Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

METODE EKSTRAKSI (CARA PANAS DAN CARA DINGIN)

NAMA : MARINA FITRIANI


NIM : 10118124
PRODI : S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan obat-obatan herbal di Asia mewakili sejarah panjang interaksi manusia dengan
lingkungan hidup. Tanaman yang digunakan untuk pengobatan tradisional mengandung berbagai
zat yang dapat digunakan untuk mengobati kronis juga penyakit menular. Seiring dengan
perkembangan efek samping dan resistensi mikroba terhadap obat-obatan yang disintesis secara
kimia, manusia beralih ke etnofarmakognosi. Mereka menemukan ribuan kandungan fitokimia
dari tanaman sebagai alternatif yang aman dan efektif secara luas dengan efek yang tidak
merugikan. Banyak aktivitas biologis yang bermanfaat yang didapatkan seperti antikanker,
antimikroba, antioksidan, antidiare, analgesik dan penyembuhan luka juga dilaporkan. Banyak
kasus orang mengklaim akan adanya manfaat baik dari produk alami atau herbal tertentu. Namun,
uji klinis diperlukan untuk menunjukkan efektivitas senyawa bioaktif untuk memverifikasi klaim
obat tradisional ini. Uji klinis diarahkan untuk memahami farmakokinetik, bioavailabilitas, efikasi,
keamanan dan interaksi obat dari senyawa bioaktif yang baru dikembangkan dan formulasinya
(ekstrak) memerlukan evaluasi yang cermat. Uji klinis direncanakan dengan hati-hati untuk
menjaga kesehatan pasien serta jawaban atas pertanyaan penelitian khusus dengan mengevaluasi
baik efek samping jangka pendek maupun jangka panjang dan hasilnya diukur sebelumnya obat
ini banyak digunakan untuk pasien.

Senyawa-senyawa aktif pada tanaman dapat dipisahkan dari tanamannya melalui proses
yang disebut dengan ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu cara pemisahan senyawa dari campurannya
yang biasanya menggunakan pelarut tertentu dengan prinsip perbedaan kelarutan. Menurut
Azwanida (2015) ekstraksi adalah pemisahan bagian tanaman yang aktif secara medis
menggunakan pelarut selektif melalui prosedur standar. Tujuan dari semua ekstraksi adalah untuk
memisahkan metabolit tanaman dalam pelarut yang sesuai, meninggalkan residu seluler yang tidak
larut

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mukhriani (2014) menjelaskan bahwa


ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain maserasi, perkolasi, soxhlet dan reflux
dan destilasi uap. Pada penelitian lain yang dijelaskan oleh Patel et al (2019) menjelaskan bahwa
metode ekstraksi metode meliputi maserasi, perkolasi, soxhletasi, turbo distillation extraction dan
supercritical fluid extraction.Laporan ini dibuat bertujuan untuk mengetahui metode ekstraksi baik
cara dingin aupun cara panas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, pada umumnya air dan yang
lainnya adalah pelarut organik. Ekstraksi adalah langkah pertama untuk memisahkan yang
diinginkan alami produk dari bahan baku. Metode ekstraksi termasuk ekstraksi pelarut, metode
distilasi, tekanan dan sublimasi sesuai dengan prinsip ekstraksi. Ekstraksi produk alami
berlangsung melalui tahap-tahap berikut: (1) pelarut menembus ke dalam padatan matriks; (2) zat
terlarut larut dalam pelarut; (3) zat terlarut tersebar keluar dari matriks padat; (4) yang diekstraksi
zat terlarut dikumpulkan (Zhang et al, 2018).
Ada beberapa pertimbangan sebelum dilakukan ektraksi yaitu
1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui
2. Senyawa bioaktif yang diketahui dalam suatu organisme
3. Sekelompok senyawa bioaktif dalam suatu organisme yang berhubungan secara structural
(Mukhriani, 2014)

Proses ektraksi dengan bahan yang berasal dari tumbuhan sebagai berikut :
1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga,dll), pengeringan dan penggilingan
2. Pemilihan pelarut
 Polar : air, etanol, metanol dan sebagainya
 Semipolar : etil asetat, diklorometan dan sebagainya
 Non-polar : n-heksan, petroleum eter dan sebagainya
(Mukhriani, 2014)

Rendemen merupakan suatu nilai penting dalam pembuatan produk. Rendemen adalah
perbandingan berat kering produk yang dihasilkan dengan berat bahan baku. Rendemen ekstrak
dihitung berdasarkan perbandingan berat akhir (berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal
(berat biomassa sel yang digunakan) dikalikan 100%. Nilai rendemen juga berkaitan dengan
banyaknya kandungan bioaktif yang terkandung pada suatu tanaman yang mengandung senyawa
bioaktif. Semakin besar rendemen yang dihasilkan , maka semakin efisien perlakuan yang
diterapkan dengan tidak mngesampingkan sifat-sifat yang lain. Senyawa bioaktif merupakan
senyawa yang terkandung dalam tubuh hewan maupun tumbuhan. Senyawa ini memiliki berbagai
manfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan,
antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker (Dewatisari et al, 2018).

Pada proses pemisahan senyawa bioaktif, pemilihan metode pemisahan senyawa


merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena pada proses pemisahan ini akan ditentukan
berapa besar rendemen yang dihasilkan. Secara umum, semakin halus ukuran partikel, semakin
baik hasil ekstraksi (Kiswandono, 2011). Efisiensi ekstraksi akan terjadi ditingkatkan oleh ukuran
partikel kecil karena ditingkatkan penetrasi pelarut dan difusi zat terlarut. Terlalu baik ukuran
partikel, bagaimanapun, akan menelan biaya penyerapan yang berlebihan zat terlarut dalam padat
dan kesulitan dalam fltrasi berikutnya. Temperatur tinggi dapat meningkatkan kelarutan dan difusi.
Temperatur yang terlalu tinggi, bagaimanapun, dapat menyebabkan pelarut hilang, yang mengarah
ke ekstrak dari kotoran yang tidak diinginkan dan dekomposisi komponen termolabil. Efisiensi
ekstraksi meningkat dengan meningkatnya Durasi ekstraksi dalam rentang waktu tertentu.
Semakin meningkat waktu tidak akan mempengaruhi ekstraksi setelah kesetimbangan zat terlarut
dicapai di dalam dan di luar bahan padat. Semakin besar rasio simplisia yang terlarut, maka
semakin tinggi hasil ekstraksi Namun, rasio simplisia terlarut itu terlalu tinggi akan menyebabkan
pelarut ekstraksi berlebihan dan membutuhkan waktu yang lama untuk konsentrasi. Ada beberapa
macam ekstraksi yang biasa digunakan pada proses pemisahan senyawa bioaktif dari tumbuhan
dalam rangka mengetahui rendemen yang akan dihasilkan, yakni ekstraksi cara dingin yang terdiri
dari maserasi, perkolasi serta cara panas, yakni dengan cara refluks, infundasi dan soxhletasi
(Zhang et al, 2018).

A. Maserasi
Metode maserasi adalah metode ekstraksi cara dingin dan metode ini teknik yang digunakan
dalam pembuatan anggur dan telah diadopsi dan banyak digunakan digunakan dalam
penelitian tanaman obat. Maserasi melibatkan perendaman bahan tanaman (kasar atau bubuk)
dalam wadah dengan pelarut kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama periode minimum
3 hari dengan sering pengadukan. Proses tersebuut dimaksudkan untuk melunakkan dan
hancurkan dinding sel tanaman untuk melepaskan kandungan fitokimia yang terlarut. Setelah
3 hari, campuran ditekan atau disaring dengan filtrasi. Di dalam metode konvensional, panas
ditransfer melalui konveksi dan konduksi dan pilihan pelarut akan menentukan jenis senyawa
diekstraksi dari sampel (Azwanida, 2015).
Prinsip dari maserasi yaitu cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dengan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan
yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Metode ini dapat digunakan untuk
ekstraksi komponen termolabil (Zhang et al, 2018; Kiswandono, 2011). Keuntungan dari
metode ini yaitu mudah dan tidak perlu pemanasan sehingga kecil kemungkinan bahan alam
mnejadi rusak atau terurai. Tetapi di sisi lain tidak dapat mengekstrak obat secara mendalam,
proses ini sangat lambat dan jumlah pelarut yang dibutuhkan lebih banyak serta pengerjaan
yang lama (Susanty dan Bachmid, 2016, Petal et al, 2019).

B. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam
suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel
simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan
daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Dirjen POM, 2014). Paling
sering digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam pembuatan tincture dan cairan ekstrak
(Patel et al, 2019). Perkolasi lebih efisien daripada maserasi karena itu adalah proses kontinu
dimana pelarut jenuh adalah terus-menerus digantikan oleh pelarut segar. (Azwanida, 2015).
Alasan perkolasi lebih baik dari maserasi karena :
 Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian pelarut yang terjadi dengan larutan
yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
 Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan
penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk
mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi (Arief,
2004).
Peralatan unik yang digunakan dalam perkolasi disebut perkolator. Cara perkolasi yaitu
simplisia bubuk kering dikemas dalam percolator, ditambahkan dengan air pelarut dan
dimaserasi selama 2 jam. Proses perkolasi biasanya dilakukan pada tingkat sedang (mis. 6
tetes / menit) sampai ekstraksi selesai sebelum penguapan untuk mendapatkan ekstrak yang
terkonsentrasi (Azwanida, 2016). Kelebihan dari metode perkolasi antara lain tidak terjadi
kejenuhan, pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti
terdorong untuk keluar dari sel). Kekurangan dari metode perkolasi yaitu cairan penyari lebih
banyak, resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka (Arief
,2004).

C. Refluks
Refluks yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu
dengan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dan adanya pendingin balik. Ekstraksi
dapat berlangsung dengan efisien dan senyawa dalam sampel secara lebih efektif dapat
ditarik oleh pelarut. (Susanty dan Bachmid, 2016). Ekstraksi refluks lebih efisien daripada
perkolasi atau maserasi dan membutuhkan lebih sedikit waktu ekstraksi dan pelarut.Ini tidak
dapat digunakan untuk ekstraksi produk alami termolabil.( Zhang et al,2018).

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang akan
diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat
pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap
tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam
simplisia tersebut, demikian seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali
diekstraksi selama 4 jam (Tobo, 2011). Keuntungan refluks dibandingkan sokletasi yakni
pelarut yang digunakan lebih sedikit dan bila dibandingkan dengan maserasi dibutuhkan
waktu ekstraksi yang lebih singkat (Bawa Putra et al, 2014).
D. Infundasi
Metode infundasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air
pada suhu 90⁰C selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian
dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh
kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan
lebih dari 24 jam (Hamad et al, 2017).

Perebusan menggunakan pelarut air merupakan metode penyiapan bahan yang umum
dilakukan masyarakat dengan pertimbangan kepraktisan serta biaya yang rendah. Proses
infundasi memiliki prinsip yang sama dengan perebusan, dapat menyari simplisia dengan
pelarut air dalam waktu singkat (Hamad et al, 2017).

E. Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan. Pada ekstraksi ini
pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah. Prinsipnya adalah ekstraksi dilakukan secara
terus-menerus menggunakan pelarut yang relatif sedikit. Bila ekstraksi telah selesai maka
pelarut dapat diuapkan sehingga akan diperoleh ekstrak. Biasanya pelarut yang digunakan
adalah pelarut-pelarut yang mudah menguap atau mempunyai titik didih yang rendah
(Hasnaeni et al, 2019). Dalam metode ini, sampel yang ditumbuk halus ditempatkan di dalam
kantong berpori atau “thimble” yang terbuat dari kertas saring atau selulosa yang kuat, yang
diletakkan di thimble pada apparatus soxhlet. Pelarut ekstraksi dipanaskan di dalam labu alas
bulat, menguap menuju ke dalam sampel, mengembun dalam kondensor dan menetes kembali
kembali. Ketika konten cair mencapai lengan siphon, cairan akan mengisi kembali ke dalam
labu alas bulat lagi dan proses dilanjutkan (Azwanida, 2015).
Metode sokhletasi memiliki kelebihan dan kekurangan pada proses ekstraksi. Adapun
kelebihannya, yaitu:
 Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
 Digunakan pelarut yang lebih sedikit.
 Pemanasannya dapat diatur.
Adapun kekurangannya yaitu :
 Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah disebelah bawah terus-
menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
 Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
 Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi.
(Harbone, 1987)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Maserasi
Alat yang dibutuhkan yaitu erlenmeyer, kain flannel, beaker glass, cawan porselin,
waterbath/rotary evaporator. Bahan yang dibutuhkan yaitu simplisia serbuk, pelarut yang akan
digunakan. Prosedur maserasi sebagai berikut, ditimbang simplisia serbuk, kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan pelarut yang sesuai kemudian erlenmeyer
ditutup dengan aluminium foil. Kemudian dimaserasi pada suhu kamar sesuai perlakuan.
Selanjutnya disaring menggunakan kertas saring atau kain flannel dan dipekatkan dengan
bantuan rotary vacuum atau diuapkan dengan waterbath untuk didapatkan ekstrak kasar
(Amelinda et al, 2018).

B. Perkolasi
Alat yang dibutuhkan yaitu percolator, beaker glass, cawan porselin, waterbath/rotary
evaporator, aluminium foil. Bahan yang dibutuhkan yaitu simplisia serbuk, pelarut yang akan
digunakan. Ditimbang simplisia dimasukkan ke dalam perkolator, dan tambahkan pelarut
dengan cara mengalirkan pelarut ke dalam tumpukan simplisia. Rendam simplisia selama 15
menit atau sesuai dengan jangka waktu tertentu. Setelah proses ekstraksi selesai, ekstrak cair
diuapkan menggunakan rotary evaporator atau waterbath hingga diperoleh ekstrak kental
(Rosidah et al, 2017)

C. Soxhletasi
Alat yang dibutuhkan yaitu labu alas bulat, seperangkat alat soxhlet, kertas saring, selang air,
cawan porselin, waterbath/rotary evaporator, statif dan klem. Bahan yang dibutuhkan yaitu
simplisia serbuk, pelarut yang akan digunakan. Dipersiapkan bahan baku kemudian
dimasukkan kedalam kertas saring yang telah dibentuk tabung silinder dan
mengikatnya. Kemudian merangkai alat soxhlet. Kantong yang berisi bahan tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam soxhlet dan ditambahkan dengan pelarut yang kuantitasnya
ditentukan. Peralatan soxhlet extraction kemudian dipanaskan hingga terjadi beberapa kali
proses cycle. Proses ekstraksi dihentikan jika pelarut pada tabung ekstraksi telah jernih
(Triesty dan Mahfud, 2017).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan oleh Safitri et al (2016) dengan judul PERBANDINGAN


KADAR FLAVONOID DAN FENOLIK TOTAL EKSTRAK METANOL DAUN BELUNTAS
(Pluchea indica L.) PADA BERBAGAI METODE EKSTRAKSI. Perbandingan metode pada
penelitian ini yaitu metode maserasi, perkolasi, soxhletasi dan refluks. Pada setiap proses ekstraksi
menggunakan pelarut methanol.

Didapatkan hasil rendemen ekstrak methanol pada metode ekstraksi dingin yaitu maserasi dan
perkolasi lebih besar dibandingkan metode ekstraksi metode panas yaitu soxhlet dan refluks. Hasil
ini dapat terjadi karena senyawa aktif dari daun beluntas lebih banyak tersari dengan methanol
pada suhu kamar. Proses ekstraksi secara perkolasi tidak terjadi kejenuhan pelarut karena pelarut
diganti secara terus menerus. Pada proses ektraksi metode panas memberikan hasil rendemen yang
lebih besar pada metode soxhletasi. Hal ini disebabkan karena proses soxhletasi terjadi proses
sirkulasi pelarut di dalam alat soxhlet sehingga pelarut yang digunakan simplisia selalu baru dan
larutan penyari yang mengenai simplisia tidak langsung panas. Berdasarkan nilai rendemen
ekstrak metanol daun beluntas diperoleh hasil bahwa metode perkolasi memberikan rendemen
paling besar dibandingakan ketiga metode ekstraksi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa untuk
mendapatkan rendemen ekstrak metanol daun beluntas yang paling besar dapat menggunakan
metode perkolasi.

Pada penelitian yang dilakukan Wijaya et al (2018) dengan judul PERBANDINGAN


METODE EKSTRAKSI TERHADAP RENDEMEN EKSTRAK DAUN RAMBAI LAUT
(Sonneratia caseolaris L. Engl) membandingkan metode ekstraksi maserasi, infundasi, refluks dan
soxhletasi. Pada masing-masing ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70%. Metode maserasi,
infundasi, refluks dan soxhletasi merupakan metode yang memiliki perbedaan pada suhu, jenis
pelarut dan lama ekstraksi, namun keempat metode ini sama-sama mengalami proses perendaman.
Maserasi, infundasi refluks dan soxhletasi merupakan metode yang memiliki perbedaan pada suhu,
jenis pelarut dan lama ekstraksi, namun pada prinsipnya sama yaitu untuk menyari zat aktif yang
terdapat dalam sampel.
Rendemen ekstrak pada metode maserasi memiliki rendemen yang lebih kecil dibandingkan
dengan metode refluks dan soxhletasi yaitu sebesar 21,28%. Ditinjau dari segi waktu, untuk
memperoleh zat aktif yang lebih banyak dibutuhkan waktu dan proses yang lama karena ekstraksi
ini tidak menggunakan bantuan panas. Namun dari segi suhu, metode ini merupakan ekstraksi cara
dingin yang dilakukan dalam suhu ruang dan relatif aman digunakan untuk bahan-bahan yang
tahan atau tidak tahan terhadap pemanasan. Sebagian besar senyawa dapat tersari dengan metode
ekstraksi cara dingin. Rendemen ekstrak daun rambai laut pada metode soxhletasi memiliki
rendemen tertinggi yaitu sebesar 28,38%. Berdasarkan lama ekstraksi, metode ini memerlukan
waktu lebih lama, hal ini disebabkan karena proses ekstraksi yang dilakukan secara terus-menerus.
Penyarian yang dilakukan berulang-ulang dengan jumlah pelarut yang relatif konstan,
menyebabkan komponen atau senyawa kimia dalam sampel akan terisolasi dengan baik. Metode
soxhletasi masih sering digunakan karena proses ekstraksi yang terjadi secara sempurna sehingga
hasil ekstrak yang dihasilkan lebh banyak dan dengan adanya pemanasan membantu mempercepat
proses ektraksi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hasnaeni et al (2019) dengan judul Pengaruh Metode
Ekstraksi Terhadap Rendemen Dan Kadar Fenolik Ekstrak Tanaman Kayu Beta-Beta (Lunasia
amara Blanco) dengan membandingkan metode ekstraksi maserasi, refluks dan soxhletasi. Setiap
proses ektraksi menggunakan pelarut methanol.
Hasil rendemen yang paling tinggi terdapat pada rendemen ekstrak maserasi diduga karena dari
waktu ekstraksiyang dilakukan yaitu selama 3 hari kemudian dilakukan remaserasi sebanyak 2 kali
jadi kemungkinan proses penarikan senyawanya lebih maksimal dibandingkan dengan metode
lainnya. Hasil rendemen dari suatu sampel sangat diperlukan karena untuk mengetahui banyaknya
ekstrak yang diperoleh selama proses ekstraksi. Selain itu, datahasil rendemen tersebut ada
hubungannya dengan senyawa aktif dari suatu sampel sehingga apabila jumlah rendemen semakin
banyak maka jumlah senyawa aktif yang terkandung dalam sampel juga semakin banyak.
Tingginya senyawa aktif yang terdapat pada suatu sampel ditunjukkan dengan tingginya jumlah
rendemen yang dihasilkan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Berikut kesimpulan yang didapat antara lain:
1. Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, pada umumnya air dan yang lainnya
adalah pelarut organik.
2. Metode ekstraksi yang biasa digunakan yaitu ada cara dingin dan cara panas. Metode ekstraksi
cara dingin antara lain maserasi dan perkolasi. Metode ekstraksi cara panas antara lain
infundasi, refluks dan soxhlet.
3. Rendemen adalah perbandingan berat kering produk yang dihasilkan dengan berat bahan
baku. Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat akhir (berat ekstrak yang
dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan) dikalikan 100%. Nilai
rendemen juga berkaitan dengan banyaknya kandungan bioaktif yang terkandung pada suatu
tanaman yang mengandung senyawa bioaktif. Semakin besar rendemen yang dihasilkan ,
maka semakin efisien perlakuan yang diterapkan dengan tidak mngesampingkan sifat-sifat
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Amelinda, E ,Widarta, IWR & Darmayanti, LPT 2018, ‘PENGARUH WAKTU MASERASI
TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK
(Curcuma xanthorriza Roxb.)’, Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, vol. 7, no. 4, hh
165-174, dilihat 20 Juni 2020, <
https://ojs.unud.ac.id/index.php/itepa/article/view/44797>

Arief, TQM 2004, Pengantar Metode Penelitian untuk Kesehatan, CSGF, Klaten Selatan

Azwanida, NN 2015, 'A Review on the Extraction Methods Use in Medicinal Plants, Principle,
Strength and Limitation', Medicinal & Aromatic Plants, vol.4, no.3, dilihat 22 Juni
2020, https://www.longdom.org/open-access/a-review-on-the-extraction-methods-
use-in-medicinal-plants-principle-strength-and-limitation-2167-0412-1000196.pdf

Bawa Putra, AA , Bogoriani, NW, Diantarani, NP & Sumadewi, NLU 2014, ‘EKSTRAKSI ZAT
WARNA ALAM DARI BONGGOL TANAMAN PISANG (Musa paradiasciaca L.)
DENGAN METODE MASERASI, REFLUKS, DAN SOKLETASI’, JURNAL
KIMIA, vol. 8, no. 1, dilihat 25 Juni
2020,<https://repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/ID1_1970061
8199702200118081411830bawa-bogi-dian.pdf>

Dewatisari, W, Rumiyanti, L & Rakhmawati, I 2018, ‘Rendemen dan Skrining Fitokimia pada
Ekstrak Daun Sanseviera sp.’, Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, vol. 17, no.197,
dilihat pada 25 Juni
2020,<https://www.researchgate.net/publication/323130117_Rendemen_dan_Skrinin
g_Fitokimia_pada_Ekstrak_Daun_Sanseviera_sp >

Dirjen POM, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V, Depkes RI, Jakarta

Hamad, A , Jumitera, S , Puspawiningtyas, E & Hartamti, D 2017. ‘AKTIVITAS ANTIBAKTERI


INFUSA KEMANGI (Ocimum basilicum L.) PADA TAHU DAN DAGING AYAM
SEGAR’, Inovasi Teknik Kimia, vol. 2, no. 1, dilihat 20 Juni 2020, <
https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/inteka/article/view/1734>

Harborne, JB 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Penerbit
ITB, Bandung.

Hasnaeni, Wisdawati & Usman, S 2019, ‘Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Rendemen Dan
Kadar Fenolik Ekstrak Tanaman Kayu Beta-Beta (Lunasia amara Blanco)’, Jurnal
Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy), vol. 5, no. 2, dilihat 24 Juni 2020,
<https://bestjournal.untad.ac.id/index.php/Galenika/article/view/13599>

Kiswandono, AA 2016, 'SKRINING SENYAWA KIMIA DAN PENGARUH METODE


MASERASI DAN REFLUKS PADA BIJI KELOR (Moringa oleifera, Lamk)
TERHADAP RENDEMEN EKSTRAK YANG DIHASILKAN', Jurnal Sains Natural
Universitas Nusa Bangsa, vol.1, no. 2, dilihat 16 Juni 2020,
<http://ejournalunb.ac.id/index.php/JSN/article/view/21>
Mukhriani, 2014, 'EKSTRAKSI, PEMISAHAN SENYAWA, DAN IDENTIFIKASI SENYAWA
AKTIF', Jurnal Kesehatan, vol. 7, no. 2. dilihat 16 Juni 2020, http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/55

Patel,K , Panchal, N & Ingle, P 2019, 'Techniques Adopted for Extraction of Natural Products
Extraction Methods: Maceration, Percolation, Soxhlet Extraction, Turbo distillation,
Supercritical Fluid Extraction', International Journal of Advanced Research in
Chemical Science (IJARCS), vol. 6, issue 4,hh. 1-12, dilihat 17 Juni 2020, <
https://www.arcjournals.org/pdfs/ijarcs/v6-i4/1.pdf >

Rosidah, I , Zainuddin, Mufidah, R , Bahua, H & Saprudin, M 2017, ‘Optimasi Kondisi Ekstraksi
Senyawa Total Fenolik Buah Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Menggunakan
Response Surface Methodology’, Media Litbangkes, vol. 27, no. 2, dilihat 23 Juni
2020, < https://www.neliti.com/id/publications/179294/optimasi-kondisi-ekstraksi-
senyawa-total-fenolik-buah-labu-siam-sechium-edule-ja>

Safitri, I , Nuria, MC , Puspitasari, AD 2018, ‘PERBANDINGAN KADAR FLAVONOID DAN


FENOLIK TOTAL EKSTRAK METANOL DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.)
PADA BERBAGAI METODE EKSTRAKSI’, Inovasi Teknik Kimia, vol. 3, no.1,
dilihat 2 Juni 2020,
<https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/inteka/article/view/2123>

Susanty & Bachmid, F 2016, ‘ PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN


REFLUKS TERHADAP KADAR FENOLIK DARI EKSTRAK TONGKOL
JAGUNG (Zea Mays L.)’, KONVERSI, VOL. 5, NO. 2, dilihat 20 Juni 2020, <
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/konversi/article/view/1094>

Tobo, F,.Mufidah, Taebe, B., Mahmud, A.I, 2001, Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I,
UNHAS, Makassar

Triesty, I & Mahfud, 2017, 'Ekstraksi Minyak Atsiri dari Gaharu (aquilaria Malaccensis) dengan
Menggunakan Metode Microwave Hydrodistillation dan Soxhlet Extraction', JURNAL
TEKNIK ITS, vol. 6, no.2, dilihat 20 Juni 2020,
<https://pdfs.semanticscholar.org/4104/59c3e31cd622aad70a0822dbb7b73a65d648.p
df >

Wijaya, H ,Novitasari & Jubaidah, S 2018, ‘PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI


TERHADAP RENDEMEN EKSTRAK DAUN RAMBAI LAUT (Sonneratia
caseolaris L. Engl)’. JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, vol. 4, no. 1, dilihat 24 Juni
2020, < https://jurnal.akfarsam.ac.id/index.php/jim_akfarsam/article/view/148>

Zhang, QW, Lin, LG, Ye, WC 2018. 'Techniques for extraction and isolation of natural products:
a comprehensive review', Chinese Medicine, vol. 1, no. 20, dilihat 18 Juni 2020,
<https://cmjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13020-018-0177-x#citeas>
PLAGIARISM CHECKER

Anda mungkin juga menyukai