A. Strawberry
Buah strawberry mempunyai rasa khas yang manis dan menyegarkan. Selain itu
buah strawberry mempunyai kandungan (gizi) yang tinggi dan komposisi gizi cukup
lengkap. Buah strawberry dapat dikonsumsi dalam keadaan segar maupun buah yang
telah diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman. Aneka macam produk
olahan strawberry yaitu selai atau jam, jelly, sirup, eskrim, dodol, strawberry pada
kue, juice, dan lain sebagainya. Walaupun strawberry bukan merupakan tanaman asli
Indonesia, namun pengembangan komoditas strawberry yang berpola agribisnis dan
agrobisnis sebagai salah satu prospek yang baik untuk sumber pendapatan baru dalam
sektor pertanian. ( Ir. H. Rahmat Rukmana 1998).
B. Selai
a. Pengertian Selai
Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari buah
segar yang direbus dengan gula, pektin dan asam. (Muresan et al., 2014). Selai dapat
dibuat dari berbagai macam buah yang tersedia. Proporsinya adalah 35% bagian berat
buah dan 65% bagian berat gula (Fasogbon et al., 2013). Campuran yang dihasilkan
kemudian dikentalkan sehingga hasil akhirnya mengandung total padatan terlarut
minimum 65% (Fachruddin, 1998). Biasanya selai terbuat dari buah yang telah
masak, gula, asam sitrat dan pektin (Broomfield, 2002).
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan
langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energy. Gula merupakan salah satu
pemanis yang umum dikonsumsi masyarakat. Gula biasa digunakan sebagai pemanis
di makanan maupun minuman, dalam bidang makanan, selain sebagai pemanis, gula
juga digunakan sebagai stabilizer dan pengawet (Darwin, 2013).
Gula berperan sebagai pengawet bagi berbagai macam makanan terutama jam,
jeli, marmalade, sari buah pekat, sirup dan lain-lain. Konsentrasi gula yang tinggi
(70%) sudah dapat menghambat pertumbuhan mikroba, akan tetapi pada umumnya
gula dipergunakan dengan salah satu teknik pengawetan lainnya, misalnya
dikombinasikan dengan keasaman tinggi, pasteurisasi, penyimpanan pada suhu
rendah, pengeringan, pembekuan dan penambahan kimia seperti SO2, asam benzoat
dan lain-lain. Kadar gula yang tinggi (minimum 40%) bila ditambahkan ke dalam
bahan pangan, air dalam bahan pangan akan terikat sehingga tidak dapat
dipergunakan oleh mikroba dan aw menjadi rendah (Muchtadi, 1997).
2. Pektin
Pektin merupakan zat pengental yang banyak digunakan pada industry baik
pangan maupun non pangan. Kemampuannya membuat gel menjadikan pektin
sebagai salah satu bahan tambahan makanan yang penting pada industri selai, jelly,
dan kembang gula. Struktur suatu gel ditentukan oleh konsentrasi pektin yang dapat
berkisar dari 0,5 sampai 1,5% berat pectin murni. Pektin adalah istilah untuk bahan-
bahan pektin yang teresterifikasi sebagian ataupun ternetralisasi sebagian gugus
karboksilnya. Pektin terdapat hampir pada semua tumbuhan tingkat tinggi, terdapat
pada dinding sel lapisan-lapisan antar sel. Fungsi utamanya adalah sebagai perekat.
Penggunaan pektin dalam pangan, pektin harus larut seluruhnya untuk menghindari
pembentukan gel yang tidak merata. Pelarutan seluruhnya memungkinkan
pengempalan tidak terjadi. Jika pektin mengental akan sangat sulit sekali untuk
melarutkannya. Untuk memudahkan pelarutan pektin dapat dicampur dengan padatan
yang mudah larut seperti natrium bikarbonat, gula, atau disperse dalam alkohol, atau
melarutkan terlebih dahulu pada suhu 60-80°C sampai kepekatan 10% dengan
pengadukan cepat (Cahyadi, 2006).
Pektin dengan kadar metoksil rendah biasa digunakan dalam pembuatan saus
salad, puding, gel buah-buahan dalam es krim, selai, dan jeli. Pektin berkadar
metoksil rendah efektif digunakan dalam pembentukan gel saus buah-buahan beku
karena stabilitasnya yang tinggi pada proses pembekuan, thawing dan pemanasan,
serta digunakan sebagai penyalut dalam banyak produk pangan.
3. Keasaman
Asam digunakan untuk menurunkan pH bubur buah karena struktur gel hanya
terbentuk pada pH rendah. Asam yang dapat digunakan adalah asam sitrat, asam
asetat atau cairan asam dari air jeruk nipis. Tujuan penambahan asam selain untuk
menurunkan pH selai juga untuk menghindari terjadinya pengkristalan gula. Bila
tingkat keasaman buah rendah, penambahan asam dapat meningkatkan jumlah gula
yang mengalami inverse selama pendidihan (Fatonah, 2002). Asam sitrat merupakan
senyawa intermedier dari asam organik yang berbentuk kristal atau berbentuk serbuk
putih. Asam sitrat mudah larut dalam air, spritus dan etanol, tidak berbau, rasanya
sangat asam, serta jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang selanjutnya
terbakar sampai menjadi arang. Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah - buahan
seperti nanas, jeruk, lemon, dan markisa. Asam ini dipakai untuk meningkatkan rasa
asam (mengatur tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan minuman, produk air
susu, selai, jeli dan lain-lain (Fatonah, 2002).
Selai dapat dibuat dari berbagai macam buah diantaranya nanas, strawberi,
jambu biji, ceremai, pepaya, pisang, sirsak, mangga, labu merah dan apel. Buah
dapat dipilih sesuai dengan ketersediaan yang ada dilingkungan sekitar atau
berdasarkan rasa buah yang disukai oleh konsumen pada umumnya (Margono,
2000). Adapun syarat mutu selai buah menurut SNI_01-3746-2008 dapat dilihat
pada Tabel 1. Sedangkan Kriteria mutu selai yang ditetapkan oleh pemerintah dapat
dilihat pada Tabel 2.
C. Jelly
a. Pengertian Jelly
Minuman jelly adalah produk minuman ringan berbentuk gel yang dibuat
dari pektin, agar-agar, karagenan, gelatin atau senyawa hidrokoloid lainnya
dengan penambahan gula, asam, dan atau tanpa bahan tambahan makanan lain
yang diizinkan. Minuman jelly memiliki konsistensi gel yang lemah sehingga
memudahkan untuk disedot sebagai minuman (Saputra, 2007). Jelly adalah minuman
setengah padat yang terbuat dari sari buah-buahan dan gula. Jelly merupakan
makanan yang dibuat dari karaginan, yaitu senyawa polisakarida rantai panjang yang
diekstraksi dari rumput laut jenis-jenis karaginofit, seperti Eucheuma sp., Chondrus
sp,. Hypnea sp., dan Gigartina sp. Karaginan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
Ioto-karaginan, Kappa-karaginan, dan Lambda-karaginan. Ketiganya berbeda dalam
sifat gel yang dihasilkan. Kappa-karaginan dan Lambda-Karaginan menghasilkan gel
yang kuat (rigid), sedangkan Ioto-karaginan membentuk gel yang halus (flaccid) dan
mudah dibentuk (Anggadiredja, 2009).
Komposisi jelly secara umum yakni 45 bagian buah dan 55 bagian gula, serta
dibutuhkan sejumlah air (60-62 %) untuk melarutkannya hingga diperoleh produk
akhir. Salah satu senyawa yang sangat berpengaruh dalam proses pembuatan jelly
adalah pektin, sebab pektin mempengaruhi pembentukan gel dari jelly. Pektin
merupakan senyawa yang berasal dari asam polygalakturonat. Kondisi pH optimum
untuk pembentukan gel dari pektin adalah 2,8-3,2. Apabila pH diatas 3,5, maka gel
tidak akan terbentuk. Sedangkan pH dibawah 2,5 gel yang terbentuk terlalu keras
(Jelen, 1985).
b. Prinsip pembuatan Jelly
Secara umum pembuatan jelly cukup sederhana, yakni buah-buahan yang akan
dibuat jelly diperas dan diambil sarinya. Sejumlah gula kemudian ditambahkan,
sesuai dengan perbandingan, yakni 45 bagian buah dan 55 bagian gula (Jellen, 1985).
Tahapan pembuatan jelly: buah dipotong-potong kecil, lalu direbus selama 5-10
menit. Kemudian dihaluskan dengan blender, kemudian disaring. Cairan yang
diperoleh didiamkan selama 1 jam sampai semua kotoran mengendap, sehingga
diperoleh cairan sari buah yang bening. S masukkan 450 gram sari buah ke dalam
wajan, lalu ditambahkan 550 gram gula pasir dan dimasak sampai kental dan matang.
Tanda kematangannya ialah bila dituangkan jatuhnya terputus-putus dan tercium
aroma buah yang khas (Koswara, 2006).
Proses utama dari minuman jelly adalah pemanasan pada suhu 70-80ºC yang
bertujuan untuk melarutkan karagenan sepenuhnya dan dapat membentuk gel pada
saat pendinginan (Yulianti, 2008). Gel terbentuk melalui mekanisme pembentukan
junction zone oleh hidrokoloid (seperti karagenan) bersama dengan gula dan asam.
Produk ini memiliki karakteristik berupa cairan kental berbentuk gel yang konsisten
sehingga tidak mudah mengendap, mudah disedot, dan dapat dikonsumsi sebagai
minuman penunda rasa lapar (Zega, 2010).
Kriteria minuman jeli yang baik adalah mempunyai tekstur yang mantap,
saat dikonsumsi menggunakan bantuan sedotan mudah hancur, namun bentuk gelnya
masih terasa dimulut. Untuk membentuk struktur gel yang baik dan mudah di hisap
harus ditambahkan gelling agent, jenis gelling agent yang cocok yaitu karagenan.
Karagenan dapat membentuk struktur gel yang cenderung elastis dan kenyal,
sehingga perlunya penelitian tentang pembuatan minuman sari buah berupa minuman
jeli dengan menggunakan karagenan. Bahan baku pembuatan minuman jei selain
bahan dasar rasa juga dibutuhkan gelling agent, dan gula. Gelling agent yang dapat
digunakan adalah karagenan. Karagenan adalah senyawa hidrokoloid yang
merupakan senyawa polisakarida sulfat berantai panjang, berfungsi sebagai penstabil,
pengental, dan pembentuk gel (Pemilihan karagenan ini berdasarkan pada
kestabilannya pada rentang pH 3-5, kemudahan larut pada suhu yang tidak terlalu
tinggi yaitu ±60oC, serta kemudahan diperoleh dipasaran. Konsentrasi karagenan
yang digunakan akan mempengaruhi kekokohan teksur gel yang terbentuk
(Prasetyowati, 2012).
Syarat minuman jeli yang baik adalah transparan, mempunyai aroma serta
rasa buah asli. Tekstur yang diinginkan adalah mantap, saat dikonsumsi
menggunakan bantuan sedotan mudah hancur, namun bentuk gelnya masih terasa
dimulut. Gula yang ditambahkan pada minuman jeli memiliki pengaruh yaitu
semakin banyak gula yang ditambahkan makan tekstur minuman jeli semakin keras
dan mengkristal. Sedangkan semakin sedikit gula yang ditambahkan teksturnya
menyerupai sirup (Wardhani, 2011).
DAFTAR PUSTAKA