Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 6 (R-002)
Buah buahan yang digunakan untuk pembuatan selai harus betul-betul buah
yang telah masak agar diperoleh flavor atau aroma serta cita rasa dan warna yang
baik, umumnya dapat digunakan dari bermacam-macam jenis buah-buahan.
Salah satu contoh buah-buahan yang sering dijadikan selai yaitu buah nanas.
Nanas termasuk salah satu buah klimakterik yang memiliki karakteristik aroma, rasa
dan warna yang khas yang disukai oleh sebagian besar masyarakat. Umumnya,
pemanfaatan buah nanas tersebut hanya terbatas pada konsumsi buah segar bukan
dalam bentuk produk olahan. Padahal, nanas yang termasuk salah satu buah yang
sangat melimpah pada masa panennya tersebut memiliki sifat yang mudah rusak dan
cepat mengalami kebusukan. Salah satu cara penanganan yang dapat dilakukan adalah
dengan mengolah nanas tersebut menjadi suatu produk olahan lain seperti selai nanas.
Buah nanas cukup lengkap kandungan vitaminnya. Kandungan vitamin
terbanyak yaitu vitamin C, di samping itu juga mengandung vitamin A, B1, B2, dan
niacin. Selain vitamin juga terdapat kalsium, phosphor, besi, protein, karbohidrat,
serat dan lain-lain. Selai mengandung senyawa-senyawa yang berguna untuk tubuh,
selai dengan buah murni akan memiliki kadar air yang tinggi. Maka dari itu
diperlukan penambahan gula yang berlebih untuk meningkatkan viskositas,
pemanasan yang lama untuk menurunkan kadar air, dan penambahan pektin untuk
mempercepat pembentukan gel. (Muljohardjo, 1984)
Penambahan gula yang terlalu banyak akan menyebabkan cita rasa yang
kurang disukai oleh konsumen. Pemanasan yang terlalu lama menurunkan kualitas
gizi dari selai, demikian juga penambahan pektin tidak boleh melebihi ketentuan.
Penambahan sukrosa dan glukosa juga digunakan untuk dapat menghasilkan selai
dengan tingkat viskositas dan rasa yang sesuai dengan yang diinginkan oleh
konsumen. Maka dari itu laporan ini dibuat untuk mengetahui proses pembuatan selai
dengan menggunakan buah nanas yang segar dengan penambahan gula.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Untuk mengetahui prosedur pengolahan selai nanas
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan pektin terhadap pembuatan selai
3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan gula terhadap pembuatan selai
4. Untuk mengetahui uji organoleptik yang dilakukan terhadap selai mangga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Selai
Selai merupakan makanan berbentuk pasta yang diperoleh dari pemasakan bubur
buah, gula dan dapat ditambahkan asam serta bahan pengental. Proporsinya adalah 45%
bagian berat buah dan 55% bagian berat gula. Campuran yang dihasilkan kemudian
dikentalkan sehingga hasil akhirnya mengandung total padatan terlarut minimum 65%
(Fachruddin, 1997).
Selai buah adalah produk pangan semi basah, merupakan pengolahan bubur buah
dan gula yang dibuat dari campuran 45 bagian berat buah dan 55 bagian berat gula
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan yang diizinkan (Fatonah, 2002). Selai
merupakan produk awetan yang dibuat dengan memasak hancuran buah yang dicampur
gula atau campuran gula dengan dekstrosa atau glukosa, dengan atau tanpa
penambahan air dan memiliki tekstur yang lunak dan plastis (Buckle, dkk., 1987)
Salah satu pengolahan buah nanas adalah selai. Selai merupakan produk makanan
semi basah yang dapat dioleskan yang dibuat dari pengolahan buah-buahan, gula
dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang
diijinkan. Salah satu karakteristik yang dimiliki selai adalah tingkat viskositasnya. Selai
juga harus memiliki rasa yang dapat diterima oleh konsumen. Selain mengandung
senyawa-senyawa yang berguna untuk tubuh, dalam hal lain selai dengan buah murni
akan memiliki kadar air yang tinggi. Maka dari itu diperlukan penambahan gula yang
berlebih untuk meningkatkan viskositas, diperlukan pemanasan yang lama untuk
menurunkan kadar air, dan juga diperlukan penambahan pektin untuk mempercepat
pembentukan gel.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan selai, antara lain
pengaruh panas dan gula pada pemasakan, serta keseimbangan proporsi gula, pektin,
dan asam (Muchtadi, 1997). Gula dan pektin harus berada pada keseimbangan yang
sesuai, apabila gula yang digunakan terlalu sedikit maka selai yang dihasilkan akan
menjadi keras. Jika gula terlalu banyak, maka selai akan menyerupai sirup (Muchtadi
dkk., 1979). Penambahan asam pada pembuatan selai juga harus diperhatikan karena
penambahan asam berlebihan akan menyebabkan pH menjadi rendah, sehingga terjadi
sinersis yaitu keluarnya air dari gel. Sebaliknya jika pH tinggi, akan menyebabkan gel
pecah (Fachruddin, 1997).
2.2 Nanas
Tanaman nanas (Ananas comorus (L). Merr) dapat tumbuh dengan baik di
Indonesia sehingga sangat banyak dibudidayakan. Tanaman ini memiliki buah dengan
ukuran yang sedang, warna daging buah kuning, serta memiliki aroma harum dan
memiliki rasa asam manis. Buah nanas baik digunakan sebagai bahan baku olahan
dalam pembuatan suatu produk karena dapat berfungsi sebagai sumber flavor alami,
baik untuk makanan maupun minuman serta memiliki kandungan gizi yang baik
(Yustina dan Yuniarti, 2013).
Buah nanas adalah salah satu buah yang memiliki kandungan antibakteri.
Kandungan klor, iodium, fenol pada buah nanas mempunyai efek membunuh bakteri.
Klor bereaksi dengan air membentuk hipoklorit yang bersifat bakterisidal. Iodium
merupakan salah satu zat bakterisidal terkuat, bekerja dengan cepat dan hampir semua
kuman patogen dibunuh. Iodium dipercaya dapat menggumpalkan protein. Fenol juga
merupakan salah satu antiseptik dengan khasiat bakteri, yaitu bekerja dengan cara
mendenaturasi protein sel bakteri (Rakhmanda, 2008).
Komposisi kimia daging buah nanas masak Kandungan Kimia % Air 85.0 Protein
0.4 Lemak 0.2 Abu 0.4 Gula 12.0 Asam sulfat sitrat 1.0 (Muljohardjo, 1984)
2.3 Pektin
Pektin merupakan bahan pangan yang bersifat fungsional. Pektin dapat digunakan
sebagai pembentuk gel, sebagai penstabil dan sebagai bahan pengental yang baik pada
bahan pangan. Pektin dapat diperoleh dengan mudah dari limbah hasil pengolahan
buah-buhan maupun sayuran. Pektin merupakan suatu senyawa karbohidrat golongan
polisakarida dan polimer dari asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan β–1,4
glukosida. Asam galakturonat merupakan turunan dari galaktosa (Winarno, 1984).
Pektin adalah substansi alami yang terdapat pada sebagian besar tanaman pangan.
Selain sebagai elemen struktural pada pertumbuhan jaringan dan komponen utama dari
lamella tengah pada tanaman, pektin juga berperan sebagai perekat dan menjaga
stabilitas jaringan dan sel. Pektin merupakan senyawa polisakarida dengan bobot
molekul tinggi, pektin digunakan sebagai pembentuk gel dan pengental dalam
pembuatan jelly, marmalade, makanan rendah kalori dan dalam bidang farmasi
digunakan untuk obat diare (Hariyati, 2006).
Buah yang banyak mengandung pektin alami; pepaya muda, apel, apricot, jeruk
orange Seville, redcurrent, dan lemon. Buah lain seperti stroberi, nanas, mangga, pir,
atau jeruk manis perlu ditambah pektin atau dicampur dengan pepaya muda agar selai
dapat mengental.
Dalam suatu substrat buah-buahan asam, pektin adalah koloid yang bermuatan
negatif. Penambahan gula akan mempengaruhi keseimbangan pektinair yang ada dan
meniadakan kemantapan air. Pektin akan menggumpal dan membentuk suatu serabut
halus. Kontinuitas dan kepadatan serabut-serabut yang terbentuk ditentukan oleh
banyaknya kadar pektin (Desrosier, 1988). Semakin tinggi kadar pektin, maka semakin
padat struktur serabut tersebut. Gula yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 65% agar
terbentuknya kristal-kristal di permukaan gel dapat dicegah (Winarno, 2008).
2.4 Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan
langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energy. Gula merupakan salah satu
pemanis yang umum dikonsumsi masyarakat. Gula biasa digunakan sebagai pemanis di
makanan maupun minuman, dalam bidang makanan, selain sebagai pemanis, gula juga
digunakan sebagai stabilizer dan pengawet (Darwin, 2013).
Dalam konsentrasi tinggi gula dapat mengikat air yang tersedia untuk proses
pertumbuhan mikroorganisme dan menurunkan aktivitas air (aw) jika ditambahkan
kedalam bahan pangan. Gula mengurangi keseimbangan relatif dan mengikat air pada
bahan pangan karena gula memiliki daya larut yang tinggi (Muryanti, 2011).
Gula berperan sebagai pengawet bagi berbagai macam makanan terutama jam,
jeli, marmalade, sari buah pekat, sirup dan lain-lain. Konsentrasi gula yang tinggi
(70%) sudah dapat menghambat pertumbuhan mikroba, akan tetapi pada umumnya gula
dipergunakan dengan salah satu teknik pengawetan lainnya, misalnya dikombinasikan
dengan keasaman tinggi, pasteurisasi, penyimpanan pada suhu rendah, pengeringan,
pembekuan dan penambahan kimia seperti SO2, asam benzoat dan lain-lain. Kadar gula
yang tinggi (minimum 40%) bila ditambahkan ke dalam bahan pangan, air dalam bahan
pangan akan terikat sehingga tidak dapat dipergunakan oleh mikroba dan aw menjadi
rendah (Muchtadi, 1997)
BAB III
METODOLOGI
Praktikum ini akan dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Oktober 2021 pukul
13.00 – 15.00 WIB yang bertepatan di Laboratorium Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pondok Meja
Pada kegiatan ini alat yang digunakan adalah pisau, blender, baskom, spatula,
sendok, botol kaca, panci, wajan, kompor, pengaduk. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah buah nanas, air, gula pasir, pektin, dan asam sitrat.
Diaduk hingga homogen, apabila warna terlihat agak pekat kecilkan apinya..
Masukkan pH meter ke dalam wadah yang berisi air yang akan diuji.
Pada saat dicelupkan ke dalam air, skala angka akan bergerak cepat.
No Kode Sampel pH
1 145 3,16
2 734 4,12
3 353 3,04
1 145 40
2 734 36,5
3 353 34,3
Tabel 3.1.3 Hasil Uji Hedonik terhadap Warna, Rasa, dan Daya Oles
Parameter
Kode
No
Sampel Warna Rasa Daya Oles
2 734 Tidak berbeda nyata Tidak berbeda nyata Tidak berbeda nyata
3 353 Tidak berbeda nyata Tidak berbeda nyata Tidak berbeda nyata
Tabel 3.1.4. Hasil Uji Mutu Hedonik terhadap Warna, Rasa, dan Daya Oles
Parameter
Kode
No
Sampel Warna Rasa Daya Oles
2 734 Tidak berbeda nyata Tidak berbeda nyata Tidak berbeda nyata
3 353 Tidak berbeda nyata Tidak berbeda nyata Tidak berbeda nyata
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, kami menguji pengaruh tingkat kematangan buah yang
digunakan terhadap kualitas selai yang dihasilkan. Pada pengujian yang dilakukan
diantaranya melalui pengujian pH bubur buah, pengujian Total Padatan Terlarut
(TPT) dan pengujian organoleptik (uji hedonik dan mutu hedonik). Sampel yang
digunakan dalam praktikum ini ada 3, yaitu selai dari buah setengah matang (kode
sampel 145), selai dari buah yang telah matang (kode sampel 734), dan selai dari
campuran buah setengah matang dan buah matang (kode sampel 353).
Setelah didapatkan data dari pengujian hedonik ketiga sampel selanjutnya dari
data tersebut dilanjutkan dengan menggunakan analysis of variance (anova). Pada
pengujian hedonik dari parameter warna, rasa dan daya oles didapatkan F hitung lebih
besar dibandingkan dengan F tabel 0,05 dan 0,01 yang artinya pada parameter warna,
rasa dan daya oles sampel adalah berbeda nyata, sehingga harus dilakukan uji duncan.
Berdasarkan Uji duncan didapatkan sampel 353 dan 745 tidak berbeda nyata
sedangkan sampel 145 berbeda nyata. Dan pada data pengujian mutu hedonik
hasilnya sama dengan pengujian hedonik bahwa sampel 145 berbeda nyata sedangkan
sampel 353 dan 745 tidak berbeda nyata.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dalam praktikum pembuatan selai nanas ini diharapkan praktikan lebih teliti,
dan jadwal praktikum dijadwalkan dengan tepat agar praktikan dapat melakukan
praktikum dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet, dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah
Hari Purnomo dan Adiono. Jakarta: Universitas Indonesia. (UI-Press).
Fathonah, W. 2002. Optimasi Selai dengan Bahan Baku Ubi Jalar Celembu. Bogor : IPB.
Hariyati, M. N. 2006. Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin dari Limbah Proses Pengolahan
Jeruk Pontianak. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Muchtadi, T. R. 1997. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. Bogor:
IPB
Muljohardjo, Muchji. 1984. Nanas dan Teknologi Pengolahannya (Ananas comosus) (L)
Merr). Yogyakarta: Liberty.
Muryanti. 2011. Proses Pembuatan Selai Herbal Rosela Kaya Anti Oksidan dan Vitamin C.
Surakarta : Skripsi.Fakultas Pertanian Universitas 11 Maret
Oyeyinka, S. A., et al. 2011. Selected Quality Attributes of Jam Produced from Osmo-
Dehydrated Cashew Apple. Journal of Food Technology 9 (1) : 27- 31, 2011
Rakhmanda. 2008. Perbandingan Efek Anti Bakteri Jus Nanas Pada Berbagai Konsetrasi
Bakteri Steptococcus Mutas. Artikel KTI Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang
Syahrumsyah, dkk. 2010. Pengaruh Penambahan Karboksil Metil Selulosa (CMC) dan
Tingkat Kematangan Buah Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) Terhadap Mutu selai
Nanas. Teknologi Hasil Pertanian. 6(1): 34- 40.
1. UJI HEDONIK
Warna Hedonik
F
SK DB JK KT Ftabel Notasi
Hitung
Sampel 2 25,87879 12,93939 5% 1%
12,7844
Panelis 10 19,57576 1,957576
3 **
Galat 20 10,78788 0,539394 3,32 5,39
Total 32 56,24242
Berdasarkan tabel anova didapatkan F hitung memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan
F tabel 0,05 dan 0,01 yang artinya tingkat rasa pada ketiga sampel adalah berbeda nyata,
sehingga harus dilakukan uji duncan
Sd 0,580839
Rata
Perlakuan Rata2+dmrt Simbol
duncan rata
2 3
5% 1 2,27 3,948624 a
2,89 3,04 3 4 5,76575 b
DMRT 1,678624 1,76575 2 4,27 b
Rasa Hedonik
F
SK DB JK KT Ftabel Notasi
Hitung
Sampel 2 22,06061 11,0303 5% 1%
Panelis 10 23,39394 2,339394 17,5
**
Galat 20 12,60606 0,630303 3,49 5,85
Total 32 58,06061
Berdasarkan tabel anova didapatkan F hitung memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan
F tabel 0,05 dan 0,01 yang artinya tingkat rasa pada ketiga sampel adalah berbeda nyata,
sehingga harus dilakukan uji duncan
Rata
Perlakuan Rata2+dmrt Simbol
duncan rata
2 3 1 2,27 3,948624 a
5%
2,89 3,04 3 4 5,76575 b
DMRT 1,678624 1,76575 2 4,27 b
Daya Oles Hedonik
Berdasarkan tabel anova didapatkan F hitung memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan
F tabel 0,05 dan 0,01 yang artinya tingkat rasa pada ketiga sampel adalah berbeda nyata,
sehingga harus dilakukan uji duncan
Sd 0,416818
perlakuan rata rata rata2+dmrt simbol
duncan 5% 2 3 1 1,91 3,114604 a
2,89 3,04 3 3,63 4,897127 b
DMRT 1,204604 1,267127 2 4,72 b
2. UJI MUTU HEDONIK
F
SK DB JK KT Ftabel Notasi
Hitung
Sampel 2 24,78788 12,39394 5% 1%
Panelis 10 13,51515 1,351515 17,9386
**
Galat 20 7,212121 0,360606 3,32 5,39
Total 32 45,51515
Berdasarkan tabel anova didapatkan F hitung memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan
F tabel 0,05 dan 0,01 yang artinya tingkat rasa pada ketiga sampel adalah berbeda nyata,
sehingga harus dilakukan uji duncan
Berdasarkan tabel anova didapatkan F hitung memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan
F tabel 0,05 dan 0,01 yang artinya tingkat rasa pada ketiga sampel adalah berbeda nyata,
sehingga harus dilakukan uji duncan
sd 0,516398
duncan 5% 2 3 perlakuan rata rata rata2+dmrt simbol
2,89 3,04 1 2,45 3,94239 a
DMRT 1,49239 1,569849 2 3,81 5,379849 ab
3 3,81 ab
Daya Oles Mutu Hedonik
Berdasarkan tabel anova didapatkan F hitung memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan
F tabel 0,05 dan 0,01 yang artinya tingkat rasa pada ketiga sampel adalah berbeda nyata,
sehingga harus dilakukan uji duncan
sd 0,579097
duncan 5% 2 3 perlakuan rata rata rata2+dmrt simbol
2,89 3,04 1 2,18 3,853591 a
DMRT 1,673591 1,760455 3 3,91 5,670455 b
2 4,18 b
3. GAMBAR