Anda di halaman 1dari 22

reaksi Esterifikasi

Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat
bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah
asam sulfat. Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol, seperti pada
esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida asam ( atom yang rendah) atau asil
klorida (sensitif terhadap kelembapan). Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta
kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat,
dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Strak atau
penggunaan saringan molekul.

Dalam ilmu kimia, ester adalah campuran organik dengan simbol R’ yang

menggantikan suatu atom hidrogen atau lebih. Ester juga dibentuk dengan asam yang tidak tersusun
terat

ur; sebagai contoh, dimetil sulfat yang juga disebut “asam belerang, dimethyl ester”

(Anonim, 2006). Penamaan ester hampir menyerupai dengan penamaan basa; walaupun tidak benar-
benar mempunyai kation dan anion, namun memiliki kemiripan dalam sifat lebih elektropositif dan
keelektronegatifan. Suatu ester dapat dibuat sebagai produk dari suatu reaksi pemadatan pada suatu
asam (pada umumnya suatu asam organik) dan suatu alkohol ( atau campuran zat asam karbol),
walaupun ada cara-cara lain untuk membentuk ester. Pemadatan adalah suatu jenis reaksi kimia di
mana dua molekul bekerja sama dan menghapuskan suatu molekul yang kecil, dalam hal ini dua gugus
OH yang merupakan hasil eliminasi suatu molekul air(Clark, 2002)

Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis
oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi
ini. Nama ester berasal dari Essig-Äther Jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka
ester (asam cuka etil) (Anshory, 2003). Ester dapat dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu
alkohol dan suatu asam karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan kemudian
alkanoat (bagian dari asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara metanol dan asam butir
menghasilkan ester metil butir C3H7-COO-CH3 seperti halnya air. Yang paling sederhana adalah H-COO-
CH3,metil metanoat. Karena ester dari asam yang lebih tinggi, alkana menyebut dengan - oat pada
akhiran. Secara umum Ester dari asam berbau harum meliputi benzoat seperti metil benzoat (Anonim,
1995). Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu
asam karboksilat dengan suatu alkohol (Fessenden, 1982).

Etil asetat

Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas, yang bagian terbesarnya terdiri dari etil
asetat dengan rumus CH.gCOO CzHs dan terutama digunakan sebagai pelarut tinta, perekat, resin. Etil
asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris C

2
H

OC(O)CH

. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna,
memiliki aroma khas. Senyawa ini di produksi dalam skala besar sebagai pelarut. Etil asetat adalah
pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis.

Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat berlangsung melalui
serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang
karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester.

Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan ethanol, biasanya disertai
katalis asam seperti asam sulfat.

Etanol

Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol saja adalah sejenis cairan
yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari

hari. Etanol adalah suatu obat rekreasi yang paling tua. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut
sebagai bahan

bahan kimia yang di tunjukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat

obatan. Dalam kimia etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis
senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya ethanol telah lama di gunakan sebagai bahan bakar. Sifat fisika
dan kimia etanol sebagai berikut. Etil asetat juga mempunyai Rumus molekul etanol C

5
OH atau rumus empiris C

O. Sifat-sifat fisik Etanolantara lain : 1. Massa molekul relatif : 46,07 gr/mol. 2. Titik beku : -114,1

C. 3. Titik didih normal : 78,32

C. Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan dengan gugus
Hidroksil paling tidak memiliki 2 Hidrogen atom yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang
dijalankan oleh ethanol kebanyakan pada fungsi gugus Hidroksil.

Asam Sulfat ( H

SO

Asam Sulfat ( H

SO

) merupakan asam mineral ( Anorganik ) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan,
asam sulfat mempunyai kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Walaupun
asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO

pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan dan
merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% pada umumnya disebut sebagai
asam sulfat pekat. Berikut adalah sifat-sifat asam sulfat.Sifat

sifat Asam Sulfat ialah :


1. Nama sintesis : Asam sulfat 2. Rumus molekul : H

SO

3. Massa molar : 98,078 gr/mol 4. Penampilan : Bening, tidak berwarna, tidak berbau 5. Densitas : 1,84
gr/cm3 , cairan 6. Titik leleh : 10

C, 283 K, 50

F 7. Titik didih : 290

C, 563

K, 554

F 8. Kelarutan dalam air : Bercampur penuh 9. Viskositas : 26,7 CP pada 20

C 10. Klasifikasi : Sangat korosif 11. Titik nyala : Tak ternyalakan

Asam Asetat

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C

. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH

-COOH, CH
3

COOH, atau CH

CO

H. Asam asetat murni ( asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik
beku 16.7°C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat yang larut dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H

dan CH

COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat
digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat,
maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai
pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per
tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber
hayati.
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam
karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut
esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H-+. Asam belerang sering digunakan sebagai
sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Pada skala industri, etil asetat di produksi dari reaksi
esterifikasi antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) dengan bantuan katalis berupa asam
sulfat (H2SO4).

. Alkil lkanoat/ Ester adalah sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester
hidrogen pada gugus ini digantikan dengan sebuahgugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa
berupa gugus alkil sepertimetil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen seperti
fenil.

Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol danasam karboksilat. Reaksi
hidrolisis tersebut merupakan kebalikan daripengesteran. Disini senyawa karbon mengikat gugus fungsi
–COOR adalah alkilalkanoat . Ester diturunkan dari alkohol dan asam karboksilat. Untuk ester turunan
dari asam karboksilat paling sederhana, nama-nama tradisional digunakan, sepertiformate, asetat,dan
propionate. (Harold, 1983 )

Proses esterifikasi adalah suatu reaksi reversible antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol.
Produk esterifikasi disebut ester yang mempunyai sifat yang khas yaitu baunya yang harum. Sehingga
pada umumnya digunakan sebagai pengharum (essence) sintetis. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi
reversible yang sangat lambat. Tetapi bila menggunakan katalis asam sulfat atau asam klorida,
kesetimbangan reaksi akan tercapai dalam beberapa jam. Esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah; struktur molekul dari alkohol, suhu proses dan konsentrasi katalis maupun reaktan.

Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH dengan gugus OR (R adalah gugus
alkil atau aril). Ester merupakan senyawa organik yang bersifat netral, tidak bereaksi dengan logam Na
dan PCl3. Ester termasuk salah satu turunan asam karboksilat yang diperoleh dengan mereaksikan suatu
asam (karboksilat) dengan alkohol atau phenol. Rumusnya: RCOOR’ dimana R dan R’ adalah gugus
organik.

Ester yang terrdiri dari asam-asam yang berat molekul rendah dan alkohol merupakan senyawa-
senyawa cair yang tidak berwarna, sedikit larut dalam air dengan bau semerbak, dan mudah menguap.
Ester dari beberapa asam karboksilat dengan rantai panjang terdapat secara alamiah di dalam
lemak,lilin, dan minyak.

( keenan, 1980)
1.2 Tujuan

Membuat etil asetat dari reaksi antara alkohol dan asam asetat dengan katalisator asam sulfat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam
karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut
esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H-+. Asam belerang sering digunakan sebagai
sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Pada skala industri, etil asetat di produksi dari reaksi
esterifikasi antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) dengan bantuan katalis berupa asam
sulfat (H2SO4).

. Alkil lkanoat/ Ester adalah sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester
hidrogen pada gugus ini digantikan dengan sebuahgugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa
berupa gugus alkil sepertimetil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen seperti
fenil.

Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol danasam karboksilat. Reaksi
hidrolisis tersebut merupakan kebalikan daripengesteran. Disini senyawa karbon mengikat gugus fungsi
–COOR adalah alkilalkanoat . Ester diturunkan dari alkohol dan asam karboksilat. Untuk ester turunan
dari asam karboksilat paling sederhana, nama-nama tradisional digunakan, sepertiformate, asetat,dan
propionate.

Ester yang paling lazim adalah etil asetat, CH3CO2CH2CH3, suatu pelarut cat dan cat kuku maupun
pelarut untuk perekat. Etil asetat dan ester lain dengan sepuluh karbon atau kurang merupakan suatu
cairan yang mudah menguap dengan bau enak yang mirip dengan buah-buahan dan sering dijumpai
dalam buah-buahan dan bunga-bungaan. Banyak ester, baik yang dari alam maupun dibuat oleh
manusia, yang digunakan sebagai bahan penyedap (flavoring agent). Bau dan citarasa dari buah-buahan
tertentu dapat disebabkan oleh beberapa ester. Misalnya etil asetat, n-butil asetat, dan n-pentil asetat
semuanya merupakan citarasa dari pisang-pisang.Ester yang terdapat dari alam yang terbuat dari asam
karbiksilat berantai-panjang dan alkohol berantai-panjang disebut lilin (janganlah dikacaukan lilin
dengan bermacam hidrokarbon,seperti lilin parafin). Kebanyakan bahan yangdisebut lilin biasanya
adalah campuran dua ester atau lebih dan zat-zat lain. Campuran semacam itu merupakan zat padat
yang mudah meleleh, dan jangka leleh yang lebar (40-90C). bila dicampur dengan pelarut organik
tertentu,dapatlah mudah dioleskan sebagai larutan pelindung. Misalnya, carnauba wax digunakan
secara meluas sebagai pemoles mobil dan lantai

Ester dari asam karboksilat rendah berat molekulyang tidak berwarna,cairan mudah menguap dengan
bau yang menyenangkan, sedikit larut dalam air. Banyak yang bertanggung jawab atas aroma dan rasa
bunga dan buah-buahan misalnya, asetat isopentyl hadir dalampisang, metil salisilat dalam wintergreen,
dan etil butirat dalam nanas. Ini dan lainnya ester volatile dengan bau khas digunakan dalam rasa
sintetis, parfum, dan kosmetik. Ester volatile tertentu digunakan sebagai pelarut untuk lacquers, cat,
danpernis; untuk tujuan ini, jumlah besar dan butil asetat etil asetat diproduksi secara komersial. Wax
disekresi oleh hewan dan tumbuhan ester terbentuk dari rantai panjang asam karboksilat dan alkohol
rantai panjang.

Minyak lemak dan ester dari rantai panjang asam karboksilat dan gliserol. Ester cair volatilitas rendah
pelunakan berfungsi sebagai agen untuk resindan plastik. Ester juga mencakup banyak industri polimer
penting. Polimetil metakrilat adalah pengganti kaca dijual di bawah nama Lucite dan kaca, polietilen
tereftalat digunakan sebagai film (Mylar) dan sebagai serat tekstil dijual sebagai Terylene, Fortrel, dan
Dacron. (Suparno, 2006 )

Adapun minyak dan lemak hewani dan nabati merupakan ester yang besar dan rumit. Perbedaan antara
sebuah lemak (seperti mentega) dengan sebuah minyak (seperti miyak bunga matahari) hanya pada titik
leleh campuran ester yang dikandungnya. Jika titik leleh dibawah suhu kamar, maka ester akan
berwujud cair – yakni minyak. Jika titik leleh diatas suhu kamar, ester akan berwujud padatan – yakni
lemak.

B. Sifat Fisika dan Kimia Ester

Ester pada umumnya bersifat polar. Sifat kimia ini menyebabkan ester yang jumlah atom karbonnya
sedikit mudah larut dalam air. Kelarutan ester berkurang dengan bertambahnya atom karbon. Ester
merupakan senyawa polar yang mempunyai dipol-dipol yang saling berinteraksi di mana interaksi ini
menimbulkan gaya antar molekul. Adanya gaya antar molekul menyebabkan ester memilki titik didih
yang lebih tinggi dari senyawa hidrokarbon lain yang memiliki bentuk molekul dan massa atom
relatifnya mirip. Namun dibandingkan dengansenyawa alkohol dan asam karboksilat yang bentuk
molekul dan molekulrelatifnya mirip titik didih ester lebih rendah. Hal ini disebabkan ester tidak
memiliki gugus OH- sehingga interaksi antar molekul ester tidak membentuk ikatan hidrogen.Senyawa –
senyawa ester antara lain mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau buah-buahan.


2. Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air dan bersifat polar.

3. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau alcohol pembentuknya.

4. Ester merupakan senyawa karbon yang netral.

5. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis.

Contoh : R– COOR1 + H2O ------> R– COOH + R1 – OH

(Ester) (Air) (As.Alkanoat) (Alkohol)

6. Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan dua buah senyawa
alkohol.

Contoh : R –COOR1 + 2H2 → R– CH2 – OH + R1 – OH

Ester Alkohol Alkohol

7. Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk garam(sabun) dan gliserol.
Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi penyabunan.

C. Sifat-Sifat Fisik Ester Sederhana

1. Titik didih

Ester-ester yang kecil memiliki titik didih yang mirip dengan titik didih aldehid dan keton yang sama
jumlah atom karbonnya. Seperti halnya aldehid dan keton, ester adalah molekul polar sehingga memiliki
interaksi dipol-dipol serta gaya dispersi van der Waals. Akan tetapi, ester tidak membentuk ikatan
hidrogen, sehingga titik didihnya tidak menyerupai titik didih asam yang memiliki atom karbon sama.

a. Ester dengan titik didih rendah (low boiling ester)

Ester ini didistilasi dalam labu distilasi, maka akan keluar sebagai distilat yang cukup tinggi
kemurniannya. Alkohol dan sisa asam tetap tinggal dalam labu distilasi.

Contoh : metal asetat, etil asetat, metal format.

b. Ester dengan titik didih sedang (medium boiling ester)

Ester di distilasi dalam sebuah labu distilasi maka ester akan keluar bersama alkohol, air serta sisa asam,
dimana campuran tersebut komposisinya mempunyai titik didih yang hampir sama dan fraksi mol
campuran dalam fase uap dan cair yang sama. Contoh : tert butil asetat, etil propionat.

c. Ester dengan titik didih tinggi (high boiling ester)


Ester ini dipisahkan dengan penguapan dan penambahan benzene sehingga sisa asam, alkohol, dan air
menguap, sedang ester tetap tinggal dalam distilator. Contoh : etil pelargonat, n-Oktil asetat.
(Fessenden, 1982)

Ester merupakan senyawa yang penting dalam industri dan secara biologis. Lemak adalah ester yang
mempunyai rantai panjang asam karboksilat dengan trihidroksi alkohol(gliserol). Bau yang enak dan
buah-buahan adalah campuran yang kompleks dari ester volatil.

Bau dari isopentenil asetat adalah mirip dengan aroma buah pisang ataupun buah pir. Butil butanoat
seperti aroma nanas, sedangkan propil 2-metilpropanoat memberi aroma rum (minuman). Sedangkan
berton-ton senyawa polimer p-dimetil terephtalat disintesis setiap tahunnya untuk membuat produk
dengan nama Dacron, yang merupakan polimer dari ester.

Dalam kimia, ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian satu (atau lebih)
atom hidrogen pada gugus hidroksil dengan suatu gugus organik (biasa dilambangkan dengan R’). Asam
oksigen adalah suatu asam yang molekulnya memiliki gugus -OH yang hidrogennya (H) dapat terdisosiasi
menjadi ion H+.

Ester dapat dibuat dari reaksi antara lain klorida asam dengan suatu alkohol dalam media basa seperti
piridin, dari reaksi asam anhidrida dengan suatu alkohol, dan juga reaksi antara asam karboksilat dengan
alkohol menggunakan katalis karboksilat dan alkohol direfluks secara bersama-sama dengan adanya
asam sebagai katalis.

Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan, sehingga tidak mungkin mendapatkan ester secara
kuantitatif dalam setiap mol reaktannya. Kesetimbangan dapat diarahkan ke produk dengan mengambil
produk airnya, atau dengan membuat lebih kuantitas salah satu reaktan, biasanya reaktan yang
harganya relatif murah.

Ada dua metode yang digunakan dalam esterifikasi yaitu proses batch dan proses kontinyu. Proses
esterifikasi berlangsung dibawah tekanan pada suhu 200-250°C. Pada reaksi kesetimbangan, air
dipindahkan secara kontinyu untuk menghasilkan ester. Henkel telah mengembangkan esterifikasi
countercurrent kontinyu menggunakan kolom reaksi dodel plate. Teknologi ini didasarkan pada prinsip
reaksi esterifikasi dengan absorpsi simultan superheated metanol vapor dan desorpsi metanolwater
mixture.

Reaksi ini menggunakan tekanan sekitar 1000 Kpa dan suhu 240 °C. Keuntungan dari proses ini adalah
kelebihan metanol dapat dijaga secara nyata pada rasio yang rendah yaitu 1,5 : 1 molar metanol : asam
lemak dibandingkan proses batch dimana rasionya 3-4 : 1 molar. Metil ester yang melalui proses distilasi
tidak memerlukan proses pemurnian. Kelebihan metanol di rectified dan digunakan kembali. Esterifikasi
proses kontinyu lebih baik daripada proses batch. Dengan hasil yang sama, proses kontinyu
membutuhkan waktu yang lebih singkat dengan kelebihan metanol yang lebih rendah.

Proses esterifikasi merupakan proses yang cenderung digunakan dalam produksi ester dari asam lemak
spesifik Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi oleh struktur molekul reaktan dan radikal yang
terbentuk dalam senyawa antara. Data tentang laju reaksi serta mekanismenya disusun berdasarkan
karakter kinetiknya, sedangkan data tentang perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta
kesetimbangan. Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling lambat alkohol tersier.

2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi.

3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai batas konversi yang tinggi.

4. Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak terlalu berpengaruh
terhadap laju reaksi.

Sistem pemroses yang dirancang untuk menyelesaikan reaksi esterifikasi dikehendaki untuk sedapat
mungkin mencapai 100%. Oleh karena itu reaksi esterifikasi merupakan kesetimbangan, maka konversi
sempurna tidak mungkin tercapai, dan sesuai informasi yang ada konversi yang dapat dicapai hanya
sampai 98%. Nilai konversi yang tinggi dapat dicapai dengan ekses reaktan yang besar. Proses
esterifikasi secara umum harus diketahui untuk

A. Etil Asetat

Etil asetat merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus molekul CH3COOC2H5. Produk
turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan serta pasar yang cukup luas seperti pengaroma
buah dan pemberi rasa seperti untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk parfum,digunakan pada
industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair dalam industri kertas, serta banyak industri
penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan sebagainya.

Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan ethanol, biasanya disertai
katalis asam seperti asam sulfat.

Katalis

Reaksinya :

Etanol + Asam Asetat Etil Asetat + Air

C2H5OH + CH3COOH CH3COOC2H5 + H2O

Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia. Etil asetat
dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan ethanol kembali. Katalis
asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu
esterifikasi fischer.

Etil asetat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1.Tidak beracun dan tidak terhigrokopis.

2.Merupakan pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap).

3.Dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% padasuhu kamar.
4. Merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena
tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti
flor, oksigen, dan nitrogen.

5.Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam
air yang mengandung basa atau asam.

B. Pembuatan Etil Asetat

Pembuatan etil asetat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu

1.Esterifikasi fischer: merefluks asam dengan alkohol yang berlebihan dalam suasana asam.

2. Mereaksikan garam perak karboksilat dengan alkil halide.

Reaksi asam dengan sintesis Williamson dari ester berlangsung melalui pertukaran atom unsur dua
molekul yang meliputi pelepasan OAg dan reaksi itu pada wujudnya tidak dihalangi oleh adanya gugus
alkil yang bercabang.Kelemahan cara ini adalah panjangnya prosedur dan mahalnya biaya.

3.Mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam alkanoat.

4. Mereaksikan halogen asam alkanoat dengan alkohol. (aliprat, 2011 )

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Bahan :

· Asam cuka

· Alkohol
· Asam cuka pekat

3.1.2 Alat :

· Pipet tetes

· Tabung reaksi

3.2 Prosedur Kerja

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

NO

Sample

Ditambah asam cuka 5 tetes

Setelah dipanaskan

Setelah ditutup

1 ml alcohol 5 tetes asam sulfat

Description: C:\Documents and Settings\windows xp\My Documents\Tugas ITP\NEW !!\KIMDAS


laprak\IMG-20130528-00976.jpg

Bau menyengat

Warna putih bening


Description: C:\Documents and Settings\windows xp\My Documents\Tugas ITP\NEW !!\KIMDAS
laprak\IMG-20130528-00979.jpg

Ada perubahan pada volumenya

Description: C:\Documents and Settings\windows xp\My Documents\Tugas ITP\NEW !!\KIMDAS


laprak\IMG-20130528-00987.jpg

Tidak ada perubahan warna

(yang ditutup tidak menguap, yang tidak ditutup menguap )Description: C:\Documents and
Settings\windows xp\My Documents\Tugas ITP\NEW !!\KIMDAS laprak\IMG-20130528-00984.jpg

4.2 Pembahasan

Ester merupakan senyawa karbon turunan dari asam karboksilat dimana gugus hidroksil (-OH ) asam
karboksilat diganti dengan gugus alkoksi. Pada percobaan kali ini yaitu pembuatan salah satu senyawa
ester yang biasa di temukan di kehudupan sehari-hari. Ester di bentuk dari reaksi esterifikasi antara
asam karboksilat dan gugus alkohol,senyawa yang di gunakan adalah asam sulfat dan 1ml alkohol yang
di tambahkan asam cuka , Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan
asam asetat dan ethanol kembali Pada percobaan ini campuran alcohol , asam asetat berlebih dan
sejumlah kecil asam sulfat pekat sebagai katalis , direfluks, refluks bertujuan untuk menyempurnakan
reaksi yakni dengan mendidihkan campuran, lalu mengkondensasi uap dengan pendingin air dan
kembali menguap ke labu reaksi dengan penambahan katalis asam sulfat untuk mempercepat reaksi,
reaksi dilakukan pada suhu tinggi yang disesuaikan dengan titik didih reaksi campuran

Katalis asam sulfat dapat menghambat hidrolisis ,setelah campuran1ml alcohol dan 5 tetes asam sulfat
di tambahkan asam cuka perubahan yang di hasilkan adalah bau dari larutan menjadi menyengat dan
berwarna putih bening

setelah larutan dicampur, dilihat, dan dicatat hasil perubahannya lalu beberapa larutan di dalam
tabung reaksi di tutup dengan alumunium foil untuk dilihat perbedaan dari larutan etil asetat yang
ditutup dengan alumunium foil dan yang tidak setelah dipanaskan ternyatata tabung reaksi yang ditutup
tidak menguap sedangkan yang tidak di tutup menguap . Esterifikasi pada dasarnya adalah reaksi yang
bersifat reversibel (dapat balik) karena ketika asam karboksilat (asam asetat) dan alkohol (etanol)
dipanaskan untuk bereaksi maka akan terjadi reaksi kesetimbangan antara ester dan air, artinya bahwa
ester dan air yang terbentuk dapat kembali menghasilkan reaktan-reaktannya yaitu asam asetat dan
etanol. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil reaksi yang banyak maka diusahakan agar reaksi
cenderung bergeser ke arah produk yaitu dengan cara reaktan dibuat berlebih yang dalam percobaan ini
etanol dibuat berlebih ketika direaksikan dengan asam asetat. Volume etil asetat yang diperoleh
berkuran disebabkan, dimana volume yang diperoleh lebih kecil dibandingkan volume awal. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

Kemungkinan pada saat proses , ester masih tersisa pada labu didih yang tercampur pada asam asam.

Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversibel dan berjalan lambat.


Sehingga rendemen yang diperoleh dari percobaan ini adalah 68,8%. Sebenarnya hal ini sudah bagus,
hanya saja bila ingin mendapatkan hasil yang lebih maksimum hal tersebut dapat dicapai yaitu dengan
cara ekses reaktan yang besar, pemasangan alat destilasi harus rapat contohnya kondensor (tidak
terdapat celah untuk etil asetat menguap, karena etil asetat mudah menguap), juga kondisi optimum
untuk menghasilkan etil asetat yaitu pada suasana asam (penambahan H2SO4 sebagai katalis perlu
diperbanyak juga, karena dapat mempercepat pembentukan reaksi), serta suhu operasi harus pada suhu
optimum dan dijaga konstan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

· Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan ethanol, biasanya
disertai katalis asam seperti asam sulfat

· Penambahan katalis asam sulfat untuk mempercepat reaksi

· Refluks bertujuan untuk menyempurnakan reaksi yakni dengan mendidihkan campuran, lalu
mengkondensasi uap dengan pendingin air dan kembali menguap ke labu reaksi

5.2 Saran

· Dalam melakukan praktukim ini penting memperhatikan prosedur kerja untuk ketepatan hasil
praktikum agar hasilnya tidak salah, agar tidak terjadi pengulangan.

· Dalam melakukan praktikum harus diperhatikan setiap prosedur kerja yang ada sehingga setiap
acara dapat dilakukan secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Keenaan,C.W, D,C Kleinfelter dan J.H Wood, 1980, General College Chemestry, New York, Harper and
Row Publisher, inc

Alipart, 2011, Pembuatan etil asetat.http://alipart.blogspot.com/2011/03/pembuatan-etil-asetat.html.


diakses 29 Maret 2013.

Anonim, 2009, sifat senyawa organic.

http://www.chem-is-try.org/materi kimia / sifat senyawa organik/alkohol/reaksi pengesteran. diakses


29 Maret 2013.

Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden, 1982, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.

Hart , Harold (alih bahasa oleh Dr. Suminar Acmadi Ph.D), 1983, “Kimia Organik, Suatu kuliah singkat”,
edisi keenam, Erlangga, Jakarta.

Suparno, 2006, Ester dari asam lemak, Penerbit USU, Medan


Sifat Asam Sulfat

Asam sulfat sangat korosif dan reaksi hidrasi dengan air sangat eksotermis. Selalu tambahkan asam ini
ke air untuk mengencerkannya, jangan sekali-kali menuang air ke dalam asam sulfat. Asam sulfat juga
sangat kuat sebagai dehidrator dan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Sifat korosif asam sulfat
dapat merusak benda-benda dari logam, karena logam akan teroksidasi baik dengan asam sulfat encer
maupun pekat (Etna, 2010).

2.4. Esterifikasi

Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester. Esterifikasi
dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+ . asam belerang sering digunakan sebagai suatu katalisator untuk
reaksi ini. Nama ester berasal dari essig-ather jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam
cuka ester atau asam cuka etil (Anshory, 2003).

Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat berlangsung
melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik
menyerang karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester (Anshory, 2003).

Beberapa macam metode esterifikasi antara lain (Hadyana, 1993):

1. Cara Fischer

Jika asam karboksilat dan alkohol dan katalis asam (biasanya HCl atau H2SO4) dipanaskan,
terdapat kesetimbangan dengan ester dan air.

Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah :

a. Transfer Proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga meningkatkan elektrofilisitas
dari atom karbon kabonil

b. Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol, yang bersifat nukleofilik
sehingga terbentuk ion oksonium

c. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan kompleks teraktivasi

d. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan molekul air
menghasilkan ester

2. Esterifikasi dengan asil halida

Asil halida adalah turunan asam karboksilat yang paling reaktif. Asil klorida lebih murah
dibandingkan dengan asil halida lain. Asil halida biasanya dibuat dari asam dengan tionil klorida atau
fosfor pentaklorida.

3. Esterifikasi antara asam karboksilat dengan conjugated diene

Esterifikasi dengan menggunakan asam karboksilat dan conjugated diene yang tidak disertai
oksigen yang disertai katalis asam saat ini juga telah banyak dikembangkan. Hal ini dikarenakan
conjugated diene merupakan salah satu bahan yang mudah didapat dan harga yang relative yang lebih
murah. Conjugated diene yang sering digunakan yaitu 1,3-butadiene, 2-methyl-1,3-butadiene, 2-chloro-
1,3-butadiene, 1,3-hexadiene, 2,4-cyclohexadiene dan lainnya. Produk hasil esterifikasi antara asam
karboksilat dengan conjugated diene yang banyak dijumpai adalah n-butyl asetat, 2-methyl-2-butenyl
butanoate, cyclohexene-3-yl-benzoate dan lainnya.

2.4.1 Faktor-Faktor Esterifikasi

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan esterifikasi yaitu (Kirk & Othmer, 1978):

a. Suhu

Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Pada umumnya reaksi ini dapat dijalankan
pada suhu mendekati titik didih metanol (60-70°C) pada tekanan atmosfer. Kecepatan reaksi akan
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu. Semakin tinggi suhu, berarti semakin banyak energi yang
dapat digunakan oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi. Ini akan menyebabkan tumbukan terjadi
lebih sering diantara molekul-molekul reaktan untuk kemudian melakukan reaksi (Kirk & Othmer, 1978).

b. Waktu reaksi

Semakin lama waktu reaksi, maka semakin banyak produk yang dihasilkan, karena ini akan memberikan
kesempatan reaktan untuk bertumbukan satu sama lain. Namun jika kesetimbangan telah tercapai,
tambahan waktu reaksi tidak akan mempengaruhi reaksi (Kirk & Othmer, 1978).

c. Katalis

Katalis berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi reaksi namun tidak
menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis, reaksi transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu
sekitar 250°C. Penambahan katalis bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi
operasi. Katalis yang dapat digunakan adalah katalis asam, basa, ataupun penukar ion. Dengan katalis
basa reaksi dapat berjalan pada suhu kamar, sedangkan katalis asam pada umumnya memerlukan suhu
reaksi diatas 100ºC (Kirk & Othmer, 1978).

Katalis yang digunakan dapat berupa katalis homogen maupun heterogen. Katalis homogen adalah
katalis yang mempunyai fase yang sama dengan reaktan dan produk, sedangkan katalis heterogen
adalah katalis yang fasenya berbeda dengan reaktan dan produk. Katalis homogen yang banyak
digunakan adalah alkoksida logam seperti KOH

dan NaOH dalam alkohol. Selain itu, dapat pula digunakan katalis asam cair, misalnya asam sulfat, asam
klorida, dan asam sulfonat (Kirk & Othmer, 1978).

Penggunaan katalis homogen mempunyai kelemahan, yaitu: bersifat korosif, sulit dipisahkan dari
produk, dan katalis tidak dapat digunakan kembali. Saat ini banyak industri menggunakan katalis
heterogen yang mempunyai banyak keuntungan dan sifatnya yang ramah lingkungan, yaitu tidak
bersifat korosif, mudah dipisahkan dari produk dengan cara filtrasi, serta dapat digunakan berulangkali
dalam jangka waktu yang lama. Selain itu katalis heterogen meningkatkan kemurnian hasil karena reaksi
samping dapat dieliminasi. Contoh-contoh dari katalis heterogen adalah zeolit, oksida logam, dan resin
ion exchange. Katalis basa seperti KOH dan NaOH lebih efisien dibanding dengan katalis asam pada
reaksi transesterifikasi. Transmetilasi terjadi kira-kira 4000 kali lebih cepat dengan adanya katalis basa
dibanding katalis asam dengan jumlah yang sama. Untuk alasan ini dan dikarenakan katalis basa kurang
korosif terhadap peralatan industri dibanding katalis asam, maka sebagian besar transesterifikasi untuk
tujuan komersial dijalankan dengan katalis basa. Konsentrasi katalis basa divariasikan antara 0,5-1% dari
massa minyak untuk menghasilkan 94-99% konversi minyak nabati menjadi ester. Lebih lanjut,
peningkatan konsentrasi katalis tidak meningkatkan konversi dan sebaliknya menambah biaya karena
perlunya pemisahan katalis dari produk menggunakan katalis KOH 1% dari massa minyak (Kirk &
Othmer, 1978).

d. Pengadukan

Pada reaksi transesterifikasi, reaktan-reaktan awalnya membentuk sistem cairan dua fasa. Reaksi
dikendalikan oleh difusi diantara fase-fase yang berlangsung lambat. Seiring dengan terbentuknya metil
ester, ia bertindak sebagai pelarut tunggalyang dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistem
dengan fase tunggal pun terbentuk. Dampak pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi
sebagaimana sistem tunggal terbentuk, maka pengadukan menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh yang
signifikan. Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan campuran reaksi yang bagus.
Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan antar massa. Untuk reaksi heterogen, ini akan
menyebabkan lebih banyak reaktan mencapai tahap reaksi (Kirk & Othmer, 1978).

e. Perbandingan Reaktan

Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar antara alkohol dan minyak
nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi memerlukan 3 mol alkohol untuk setiap mol trigliserida
untuk menghasilkan 3 mol ester asam dan 1 mol gliserol. Untuk mendorong reaksi transestrifikasi ke
arah kanan, perlu untuk menggunakan alkohol berlebihan atau dengan memindahkan salah satu produk
dari campuran reaksi. Lebih banyak metanol yang digunakan, maka semakin memungkinkan reaktan
untuk bereaksi lebih cepat. Secara umum, proses alkoholisis menggunakan alkohol berlebih sekitar 1,2-
1,75 dari kebutuhan stoikiometrisnya. Perbandingan volume antara minyak dan metanol yang
dianjurkan adalah 1 : 4 (Kirk & Othmer, 1978).

Terlalu banyak alkohol yang dipakai menyebabkan biodiesel mempunyai viskositas yang terlalu rendah
dibandingkan dengan minyak solar, juga akan menurunkan titik nyala biodiesel, karena pengaruh sifat
alkohol yang mudah terbakar (Kirk & Othmer, 1978).

2.4.2 Esterifikasi Dalam Industri

Proses esterifikasi dalam industri dapat dilakukan secara kontinyu maupun batch. Pemilihan kedua
macam proses tersebut tergantung pada kapasitas produksinya. Untuk kapasitas produksi yang relatif
kecil sebaiknya jenis yang digunakan adalah proses batch. Sedangkan proses esterifikasi kontinyu dipilih
untuk kapasitas produksi yang relatif besar (Anshory, 2003).

1. Proses batch produksi etil asetat

Proses produksi etil asetat secara batch pada prinsipnya adalah dengan memanaskan 30 bagian asam
asetat 80%, 30 bagian etanol 95% dan 1 bagian asam sulfat dalam sebuah tangki silinder. Pemanasan
dengan menggunakan steam yang dialirkan ke kolom fraksinasi. Suhu atas kolom fraksinasi dijaga 70oC
agar dapat diperoleh komposisi ternary azeotrop, yaitu 83% etil asetat, 9% etanol dan 8% air. Uap hasil
puncak dikondensasi, sebagian lagi direfluk, sebagian diambil sebagai produk.
2. Proses kontinyu produksi etil asetat

Proses produksi etil asetat secara kontiyu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Asam asetat, etanol,
dan katalis asam sulfat direaksikan pada reaktor yang dilengkapi dengan pengaduk. Selanjutnya produk
reaktor dipisahkan pada menara distilasi untuk memperoleh produk dengan kemurnian tinggi.

Gambar 2.2 Flowchart Proses Esterifikasi (Ismiyati, 2011)

2.5. Destilasi

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahanbahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan
sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi
kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi didasarkan pada
Hukum Raoult dan Hukum Dalton(Lutony & Rahmayati, 1994).

Salah satu penerapan terpenting dari metode destilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi
bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll.
Udara didestilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium
untuk pengisi balon. Destilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatanalkohol dengan
penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling. Jenis-jenis
destilasi terbagi dalam 3 jenis, yaitu (Lutony & Rahmayati, 1994):

a. Destilasi Air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih.
Bahan dapat mengapung diatas air atau terendam secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan
jumlah bahan yang disuling. Ciri khas metode ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air
mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Penyulingan dengan cara langsung ini
dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula
penurunan mutu minyak yang diperoleh.

b. Destilasi uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada prinsipnya, model ini sama
dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel
penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1
atmosfer.

c. Destilasi uap-air

Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas rak-rak atau saringan
berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai permukaannya tidak jauh dari bagian
bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu
panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.

2.6. Etil Asetat

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus molekul CH3COOC2H5. Senyawa ini berwujud
cairan tak berwarna, memiliki aroma khas.Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak
kegunaan seperti pengaroma buah danpemberi rasa seperti untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga
untuk parfum,digunakan pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimercair dalam
industri kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan sebagainya.

Etil asetat dapat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan etanol, biasanya
disertai katalis asam seperti asam sulfat. Reaksi nya adalah sebagai berikut :

Etanol + Asam Asetat Katalis asam Etil Asetat + Air............................ (2)

C2H5OH + CH3COOH H2SO4 CH3COOC2H5 + H2O............................ (3)

Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia. Etil
asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam menghasilkan asam asetat dan ethanol kembali. Katalis
asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu
esterifikasi fischer.

Etil Asetat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Merupakan pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap).

b. Tidak beracun dan tidak terhigrokopis.

c. Merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena
tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti
flor, oksigen, dan nitrogen.

d. Dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar.
e. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Tetapi, senyawa ini tidak stabil dalam air yang
mengandung basa atau asam (Hadyana, A, 1993)

Abduh, M,T. 2010. “Menjawab Kerancuan Seputar Alkohol“. http://rumaysho.com/umum/salah-


kaprah-dengan-alkohol-dan-khomr-812. Diakses Jum’at 18 April 2014

Anshory, H,I. 2003. Acuan Pelajaran Kimia. Erlangga. Jakarta

Etna, N, 2010. Sifat Asam Sulfat, http://etnarufiati.guru-indonesia.net/artikel_detail-12252.html. Diakses


Rabu 16 April 2014

Hadyana, A. 1993. Kamus Kimia Organik. Jakarta. DEPDIKBUD.

Kirk. R,E dan Othmer. D,F. 1978. Encyclopedia of Chemical Technology. edisi ketiga. A Willey Interscience
Publicatioin. John Wiley and Sons. Inc. New York.

Lutony dan Rahmayati. 1994. ”Destilasi Minyak Atsiri” Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains dan Teknologi AKPRIND. Yogyakarta.

Mega, A. 2010. Larutan kimia :Cuka. http://indonesiaindonesia.com/f/89641-larutan-kimia-cuka/.


Diakses Kamis 17 April 2014

Siti. A,P. 2010.Asam Asetat,http://anispuadahpoenya.blogspot.com/2010/11/asam-asetat.html. Diakses


Jumat 2 Mei 2014

Sri. J. 2013.Perbedaan Antara Etanol dan Alkohol. http://www.sridianti.com/perbedaan-antara-etanol-


dan-alkohol.html. Diakses Kamis 17 April 2014

Anda mungkin juga menyukai