Anda di halaman 1dari 49

Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Hortikultura

Jam dan Jelly


(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Teknologi
Pengolahan Hasil Hortikultura)

Dosen : Mustika NH, S.TP., M.Pd

Kelompok II

Asri Najmi Fathillah 1000664


Bangun Ambar Ekowati 1000000
Hetty Restika Sari 1000497
Tania Fauzia Iqbal 1000551
Tedy Tarudin 1000684
Tri Winarni 1000566
Yatin Dwi Rahayu 1006578

PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI


FAKULTAS PEENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang
dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan
pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh
karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah
dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga
makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan sale.
Salah satu alternatif yang dipilih dalam penelitian ini mengolahnya menjadi selai. Selai
merupakan produk awetan yang dibuat dengan memasak hancuran buah yang dicampur gula
dengan atau tanpa penambahan air. Selai beraneka rasa bisa kita dapatkan dengan mudah di
pasaran. Selai adalah produk makanan yang kental atau setengah padat dibuat dari campuran
45 bagian berat buah (cacah buah) dan 55 bagian berat gula. Selai yang baik harus berwarna
cerah, jernih, kenyal seperti agar agar tetapi tidak terlalu keras, serta mempunyai rasa buah
asli.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini mengetahui pengolahan buah-buahan menjadi selai.
Mengetahui perubahan yang terjadi setelah menjadi selai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jam dan Jelly adalah makanan setengah padat yang terbuat dari buah-buahan dan
gula dengan kandungan total padatan minimal 65 persen. Komposisi bahan mentahnya
ialah 45 bagian buah dan 55 bagian gula. Jam dibuat dari hancuran buah-buahan
sedangkan Jelly dari sari buahnya. Syarat jam dan Jelly yang baik ialah transparan, mudah
dioleskan dan mempunyai aroma dan rasa buah asli.

Pada prinsipnya hampir semua jenis buah-buahan dapat dibuat jam dan Jelly,
terutama buah yang mengandung pektin. Pektin adalah senyawa polisakarida yang
berguna untuk membentuk gel dengan gula pada suasana asam. Buah-buahan yang umum
dibuat jam dan Jelly antara lain nenas, jambu biji, pepaya, sirsak, apel, srawberry dan
lain-lain.

Untuk mendapatkan sumber pektin digunakan buah yang tua tetapi belum masak,
sedangkan untuk mendapatkan cita rasa (aroma dan rasa) buah dipakai buah yang sudah
masak. Karena dikehendaki dua-duanya (pektin dan cita rasa), maka untuk membuat jam
dan Jelly yang baik digunakan campuran buah tua (tapi belum masak) dan buah masak
dengan perrbandingan 1 : 1, yang perlu diperhatikan adalah perbandingan campuran
hancuran buah dan gula yaitu 45 : 55.

Tiga bahan pokok pada proses pembuatan jam atau Jelly adalah pektin, asam, dan
gula dengan perbandingan tertentu untuk menghasilkan produk yang baik. Jam atau Jelly
buah yang baik harus berwarna cerah, jernih, kenyal seperti agar-agar tetapi tidak terlalu
keras, serta mempunyai rasa buah asli.

Buah yang dapat digunakan untuk membuat jam atau Jelly adalah buah yang
masak tetapi tidak terlalu matang dan tidak ada tanda-tanda busuk. Jam yang diperoleh
dari buah hasilnya lebih banyak daripada diolah menjadi Jelly, sehingga pengolahan Jelly
lebih banyak menggunakan buah yang murah harganya. Buah yang masih muda tidak
dapat digunakan untuk pembuatan jam atau Jelly karena masih banyak mengandung zat
pati (karbohidrat) dan kandungan pektinnya rendah. Kulit buahpun dapat digunakan
untuk menghasilkan jam atau Jelly tersebut.
Buah yang sering digunakan untuk pembuatan jam atau Jelly antara lain : anggur,
apel, murbei, arbei, gowok, jambu biji, pala, dan lain-lain. Sedangkan kulit buah yang
biasa digunakan untuk membuat jam atau Jelly antara lain : kulit durian, kulit nenas, kulit
jeruk, dan lain-lain.

A. Jam dan Jelly

Jelly dibuat melalui proses pemasakan buah dengan atau tanpa penambahan air,
penyaringan juice, penambahan gula dan pemekatannya, sehingga diperoleh konsistensi
gel yang tepat pada waktu dingin. Kualitas Jelly sangat ditentukan oleh mutu gula, kadar
pektin, asam, dan cara pemekatannya dengan ditambahkan konjakku.

Jelly adalah produk yang tidak sama dengan jam, bedanya Jelly dibuat dari
campuran 45 bagian sari buah dan 55 bagian berat gula. Tiga bahan pokok pada proses
pembuatan Jelly adalah pektin, asam, dan gula dengan perbandingan tertentu untuk
menghasilkan produk yang baik. Jelly buah yang baik harus berwarna cerah, jernih,
kenyal seperti agar-agar tetapi tidak terlalu keras, serta mempunyai rasa buah asli. Buah
yang dapat digunakan untuk membuat Jelly adalah buah yang masak tetapi tidak terlalu
matang dan tidak ada tanda-tanda busuk. Jam yang diperoleh dari buah hasilnya lebih
banyak daripada diolah menjadi Jelly, sehingga pengolahan Jelly lebih banyak
menggunakan buah yang murah harganya. Buah yang masih muda masih banyak
mengandung zat pati dan kandungan pektinnya rendah.

Tiga bahan pokok pada proses pembuatan jam atau Jelly adalah pektin, asam, dan
gula dengan perbandingan tertentu untuk menghasilkan produk yang baik. Jam atau Jelly
buah yang baik harus berwarna cerah, jernih, kenyal seperti agar-agar tetapi tidak terlalu
keras, serta mempunyai rasa buah asli.

Buah yang dapat digunakan untuk membuat jam atau Jelly adalah buah yang
masak tetapi tidak terlalu matang dan tidak ada tanda-tanda busuk. Jam yang diperoleh
dari buah hasilnya lebih banyak daripada diolah menjadi Jelly, sehingga pengolahan Jelly
lebih banyak menggunakan buah yang murah harganya. Buah yang masih muda tidak
dapat digunakan untuk pembuatan jam atau Jelly karena masih banyak mengandung zat
pati (karbohidrat) dan kandungan pektinnya rendah. Kulit buahpun dapat digunakan
untuk menghasilkan jam atau Jelly tersebut.

B. Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Jam dan Jelly

Gula

Untuk industri-industri makanan biasanya digunakan sukrosa dalam bentuk


kristal halus atau kasar dan dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan
sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup gula pasir (sukrosa) dilarutkan dalam air dan
dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan sukrosa disebut gula
invert (Winarno, 1995).

Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan makanan dalam konsentrasi yang


tinggi padatan terlarut sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk
pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (Aw) dari bahan pangan berkurang
sedangkan pada sekitar konsentrasi mencapai 65% gula akan menyebabkan sel-sel
mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan akan mengalami dehidrasi atau
plasmolisis.

Mekanisme gula sebagai bahan pengawet yaitu menghasilkan tekanan osmosis


yang tinggi sehingga cairan sel mikroorgansime terserap keluar, akibatnya menghambat
sitoplasma menurun sehingga terjadi plasmolisis yang menyebabkan kematian sel
(Winarno, 1984).

Asam Sitrat

Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (C6H8O7), yang diperoleh dari
ekstraksi buah-buahan, terutama jeruk. Asam sitrat biasanya ditambahkan pada sirup
minuman, jam dan Jelly untuk menambah cita rasa dan sebagai bahan pengawet (Frazier
and Westhoff, 1979).

Asam sitrat digunakan sebagai bahan pemberi derajat keasaman cukup baik
karena kelarutannya dalam air tinggi. Asam sitrat dapat digunakan sebagai Flavoring
Agent, menurunkan pH dan sebagai Chelating Agent. Pada proses pengalengan dapat
menggunakan asam sitrat untuk menurunkan pH sampai 4, atau lebih rendah (Furia,
1972).

Asam sitrat bersifat Chelating Agent yaitu dapat mengikat atau mencengkram
logam-logam bivalen seperti Mn, Mg, dan Fe yang sangat dibutuhkan sebagai katalisator
dalam reaksi-reaksi biologis, karena itu reaksi-reaksi biologis dapat dihambat dengan
penambahan asam sitrat (Winarno dan Laksmi, 1974).

Pektin

Pektin diperlukan untuk membentuk gel (kekentalan) pada produk jam dan
kekenyalan pada produk Jelly. Kadar gula tidak lebih dari 65% dan konsentrasi pektin
1% sudah dapat dihasilkan gel dengan kekerasan yang cukup baik. Semakin besar
konsentrasi pektin maka semakin keras gel yang terbentuk. Buah-buahan yang akan
matang mengandung pektin yang cukup banyak. Semakin matang buah, kandungan
pektin akan menurun karena adanya enzim yang memecah pektin menjadi asam pektat
dan alkohol. Oleh karena itu untuk memperoleh pektin yang cukup sebaiknya buah yang
digunakan dikombinasikan antara yang setengah matang dan yang matang. Pembuatan
jam dan Jelly yang menggunakan buah dengan kandungan pektin yang cukup tidak
memerlukan tambahan pektin dari luar.

Pektin perlu ditambahkan untuk membuat jam dan Jelly yang menggunakan buah
dengan kadar pektin rendah. Pada pembuatan Jelly, pembentukan Jelly juga dapat
diperoleh dari penggunaan Jelly powder. Dimana Jelly powder adalah campuran sari
buah dengan tepung agar-agar sehingga paduannya akan menjadi kenyal (Ria 2008).
Senyawa pektin berfungsi sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan
lain. Pektin dapat membentuk gel dengan gula apabila lebih dari 5% gugus karboksil telah
termetilasi (derajat metilasi 50%). Semakin besar konsentrasi pektin maka gel yang
terbentuk semakin keras dimana pada konsentrasi 1% telah menghasilkan kekerasan
yang cukup baik (Sri 2008).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 29 November 2012, bertempat di Lab.
Pendidikan Teknologi Agoindusti Lt. 2 Gedung FPTK, Universitas Pendidikan Indonesia.

B. Alat dan Bahan


Alat
a. Pisau.
Pisau berfungsi untuk mengupas atau mengupas kulit buah dan memotong buah
yang akan dijadikan selai
b. Talenan
Talenan berfungsi sebagai alas yang digunakan untuk mempotong buah
c. Baskom.
Baskom berfungsi sebagai tempat penyimpanan buah yang utuh maupun yang
telah dijadikan pure serta yang telah dijadikan selai sebelum akhirnya dikemas
d. Kompor
Kompor berfungsi untuk memasak buah yang akan dijadikan selai
e. Spatula
Spatula berfungsi untuk mengaduk selai yang sedang dimasak
f. Tissue.
Tissue berfungsi untuk membersihkan tangan ataupun meja yang basah atau kotor
g. Plastik
Plastik befungsi sebagai kemasan untuk selai
h. Timbangan
Timbangan berfungsi untuk menimbang bahan
Bahan
a) Buah apel
b) Bauh strawberry
c) Buah nanas
d) Buah jeruk
e) Buah mangga
f) wortel

C. Prosedur Kerja
Pembuatan Selai
1. Buah-buahan di sortir dan dicuci bersih
2. Pisahkan bagian buah yang tidak akan digunakan, seperti daun atau tangkainya.
3. Buah-buahn tertentu seperti mangga, jeruk, dan nanas dikupas kulitnya
4. Buah-buahan dipotong kecil-kecil dan di blender untuk dijadikan pure
5. Pure ditimbang, lalu dicatat hasilnya
6. Pure buah dimasak dan dicampurkan gula pasir dengan perbandingan 50:50
(untuk selai apel) selama 30 menit diaduk terus-menerus hingga menghasilkan
kekentalan yang diinginkan
7. Selai yang sudah matang, ditimbang
8. Selai dikemas dalam plastik
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

HASIL PENGAMATAN KELOMPOK 2 (SELAI APEL)

Berat pH Warna Rasa Aroma Kenampakan


Pure+air Selai
350.5 gr 172.1 3 Coklat Manis Aroma Bening
Keemasan (+++) Kha
Apel
Nama : Asri Najmi Fathillah
NIM : 1000664

Pembahasan Praktikum Selai


A. Warna
Pada pembuatan selai digunakan buah apel. Perubahan terjadi ketika proses
penghancuran buah apel dengan menggunakan blander. Pecokelatan terjadi akibat reaksi
pencoklatan enzimatis biasa terjadi pada buah-buahan dan sayur-sayuran yang memiliki
senyawa fenolik. Senyawa ini berfungsi sebagai substrat bagi enzim polifenoloksidase
(PPO/1,2-benzenediol/oxygen oxidoreductase; EC 1.10.3.1). Terdapat berbagai macam
senyawa fenolik, yaitu katekin dan turunannya (tirosin), asam kafeat, asam klorogenat,
serta leukoantosianin.
Proses browning adalah proses kecoklatan pada buah yang terjadi akibat proses
enzimatik oleh polifenol oksidasi. Proses pencoklatan enzimatik akan terjadi apabila
adanya reaksi antara enzim fenol oksidase dan oksigen dengan substrat tersebut. Pada
pencoklatan enzimatis seperti pada buah apel dan buah lain setelah dikupas disebabkan
oleh pengaruh aktivitas enzim Polypenol Oxidase (PPO), yang dengan bantuan oksigen
akan mengubah gugus monophenol menjadi O-hidroksi phenol, yang selanjutnya diubah
lagi menjadi O-kuinon. Gugus O-kuinon inilah yang membentuk warna coklat.

B. Tekstur
Pengahancuran buah apel menjadi puree dengan menggunakan blander dibutuhkan
air agar buah mudah dihancurkan dan membentuk tekstur puree yang baik. Pada
penghancuran buah apel digunakan air sekitar 250 sehingga berat puree apel 350,5 gr.
Berat awal apel setelah dipotong 172 gr. Penambahan gula sangat penting untuk
memperoleh tekstur, penampakan, dan flavor yang baik. Kekurangan gula akan
menghasilkan gel yang kurang kuat pada semua tingkat keasaman dan membutuhkan
lebih banyak penambahan asam untuk menguatkan strukturnya. Konsentrasi gula yang
cukup tinggi (70%) sudah dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Pemanasan diperlukan untuk menghomogenkan puree buah, gula dan pektin.
Menguapkan sebagian air sehingga diperoleh struktur gel (Cruess, 1958). Penentuan titik
akhir pemanasan dapat dilakukan dengan spoon test (Muchtadi, et al. 1979). Pada
praktikum pembuatan selai apel didapatkan hasil tekstur selai apel yang cukup baik
setelah diuji dengan spoon test dan dioleskan pada roti. Selai
memiliki tekstur yang lunak dan plastis (Suryani, 2004).
Penambahan gula tidak boleh terlalu banyak atau sedikit karena bisa merubah
kekentalan selai. Pemanasan harus diperhatikan, jangan sampai terlalu kental atau kurang
kental. Terlalu kental mengakibatkan sari buah banyak yang menguap sedangkan kurang
kental mengakibatkan pembentukan selai atau jeli kurang sempurna.

C. pH
Penambahan asam bertujuan untuk menurunkan pH selai dan menghindari
pengkristalan gula. Jumlah asam yang ditambahkan tergantung dari keasaman buah dan
pH akhir selai yang diinginkan. Umunya selai mempunyai pH berkisar antara 3,2-3,4
(Bennion dan Bamford, 1973). Dari hasil pengamatan, pada puree buah apel tidak
berubah dengan selai buah apel. pH selai apel adalah 3 sehingga pada selai apel ini tidak
ditambahkan asam.

D. Selai yang baik


Selai yang baik memiliki tanda atau sifat -sifat tertentu, di antaranya adalah
konsistensi, warna cemerlang, distribusi buah merata, tekstur lembut, flavor buah alami,
tidak mengalami sineresis (keluarnya air dari gel), dan kristalisasi selama penyimpanan
(Suryani, 2004).
Selai yang baik adalah selai yang mudah dioleskan pada roti. Tidak terlalu cair dan
tidak keras. Pada pembuatan selai, hal yang harus diperhatikan adalah keseimbangan
proporsi pekrin, asam, dan gula agar terbentuk selai dengan konsistensi seperti jelly.
Buah-buahan yang kandungan asam dan pektinnya cukup tinggi, seperti sirsak tidak
diperlukan penambahan asam dari luar untuk membentuk tekstur selai yang baik
(Braverman, 1949).

E. Perbandingan selai dengan kelompok lain


Perbandingan dengan kelompok lain adalah dari perbedaan tektur selai dan rasa.
Tekstur pada selai nanas dan selai strauwberry lebih lengket dan cepat mengeras seperti
permen pada umumnya. Hal ini terjadi karena kesalahan dalam penambahasan gula pada
pemasakan selai. Selain itu pada selai wortel rasa yang ditimbulkan sangat asam, dan
tidak memberikan rasa manis atau rasa khas wortel itu sendiri. Perbedaan rasa ini bisa
terjadi karena penambahan asam sitrat pada puree ketika pemasakan berlebihan, sehingga
rasa yang ditimbulkan pada selai wortel asam.
Kerusakan yang terjadi pada produk selai kelompok lain adalah terbentuknya kristal-
kristal karena bahan terlarut terlalu banyak, gula tidak cukup melarut sehingga dapat
membentuk kristal, gel besar dan kaku yang disebabkan oleh kadar gula yang rendah atau
pektin yang tidak cukup, gel yang padat dan dapat menyerupai sirup karena kadar gula
yang terlalu tinggi dan tidak seimbang dengan kandungan pektin, serta pengeluaran air
dari gel (sinersis) karena terlalu banyak asam (Muchtadi, 1989).
Kesimpulan
Selai yang baik memiliki tanda atau sifat -sifat tertentu, di antaranya adalah
konsistensi, warna cemerlang, distribusi buah merata, tekstur lembut, flavor buah alami,
tidak mengalami sineresis (keluarnya air dari gel), dan kristalisasi selama penyimpanan
(Suryani, 2004).
Warna cokelat pada selai apel terjadi akibat reaksi pencoklatan enzimatis.
Pencoklatan enzimatis adalah pencoklatan yang biasa terjadi pada buah-buahan dan
sayur-sayuran yang memiliki senyawa fenolik. Pada praktikum pembuatan selai apel
didapatkan hasil tekstur selai apel yang cukup baik setelah diuji dengan spoon test dan
dioleskan pada roti. Selai memiliki tekstur yang lunak dan plastis (Suryani, 2004).
Umunya selai mempunyai pH berkisar antara 3,2-3,4 (Bennion dan Bamford, 1973).
Dari hasil pengamatan, pada puree buah apel tidak berubah dengan selai buah apel. pH
selai apel adalah 3 sehingga pada selai apel ini tidak ditambahkan asam.
Kerusakan yang terjadi pada produk selai kelompok lain adalah terbentuknya kristal-
kristal karena bahan terlarut terlalu banyak, gula tidak cukup melarut sehingga dapat
membentuk kristal, gel besar dan kaku yang disebabkan oleh kadar gula yang rendah atau
pektin yang tidak cukup, gel yang padat dan dapat menyerupai sirup karena kadar gula
yang terlalu tinggi dan tidak seimbang dengan kandungan pektin, serta pengeluaran air
dari gel (sinersis) karena terlalu banyak asam (Muchtadi, 1989).

DAFTAR PUSTAKA

Fitrianto, Agus.2006.KRAKTERISTIK SELAI CAMPURAN RUMPUT LAUT (Gracilaria


sp.) dan JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) [online]
tersedia:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48631/C06af
i.pdf?sequence=1 diakses pada tanggal 05 Desember 2012

Endang Lestari, Risna. 2006. KARAKTERISTIK FISIK DAN pH SELAI PISANG RAJA.
[online] tersedia:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46320/G06rel.pdf?se
quence=1 diakses pada tanggal 05 Desember 2012

TTG Pengolahan Pangan. SELAI DAN JELI BUAH. [online] tersedia:


http://warintek.ristek.go.id/pangan/buah%20dan%20sayur-
sayuran/selai_jeli_buah.pdf diakses pada tanggal 05 Desember 2012
Hasan, Ummu. 2010. Reaksi Pencoklatan Enzimatis dan Non-enzimatis. [online]
tersedia: http://foodstory2.blogspot.com/2010/06/reaksi-pencoklatan-
enzimatis-dan-non.html diakses pada tanggal 05 Desember 2012

Anonim. PROSES BROWNING PADA BAHAN PANGAN DAN PENCEGAHANNYA.


[online] tersedia: http://lordbroken.wordpress.com/2011/09/24/proses-
browning-pada-bahan-pangan-dan-pencegahannya/ diakses pada tanggal 05
Desember 2012.
Nama : Bangun Ambar Ekowati
Nim : 1006572
Pembahasan
Hasil yang didapat dari praktikum pembuatan selai apel ini yaitu berat apel setelah
dikupas sebesar 172,1 gram. Lalu ditambahkan air 250 ml. Berat pure yang bercampur
dengan air dihasilkan 350,5 dengan pH 3.
Apel (Malus sylvestris Mill) merupakan salah satu jenis tanaman buah yang
mengandung air, karbohidrat (terutama fruktosa), kalsium, fosfor, besi, kalium, vitamin
A, B1, B2, B6 dan C, protein, lemak dan kalori (Ashari, 1995). Jenis tanaman ini dapat
dikonsumsi secara langsung (segar) dan dapat diolah menjadi selai, jeli dan sari buah.
Dalam praktikum, kami mengolah apel menjadi selai apel. Dalam praktikum,
kami melakukan uji pektin dengan memasukkan sari buah ke dalam wajan yang panas,
bila terjadi penggumpalan artinya pektin yang dimiliki oleh buah tersebut tinggi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan bahwa yang mengandung banyak pectin dan acid (titik
kepekatannya tinggi) yaitu apel (jenis asamdi NZ disebut Granny Smith, kalau di
Indonesia bisa pakai apel Malang), crabapples, boysenberries, loganberries, dan
raspberries, red & black currants, gooseberries, anggur, grapefruit, lemon, jeruk (jenis
yang asam), plum, passionfruit. Dan disebukan oleh Norman (1988), bahwa buah-buhan
yang ideal untuk pembuatan selai harus mengandung pektin dan asam yang cukup untuk
menghasilkan selai yang baik.
Proses pembuatan selai melibatkan pendidihan buah untuk mengekstraksi pektin
(mengubah protopektin), untuk memperoleh hasil sari buah yang maksimum dan
mengekstraksi substansi cita rasa yang kaya dengan karakteristik dari buah-buahan.
Sesuai dengan hasil selai yang kita dapatkan menurut sebagian besar panelis menyatakan
bahwa cita rasa yang didapatkan manis khas apel dan aromanya pun khas apel. Namun,
warna yang dihasilkan dalam selai apel ini berwarna coklat keemasan. Hal tersebut
dikarenakan terjadi proses pencoklatan enzimatis pada buah yang mengakibatkan warna
buah berubah menjadi coklat.
Air dapat ditambahkan, jumlahnya tergantung pada kandungan air buah. Kami
menambahkan air saat proses membuburkan buah supaya mudah untuk mendapatkan
hasil bubur buah. Air yang berlebihan harus diupkan selama proses pengentalan. Bila air
yang ditambahkannya banyak maka proses pengentalan pun akan semakin lama. Selain
itu air yang ditambahkan harus seimbang untuk mencegah kegosongan dan ekstraksi
pektin. Enzim penghidrolisis pektin rusak selama pendidihan ini. (Norman, 1988)
Gula ditambahkan sebesar 45 persen dari berat buah. Sari buah diaduk dan
dipanaskan selama tahap penambahan gula. Penambahan gula akan mempengaruhi
keseimbangan pektin-air yang ada dan meniadakan kemantapan pektin.
Asiditas, harga pH, kandungan pektin dan bahan padat terlarut sari buah perlu
dianalisis. Harga pH yang dihasilkan dari sari buah hingga penjedalan menghasilkan pH
3. Hal ini dijelaskan bahwa pembentukan gel atau penjedalan terjadi hanya dalam satu
rentang pH yang sempit. Kondisi pH yang optimum untuk pembentukan gel berada dekat
dengan pH 3,2. Di bawah harga ini didapatkan kekuatan gel menurun dengan pelan-pelan.
Diatas harga pH 3,5 tidak ada kesempatan pembentukan gel pada rentang kadar bahan
padat terlarut yeng normal. Bila kurang asam bisa ditambahkan asam supaya terjadi
keseragamaan distribusi dalam pengendalian penggumpalan.
Pendidihan merupakan tahap yang penting dalam pembuatan selai. Sari buah
harus dikentalkan dengan cepat sampai pada titik kritis bagi pembentukan gel dari sistem
pektin-gula-asam. Pendidihan yang terlalu lama tidak hanya menyebabkan hidrolisis
pektin dan penguapan dari asam, tetapi juga menyebabkan kehilangan cita rasa dan
warna. Pengentalan hampa dapat memperbaiki produk selai dibandingkan dengan produk
yang dikentalkan pada tekanan atmosfer. (Norman, 1988)
Saat penguapan dihentikan ditentukan oelh itnggi kadar bahan padat terlarut
dalam substrat. Cara identifikasi yang digunakan yaitu uji penjedalan atau pembuatan gel
pada selai apel ini dengan memasukkan sedikit selai ke dalam air. Bila selai masih
menggumpal maka pembuatan selai telah berhasil. Hal ini kami uji coba dan selai apel
kami menampakkan penggumpalan ketika dimasukkan ke dalam air. Ketegaran yang
dihasilkan dipengaruhi oleh kadar gula dan asiditas. Makin tinggi kadar gula, makin
berkurang air yang ditahan oleh struktur. Kepadatan dari serabut-serabut dalam struktur
dikendalikan oleh asiditas substrat. Kondisi yang sangat asam menghasilkan suatu
struktur gel yang padat atau bahkan merusak struktur karena hidrolisis pektin. Asiditas
yang rendah menghasikan serabut-serabut yang lemah, tidak mampu menahan cairan dan
gel mudah hancur dengan tiba-tiba.
Di samping itu, kami melakukan pengujian pada pengolesan roti. Selai apel
dioleskan ke roti, yang dihasilkan yaitu mudah dioleskan dan tidak terjadi kelengketan
pada roti. Norman(1988) menyebutkan bahwa bila kadar bahan padat terlalu tinggi akan
menghasilkan gel dengan sifat yang lekat.

Kesimpulan
Selai apel yang kami buat berhasil, hal tersebut ditunjukkan dengan melakukan
uji pektin, uji penjedalan atau pembuatan gel, dan uji pengolesan. Hasil yang didapat dari
uji-uji tersebut sesuai dengan teori. Karakteristik seperti rasa selai apel yang manis dan
aroma khas buah apel berhasil disajikan. Namun, warn yang dihasilkan yaitu coklat
keemasan. Hal tersebut terjadi karena proses pencoklatan enzimatis pada buah yang
mengakibatkan warna buah berubah menjadi coklat.

Daftar Pustaka
Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI-Press.
Arfi. 2007. Tips membuat selai. [Online]. Tersedia:
http://foodngarden.multiply.com/journal/item/139?&show_interstitial=1&u=%2Fjo
urnal%2Fitem [5 Des 2012]
Samudin, Sakka. 2009. Pengaruh Komposisi Media Terhadap Inisiasi Tanaman Apem
(Masul sylvestris Mill). ) Jurnal Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako.
Nama : Yatin Dwi Rahayu

NIM : 1006578

PEMBAHASAN
Dalam praktikum pengolahan hortikultura kali ini merupakan pembuatan selai.
Bahan baku yang digunakan adalah buah apel dan gula. Proses pertama bahan baku
ditrimming, pembersihan, pemotongan, penghancuran, pemasakan bubur, penjedalan, dan
pengolesan.
1. Selai
Javanmard dan Ednan (2010) menyatakan bahwa selai merupakan makanan yang
dapat dibuat secara sederhana yaitu dari buah-buahn yang berasa asam. pembuatan selai
dipengaruhi oleh berbagai parameter seperti jenis buah, suhu dan teknologi proses.
Menurut Yulian (2011), selai berbentuk semipadat dan terbuat dari campuran 45 bagian
berat buah-buahan dan 55 berat gula. Syahrumsyah et al. (2010) menyatakan bahwa selai
dibuat dengan menggunakan buah-buahan atau sari buah yang sudah dihancurkan,
ditambha gula, dan dimaska samapai mengental. penambahan gula sangat penting untuk
memperoleh tekstur, penmapkan dan rasa yang baik.
Menurut Yenrina et al. (2009) selai yang bermutu baik memiliki sifat tertentu,
diantaranya adalah konsisten, warna cemerlang, tekstur lembut, flavor buah alami, tidak
mengalami sineresis yaitu keluarnya air dari gel sehingga kekentalan selai berkurang, dan
kritalisasi selama penyimpanan. Ciri ciri selai yang berkualitas baik adalah sebagai
berikut :
a. Warna : bening (kekuning-kuningan, merah, coklat tua, coklat
muda, dan lain-lain tergantung dari warna buah aslinya).
b. Kenampakan : bening dan jernih
c. Aroma : wangi buah
d. Rasa : manis
Yuliani (2011) menyatakan bahwa struktur dari produk selai buah-buahan
disebabkan karena terbentuknya kompleks gel pektin. Pektin merupakan golongan
substansi yang terdapat dalam sari buah membentuk koloidal dalam air dan berasal dari
protopektin selama proses pematangan buah.
Buah yang sudah matang mengandung soluble pektin yang banyak dimanfaatkan
dalam pembuatan selai. Buah yang terlalu matang ataupun akibat pemasakan yang terlalu
lama akan menyebabkan perubahan pektin menjadi asam pektat (winarno 2008).
Pembuatan selai menggunakan suhu tinggi, Javanmard dan Endan (2010) menyatakan
bahwa suhu memiliki pengaruh terhadap produk selai. semakin tinggi suhu maka
viskositas selai akan menurun.
Berat pH Warna Rasa Aroma Kenampakan
Pure+air Selai
350.5 gr 172.1 3 Coklat Manis Aroma Bening
Keemasan (+++) Kha
Apel
Tabel. Hasil Pengamatan Selai Apel

2. Selai Apel
Apel yang sudah dicuci kemudian dipotong dan dibuang bijinya. Apel kemudian
dihancurkan menggunakan blender dengan penambahan 250 ml air gunanya untuk
mempermudah penghancuran buah apel. Setelah menajdi bubur kemudian bubur apel
ditimbang dan diukur pH karena pH yang bagus untuk selai 3,2-3,3.
Proses selanjutnya melakukan uji kadar pektin dengan cara uji pemasakan. Sedikit
sari buah (bubur buah) dimasak dengan gula putih. Sari buah yang banyak mengandung
pektin akan membentuk gel. Pada tahap uji pektin, ternyata sari buah apel membentuk
gel, maka kandungan pektin pada apel tinggi. (Tjahjadi 2008) apel memiliki kandungan
pektin yang tinggi. Pemasakan sari buah menggunakan api sedang dan ditambah sedikit
demi sedikit gula sambil diaduk sampai mendidih dan terjadi penjedalan.
(Lagua et al 1977) Uji penjedalan dengan cara piring diisi air kemudian diteteskan
larutan saribuah yang sedang mendidih kedalam piring. Uji penjedalan kedua
menggunakan spatula dimana spatula dimasukan kedalam larutan mendidih apabila selai
meluncur berarti selai belum jadi. Uji penjedalan dengan menggunakan spatula ternyata
selai apel tidak meluncur berarti selai apel sudah jadi. Begitupun uji pada penjedalan
menurut Lagua selai apel yang dibuat masih bisa berbentuk gel.
Setelah selai berhasil kemudian dihitung kadar pH dengan menggunakan pH
meter, selai apel yang jadi mempunyai pH 3. Selai berfungsi sebagai pelengkap hidangan
roti, campuran pada pembuatan kue, es krim, dan lain-lain. Setelah selai jadi, selai apel
dioleskan pada roti dan tidak terdapat gumpalan selai pada roti.
Dari hasil pengamatan warna dari selai apel coklat keemasan dengan aroma khas
apel yang menyengat. Warna coklat keemasan bisa disebabkan karena ada penambahan
gula sehingga ketika gula dipanaskan terjadi pencoklatan non-enzimatis dan warna apel
yang ketika terkena panas juga akan berubah menjadi coklat buah apel sanagt mudah
terkena browning enzimatis. Tekstur selai apel kenyal seperti agar-agar tetapi tidak terlalu
keras. Rasa selai manis dengan pH 3 tanpa pemberian asam sistrat, karena apel yang
digunakan mempunyai rasa asam yang cukup tinggi. Berat selai lebih rendah daripada
berat sari buah ini disebabkan karena sari buah diserap oleh larutan gula sehingga
kandungan air berkurang sangat signifikan.
Hasil organoleptik 15 orang panelis menyukai selai apel, dengan rasa manis yang
tidak berlebih, tekstur kenyal, dengan aroma khas buah apel yang khas. Akan tetapi ada
2 panelis yang tidak menyukai warna dari selai apel karena menyerupai selai nanas.

3. Selai Strawberry dan Selai Nenas


Ketika praktikum hasil selai dari tiap kelompok berbeda yang menarik dan sangat
berbeda hasil selaianya dengan kelompok selai apel adalah selai nanas dan selai
strawberry. Kedua selai tersebut memiliki warna yang mencolok, dengan aroma khas
buah, rasa yang sangat manis, dengan tekstur seperti karamel dan bila didiamkan selai
mengeras seperti permen.
Hal tersebut bisa disebabkan karena takaran gula sangat banyak sehingga
menyebabkan rasa menjadi sangat manis dan tekstur menjadi keras. (Tjahjadi, 2008)
Nenas merupakan buah yang memiliki tingkat keasaman tinggi dengan kadar pektin yang
rendah. Kekurangan asam bisa ditambahkan dengan menambahkan sari lemon atau asam
sitrat. Sedangkan kekurangan pektin bisa ditambahkan dengan saribuah yang
mengandung kadar pektin yang tinggi. Tekstur yang keras bisa disebabkan karena suhu
yang digunakan terlalu tinggi.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pemabahasan kriteria selai yang baik itu memiliki
warna bening tergantung bahan baku yang digunakan, rasa manis, aroma khas buah. Selai
apel yang dibuat dapat dikatakan selai karena memiliki seluruh kriteria selai yaitu warna
coklat keemasan, rasa manis dengan aroma khas apel yang menyengat. Ketika uji
penjedalan terjadi penjedalan. Ketika uji pengolesan pada roti, selai apel tidak mengalami
penggumpalan selai. Untuk bahan baku strawberry dan nenas dinyatakan gagal ini sangat
terlihat jelas dari viskositas selai yang setelah proses penjedalan ternyata mengalami
pengerasan sehingga menyerupai permen karamel.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2004. Buletin Teknopro Holtikultura. Jakarta: Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura
Herudiyanto, M S. 2008. Pengantar teknologi pengolahan pangan prinsip-prinsip
teknologi pengolahan pangan sejak panen hingga pengemasan. Bandung: Widya
Padjadjaran.
Javanmard M, Endan J. 2010. A survey of rheological properties of fruit jams.
International Journal of Chemical Engineering and Applications 1(1):31-37.
Manalu, Ruth D E. 2011. Kadar Beberapa Vitamin Pada Buah Pedada (Sonneratia
Caseolaris) Dan Hasil Olahannya [Skripsi]. Bogor: IPB
Tjahjadi,C.2008. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah Vol. II. Bandung: Widya
Padjadjaran.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brioo Press.
Yuliani HR. 2011. Karakterisasi selai tempurung kelapa muda. Prodiding Seminar
Nasional Teknik Kimia Kejuangan. Yogyakarta, 22 Februari 2011.
Sukardi, Kusumawati, dkk. 2006. Olahan Apel. Surabaya: Trubus
Khairani, Dalapati. _______ .Petunjuk Teknis Pengolahan Buah-Buahan. Sulawesi
Tengah: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

NAMA : TEDY TARUDIN


NIM : 1000684

PEMBAHASAN

Pada praktikum tanggal 29 November 2012, mahasiswa diminta untuk membuat


produk olahan buah yaitu jam dan Jelly. Jam dan Jelly adalah makanan setengah padat
yang terbuat dari buah-buahan dan gula dengan kandungan total padatan minimal 65
persen. Perbedaan antara jam dan jeli adalah pada penampakannya dan juga proses
pembuatannya.

Menurut Aditya (2010), jam merupakan makanan kental semi padat yang terbuat
dari hancuran buah dan gula yang kemudian dipekatkan dengan cara pemasakan.
Sedangkan Jelly adalah bentuk makanan semi padat yang penampakannya lebih jernih,
kenyal, serta transparan. Jelly biasanya dibuat dari sari buah dengan terlebih dahulu
menyaring ampas buah yang telah dihancurkan dan kemudian dipekatkan dengan cara
yang sama seperti pembuatan jam yaitu pemasakan.

Pada prinsipnya hampir semua jenis buah-buahan dapat dibuat jam dan Jelly,
terutama buah yang mengandung pektin. Pektin adalah senyawa polisakarida yang
berguna untuk membentuk gel dengan gula pada suasana asam. Buah yang dapat
digunakan untuk membuat jam atau Jelly adalah buah yang masak tetapi tidak terlalu
matang dan tidak ada tanda-tanda busuk. Jam yang diperoleh dari buah hasilnya lebih
banyak daripada diolah menjadi Jelly, sehingga pengolahan Jelly lebih banyak
menggunakan buah yang murah harganya. Buah yang masih muda tidak dapat digunakan
untuk pembuatan jam atau Jelly karena masih banyak mengandung zat pati (karbohidrat)
dan kandungan pektinnya rendah.

Bahan Dasar Pembuatan Jam dan Jelly

Buah yang digunakan dalam pembuatan jam dan Jelly adalah buah apel yang
matang. Tiga bahan pokok pada proses pembuatan jam atau jeli adalah pektin, asam, dan
gula dengan perbandingan tertentu.
a. Buah Apel Matang

Keadaan buah yang digunakan sangat menentukan dalam pembuatan jam dan
Jelly. Buah yang akan digunakan dipilih yang bermutu baik, belum membusuk, dan sudah
cukup tua. Buah yang masih muda akan terasa masam atau sepet. Sedangkan buah yang
terlalu matang, maka warna, aroma, pektin, dan rasa asam pada buah berkurang. Agar
diperoleh jam dan Jelly yang aromanya harum dan tekstur yang tepat sebaiknya
digunakan campuran buah setengah matang dan buah yang matang. Buah setengah
matang akan memberi pektin dan asam yang cukup, sedangkan buah yang matang penuh
akan memberikan aroma yang baik. Akan tetapi pada praktikum ini kelompok 2
menggunakan buah apel yang matang saja.

b. Gula

Tujuan penambahan gula dalam pembuatan jam dan Jelly adalah untuk
memperoleh tekstur, penampakan, dan flavor yang ideal. Jamn itu, gula dapat pula
berfungsi sebagai pengawet. Mekanisme gula sebagai bahan pengawet yaitu
menghasilkan tekanan osmosis yang tinggi sehingga cairan sel mikroorganisme terserap
keluar, akibatnya menghambat sitoplasma menurun sehingga terjadi plasmolisis yang
menyebabkan kematian sel (Winarno 1984).

Jumlah penambahan gula yang tepat pada pembuatan jam dan Jelly tergantung
pada banyak faktor, antara lain tingkat keasaman buah yang digunakan, kandungan gula
dalam buah, dan tingkat kematangan buah yang digunakan. Perbandingan gula dengan
buah yang digunakan adalah 1:3/4. Jamn berfungsi sebagai rasa manis dan pengawet, gula
juga mempunyai peranan khusus yang sifatnya tergantung dengan pektin dan asam.
Banyaknya gula yang ditambahkan tergantung pada kandungan pektin dan asam.
Penambahan gula akan mempengaruhi keseimbangan air dan pektin yang ada.

c. Asam Sitrat

Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (C6H8O7), yang diperoleh dari
ekstraksi buah-buahan, terutama jeruk. Asam sitrat biasanya ditambahkan pada sirup
minuman, jam dan Jelly untuk menambah cita rasa dan sebagai bahan pengawet (Frazeir
dan Westhoff 1979).
Penambahan asam bertujuan mengatur pH dan menghindari pengkristalan gula.
pH optimum yang dikehendaki dalam pembuatan jam berkisar 3.203.46. Penggunaan
asam tidak mutlak, tetapi hanya apabila diperlukan saja. Apabila terlalu asam akan terjadi
sineresis yaitu keluarnya air dari gel sehingga kekentalan jam akan berkurang bahkan
dapat sama sekali tidak terbentuk gel.

Asam sitrat digunakan sebagai bahan pemberi derajat keasaman cukup baik
karena kelarutannya dalam air tinggi. Asam sitrat dapat digunakan sebagai Flavoring
Agent, menurunkan pH dan sebagai Chelating Agent. Pada proses pengalengan dapat
menggunakan asam sitrat untuk menurunkan pH sampai 4, atau lebih rendah (Furia 1972).

Asam sitrat bersifat Chelating Agent yaitu dapat mengikat atau mencengkram
logam-logam bivalen seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat dibutuhkan sebagai katalisator
dalam reaksi-reaksi biologis, karena itu reaksi-reaksi biologis dapat dihambat dengan
penambahan asam sitrat (Winarno dan Laksmi 1974).

d. Pektin

Pektin diperlukan untuk membentuk gel (kekentalan) pada produk jam dan
kekenyalan pada produk Jelly. Kadar gula tidak lebih dari 65% dan konsentrasi pektin
1% sudah dapat dihasilkan gel dengan kekerasan yang cukup baik. Semakin besar
konsentrasi pektin maka semakin keras gel yang terbentuk. Buah-buahan yang akan
matang mengandung pektin yang cukup banyak. Semakin matang buah, kandungan
pektin akan menurun karena adanya enzim yang memecah pektin menjadi asam pektat
dan alkohol.

Oleh karena itu untuk memperoleh pektin yang cukup sebaiknya buah yang
digunakan dikombinasikan antara yang setengah matang dan yang matang. Pembuatan
jam dan Jelly yang menggunakan buah dengan kandungan pektin yang cukup tidak
memerlukan tambahan pektin dari luar.

Pektin perlu ditambahkan untuk membuat jam dan Jelly yang menggunakan buah
dengan kadar pektin rendah. Pada pembuatan Jelly, pembentukan Jelly juga dapat
diperoleh dari penggunaan Jelly powder. Dimana Jelly powder adalah campuran sari
buah dengan tepung agar-agar sehingga paduannya akan menjadi kenyal (Ria 2008).
Senyawa pektin berfungsi sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan
lain. Pektin dapat membentuk gel dengan gula apabila lebih dari 5% gugus karboksil telah
termetilasi (derajat metilasi 50%). Semakin besar konsentrasi pektin maka gel yang
terbentuk semakin keras dimana pada konsentrasi 1% telah menghasilkan kekerasan
yang cukup baik (Sri 2008).

Jam Apel

Jam buah merupakan salah satu produk pangan semi basah yang cukup dikenal
dan disukai oleh masyarakat. Food & Drug Administration (FDA) mendifinisikan jam
sebagai produk olahan buah-buahan, baik berupa buah segar, buah beku, buah kaleng
maupun campuran ketiganya. Pemanfaatan buah menjadi produk jam dapat
mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Jam yang dihasilkan juga dapat disimpan
dalam waktu relatif lama (Fachruddin, 1997).

Adapun syarat mutu jam buah, yaitu :

Tabel 1 syarat mutu jam buah

Warna

Penilaian warna dalam produk pangan memiliki peranan yang sangat penting.
Pada umumnya panelis sebelum mempertimbangkan parameter lain terlebih dahulu
tertarik dengan warna bahan. Kesan pertama dalam penilaian bahan pangan adalah warna
yang akan menentukan penerimaan atau penolakan panelis terhadap produk.

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap warna jam apel
dengan penelis sebanyak 20 orang. Panelis disediakan sampel jam apel. Panelis diminta
untuk melihat warna jam apel tersebut lalu memberikan penilaian berupa suka atau
tidak suka terhadap warna jam apel tersebut.

Berdasarkan hasil uji terhadap jam apel di dapat bahwa dari 20 panelis rata-rata
para panelis menyukai jam apel tersebut dimana dengan warna pada jam apel tersebut
adalah cokelat keemasan.

Warna pada jam dipengaruhi oleh pemanasan pada saat pengolahan pembuatan
jam. Apabila pemanasan dilakukan terlalu lama dan dalam suhu yang tinggi maka akan
terjadi kerusakan warna pada jam yang dihasilkan. Hal ini menujukan bahwa pemanasan
sangat berpengaruh terhadap kondisi warna jam. Sumantri (2006) menyatakan bahwa
perebusan yang berlebihan dapat menyebabkan penguapan asam, pemecahan pektin,
serta kerusakan cita rasa dan warna.

Dalam pembentukan warna jam, asam sitrat berfungsi sebagai penghambat


pencokelatan enzimatis. Pencokelatan enzimatis akan memberikan penurunan warna
pada jam dan membuat jam memiliki warna yang kurang menarik. Penghambatan
pencokelatan enzimatis dapat mempertahankan warna apel yang berasal dari apel matang.

Rasa

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap rasa jam apel
dengan penelis sebanyak 20 orang. Panelis disediakan sampel jam apel. Panelis diminta
untuk mencicipi rasa jam apel tersebut lalu memberikan penilaian berupa suka atau
tidak suka terhadap rasa jam apel tersebut.

Berdasarkan hasil uji terhadap jam apel di dapat bahwa dari 20 panelis rata-rata
para panelis menyukai jam apel tersebut dimana dengan rasa pada jam apel tersebut
adalah manis.

Umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari salah satu rasa, tetapi gabungan
dari berbagai rasa secara terpadu sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh. Gula
memiliki peranan besar pada penampakan dan cita rasa jam yang dihasilkan. Menurut
istilah umum gula adalah jenis karbohidrat yang sering digunakan sebagai pemanis
(Lutony,1993).
Gula terdapat dalam berbagai bentuk, yakni sukrosa, glukosa, fruktosa dan
dekstrosa. Gula dalam bentuk sukrosa akan memberikan rasa manis dan juga berfungsi
sebagai pengawet karena dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan
mikroba. Jamn itu, Gula berperan sebagai pengikat komponen flavor, menyempurnakan
rasa asam, dan cita rasa lainnya. Jamn berperan sebagai pengatur keasaman, asam sitrat
digunakan dalam pembentukan dan menimbulkan rasa serta flavor yang menarik
(Tjokoroadikoesmo, 1986).

Menurut Winarno et al (1984), asam sitrat yang termasuk asidulan dapat bertindak
sebagai penegas rasa, warna atau dapat menyelubungi after taste yang tidak disukai.

Aroma

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap aroma jam apel
dengan penelis sebanyak 20 orang. Panelis disediakan sampel jam apel. Panelis diminta
untuk merasakan aroma jam apel tersebut lalu memberikan penilaian berupa suka atau
tidak suka terhadap aroma jam apel tersebut.

Berdasarkan hasil uji terhadap jam apel di dapat bahwa dari 20 panelis rata-rata
para panelis menyukai jam apel tersebut dimana dengan aroma yang khas apel.

Terjadinya aroma yang signifikan tersebut dipengaruhi oleh buah dan tambahan
gula karena apabila perbandingan antara gula dan buah maka akan mengakibatkan aroma
yang menyimpang. Namun tidak hanya perbandingan antara gula dan buah yang menjadi
faktor dalam menentukan aroma tersebut, faktor lainnya adalah lamanya pemasakan
karena apabila terlalu lama maka akan menimbulkan aroma yang menyimpang.

Tekstur

Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat di amati dengan mulut (pada waktu
digigit, dikunyah dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari manis. Penilaian biasanya
dilakukan dengan menggosokkan jari dari bahan yang dinilai diantara kedua jari
(Winarno, 1997).

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap tekstur jam apel
dengan penelis sebanyak 20 orang. Panelis disediakan sampel jam apel. Panelis diminta
untuk merasakan tekstur jam apel tersebut lalu memberikan penilaian berupa suka atau
tidak suka terhadap tekstur jam apel tersebut.

Berdasarkan hasil uji terhadap jam apel di dapat bahwa dari 20 panelis rata-rata
para panelis menyukai jam apel tersebut dimana dengan tekstur pada jam apel tersebut
adalah sesuai dengan standar jam yang telah ditetapkan.

Menurut Buckle et al (1987) struktur khusus dari produk jam buah-buahan


disebabkan karena terbentuknya kompleks gel pektin-gula-asam. Mekanisme
pembentukan gel dari pektin-gula-asam air adalah bahwa dalam satu substrat buah-
buahan asam, pektin, adalah koloid yang bermuatan negatif. Gula yang ditambahkan pada
proses ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan pektin-air yang ada, juga
menghilangkan kemantapan pektin. Pektin akan mengalami penggumpalan dan
membentuk serabut halus, struktur ini mampu menahan cairan. Kadar pektin dalam
jumlah yang banyak dapat menentukan tingkat kontinuitas dan kepadatan serabut-serabut
yang terbentuk.

Apel memiliki kandungan pektin 0,06-0,16 g/100 g bahan. Buah apel memperoleh
karakteristik produk pembentuk jam karena mengandung senyawa pektin. Pektin terdapat
hampir dalam semua jenis buah dalam jumlah bervariasi, dalam bentuk protopektin,
pektin, dan asam pektat. Buah yang belum matang banyak mengandung pektin dalam
bentuk protopektin sedangkan buah matang banyak mengandung soluble pektin yang
banyak dimanfaatkan dalam pembuatan jam.

Pektin dapat memperbaiki tekstur dan meminimalkan sineresis. Senyawa pektin


berfungsi sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan lain. Pektin dapat
membentuk gel dengan gula apabila lebih dari 5% gugus karboksil telah termetilasi
(derajat metilasi 50%). Semakin besar konsentrasi pektin maka gel yang terbentuk
semakin keras. Konsentrasi 1% telah menghasilkan kekerasan yang cukup baik
(Winarno,1997).

Penambahan gula sangat penting untuk memperoleh tekstur. Gula berperan dalam
proses dehidrasi yang membuat ikatan hidrogen pada pektin menjadi lebih kuat dan
membentuk jaringan polisakarida, yaitu kompleks dimana air terperangkap dalam
jaringan tersebut. Kekurangan gula akan membentuk gel yang kurang kuat pada semua
tingkat keasaman sehingga membutuhkan lebih banyak asam untuk menguatkan
strukturnya.

Pembentukan gel hanya mungkin terjadi pada pH kurang <3,5. pH optimum yang
dikehendaki dalam pembuatan jam berkisar 3,10 3,46. Penambahan asam sitrat
bertujuan menurunkan pH dan menghindari terjadinya pengkristalan gula. Jumlah asam
yang ditambahkan tergantung dari keasaman buah dan pH akhir jam yang diinginkan.

Semakin rendah nilai pH ketegaran gel yang terbentuk semakin meningkat


sehingga teksturnya akan semakin kuat. Namun, Nilai pH yang terlalu rendah
menyebabkan terjadi sineresis yakni keluarnya air dari gel sehingga kekentalan jam
akan berkurang bahkan sama sekali tidak terbentuk gel (Fachruddin,1997). Sedangkan
pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan gel pecah (lunak).

Waktu pemasakan juga mempengaruhi mutu produk akhir jam. Pemanasan yang
berlebihan akan menyebabkan perubahan yang merusak kemampuan membentuk gel
terutama pada buah yang sangat asam. Waktu pemanasan yang terlalu lama menyebabkan
jam keras dan kental. Sebaliknya, waktu pemanasan yang kurang akan menghasilkan jam
yang encer. Pada saat pemanasan jam, pengadukan yang terlalu cepat akan menimbulkan
gelembung udara yang akan merusak tekstur dan penampakan produk akhir.

Sifat Olesan

Kenampakan adalah sifat olesan pada jam cakar ayam dan kulit pisang yang di
amati dengan indra peraba. Sifat olesan dapat dilihat dari halus atau tidaknya olesan
tersebut. Jika halus maka jam dapat oleskan dengan mudah. Penilaian terhadap
kenampakan suatu bahan digunakan dengan ujung jari tangan dan bisanya dilakukan
dengan menggosokkan keduanya, sifat olesan dapat dilihat dari teksturnya bila lebih
kental maka olesannya lebih mudah dibandingkan yang tidak kental.

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap sifat olesan jam
apel dengan penelis sebanyak 20 orang. Panelis disediakan sampel jam apel. Panelis
diminta untuk merasakan sifat olesan jam apel tersebut lalu memberikan penilaian berupa
suka atau tidak suka terhadapsifat olesan jam apel tersebut.
Berdasarkan hasil uji terhadap jam apel di dapat bahwa dari 20 panelis rata-rata
para panelis menyukai jam apel tersebut.
KESIMPULAN

Jam buah merupakan salah satu produk pangan semi basah yang cukup dikenal
dan disukai oleh masyarakat. Food & Drug Administration (FDA) mendifinisikan jam
sebagai produk olahan buah-buahan, baik berupa buah segar, buah beku, buah kaleng
maupun campuran ketiganya. Pemanfaatan buah menjadi produk jam dapat
mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Jam yang dihasilkan juga dapat disimpan
dalam waktu relatif lama (Fachruddin, 1997).

Berdasarkan hasil praktikum jam dan Jelly apel, dapat disimpulkan bahwa
kombinasi umur buah nanas, kadar gula pasir, kadar pektin, kadar air, dan kadar asam
sitrat yang digunakan akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan sifat
organoleptik yang akan dihasilkan pada jam dan Jelly apel. Pada hasil uji hedonik jam
apel dari semua parameter yang diujikan kepada panelis rata-rata para penelis menyukai
jam apel tersebut.

Adapun faktor-faktor yang dapat menentukan mutu akhir produk jam dan Jelly
seperti jenis buah, proses, warna, aroma, cita rasa, dan kadar gula. Pembuatan jam
dilakukan dengan pemasakan yang menggunakan suhu tinggi. Javanmard dan Endan
(2010) menyatakan bahwa suhu memiliki pengaruh terhadap produk akhir jam. Semakin
tinggi suhu maka viskositas jam akan menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Elsa Manalu, Ruth Dwi. 2011. Kadar Beberapa Vitamin Pada Buah Pedada (Sonneratia
caseolaris) dan Produk Olahannya. Skripsi Pada Departemen
Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor.

Gunawan, Ardantyo dkk. 2012. Pengolahan dan Uji Hedonik Jam dan Jelly Nanas.
Laporan Praktikum M.K TPPN. Program Keahlian Supervisor
Jaminan Mutu Pangan Direktorat Program Diploma Institut
Pertanian Bogor.

Reza Setiaji, Bachtiar dan Diana Ayuningtyas, Shinta. 2010. Acara 1 Jam dan Jelly.
Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Pertanian Ilmu Teknologi Pangan.
NAMA : HETTY RESTIKA SARI
NIM : 1000497

A. PEMBAHASAN
Selai buah adalah makanan setengah padat yang dibuat dari buah-buahan dan gula
pasir dengan kandungan total padatan 65%. Pada prinsipnya hampir semua buah dapat
digunakan untuk selai, terutama buah yang mengandung pektin. Pektin adalah senyawa
karbohidrat yang berguna untuk pembemtukan gel pada selai (bentuk seperti bubur sangat
kental) jika bereaksi dengan asam dan gula. Untuk mendapatkan sumber pektin
digunakan buah yang tua tetapi belum masak, dan untuk memperoleh aroma, dan rasa
maka buah yang dipilih adalah buah yang sudah masak.
Pembentukan gel pada tingkat keasaman (Ph 2,6-3) menunjukkan ekstraksi pektin
sangat optimum. Penambahan gula dengan kadar tertentu mempengaruhi keseimbangan
pektin dan air. Semakin tinggi kadar pektin maka semakin cepat terjadinya gel pada selai
dan sedikit pektin akan mengakibatkan selai lembek dan encer. Pektin sebagai bahan baku
dasar pembentukan gel dan dipengaruhi oleh konsentrasi pektin. Makin tinggi konsentrasi
pektin semakin keras gel yang terbentuk. Pengaruh Ph pada pembuatan selai adalah
semakin keras gel yang terbentuk, tetapi pH yang terlalu rendah akan menyebabkan
sinersis yaitu air yang terperangkap dalam jaringan akan keluar pada suhu kamar.
Sedangkan PH yang tinggi akan menyebabkan pecahnya gel. Peranan gula adalah
menarik molekul-molekul air sehingga pendekatan antara dua rantai dari asam dapat
berlangsung sehingga terbentuk jaringan. Selama proses ekstraksi akan terjadi hidrolisis
sukrosa menjadi gula invert (glukosa dan fruktosa). Kecepatan inversi tersebut
dipengaruhi oleh suhu, waktu dan PH larutan. Gula invert ini sangat berpengaruh pada
pembentukan gel karena kristalisasi sukrosa dalam substrat yang sangat kental dapat
dihambat.
Praktikum yang dilakukan oleh kelompok dua adalah pembuatan selai dari bahan
baku buah apel. Proses yang dilakukan dalam pengolahanya adalah sebagai berikut:
penimbangan,
buah apel pencucian, dan
pemotongan

pemasakan blender

Buah apel ditimbang dengan berat 172,1 gr (timbangan digital), kemudian dicuci.
Setelah bersih buah apel dipotong untuk mengecilkan ukuran dan bijinya dibuang.
Kemudian pemblenderan buah apel dengan penambahan air sebanyak 250 ml, setelah
diperoleh pure buah apel maka diukur pH. Tahapan selanjutnya adalah uji pektin yaitu
dengan cara mengambil pure buah apel sedikit saja kurang lebih satu sendok teh, dimasak
dengan menambahkan gula, jika terjadi penggundalan maka diketahui bahwa konsentrasi
buah yang digunakan dalam pembuatan selai mengandung pektin. Karena pemasakan
sampel uji pektin pada pure buah apel setelah pemasakan cepat terjadi penggundalan
maka kandungan pektin pada buah apel sangat tinggi. Setelah uji pektin berhasil
dilakukan, tahapan selanjutnya adalah pemasakan (pembuatan selai) selama 20-40 menit
tergantung pematangan selai buah.
Cara yang dilakukan untuk memperoleh hasil selai buah apel yang baik maka
dalam pemasakan harus sesuai dengan petunjuk yang benar yaitu pengadukan yang
dilakukan terus-menerus agar pemasakanya merata, penambahan gula yang sesuai dengan
takaran. Pada pembuatan selai buah apel konsentrasi gula yang dicampurkan adalah
seberat pure buah apel yang dimasak (1:1). Besarnya api juga berpengaruh dalam
berhasilnya pembuatan selai oleh sebab itu api yang digunakan termasuk kategori sedang.
Dalam pemasakan jika sudah mengental maka dilakukan uji Ph kembali dengan maksud
apabila pH yang diperoleh lebih dari 3 maka selai ditambah dengan asam sitrat dengan
konsentrasi persen dari berat pure. Karena pH yang diperoleh 3 jadi tidak ditambahkan
asam sitrat. Terus diaduk sampai terjadi penggundalan. Tahap selanjutnya adalah uji
sendok, cara yang dilakukan adalah ambil selai yang sedang dimasak dengan sendok
kemudian sendok dibalikkan jika tidak terjatuh maka selai sudah jadi atau matang.
Setelah selai matang kemudian diuji keberhasilanya dengan cara ambil sedikit selai yang
sudah matang dimasukkan dalam air dingin jika masih tetap menggundal dan tidak hancur
maka selai dikategorikan berhasil. Dalam uji keberhasilan ini selai apel yang dibuat
adalah baik atau bagus karena saat selai dimasukkan dalam air dingin tidak melebur.
Setelah itu ditiriskan dan dikemas serta dilkukan pengujian dengan cara mencari orang
10-15 orang untuk menilai produk yang kita buat.

Hasil Akhir Selai Buah Apel


Setelah selai buah apel jadi, diamati baik dari rasa, aroma, tekstur dan warna. Data
yang diperoleh sebagai berikut: tekstut lembut dan lengket, rasa manis khas selai apel,
aroma khas selai buah apel, dan warna coklat keemasan. Berat bersih selai yang diperoleh
adalah 150 gr (timbangan digital) dan pada uji pektin diperoleh kadar pektin pada buah
apel tinggi.
Setelah uji penampaka dilakukan kemudian dikumpulkan panelis untuk menilai
selai apel yang dibuat, dan panelis yang didapat adalah 15 orang. Pendapat dari 15 orang
tersebut rata-rata menafsirkan yang sama yaitu selai apel yang dibuat memiliki rasa yang
enak atau pas manisnya layaknya selai apel pada umumnya hanya beberapa orang kurang
menyukai warna pada selai apel karena warnaya tidak cerah yaitu coklat keemasan. Dari
segi tekstur dan aroma hasilnya dapat dikatakan memuaskan karena tekstur yang lembut
dan aroma khas selai buah apel membuat rasa pada selai buah apel semakin enak
(perpaduan antara rasa,aroma, dan tektur yang pas), Hanya beberpa orang kurang
menyukai warnanya. Namun, beberapa orang lagi tidak mempermasalahkan warna
karena hasil selai yang dibuat sangat baik sehingga panelis yang diuji untuk merasakan
kebanyakan menyukai selai apel tersebut.
Terjadinya warna yang kurang baik pada selai apel adalah karena adanya reaksi
pencoklatan baik non enzimatis atau pencoklatan enzimatis. Buah apel sangat mudah
sekali mengalami pencoklatan (non enzimatis), sehingga setelah dipotong atau dikupas
buah sangat mudah berubah warna menjadi kecoklatan. Pada pembuatan selai, pure buah
dilakukan pemasakan (pemanasan) dan dilakukan penambahan BTM (Bahan Tambahan
Makanan). Yang ditambahkan pada pembuatan selai apel adalah gula. Oleh sebab itu
warna yang dihasilkan coklat keemasan karena faktor dari kandungan dalam buah yang
mudah sekali terjadi pencoklatan ditambah dengan tahapan pemasakan atau pemanasan
yang dilakukan dan dengan penambahan gula seberat pure yang dibuat. Jadi diperoleh
hasil warna pada selai buah apel yang kurang disukai. Namun, tetap pada kualitas produk
yang dihasilkan dari panelis yang diuji mengatakan selai apel yang dibuat memiliki rasa
yang enak dan produk yang dibuat sangat baik.

Perbandingan Selai Apel dengan Selai Buah Lainya


Karena hasil selai apel yang dibuat adalah baik karena tekstur yang terbentuk
adalah lembut dan lengket (sesuai dengan selai pada umumnya), rasa yang manis khas
selai apel, dan aroma yang diperoleh khas selai apel, dan warna coklat keemasan, ini
sudah sesuai standar karena proses yang dilakukan untuk pengolahanya dengan cara yang
sesuai dengan prosedur, baik dengan kebersihan bahan baku dan alat yang digunakan,
ukuran atau berat bahan-bahan yang digunaka, pH yang sesuai dan cara pemasakan yang
benar baik dari segi besarnya api yang digunakan atau dari pengadukan yang tepat.
Keberhasilan itu didukung dengan uji-uji yang dilakukan untuk memperoleh kualitas selai
yang baik. Kematangan pada selai apel juga pas sehingga tekstur yang tebentuk lembut.
Jika dibandingkan dengan pembuatan selai nanas dan strawberi selai apel lebih
baik dari segi tekstur, karena pada selai nanas dan selai stawberi terjadi kelengketan dan
keras apabila dicicip teksturnya tidak lembut seperti selai pada umumnya. Hal ini
disebabkan oleh dua faktor yaitu karena terlalu banyak penambahan gula yang
ditambahkan dan dengan lamanya pemasakan serta besarnya api yang digunakan, karena
faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi kualitas selai yang tebentuk. Yang membuat
perbedaan lainya adalah kandungan pektin yang dimiliki oleh buah apel lebih tinggi
dibandingan dengan buah lainya, pada buah strawberi dan nanas kandungan airnya lebih
tinggi dari buah apel dan buah apel lebih banyak mengandung karbohidrat oleh sebab itu
selai buah apel lebih cepat terjadi penggundalan dan mudah dilihat segi kematanganya.
Pada pembuatan selai nanas atau selai strawberi pada saat pengaduka karena kandungan
air sangat tinggi sehingga air yang dihasilkan lebih banyak dan mengakibatkan
pematangan atau terjadinya pengentalan sanagt lama. Pada saat pengolahan karena sulit
diketahui bahwa selai sudah matang sehingga terus dimasak dan akibatnya hasil selai
menjadi keras dan bila dirasakan engket di gigi, tekstur ini mendekati seperti permen.
Meskipun demikian warna selai buah nanas dan strawberi lebih baik dari selai apel, lebih
cerah dan tidak jauh berbeda dengan buahnya yaitu untuk strawberi merah dan nanas
kuning. Karena terlalu lama pemasakan sehingga pada selai nanas diperoleh warna
kuning keemasan dan selai strawberi merah tua.
Jika dibandingkan dengan selai buah mangga, wortel, dan jeruk tidak terlalu
signifikan perbedaanya karena tekstur yang diperoleh kuranng lebih sama karena proses
pemasakan dan penambahan BTM yang pas. Namun pada selai buah mangga lebih
lembek karena buah yang digunakan sangat matang, sehingga hasil selai buah mangga
lebih lembut dari selai buah apel dan lebih encer.

Selai Pektin dan Pembuatanya


Aplikasi karbohidrat dalam proses pengolahan pangan salah satunya adalah
penggunaan pektin yang merupakan polisakarida dalam bahan makanan berfungsi
sebagai penguat tekstur. Bahan pangan yang dibahas dalam penggunaan pektinnya pada
tulisan ini adalah selai.
Di Amerika Serikat selai didefinisikan sebagai suatu bahan pangan setengah padat
yang dibuat tidak kurang dari 45 bagian berat zat penyusun sari buah dengan 55 bagian
berat gula. Campuran ini dikentalkan sampai mencapai kadar zat padat terlarut tidak
kurang dari 65 persen. Zat warna dan cita rasa dapat ditambahkan. Pektin dan asam dapat
ditambahkan untuk melengkapi kekurangan yang ada di dalam buah itu sendiri. Ada
empat substansi yang penting untuk memproduksi suatu gel buah. Komponen-komponen
ini ialah pektin, asam, gula, dan air. Buah-buahan dan sari buah memperoleh karaktertistik
pembentuk selai dari suatu zat yang disebut pektin. Pektin pertama kali ditemukan di
Perancis oleh Braconnot pada sekitar tahun1825. Selai terbentuk bila tercapai kadar yang
sesuai antara pektin, gula dan asam dalam air. Oleh karena pektin penting untuk
pembentukan gel buah-buahan, maka kandungan pektin dalam buah perlu mendapat
perhatian. Jaringan tanaman mengandung pektin yang larut dalam air, asam pektinat yang
tidak larut, protopektin, dan senyawa yang mengandung substansi pektin dan selulosa.

Protopektin
Lamela tengah sel-sel tanaman terdiri dari protopektin berikatan dengan
konstituen-konstituen lain, yang bila didihkan dalam larutan asam (buah-buahan) seperti
halnya dalam pembuatan selai, akan dihidrolisis menjadi pektin yang larut. Protopektin
merupakan precursor pektin yang tidak larut. Perubahannya dapat dilakukan baik dengan
hidrolisis enzimatis maupun dengan asam. Protopektin terdapat melimpah dalam buah-
buahan, daun-daunan, umbi-umbi yang berdaging.
Selama pemasakan buah, protopektin diubah menjadi pektin secara enzimatis.
Selama proses lewat masak, pektin dapat terurai membentuk metil alkohol dan asam
pektat yang tidak larut. Oleh karena protopektin merupakan agensia pengikat antara sel-
sel yang tumbuh, maka perubahan menjadi pektin menghasilkan suatu pelunakan dari
buah yang hijau ketika masak, yang berhubungan erat dengan perubahan dari protopektin
menjadi pektin. Dengan gula dan asam, protopektin tidak mampu membentuk gel.

Pektin
Pektin adalah golongan substansi yang terdapat dalam sari buah, yang membentuk
larutan koloidal dalam air dan berasal dari perubahan protopektin selama proses
pemasakan buah. Dalam kondisi yang cocok, pektin dapat membentuk suatu gel.
Pektin dapat larut dalam air, diendapkan, dipisahkan dan dikeringkan, dan
dilarutkan kembali tanpa kehilangan kapasitas pembentukan gelnya. Pektin diendapkan
oleh alcohol, dan ini digunakan tidak hanya dalam identifikasi tetapi juga dalam
pembuatan pektin komersial. Sekarang telah ditemukan pektin dengan kandungan
metoksil yang rendah yang memiliki kemampuan untuk membentuk gel dengan kadar
gula yang rendah atau bahkan dalam kondisi yang khusus tanpa gula.

Asam pektat
Hidrolisis pektin akan menghasilkan asam pektat. Dalam transformasi tersebut
ada beberapa hasil, antara lain asam pektinat Unit-unit pektin dilaporkan sebagai asam
pektat dengan gugus karbonil yang diesterifikasi oleh metil alcohol.

Pembentukan gel
Penjelasan dari mekanisme pembentukan gel dari pektin-gula-asam-air secara
garis besar adalah sebagai berikut. Dalam suatu substrat buah-buahan asam, pektin adalah
koloid yang bermuatan negatif. Penambahan gula akan mempengaruhi keseimbangan
pektin-air yang ada dan meniadakan kemantapan pektin. Pektin akan menggumpal dan
membentuk suatu serabut halus. Struktur ini mampu menahan cairan. Kontinuitas dan
kepadatan serabut-serabut yang terbentuk ditentukan oleh banyaknya kadar pektin.
Pembentukan gel terjadi hanya dalam satu rentang pH yang sempit.

Gula Invert
Selama pendidihan larutan sakarosa dengan adanya asam akan terjadi proses
hidrolisis menghasilkan gula reduksi (dekstrosa dan levulosa). Sakarosa diubah menjadi
gula reduksi dan hasilnya dikenal sebagai gula invert. Kecepatan inverse dipengaruhi oleh
suhu, waktu pemanasan, dan harga pH dari larutan.
Gula invert sangat berguna dalam pembuatan selai, karena kristalisasi sakarosa dalam
substrat yang sangat kental dapat dihambat atau dicegah. Diperlukan suatu keseimbangan
antara kadar sakarosa dan gula invert dalam selai. Inversi sakarosa yang rendah dapat
menghasilkan kristalisasi; inversi yang tinggi akan menghasilkan granulasi dekstrosa
dalam gel. Jumlah gula invert yang ada harus lebih rendah dari jumlah sakarosa.
Tampaknya, rasio 40-60 adalah yang diinginkan. Oleh karena itu asiditas buah-buahan
bervariasi dan kondisi pendidihan juga bervariasi maka pengaturan rasio gula invert-
sakarosa yang dikehendaki cukup sulit. Pengendalian asiditas, pH dan persyaratan
pendidihan harus dilakukan. Kesulitan pengendalian rasio gula invert-sakarosa ditemui
pada buah-buahan yang memiliki kadar asam atau pektin rendah dimana diperlukan
pendidihan yang lebih lama.
Dengan pengentalan hampa terjadi sedikit inversi sakarosa. Dalam hal ini
sebagian sakarosa akan diubah menjadi gula prainvert. Pada umumnya gula invert yang
tersedia di pasaran dibuat dari hidrolisis asam, walaupun hidrolisis dapat dilakukan
dengan enzim invertase.

Pembuatan Selai
Buah-buahan yang ideal untuk pembuatan selai harus mengandung pektin dan
asam yang cukup untuk menghasilkan selai yang baik. Buah-buahan tersebut meliputi
apel, berry masam, jeruk, anggur, cerri masam dan lainya.. Strwaberri dan apricot
mengandung asam yang cukup tetapi kandungan pektin rendah. pektin
Proses pembuatan selai melibatkan pendidihan buah untuh mengekstraksi pektin
(mengubah protopektin), untuk memperoleh hasil sari buah yang maksimum dan
mengekstraksi substansi cita rasa yang karakteristik dari buah-buahan. Air dapat
ditambahkan pada buah selama ekstraksi. Jumlah air yang ditambahkan tergantung pada
kandungan air buah. Air yang berlebihan harus diuapkan selama pengentalan, oleh karena
itu, air yang ditambahkan harus sedikit dan diimbangi dengan sari buah yang baik untuk
mencegah kegosongan dan ekstraksi pektin. Enzim penghidrolisis pektin rusak selama
pendidihan ini.
Bubur buah yang telah dididihkan selanjutnya diperas dengan cara penyaringan
atau penekanan untuk memperoleh sari buahnya. Ampas perasan yang tinggal dapat
diekstraksi kembali dengan air, dan dididihkan kembali untuk memperoleh hasil pektin
yang optimal. Sari buah yang diperas mengandung bahan padat yang tersuspensi, dan
biasanya bahan ini dihilangkan dengan penyaringan.
Asiditas, harga pH, kandungan pektin dan bahan padat terlarut sari buah perlu
dianalisis. Kekurangan pektin dapat ditambah dengan bubur pektin. Umumnya bubur
pektin dicampur sepuluh kali volume gula kering, dicampur dengan baik dan
ditambahkan ke dalam sari buah, Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keseragaman
distribusi dan pengendalian penggumpalan.
Gula ditambahkan ke dalam sari buah baik dalam bentuk padat atau dalam bentuk
padat atau dalam bentuk sirup. Sari buah diaduk dan dipanaskan selama tahap
penambahan gula. Pendidihan merupakan tahap yang penting dalam pembuatan selai.
Sari buah harus dikentalkan dengan cepat sampai pada titik kritis bagi pembentukan gel
dari sistem pektin-gula-asam. Pendidihan yang terlalu lama tidak hanya menyebabkan
hidrolisis pektin dan penguapan asam, tetapi juga menyebabkan kehilangan cita rasa dan
warna. Pengentalan hampa dapat memperbaiki produk selai dibandingkan dengan produk
yang dikentalkan pada tekanan atmosfer.
Saat penguapan dihentikan ditentukan oleh tinggi kadar bahan pada terlarut dalam
substrat. Cara identifikasi yang biasa digunakan adalah dengan alat refraktometer. Kadar
bahan padat terlarut dapat ditentukan dengan menggunakan tabel hubungan antara indeks
refraksi dengan kandungan zat padat terlarut dalam larutan gula. Pada tekanan standar,
suhu akhir pendidihan berkisat antara 220 sampai 221 F di dalam pan pemasak yang
terbuka. Dengan unit pengentalan hampa, kandungan bahan padat terlarut harus
ditentukan dengan indeks refraksi atau hydrometer.
Proses pemasakan selai secara kontinu sudah dikembangkan. Apabila asam harus
ditambahkan untuk melengkapi kekurangan dalam komposisi buah, maka penambahan
asam yang terbaik dilakukan pada akhir siklus penguapan. Penambahan asam pada akhir
pengentalan memungkinkan pengisian selai ke dalan kemasan berhasil baik, sebab
pembentukan gel belum terjadi. Penjedalan selai dapat sebagian dikendalikan dengan
penambahan garam penyangga, seperti misalnya natrium sitrat dan fosfat tertentu.
Adanya garam-garam ini cenderung untuk menunda terjadinya pembentukan gel. Dalam
pembuatan jam dan awetan, untuk menjamim potongan buah-buahan terperangkap dalam
struktur gel diperlukan penambahan pektin dalam suspensi untuk mempercepat
pembentukan gel.

KESIMPULAN
Selai buah adalah makanan setengah padat yang dibuat dari buah-buahan dan gula
pasir dengan kandungan total padatan 65%. Pada prinsipnya hampir semua buah dapat
digunakan untuk selai, terutama buah yang mengandung pektin. Pektin adalah senyawa
karbohidrat yang berguna untuk pembemtukan gel pada selai (bentuk seperti bubur sangat
kental) jika bereaksi dengan asam dan gula. Untuk mendapatkan sumber pektin
digunakan buah yang tua tetapi belum masak, dan untuk memperoleh aroma, dan rasa
maka buah yang dipilih adalah buah yang sudah masak. Ada empat substansi yang penting
untuk memproduksi suatu gel buah. Komponen-komponen ini ialah pektin, asam, gula,
dan air. Buah-buahan dan sari buah memperoleh karaktertistik pembentuk selai dari suatu
zat yang disebut pektin.

B. DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and W. Wooton (2007). Ilmu Pangan.
W.Desrosier. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI-Press: Jakarta.
Winarno, FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
NAMA : Tania Fauzia Iqbal
NIM : 1000551

PEMBAHASAN
Kelompok 2 melakukan praktikum pembuatan selai dengan apel sebagai bahan
baku. Pembuatan selai apel ini meliputi proses sortasi, pencucian, pembuangan bagian
yang tidak diperlukan, pengecilan ukuran, penghancuran atau pembuatan pure,
pemasakan dengan gula, dan pengemasan.
Pertama, apel dipilih yang memiliki kriteria sama yaitu segar, tidak cacat, dan
belum terlalu matang. Pemilihan buah yang tidak terlalu matang berpengaruh pada
kandungan pektin buah. Pektin diperlukan untuk membentuk gel (kekentalan) pada
produk selai. Jumlah pektin yang ideal untuk pembentukan gel berkisar 0,75%-1,5%.
Makin matang buah, kandungan pektin akan menurun karena adanya enzim yang
memecah pektin menjadi asam pektat dan alkohol (Fachrudin, 1997). Kemudian apel ini
dicuci dan dipotong-potong. Apel yang telah dipotong tidak direndam dengan larutan
apapun sehingga pencokelatan terjadi dengan cepat. Berat apel setelah dikupas adalah
172,1 gram. Selanjutnya, apel dihancurkan dengan blender. Air sebanyak 250 ml
ditambahkan agar proses penghancuran dapat dilakukan dengan mudah. Hasil
penghancuran ini memiliki berat sebesar 350,5 gr dengan pH 3 (diukur dengan kertas pH
sehingga tingkat ketelitian pH tidak sampai di belakang koma) sehingga tidak
ditambahkan asam, karena menurut Fachruddin, (1997) pH optimum yang dikehendaki
dalam pembuatan selai berkisar 3,10 3,46. Apabila terlalu asam akan terjadi sineresis
yakni keluarnya air dari gel sehingga kekentalan selai akan berkurang bahkan sama sekali
tidak terbentuk gel. Kemudian pure ditambahkan gula sebanyak 350 gram dan dimasak
hingga terbentuk gel dan menjadi selai.
Praktikum yang dilakukan kelompok 2 menghasilkan selai apel yang berwarna
cokelat keemasan dengan rasa manis khas apel. Sedangkan aroma yang tercium adalah
aroma khas selai apel. Selain itu, selain apel ini juga memiliki daya spread yang baik
sehingga mudah dioleskan pada roti sehingga dapat dikatakan selai apel berhasil dibuat.
Hal ini dihasilkan karena perbandingan gula yang tepat yaitu dengan perbandingan 1:1,
pH yang tepat yaitu 3, dan waktu pemasakan dan pengadukan yang benar sehingga tidak
terjadi kegosongan.
Penambahan gula dengan perbandingan 1:1 ini berdasarkan pada literatur yang
menyatakan bahwa buah yang asam (memiliki kisaran pH 3) sebaiknya ditambahkan
dengan jumlah gula yang sama dengan berat pure. Dalam pembuatan selai, gula yang
digunakan adalah sukrosa atau yang lebih dikenal dengan sebutan gula pasir. Tujuan
penambahan gula dalam pembuatan selai adalah untuk memperoleh tekstur, penampakan,
dan flavor yang ideal. Selain itu, gula dapat juga berfungsi sebagai pengawet. Jumlah
penambahan gula yang tepat pada pembuatan selai tergantung pada banyak faktor, antara
lain tingkat keasaman buah yang digunakan, kandungan gula dalam buah, dan tingkat
kematangan buah yang digunakan. perbandingan gula dengan buah yang digunakan untuk
buah yang asam adalah 1:1 (Fachrudin, 1997). Penambahan gula akan mempengaruhi
keseimbangan air dan pektin yang ada. buah yang kandungan pektinnya rendah seperti
nanas, penambahan gulanya lebih sedikit dari bagian buahnya. Sebaliknya, buah yang
kandungan pektinnya tinggi seperti apel, maka penambahan gula sebaiknya lebih banyak.
Kandungan gula yang ideal pada produk selai berkisar 60%-65%.
Pada pembuatan selai, penambahan asam bertujuan untuk mengatur pH dan
menghindari pengkristalan gula. Apabila terlalu asam akan terjadi sineresis yakni
keluarnya air dari gel sehingga kekentalan selai akan berkurang bahkan dapat sama sekali
tidak terbentuk gel. Pada praktikum pembuatan selai ini, kelompok yang membuat selai
dari buah nanas menghasilkan selai yang sangat keras dan lengket bahkan seperti permen.
Hal ini dapat disebabkan oleh pH yang tidak tepat sehingga terjadi kristalisasi yang
menyebabkan selai yang dibuat menjadi keras seperti permen. Selain dipengaruhi oleh
pH, rendahnya kandungan pektin pada buah nanas dapat menjadi salah satu penyebab
kerasnya selai yang dihasilkan karena pektin berperan penting dalam pembentukan gel.
Kecepatan pembentukan gel oleh pektin tergantung pada jenis pektin, suhu pemasakan,
dan konsentrasinya.

KESIMPULAN
Selai apel yang dihasilkan kelompok 2 dapat dikatakan berhasil karena memiliki
warna, rasa, dan aroma yang baik. Selain itu juga, selai apel ini dapat dioleskan dengan
mudah pada roti. Hal ini dihasilkan karena perbandingan gula yang tepat yaitu dengan
perbandingan 1:1, pH yang tepat yaitu 3, dan waktu pemasakan dan pengadukan yang
benar sehingga tidak terjadi kegosongan.
Faktor yang mempengaruhi pembuatan selai adalah kandungan pektin pada buah,
pH pure, dan perbandingan gula. Selai yang menjadi keras seperti permen dapat
disebabkan oleh pH yang tidak tepat dan kandungan pektin yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Fachrudin, Lisdiana. 1997. Teknologi Tepat Guna Membuat Aneka Selai. Penerbit
Kanisius.
Nama : Tri Winarni
NIM : 1000566

PEMBAHASAN

Buah merupakan produk hortikultura yang memiliki banyak manfaat karena


kandungan nutrisi didalamnya. Maka dari itu, buah banyak diminati masyarakat sehingga
saat ini banyak sekali produk olahan buah untuk memperbaiki nilai tambahnya, salah satu
contohnya adalah selai. Selai merupakan salah satu jenis makanan awetan berupa sari
buah atau buah-buahan yang sudah yang sudah dihancurkan, ditambah gula dan dimasak
hingga kental atau berbentuk setengah padat.
Proses pembuatan selai memperngaruhi produk akhir selai itu sendiri. Tiga bahan
pokok pada proses pembuatan selai adalah pektin, asam, dan gula dengan perbandingan
tertentu untuk menghasilkan produk yang baik. Pektin ialah senyawa karbohidrat yang
berguna untuk membentuk gel (bentuk seperti bubur sangat kental) jika bereaksi dengan
gula dan asam. Untuk mendapatkan sumber pektin digunaakn buah yang tua tapi belum
masak, sedangkan untuk mendapatkan cita rasa (aroma dan rasa buah) dipakai buah yang
sudah masak. Karena dikehendaki dua-duanya (pektin dan cita rasa), maka untuk
membuat selai yang baik digunakan campuran buah yang sudah tua tapi belum masak dan
buah yang sudah masak dengan perbandingan yang sama. Buah yang masih muda tidak
dapat digunakan untuk pembuatan selai karena masih banyak mengandung zat pati
(karbohidrat) dan kandungan pektinnya rendah. Kulit buahpun dapat digunakan untuk
menghasilkan selai tersebut.
Untuk membuat selai, perlu menyediakan buah tua dan buah masak serta gula
pasir secukupnya. Formula yang digunakan sebaiknya mempunyai perbandingan buah :
gula = 45 : 55. Campuran tersebut dipekatkan melalui proses penguapan dan pengentalan
sampai hasil akhirnya mempunyai kadar gula ( solublu solids) yang ditentukan dengan
Hand Refraktometer,. Namun, pada praktikum pembuatan selai apel, diguanakan
perbandingan buah : gula = 50 : 50. Dengan berat adalah 172 gram, lalu diblender untuk
dijadikan pure dengan ditambhakan air sebanyak 250 ml, sehingga dihasilkan pure
dengan berat 350 gram dan ph 3. Pembuatan selai apel disertai kulitnya, karena kulit apel
memiliki pektin yang cukup tinggi.
Sifat-sifat yang penting dari produk selai termasuk kestabilannya terhadap
mikroorganisme dan struktur fisiknya. Stabilitas mikroorganisme dari selai dan produk-
produk serupa dikendalikan oleh sejumlah faktor, diantaranya:
1. Kadar gula yang tinggi biasanya dalam kisaran padatan terlarut antara 65-73%
2. pH rendah, biasanya dalam kisaran antara 3,1-3,5 tergantung pada tipe pektin dan
konsentrasi
3. aw biasanya dalam kisaran antara 0,75-0,83
4. Suhu tinggi selama pendidihan atau pemasakan (105-106C), kecuali jika
diuapkan secara vakum dan dikemas pada suhu rendah.
5. Tegangan oksigen rendah selama penyimpanan (misalnya jika diisikan ke dalam
wadah-wadah hermatik dalam keadaan panas)
Struktur khusus dari produk-produk jeli buah-buahan disebabkan karena
terbentuknya kompleks gel pektin-gula-asam. Pektin (asam poligalakturonat, dengan
derajat metoksilasi yang beragam sampai sekitar 12% sususan MeO) terdapat secara
alamiah dalam jaringan buah-buahan sebagai hasil dari degradasi protopektin selama
pematangan, dan mungkin ditambahkan dalam bentuk padat atau cair untuk melengkapi
buah-buahan yang kekurangan pektin seperti arbei.
Kondisi optimum untuk pembentukan gel adalah:
1. Pektin, 0,75-1,5% (tergantung pada tipenya)
2. Gula, 65-70%
3. Asam pH 3,2-3,4
Walaupun demikian, beberapa aspek lainnya seperti tipe pektin, tipe asam, mutu
buah-buahan, prosedur pemasakan dan pengisiandaopat juga memberi pengaruh yang
nyata pada mutu akhir dan stabilitas fisik dan stabilitas terhadap mikroorganisme dari
produk
Pada praktikum pembuatan selai apel, digunakan buah apel yang tidak terlalu
masak. Pembuatan selai ini didasarkan dengan mengambil daging buah apel sebanyak 50
bagian berat buah-buahan yang kemudian dicampur dengan 50 bagian berat gula dan
dipanaskan terus-menerus sampai mendapatkan kepekatan tertentu. Langkah pertama
yang dilakukan adalah mencuci dengan bersih apel yang telah disediakan, lalu bagian-
bagian yang tidak diinginkan, seperti biji dan tangkai dibuang. Buah apel diblender
dengan ditambahkan air sebanyak 250 ml untuk mempermudah proses pelumatan dalam
menghasilkan pure apel.
Pure yang telah jadi, dimasukan kedalam wajan dan ditambahkan gula dengan
perbandingan apel : gula yaitu 50 : 50. Pure diamsak 30 menit dan diaduk terus hingga
homogen agar rasa manis dapat merata dan dapat menambah kepekatan. Dalam
pembuatan selai ini tidak ditambahkan air, karena jika ditambahkan air kemungkinan
yang terjadi adalah tidak diperoleh kepekatan melainkan menjadi encer. Penambahan gula
dalam pembuatan selai adalah sebagai bahan pengawet dan penguat cita rasa pada selai
itu sendiri. Gula juga berpengaruh terhadap kekentalan selai yang dihasilkan, maka dari
itu penambahan gula harus pas.
Penambahan gula akan menaikan tekanan osmosa larutan, sehingga
menyebabkan terjadinya plasmolisa pada sel-sel mikroba. Dngan terjadinya plasmolisa
air keluar dari sel-sel mikroba maka dengan berkurangnya air untuk pertumbuhan, sel-sel
mikroba akan mengering dan akhirnya akan mati. Disamping gula akan menurunkan
water activity (Aw) bahan makanan sampai suatau keadaan pertumbuhan mikroba tidak
memungkinkan lagi, sehingga gula juga berfungsi sebagai pengawet. Meskipun gula yang
ditambahkan sudah berfungsi sebagai pengawet, kadang-kadang kedalam jam juga masih
ditambahkan pengawet anti kapang, misalnya Natrium benzoat.
Pemasakan selai dilakuakan pada wajan berlapis email supaya buah apel yang
dimasak tidak bereaksi dengan logam. Dalam pemanasan ini, dilakukan dengan api kecil
dan diaduk terus sampai diperoleh kepekatan/ kekentalan tertentu. Pemasakan selai harus
terus diaduk adalah untuk menghindari gosong dan karamelisasi. Pada selai apel ini warna
yang dihasilkan coklat, karena buah apel mengandung senyawa fenol yang cukup tinggi.
Pemanasan atau pemasakan harus diperhatikan, jangan sampai terlalu kental atau kurang
kental. Terlalu kental mengakibatkan sari buah banyak yang menguap sedangkan kurang
kental mengakibatkan pembentukan selai atau jeli kurang sempurna.
Pemasakan selai dilakukan baik pada tekanan atmosfer (pada suhu sampai 106C,
atau sama dengan kira-kira 68% padatan) atau dalam keadaan vakum, biasanya suhu tidak
melebihi 65C kecuali untuk pengisian.
Setelah tercapai kekentalan tertentu, biasanya, dalam pembuatan selai
ditambahkan bahan tambahan pangan, seperti asam sitrat , asam benzoat, atau natrium
benzoate dimana natrium benzoate merupakan bahan pengawet organic yang dapat
menhambat aktivitas mikroorganisme. Penambahan natrium benzoate biasa dilakukan
ketika agak kental supaya natrium benzoate tidak langsung habis bereaksi pada saat
pemanasan. Namun, pada praktikum pembuatan selai apel tidak ditambahkan bahan
tambahan pangan apapun, termasuk asam sitrat. Ini sudah sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) selai buah mengenai definisi selai buah yaitu produk makanan semi
basah, dibuat dari pengolahan bubur buah-buahan, gula dengan atau tanpa zat tambahan
makanan yang diizinkan. Selain itu, karena ph selai apel yang telah dimasak adalah 3,
sehingga tidak perlu ditambahkan asam sitrat.
Untuk mengetahui apakah selai sudah diperoleh kepekatan/kekentalan dapat
dilakukan penjedalan dengan cara mengambil satu sendok selai dan dimiringkan. Apabila
selai berjalan lancar berarti pemanasan belum cukup, sedangkan jika selai berjalan
mengalir lambat maka pemanasan atau pemasakan dihentikan. Selain itu, cara yang
dilakuakn untuk mengetahui keberhasilan pembuatan selai dengan tekstur yang baik
adalah dengan cara mengambil 1 sendok selai yang telah dimasak lalu dimasukan
kedalam air dingin dalam sebuah mangkuk, apabila selai tidak hancur dalam air tersebut,
itu artinya tekstur selai sudah baik.
Setelah diperoleh selai dengan kekentalan yang baik, selai didinginkan dan
dikemas. Kemasan selai yang baik yaitu menggunakan botol kaca karena akan lebih steril
dibandingkan dengan botol plastik. Proses pengemasan yang benar yaitu bila selai sudah
matang, langsung dimasukan kedalam botol agar tidak terkontaminasi oleh
mikroorganisme yang ada diudara. Namun, karena kemasan yang baik tidak tersedia,
maka selai apel dikemas dalam plastik. Selai apel yang dihasilkan sudah cukup baik
dengan menghasilkan organoleptik aroma khas selai apel, rasanya manis khas apel, dan
warnanya coklat keemasan.

KESIMPULAN
Selai adalah produk makanan yang kental atau setengah padat dibuat dari
campuran 45 bagain berat buah (cacah buah) dan 55 bagian berat gula. Tiga bahan pokok
pada proses pembuatan selai adalah pektin, asam, dan gula dengan perbandingan tertentu
untuk menghasilkan produk selai yang baik. Prinsipnya adalah mengawetkan bahan
pangan dengan cara menurunkan kadar air dan pH bahan dengan penambahan gula
konsentrasi tinggi dan asam sitrat sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme
Hasil praktikum pembuatan selai apel menunjukan bahwa dalam proses
pembuatannya, sudah cukup baik karena selai yang dihasilkan memiliki organoleptik
yang sudah sesuai dengan kriteria selai pada umumnya, yaitu tekstur dengan kekentalan
yang cukup, aroma khas buah apel, dan rasanya manis khas buah apel.

DAFTAR PUSTAKA
http://industri10yusup.blog.mercubuana.ac.id/2010/10/07/sodium-benzoat-oleh-
faisal/ diakses tanggal 5 desember 2012
http://ms.wikipedia.org/wiki/Gula diakses tanggal 5 desember 2012
http://id.shvoong.com/books/novel-novella/1923693-anggur/ diakses tanggal 5
desember 2012
Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan,
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan
Swiss Development Cooperation, 1993.
Arsyad, M.N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta:Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai