Anda di halaman 1dari 7

DIAGRAM TERNER

I. DASAR TEORI
Berdasarkan hukum fase Gibbs jumlah terkecil peubah bebas yang diperlukan untuk
menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan dilengkapkan sebagai :
V = C P + 2
dengan V = jumlah derajat kebebasan, C = jumlah komponen, dan P = jumlah fasa.
Dalam ungkapan di atas, kesetimbangan mempengaruhi suhu, tekanan, dan komposisi sistem.
Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat
dinyatakan sebagai :
V = 3 P
Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka V = 2. Berarti, untuk menyatakan
keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan
bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan V = 1; berarti hanya satu komponen
yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tentu
berdasarkan diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh karena itu, sistem tiga komponen pada
suhu dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan maksimum = 2 (jumlah fasa
minimum = 1), maka diagram fasa ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa
suatu segitiga sama sisi yang disebut diagram terner. Tiap sudut segitiga tersebut
menggambarkan suatu komponen murni. Prinsip penggambaran komposisi dalam diagram
terner dapat dilihat pada gambar di bawah ini :









Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X
A
+ X
B
+ Xc =
1.
Titik pada sisi AB : campuran biner A dan B
BC : campuran biner B dan C
X
B

X
A

X
C

C
A
B
AC : campuran biner A dan C
Diagram fase yang digambarkan sebagai segitiga sama sisi menjamin dipenuhinya
sifat ini secara otomatis sebab jumlah jarak ke sebuah titik didalam segitiga sama sisi yang
diukur sejajar dengan sisi-sisinya sama dengan panjang sisi segitiga itu yang dapat diambil
sebagai satuan panjang.
Sistem 3 komponen sebenarnya banyak memungkinkan yakni pada percobaan ini
digunakan sistem 3 komponen yang terdiri atas zat cair yang sebagian tercampur.
Sistem 3 zat cair yang sebagian dibagi menjadi :
Tipe 1 : Pembentukan sepasang zat cair bercampur sebagian
Tipe 2 : Pembentukan 2 pasang zat cair bercampur sebagian
Tipe 3 : Pembentukan 3 pasang zat cair bercampur sebagian
Dalam percobaan yang dilakukan menggunakan tipe 1.
Tipe 1 : Pembentukan sepasang zat cair yang bercampur sebagian.













Penambahan A pada campuran B dan C akan memperbesar daya larut keduanya. C
adalah susunan keseluruhan antara B dan C. Pada penambahan A, susunan keseluruhan
bergerak sepanjang CA. Susunan masing-masing lapisan dinyatakan dengan garis
kesetimbangan
2 2 1 1
, dan seterusnya.
Pada titik b
4
kedua lapisan hilang dan terbentuk lapisan tunggal. Hilangnya kedua
lapisan tidak bersama-sama.
B
A
C
a
1
a
2
a
3
a
4
b
1
b
2
b
3
b
4
D
Diagram : 3 Cairan dengan 1 Binodal
Kalau B bercampur sebagian, maka
campuran antara B dan C pada
temperatur dan tekanan tertentu
membentuk dua lapisan
I larutan C dalam B
II larutan B dalam C
Kedua lapisan dapat menjadi identik hanya pada satu susunan yaitu d, titik D
disebut titik isotermal kritis atau plait point.
Semua campuran yang terdapat di daerah a D b selalu terbagi kedalam dua lapisan.
Grafik, a D b disebut kurva binodal. Hanya plait point tidak berimpit dengan maksimal grafik
binodal.


II. ALAT DAN BAHAN
Alat alat yang digunakan yaitu :
Erlenmeyer : 5 buah
Buret 50 mL : 1 buah
Statif dan Klem : 1 buah
Gelas Ukur 10 ml : 3 buah
Pipet tetes : 3 buah
Corong : 3 buah
Gelas kimia : 2 buah
Bahan - bahan yang digunakan yaitu :
Asam Asetat pekat (zat A)
Aquadest (zat B)
Kloroform (zat C)


III. PROSEDUR KERJA
1. Ke dalam labu erlenmeyer yang bersih dan kering, membuat 9 macam campuran
cairan A dan C yang saling larut dalam komposisi sebagai berikut :
Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Zat A (mL) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Zat C (mL) 9 8 7 6 5 4 3 2 1

2. Menitrasi tiap campuran dalam erlenmeyer 1 sampai 9 dengan zat B sampai tepat
timbul kekeruhan dan mencatat jumlah volume zat B yang digunakan.
3. Menentukan rapat massa masingmasing cairan murni A, B dan C.
Perhitungan :
Menghitung konsentrasi ketiga komponen dalam % mol untuk tiap-tiap campuran
ketiga perubahan jumlah fasa dengan rumus :
X
i
% 100 x
n n n
n
C B A
i


Menggambarkan kesembilan titik itu pada kertas grafik dan membuat kurva binodal
sampai memotong sisi AB dari segitiga.






IV. HASIL PENGAMATAN


V. ANALISIS DATA
Dalam percobaan ini, dilakukan pencampuran tiga komponen, yaitu asam asetat (zat
A), kloroform (zat B) dan aquadest (zat C). Ketiga komponen tersebut bercampur dengan
volume yang berbedabeda sehingga pencapaian titik akhirnya juga berbeda. Titik akhir
titrasi tersebut ditandai dengan tepat timbulnya kekeruhan pada larutan. Dari percobaan
didapatkan hasil:
Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9
No. Variabel yang diamati Hasil pengamatan
Perbandingan asam asetat dan
kloroform:
Aquades yang dititrasikan sampai
tepat timbul kekeruhan :
1.
Labu 1 ( 1ml : 9 ml) 0,5 ml
2. Labu 2 (2 ml : 8 ml) 0,7 ml
3. Labu 3 (3 ml : 7 ml) 0,9 ml
4. Labu 4 (4 ml : 6 ml) 0,95 ml
5. Labu 5 (5 ml : 5 ml) 1 ml
6. Labu 6 (6 ml : 4 ml) 2,2 ml
7. Labu 7 (7 ml : 3 ml) 4,2 ml
8. Labu 8 (8 ml : 2 ml) 6,6 ml
9. Labu 9 (9 ml : 1 ml) 7,2 ml
Asam asetat 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kloroform 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Aquadest 0,5 0,7 0,9 0,95 1 2,2 4,2 6,6 7,2
Pada perlakuan yang pertama yaitu mencampurkan 1 mL asam asetat (CH
3
COOH)
dengan 9 mL kloroform (CHCl
3
) dan dititrasi menggunakan aquadest. Pada volume 0,5 mL
aquadest, tepat muncul kekeruhan pada larutan yang menandakan bahwa titik akhir titrasi
telah tercapai. Perlakuan yang kedua mencampurkan 2 mL CH
3
COOH dengan 8 mL CHCl
3

yang kemudian dititrasi dengan aquadest. Pada saat dititrasi aquadest yang diperlukan
sebanyak 0,7 mL agar didapatkan kekeruhan pada larutan. Untuk perlakuan perlakuan
selanjutnya seperti mencampurkan 3 mL, 4 mL, 5 mL, 6 mL, 7 mL, 8 mL dan 9 mL asam
asetat dengan 7 mL, 6 mL, 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2 mL dan 1 mL kloroform, di mana terlihat
jelas volume asam asetat yang dicampurkan bertambah sedang kloroform yang dicampurkan
semakin berkurang. Ini dapat disimpulkan bahwa persentase kloroform (zat B) yang
ditampilkan dalam kurva semakin kecil seiring dengan berkurangnya volumenya( lihat
lampiran diagram terner). Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya volume asam
asetat yng dicampurkan, sehingga diperlukan lebih banyak air pula untuk dapat melarutkan
larutan tersebut. Kekeruhan pada akhir titrasi terjadi karena air dapat campur seluruhnya
dengan asam asetat , sedangkan kloroform dan air hanya campur sebagian. Campur sebagian
antara air dan kloroform ini akan membentuk suatu lapisan yang menyebabkan timbulnya
kekeruhan.
Dari perhitungan yang diperoleh dari data hasil pengamatan diperoleh sembilan titik
diagram terner, di mana masingmasing titik menggambarkan komposisikomposisi masing
masing zat pada tiap campuran (dapat dilihat pada lampiran) . Perbedaan persentase pada
setiap zat ( larutan ) disebabkan oleh volum dari masing-masing komponen berbeda, sehingga
terjadi perubahan daya saling larut antara komponen-komponen larutan tersebut. Setiap
penambahan aquadest pada campuran tersebut menyebabkan perubahan daya larut antar
larutan, hal ini kemudian digambarkan dalam diagram terner. Dari setiap perlakuan berarti
diperoleh sembilan diagram terner yang berarti ada sembilan titik dalam kesembilan diagram
terner tersebut.. Dengan menggabungkan kesembilan titik tersebut, diperoleh sebuah garis
lengkung yang disebut kurva binodal. Kurva binodal yang telah dibuat tersebut diperoleh
dengan cara menghubungkan titik-titik dari 1 sampai 9 dengan menarik sebuah garis
kesetimbangan dari susunan masing-masing larutan


Kurva Binodalnya sebagai berikut:















Ketidakteraturan garis dalam menggambar pada kurva binodal mungkin disebabkan
akibat adanya penurunan volume aquadest digunakan untuk mencapai kekeruhan pada saat
menitrasi.


VI. KESIMPULAN
1. Asam asetat,kloroform, dan air merupakan sistem 3 komponen yang dapat
campur sebagian dan dapat digambarkan dalam diagram terner
2. asam asetat dan air dapat campur seluruhnya begitu juga asam asetat dan
kloroform, tetapi air dan kloroform tidak dapat campur seluruhnya,hanya
campur sebagian saja
3. Titik akhir titrasi asam asetat (CH
3
COOH) dan kloroform (CHCl
3
) dengan
aquadest (H
2
O) di tandai dengan timbulnya kekeruhan
4. Semakin banyak volume asam asetat dan semakin sedikit volume kloroform
maka semakin banyak volume aquadest yang dperlukan untuk menitrasi larutan
tersebut
C(CH
3
Cl
)


90
A
(CH3COOH)
B
(H
2
O)
80
0
70
60
50
40
30
20
10
90 80
0
70 60 50 40 30 20 10
90
80
0
70
60
50
40
30
20
10
X
C X
A
X
B
5. Penambahan aquadest pada larutan asam asetat pekat dan kloroform pada
komposisi yang berbeda menyebabkan perubahan daya saling larut antara
kedua zat tersebut

Anda mungkin juga menyukai