dalam udara sampai beberapa lama, tetapi yang
berukuran besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. Debu dari
permukaan ini sebentar-sebentar akan berada dalam udara selama
berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut (Pelczar, 1988).
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam
populasi campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai
satu spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu
spesies mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat
dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu
ditumbuhkan dalam biakan murni (Bonang, 1982).
Flora mikroba yang terdapat di lingkungan alamiah merupakan
penyebab

banyak

sekali

proses

biokimia,

yang

pada

akhirnya

memungkinkan kesinambungan kehidupan sebagaimana yang kita kenal


dimuka bumi ini. Mikroorganisme misalnya merupakan penyebab terjadinya
mineralisasi di dalam tanah dan perairan, yaitu proses pembebasan unsurunsur dari senyawa-senyawa molekuler organik yang kompleks sehingga
menjadi tersedia bagi kehidupan tanaman yang baru, yang pada gilirannya
menunjang kehidupan hewan baru (Bonang, 1982)..
Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam
lingkungannya

hanya

selama

kondisinya

menguntungkan

bagi

pertumbuhannya dan mempertahankan dirinya. Begitu terjadi perubahan


fisik atau kimia, seperti misalnya habisnya nutrien atau terjdi perubahan
radikal dalam hal suhu atau pH yang membuat kondisi bagi pertumbuhan
spesies lain lebih menguntungkan, maka organisme yang telah beradaptasi
dengan baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa menyerahkan
tempatnya kepada organisme yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam
kondisi yang baru itu (Pelczar, 1988).

Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan


menyentuh permukaan setiap tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi
lingkungan sangat perlu diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang
mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan
Wheeler, 1984).
Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi pencucian
untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan
sanitasi menggunakan germisidal. Dalam pencucian menggunakan air
biasanya digunakan detergen untuk membantu proses pembersihan.
Penggunaan detergen mempunyai beberapa keuntungan karena detergen
dapat melunakkan lemak, mengemulsi lemak, melarutkan mineral dan
komponen larut lainnya sebanyak mungkin. Detergen yang digunakan untuk
mencuci alat/wadah dan alat pengolahan tidak boleh bersifat korosif dan
mudah dicuci dari permukaan (Volk dan Wheeler, 1984).
Proses sanitasi alat dan wadah ditunjukkan untuk membunuh sebagian
besar atau semua mikroorganisme yang terdapat pada permukaan. Sanitizer
yang digunakan misalnya air panas, halogen (khlorin atau Iodine), turunan
halogen dan komponen amonium quarternair (Gobel, 2008).

BAB III
METODOLOGI
A. Tempat Praktikum : Laboratorium Media dan Bakteriologi
B. Waktu Praktikum

: Tanggal 21 24 September 2014

C. Alat & Bahan


Adapun alat yang digunakan untuk pemeriksaan uji udara dan uji
sterilitas alat yaitu : inkas, inkubator, korek api dan lampu spirtus.
Berikut ini adalah bahan yang digunakan pada pemeriksaan uji udara
dan uji sterilitas alat yaitu : Media NA, bahan cotton bood, media cook meat
dan media NB.
D. Prosedur & Skema Kerja
Prosedur :
1. Hari pertama
- Dilakukan pembuatan media NA, media cookmeat, dan media NB
- Disimpan dalam kulkas di laboratorium media
2. Hari kedua
a. Uji sterilitas alat
- Disiapkan media NB dan media cookmeat
- Dimasukkan ke dalam inkas
- Dimasukkan ke dalam media cookmeat dan NB secara aseptik
bahan yang akan disterilkan
- Dipotong menjadi beberapa bagian apabila baha yang digunakan
terlalu besar
- Diinkubasi media NB ke dalam inkubator pada suhu 37C
selama 24 jam
- Diinkubasi media Cookmeat ke dalam dexicator selama 24 jam
dengan cara semua bahan dimasukkan dalam dexicator kenudian
dinyalakan

lilin

didalamnya

kemudian

ditutup

dengan

penutupnya dan ditunggu sampai lilin mati yang menandakan


mulai berlangsungnya inkubasi anaerob
b. Uji udara
- Disiapkan media NB
- Dipilih tempat yang akan dijadikan sebagai tempat yang akan
diuji udaranya
- Dibuka penuh tutup media NA dan dibiarkan selama 30 menit
- Diinkubasi selama 24 jam 37C di inkubator
Skema :
a. Uji sterilitas alat
Disiapkan media cook meat dan
NB

Secara aseptik alat yang akan


disterilkan dimasukkan ke media
cook meat dan media NB
Media cook meat
diinkubasi di dexicator
selama 24 jam

Media NB diinkubasi di
inkubator 37 C selam 24
jam

Diamati ada dan tidaknya kekeruhan pada


media tersebut

b. Uji udara
Media NA dipersipakan

Ditentukan ruangan yang


akan diuji udaranya
Media NA dibuka penuh
tutupnya selama 30 menit
Diinkubasi 37 C selama
24 jam
Dihitung jumlah koloni
pada media NA

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1) ISOLASI UJI STERILITAS ALAT
Bahan pemeriksaan ditanam pada media :
a. NB dan diinkubasi pada inkubator 37C selama 24 jam
b. Cook meat diinkubasi pada dexicator selam 24 jam

Hasil pembiakan :
a. Media NB
Tidak terjadi kekeruhan setelah inkubasi
b. Media cookmeat
Terjadi kekeruhan setelah inkubasi
2) ISOLASI UJI UDARA
a. Media NA diinkubasi 37C selama 24 jam
Hasil pembiakan :
Koloni
: Kecil
Warna
: Mengkilat
Permukaan
: Cembung
B. Pembahasan
1) UJI STERILITAS ALAT
2) UJI UDARA

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Uji Sterilitas alat
Jadi dari pemeriksaan uji sterilitas dengan bahan cottonbood pada media
NB steril dan pada media cookmeat tidak steril
2. Jadi dari pemeriksaan uji udara di laboratorium media didapatkan jumlah
koloni bakteri sebanyak 1- 2 koloni/menit
B. SARAN
1. Sebaiknya praktikan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sebelum
melakukan pemeriksaan.
2. Pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur yang ada.
3. Jagalah kebersihan selama melakukan praktikum
4. Lakukan praktikum dengan hati hati dan selalu jaga kesterilan dari media
untuk mencegah kontaminasi
5. Hindari bermain main dengan spesimen yang dikerjakan

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
PEMBUATAN MEDIA

Anda mungkin juga menyukai