KIMIA FISIKA
ADSORPSI ISOTERMIS
05 JUNI 2020
KELOMPOK :
1. YULISTYAWAN LUCKY W NPM : 08.2018.1.01806
2. NURIL QOMARIYAH NPM : 08.2018.1.01836
2020
Laporan Praktikum Kimia Fisika Adsorpsi Isotermis
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tidak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan anugrah-Nya sehingga Laporan
Praktikum Kimia Fisika dengan judul Praktikum Adsorpsi Isotermis ini dapat
terselesaikan dengan baik, meski jauh dari kata sempurna.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan terlibat dalam proses pembuatan Laporan Praktikum Kimia Fisika
ini, terkhusus kepada :
1. Ibu Erlinda Ningsih, S.T., M.T., selaku dosen pengampu mata kuliah
Kimia Fisika.
2. Segenap asisten laboratorium yang tetap sabar untuk melayani
kelompok kami dalam berlangsungnya praktikum,
3. Seluruh teman-teman yang berkenan membantu hingga Laporan
Praktikum ini dapat selesai.
Demikianlah, Laporan Praktikum Kimia Fisika kami buat dengan sepenuh
hati. Tidak lupa kritik dan saran kami harapkan agar laporan ini dapat menjadi
lebih baik lagi.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua dan terkhusus bagi selaku
penulis. Terimakasih.
Tim penyusun
ABSTRAK
Adsorpsi merupakan suatu proses perubahan konsentrasi yang terjadi pada batas permukaan dari
dua fasa, jenis fasa ini dapat berupa padat-cair, padat-gas, cair–cair ataupun gas-cair. Pada proses
penentuan adsorpsi isoterm menggunakan bahan karbon aktif sebagai adsorbennya. Karbon aktif
yang digunakan harus dihaluskan tujuannya untuk memperluas permukaan aktifnya dan membuka
pori-porinya sehingga daya adsorpsinya tinggi. Peristiwa adsorpsi dipengaruhi oleh luas
permukaan, sifat fisik dan sifat kimia adsorben. Karbon aktif merupakan suatu bahan yang berupa
karbon amorf yang sebagian besar terdiri dari karbon bebas serta memiliki permukaan dalam
sehingga memiliki daya adsorpsinya yang tinggi. Karbon aktif banyak di temukan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan pemberian variasi konsentrasi larutan asamnya dan dilakukan pada
suhu yang sama (isoterm). Pemberian konsetrasi dan jenis asam yang berbeda pada tiap larutan
dilakukan untuk menunjukan seberapa besar daya adsorpsi karbon aktifnya terhadap konsetrasi
yang berbeda. Konstanta Freundlich yang dihasilkan adalah k = 16,687 dan n = 2,025, serta
konstanta Langmuir yang dihasilkan adalah a = 0,3385 dan b = 98,86 Jumlah mol yang diperlukan
untuk membuat lapisan tunggal pada karbon aktif menurut model persamaan Langmuir (Nm)
adalah 0,0034 µmol.
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan .................................................................................. 1
BAB II TINJUAN PUSTAKA ............................................................................... 2
2.1 Absorbsi .................................................. Error! Bookmark not defined.
2.2 Adsorpsi ................................................................................................... 2
2.2 Adsorpsi Isotermis .................................................................................. 3
2.3 Adsorben dan Adsorbat ......................................................................... 3
2.4 Karbon Aktif .......................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PERCOBAAN ......................................................................... 5
3.1 Skema Percobaan ................................................................................... 5
3.2 Alat dan Bahan Percobaan .................................................................... 6
3.3 Gambar Alat ........................................................................................... 7
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 10
4.1 Data Hasil Percobaan ........................................................................... 10
4.2 Data Hasil Perhitungan........................................................................ 11
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 13
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
5.2 Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
APPENDIKS ......................................................................................................... 15
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
waals, menahan mereka ke fase terkondensasi dan bermigrasi kembali ke fase gas.
Adsorpsi adalah proses eksotermik (Basu, 2002).
Karakteristik adsorpsi ditentukan dengan bantuan analisis primer. Studi
desorpsi sebagai fungsi pH dilakukan untuk menganalisis kemungkinan
menggunakan kembali adsorben untuk adsorpsi lebih lanjut dan untuk membuat
proses lebih ekonomis (Ramachandran, 2011).
2.2 Adsorpsi Isotermis
Adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat teradsorpsi per gram adsorpben
yang dialirkan pada suhu tetap (Marilyn.L.E, 2012). Adsorpsi isoterm adalah
hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase teradsorbsi pada
permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada temperatur tertentu.
Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk menjelaskan
isoterm. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan
yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-
beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang dikemukakan oleh Freundlich.
Persamaannya adalah :
1/n
menjadi log
keteranagan:
adsorben, ukuran pori adsorben, kelarutan zat terlarut, pH, dan temperatur
(khopkar,1990; atkins, 1996).
2.4 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat merupakan asam lemah dengan rumus molekul CH3COOH,
senyawa ini dalam air terurai sebagian, tidak berwarna, berbau merangsang dan
dapat menimbulkan luka bakar pada kulit. Sebagian besar gas CH3COOH mudah
larut dalam air. Asam asetat memiliki titik beku 16,60C dan titik didihnya -
118,10C (Arsyad, 2001).
2.5 Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan padatan lembab berwarna putih cair bening, mudah larut
dalam air dan mempunyai rumus molekul NaOH. Senyawa ini bersifat
higroskopis, mudah larut dalam etanol dan memiliki titik lebur 3,80C, titik beku
1390C. NaOH dapat diperoleh dengan mengolah Na2CO3 dengan lumpur melalui
elektrolisis air asin (Arsyad, 2001).
2.6 Indikator Fenolftalein (PP)
Indikator fenolftalen merupakan indikator yang di gunakan dalam proses
titrasi sebagai pelarut indikator asam-basa dan mempunyai rumus molekul
C2OH4O4. Indikator ini berbentuk kristal tidak berwarna, mudah larut dalam
alkohol dan pelarut organik lainnya. Fenolftalein tidak menimbulkan warna pada
keadaan asam, namun berwarna merah dalam keadaan basa dan jangkauan pHnya
adalah 8-10 (Daintith, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan
↓
Memasukkan karbon aktif ke dalam 6 buah labu alas datar masing-
masing 5 gram
↓
Membuat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,2 N, 0,15 N, 0,1
N,0,06 N; 0,03 N dan 0,01 N masing-masing 100 ml
↓
Membuat larutan asam asetat kontrol dengan konsentrasi 0,03 N
sebanyak 100 ml
↓
Memasukkan larutan asam asetat ke dalam labu alas datar berisi karbon
aktif
↓
↓
Mengocok labu alas datar selama 15 menit dan didiamkan selama 1
jam
↓
Mengambil larutan dalam labu alas datar sebanyak 10 ml ke dalam 2
erlenmeyer
↓
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Dari praktikum yang telah kami lakukan, maka kami dapatkan hasil percobaan
sebagai berikut :
Tabel 4. 1 Hasil Percobaan Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
1. 1 27,00
25,4
2. 2 23,8
Tabel 4. 2 Hasil Percobaan Titrasi Asam Asetat 0,03 M (Tanpa Karbon Aktif)
No. Titrasi ke- Volume (mL) Volume rata-rata (mL)
1. 1 12,4
10,15
2. 2 7,9
Tabel 4. 3 Hasil Percobaan Titrasi Asam Asetat dan Karbon Aktif dengan
NaOH
No. Konsentrasi Volume I Volume II Volume
(M) (mL) (mL) Rata-rata
1. 0,02 2,7 1,25 1,97
2. 0,03 4,8 3,9 4,35
3. 0,04 5,4 5 5,2
4. 0,10 11 10 10,5
5. 0,20 14,4 15,2 14,8
6. 0,25 25 21,5 23,25
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembahasan Yulistyawan Lucky Wardhana
Adsorpsi isotermis adalah adsorpsi yang terjadi pada temperatur tetap.
Dalam praktikum adsorpsi isotermis ini menggunakan larutan organik yaitu
asam asetat dengan variasi 6 konsentrasi, adsorben yang digunakan adalah
arang atau norit (karbon aktif) langkah awal yang perlu dilakukan ialah
memanaskan karbon aktif. Karbon aktif disini berperan sebagai adsorben yang
berfungsi menyerap molekul-molekul kecil adsorbat yaitu asam asetat. Tujuan
pemanasan karbon aktif untuk mengaktifkan karbon aktif, proses pengaktifan
ini terjadi ketika karbon mulai dipanaskan menyebabkan terbukanya pori-pori
pada karbon aktif. Pada pori-pori inilah karbon aktif berfungsi, ketika pori-
pori permukaan karbon aktif terbuka dan terisi udara, karbon aktif akan
menyerap molekul-molekul dalam larutan kedalam pori-porinya
menggantikan udara yang sebelumnya terisi di dalam pori-pori tersebut. Hal
ini agar pori-pori arang semakin besar sehingga dapat memepermudah
penyerapan. Karena semakin luas permukaan adsorben maka daya serapannya
pun semakin tinggi.
Selanjutnya mempersiapkan larutan uji asam asetat (CH3COOH) pada
konsentrasi 00,2 N; 0,03 N; 0,04 N; 0,1 N; 0,2 N dan 0,25 N masing-masing
100 mL. Larutan ini dibuat dengan cara membuat larutan 0,2 M terlebih
dahulu. Satu botol yang tidak ada karbon aktifnya diisi 100 mL 0,03 M larutan
asam asetat, contoh ini akan dipakai sebagai kontrol. Kontrol yang di maksud
ialah sebagai kontrol konsentrasi NaOH. Tutup semua botol kemudian kocok
selama 15 menit. Pengocokan larutan asam asetat dengan karbon aktif
bertujuan untuk memaksimalkan proses adsorpsi molekul-molekul asam asetat
pada larutan ke dalam karbon aktif. Setelah dikocok selanjutnya didiamkan
selama 1 jam, bertujuan untuk mengendapkan karbon aktif pada dasar larutan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, 2001, “Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah,’’ Erlangga, Jakarta.
Atkins, p.w, 1996, “Kimia Fisika,” Erlangga, Jakarta.
Basu, S, Paul F. Henshaw. Nihar Biswas, and Hon K. Kwan. 2002. Prediction Of
Gas-Phase Adsorption Isotherms Using Neural Nets. Civil and
Environmental Engineering. University of Windsor. Canada.
Castellan,1982, “Physical Chemestry,” Edisi ketiga, Addison-Wesley Publishing
Company.
Daintith, J, 1994. Kamus Lengkap Kimia. Alih bahasa : Suminar Achmadi.
Erlangga. Jakarta.
Foo, K.Y, B.H Hameed. 2009. Insights in to The Modeling of Adsorption Isotherm
Systems. School of Chemical Engineering Campus. Universiti Sains
Malaysia. Malaysia.
Kateren, 1987, “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan,” Edisi VI,
Jakarta.
Khopkar, S.M, 1990, “Konsep Dasar Kimia Analitik,” AB: A. Saptorahardjo, UI
Press.Jakarta.
Marilyn. L.E, 2012, “Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi Ion Cu+ Pada Zeolit
H,” Riset Geologi dan Pertambangan, voll. 22 no. 2 (2012) 115-129.
Ramachandran, P. Raj Vairamuthu, and Sivakumar Ponnusamy. 2011. Adsorption
Isotherms, Kinetics, Thermodynamics and Desorption Studies of Reactive
Orange 16 ON Activated Carbon Derived From Carbon. Department of
Chemistry, Sri Meenakshi Government College For Women. Madurai.
Tamil Nadu. India.
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Rineka Cipta. Jakarta.
Wahyu. 2011. Definisi Adsorpsi, Absorbsi dan Desorpsi.
http://webduniakimia.blogspot.co.id/2011/02/definisi-adsorpsi-absorbsi
dan-desorpsi_08.html.
APPENDIKS