Oleh: Kelompok 7
1. Zulvinur Khoirun N. / 171710101026
2. Mafazatul Azmiayah / 171710101069
3. Dini Indah Kartikosari / 171710101106
4. Anggi Wahyu I. A. / 171710101122
Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari buah
segar yang direbus dengan gula, pektin dan asam. (Muresan et al., 2014). Selai dapat
dibuat dari berbagai macam buah yang tersedia. Proporsinya adalah 35% bagian berat
buah dan 65% bagian berat gula (Fasogbon et al., 2013). Campuran yang dihasilkan
kemudian dikentalkan sehingga hasil akhirnya mengandung total padatan terlarut
minimum 65% (Fachruddin, 1998). Biasanya selai terbuat dari buah yang telah
masak, gula, asam sitrat dan pektin (Broomfield, 1996).
2.2.2 Gula
Gula yang ditambahkan dalam pembuatan selai/jam buah umumnya dalam
bentuk sukrosa dan glokosa. Gula yang sudah dimurnikan mengandung sukrosa
99,9%. Gula mempunyai rasa manis, berwarna putih dan bersih. Sifat fisik dan kimia
gula, diantaranya mudah mengalami hidrolisa, memiliki kelarutan dalam air tinggi,
dalam kondisi jenuh mengkristal dengan pemanasan yang berlebihan dapat
menimbulkan karamelisasi. Dalam pembuatan selai/jam buah, fungsi gula sebagai
pembentuk gel, pemanis dan pengawet. Dalam konsentrasi tinggi, gula dapat
menurunkan water activity (Aw) dalam bahan makanan sampai batas dimana
mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Gula juga menaikkan tekanan osmosa larutan
sehingga terjadi plasmolisa sel mikroba. Adapun kandungan gizi dalam gula pasir
dapat dilihat dalam table di bahwah ini :
Tabel 2. Kandungan gizi gula pasir
Zat gizi Jumlah
Energi 9 (kkal) 364
Protein (g) 0
Lemak (g) 0
Karbohidrat (g) 94,0
Kalsium (g) 5
Fosfor (g) 1
Sumber: Darwin, 2013
Sukrosa dapat bersifat mengawetkan bahan pada konsentrasi 50-60 %,
sedangkan glukosa mampu menghambat pertumbuhan khamir pada konsentrasi
40%. Selain sebagai pengawet, penambahan gula dilakukan untuk meningkatkan total
padatan selai/jam buah yang dihasilkan dari proses pengolahan. Jumlah gula yang
ditambahkan tergantung dari kandungan pektin dalam buah. Apabila digunakan buah
yang kandungan pektin tinggi, maka kebutuhan gulanya lebih rendah bila dibanding
dengan penggunaan buah yang kandungan pektinnya rendah. Umumnya untuk buah
yang kandungan pektinnya tinggi digunakan 1 bagian gula untuk satu bagian buah
(dalam berat).
2.2.3 Natrium Benzoat
Selai/jam buah yang diolah secara higienis biasanya bisa tahan disimpan selama
beberapa hari. Namun untuk tujuan komersial, biasanya membutuhkan waktu
distribusi dan pemasaran produk lebih panjang, Untuk itu, selai/jam buah perlu
diberikan perlakukan tambahan guna memperpanjang masa simpan bahan. Salah satu
cara pengawetan selai/jam buah yang sering dilakukan, yaitu dengan menambahkan
bahan pengawet kimia kedalam produk. Fungsi bahan pengawet adalah untuk
mencegah tumbuhnya mikroorganisme yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan
sehingga memiliki masasimpan tertentu yang lebih panjang.Ada beberapa keuntungan
dalam penggunaan bahan pengawet,diantaranyaproduk menjadi lebih awet,
pengerjaannya lebih mudah dan praktis, dan lebih murah bila dibanding dengan cara
pengawetan yang lain, seperti pemanasan dan pendinginan. Bahan pengawet yang
paling umum digunakan untuk jam/selai ialah natrium benzoat. Natrium benzoat
memiliki bentuk kristal putih, berasa manis dan kadang-kadang sepet. Garam natrium
benzoat ini Iebih mudah larut dalam air daripada asam benzoat. Natrium benzoat
efektif digunakan pada pH 2,5-4.0 (asam). Oleh karena, itu, semakin tinggi tingkat
keasaman jam/selai, semakin sedikit natrium benzoat yang dibutuhkan. Dalam
pembuatan jam/selai, natrium benzoat digunakan dengan dosis antara 0,05-0,1%.
Penggunaan natrium benzoat pada kadar tersebut relatif tidak mempengaruhi rasa dan
aroma jam/selai. Penggunaan bahan pengawet kimia harus taat aturan, karena bila
berlebihan akan berpengaruh negatif terhadap tubuh.
2.2.4 Asam Sitrat
Asam sitrat digunakan sebagai penguat rasa asam alami buah yang mungkin
hilang dalam prosep semasakan dan pembentukan gel. Rasa sama yang dihasilkan
merupakan penyeimbang antara rasa manis dan asam yang ingin dihasilkan, sehingga
rasa selai yang dihasilkan dapat mendekati seperti rasa buah alami. Penggunaan asam
sitrat sebagai zat tambahan dalam pembuatan selai harus sesuai dengan komposisi
yang aman bagi kesehatan. Untuk buah-buahan yang karakteristik rasanya memang
sudah asam, penggunaan asam sitrat dapat dikurangi. Penggunaan asam sitrat dapat
digantikan dengan menggunakan air perasa jeruk nipis yang jumlahnya sesuai dengan
selera sehingga tercapai rasa yang diinginkan.
2.3 Blok Diagram Pengolahan Selai Nanas
C Air 1000
B2 200 kg
kg
B1 40 kg D air cucian
990 kg
F1 Air 800 kg F2 Air 800 kg
E 210 kg H1 218 kg
Perebusan Perendaman air es
M 310 kg
2.4 Neraca Kesetimbangan Massa Pengolahan Selai Nanas
Buah nanas
Pengupasan
Pengecilan ukuran
Pencucian
Blanching
Penghancuran
Gula, Asam
sitrat dan Na Pemasakkan
Benzoat
Selai nanas
Total 240
Total 1200
2.4.3 Proses Blanching
Massa nanas = 210 kg
Massa air yang ditambahkan = 800 kg
Asumsi air yang terserap 1 % = 1/100 x 800 kg = 8 kg
Air yang keluar 99 % x 800 kg = 792 kg
Massa nanas setelah di blanching = ( 210 + 8 ) kg = 218 kg
Perendaman air es
Massa nanas = 218 kg
Massa air es yang ditambahkan = 800 kg
Asumsi air yang terserap 1 % = 1/100 x 800 kg = 8 kg
Air yang keluar 99 % x 800 kg= 792 kg
Massa nanas setelah di blanching = ( 218+ 8 ) kg = 226 kg
Tabel Neraca kesetimbangan massa proses blanching:
Komponen Masuk (kg) Komponen Keluar (kg)
Buah nanas sebelum blanching Buah nanas blanching
Selama proses pemasakan bubur buah nanas terjadi perubahan jumlah dari
masing – masing komponen bahan. Selama proses pemasakan terjadi penguapan 50%
air pada bubur nanas dan 3% pada gula (asumsi), sehingga perhitungan komponen
kesetimbangan massa bahan menjadi sebagai berikut.
Total bahan = bubur nanas + gula
=426+100 kg= 526
Asumi air pada bubur buah nanas yang menguap
50% = 426 x 50% = 213 kg
Sisa bubur nanas= 213 kg (29,4 padatan dan 183,6 air)
Asumsi air pada gula yang menguap 3% = 100 x 3% = 3 kg
Air yang menguap = 213 + 3 gram = 216 kg
Selai nanas = 526– 216 = 310 kg
Tabel neraca massa pemasakkan:
Komponen Masuk (kg) Komponen Keluar (kg)
Air bubur nanas 396,6 Air nanas 183,6
A. Pengupasan
Nanas yang sudah disipakan untuk diolah menjadi selai nanas terlebih dahulu
dilakukan pengupasan. Proses pengupasan dilakukan untuk memisahkan daging buah
dengan kulitnya. Pada pembuatan selai nanas skala industry pengupasan dilakukan
dengan menggunakan alat yaitu otomatis juicer buah nanas. Otomatis juicer buah
nanas merupakan alat untuk mengupas dan corning buah nanas. Pada industry selai
nanas diperlukan otomatis juicer buah nanas untuk mempermudah proses pengupasan
dan mengurangi biaya produk. kapasitas pengupasan alat ini adalah 6-12
pieces/menit.
C. Pencucian
Proses pencucian dilakukan agar kotoran yang masih tersisa bias terpisah dari
daging bauh nanas. Mesin yang digunakan dalam proses pencucian pada industri selai
skala besar adalah washing machine. Washing machine adalah alat pencuci bahan
baku. Industri selai nanas memerlukan alat ini untuk mencuci nanas yang telah
dikupas. Hal tersebut bertujuan agar bahan baku bersih dari kotoran yang masih
menempel pada bahan baku sehingga menjadi higienis. Mekanisme kerja alat ini
yaitu bahan baku akan masuk ke dalam pipa yang berjaring. Jaring tersebut berguna
agar air yang disemprotkan dapat keluar dan tidak mengendap pada pipa. Selanjutnya,
pipa akan berputar sehingga setiap permukaan bahan baku dapat tersiram air secara
merata.Air yang disemprotkan berasal dari pipa kecil yang terdapat di dalam pipa
tersebut.Selain itu, kapasitas alat ini yaitu sebesar 300 liter.
Gambar 3. Washing Machine
D. Blanching
Nanas yang sudah dicuci kemudian dilakukan proses blanching. Blanching
adalah suatu proses pemanasan yang diberikan terhadap suatu bahan yang bertujuan
untuk menginaktivasi enzim, melunakkan jaringan dan mengurangi kontaminasi
mikroorganisme yang merugikan, sehingga diperoleh mutu produk yang dikeringkan,
dikalengkan, dan dibekukkan dengan kualitas baik. Lama blanching bergantung pada
karakteritik bahan, blanching 3 menit menghasilkan warna french fries yang lebih
baik (Anggraini, 2005), namun umumnya blanching membutuhkan suhu berkisar 75
– 95 0C selama 1 – 10 menit. Metode blanching yang paling umum digunakan adalah
blanching dengan uap air panas (steam blanching) dan dengan air panas (hot water
blanching).
F. Pemasakan
Nanas yang sudah menjadi bubur kemudian dilakukan proses pemasakan.
Proses pemasakan bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang merupakan kotoran
serat termasuk kotoran yang terjadi selama penyimpanan, karena zat-zat terssebut
dapat menggangu dan menghalangi penyerapan pada proses selanjtnya seperti
engelantangan, pencelupan, pencapan, dan penyempurnaan. Pada proses pemasakan
bubur nanas ditambahkan gula, asam sitrat dan natrium benzoat. Proses pemasakan
dilakukan dengan steam jacketed kettle with mixer. Steam jacketed kettle with mixer
adalah alat untuk memasak bubur nanas menjadi selai. Alat ini dilengkapi dengan
mixer agar untuk mengaduk bahan yang ada didalam mesin agar panas merata.Alat
ini dapat menamput 100 L bahan dan terbuat dari stainless steel.
G. Pengemasan
Selai yang sudah jadi kemudian dilakukan pengemasan pada botol. Proses
pengemasan ini dilakukan dengan bottling machine. Bottling machine dengan pompa
merupakan alat yang digunakan pengemasan selai nanas.Alat ini sangat cocok untuk
pengemasan selai.Volume dan kecepatan pengemasan dapat disesuaikan. Alat ini
bekerja secara otomatis dimana juga dapat menimbang dan menentukan berat atau
jumlah yang akan dikemas. Alat ini mampu mengemas produk sebanyak 5-60
kemasan/menit.
Gambar 7. bottling machine
2.6 Flowsheet Pembuatan Selai Nanas
Nanas
sortasi
inspeksi
limbah
Air bersih
Air bersih
Pengupasan
Pengecilan ukuran blanching
Pencucian
Storage
2.7 Utilitas Industri Selai Nanas
C. MIKROBIOLOGI
Total koliform (MPN) Jumlah 50 Bukan air
per 100 ml perpipaan
Jumlah 10 Air perpipaan
per 100 ml
D. RADIO
AKTIVITAS
1 Aktivitas Alpha Bq/L 0,1
(Gross Alpha
Activity)
2 Aktivitas Beta Bq/L 1,0
(Gross Beta Activity)
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MEN.KES/PER/IX/1990 .
Industri selai nanas membutuhkan adanya unit pengolahan air guna memenuhi
ketersediaan air yang digunakan untuk media pendingin, pembangkit boiler,sanitasi
peralatan, sanitasi pekerja, dan keperluan umum. Air untuk keperluan umum adalah
air yang dibutuhkan untuk sarana dalam pemenuhan kebutuhan pegawai seperti untuk
MCK dan kebutuhan kantor lainnya serta kebutuhan rumah tangga sedangkan air
sanitasi merupakan air yang diperlukan untuk pencucian atau pembersihan peralatan
pabrik.
2. Listrik
Unit ini bertugas untuk menyediakan listrik sebagai tenaga penggerak untuk
peralatan proses, menjalankan infrastruktur dan perlengkapan kantor maupun untuk
penerangan. Generator sebagai cadangan apabila listrik dari PLN mengalami
gangguan. Kebutuhan listrik untuk pabrik direncanakan untuk penerangan seluruh
area pabrik, keperluan proses dan keperluan utilitas. Listrik yang dibutuhkan
meliputi:
• Listrik untuk mesin = 1.170,94 kWh
2.8
BAB 3. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makalah ini diantaranya yaitu:
1. Proses pengolahan selai nanas terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu,
pengupasan kulit, pengecilan ukuran, pencucian, blanching, penghancuran,
dan pemasakkan.
2. Utilitas dalam pengolahan selai nanas meliputi penggunaan steam/uap, listrik,
air, bahan bakar dan pengolahan limbah.
1.2 Saran
Sebaiknya dalam menyusun makalah pengolahan dan utilitas industri pangan
mengacu pada literatur yang jelas dan akurat, sehingga isi dari makalah dapat dijamin
kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, S. 2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2 Nanas. Jakarta : Trubus
Agriwidya.
Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Yogyakarta: Sinar Ilmu.
[DKBM] Daftar Komposisi Bahan Makanan. 2004. Jakarta: LIPI.
Fachruddin, L. 1998. Membuat Aneka Selai. Yogyakarta: Kanisius
Fasogbon, B.M., S.O. Gbadamosi and K.A. Taiwo. 2013. Studies on the Chemical
and Sensory Properties of Jam from Osmotically Dehydrated Pineapple Slices.
J. Of Applied Science & Technology 3(4):1327-1335.
Muhammad. 2005. Daya Hambat Minimal Ekstrak Bonggol Nanas Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Gram Positif Dalam Plak Gigi. Jurnal PDGI: 193-197.
Muresan, C., A. Pop, S. Muste, S. Scrob dan A. Rat. 2014. Study concerning the
quality of jam products based on banana and ginger. Journal of
Agroalimentary Processes and Technologies 408-411.
Prihatman, Kemal. 2000. Nanas (Ananas comosus). Jakarta: TTG Budidaya.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 3746-2008 : Syarat Mutu Selai Buah. Jakarta
: Badan Standarisasi Nasional.
Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta : Raja GrafindoPersada.