Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang merupakan bagian dari
termodinamika yang mempelajari perubahan-perubahan panas yang mengikuti
reaksi-reaksi kimia. Reaksi dalam termokimia terbagi menjadi reaksi eksoterm
dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari
sistem ke lingkungan. Sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap
kalor dari lingkungan ke sistem (Petrucci, 1992).
Jika kita melakukan reaksi kimia, ada dua kemungkinan, menghasilkan panas
atau sebaliknya membutuhkan panas. Hal ini bergantung pada sistem dan
lingkungannya. Ada sistem tertutup dan ada system terbuka. Sistem dan
lingkungan ini saling berinteraksi satu sama lainnya.
Jika kita membahas termokimia, maka kita akan mengenal entalpi. Perubahan
entalpi adalah besarnya perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia pada
tekanan tetap. Entalpi dibedakan menjadi 5 yaitu : entalpi pembentukan, entalpi
penguraian, entalpi pembakaran, entalpi netralisasi dan entalpi reaksi.
Kebanyakan reaksi berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan tetap
(tekanan atmosfir). Jadi, kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap
(dimana volume dapat berubah) dapat berbeda dari perubahan energi dalam (∆E).
Untuk menyatakan kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap para ahli
mendefinisikan suatu besaran termodinamika, yaitu entalpi (H). Entalpi
menyatakkan kandungan kalor zat atau sistem. Perubahan entalpi (∆H) dari suatu
reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap atau dibebaskan oleh reaksi itu
(Chang, 2004).

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari praktikum Panas Reaksi sebagai berikut:
1. Menghitung kapasitas panas kalorimeter dengan prinsip neraca panas.
2. Menghitung panas pelarutan dan panas reaksi HCl dan NaOH.
3. Membuat grafik diagram enthalpi konsentrasi larutan NaOH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Panas Reaksi
Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi, produk, dan reaktan
pada volume konstan (∆E) atau pada tekanan konstan (∆H). Panas reaksi dapat
dinyatakan dengan kalorimeter. Harga ∆E diperoleh apabila reaksi dilakukan
dengan kalorimeter bom, yaitu pada volume konstan dan ∆H adalah panas reaksi
yang diukur pada tekanan konstan, dalam gelas piala atau labu ukur yang
diisolasi. Karena proses diperinci dengan baik maka panas yang dilepaskan
hanyalah fungsi-fungsi keadaan yaitu Qp = ∆H atau Qv = ∆E. Besaran ini dapat
diukur oleh persamaan : (Dogra, 1990)
Q = ΔE atau ΔH = T1 T2 Δ Ci (produk, kalorimeter) dT
Dimana Ci dapat berupa Cv untuk pengukuran E dan Cp untuk H. Dalam
banyakpercobaan, Ci untuk kalorimeter dijaga tetap konstan. Panas reaksi dapat
dibedakan menjadi (Bird, 1993) :
1. Panas pembentukan
Entalpi pembentukan molar standar (∆Hf) suatu senyawa adalah
banyaknya panas yang diserap atau dilepaskan kerika 1 mol senyawa
tersebut dibentuk unsur-unsurnya dalam keadaaan standar.
2. Panas pembakaran
Panas pembakaran suatu unsur atau senyawa adalah banyaknya
panas yang dilepaskan ketika 1 mol unsur atau senyawa tersebut terbakar
sempurna dalam oksigen.
3. Panas netralisasi
Panas netralisasi dapat didefinisikan sebagai jumlah panas yang
dilepas ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa
atau sebaliknya. Panas netralisasi terjadi dalam larutan asam kuat dan
basa kuat dengan sedikit air ternyata berharga konstan. Hal ini
disebabkan karena asam kuat dan basa kuat akan mudah terdissosiasi
sempurna dalam bentuk ion di dalam larutan.
4. Panas pelarutan
Jenis panas reaksi yang lain adala panas yang dilepas atau diserap
ketika 1 mol senyawa dilarutkan dalam pelarut berlebih yaitu sampai
suatu keadaan dimana pada penambahan pelarut selanjutnya tidak ada
panas yang diserap atau dilepaskan lagi. Panas pelaruta ada 2 macam
yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan differensial. Besarnya
panas pelarutan bergantung pada jumlah mol pelarut dan zat terlarut.
5. Panas pengenceran
Panas pengenceran adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap
ketika suatu zat atau larutan diencerkan dalam batas konsentrasi tertentu.
2.2 Entalpi
Perubahan entalpi pada saat sistem mengalami perubahan fisika atau kimia
biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standar.
Dalam banyak pembahasan kita akan memperhatikan perubahan entalpi standar
∆H0 yaitu perubahan entalpi untuk proses yang zat awal dan akhirnya ada dalam
keadaan standar. (Atkins, 1997)
Reaksi eksotermik adalah reaksi yang melepas panas. Jika reaksi berlangsung
pada suhu tetap, berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai negatif karena
kandungan panas dari sistem akan menurun. Sebaliknya, pada reaksi endotermik
yaitu reaksi yang membutuhkan panas, berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai
positif. (Bird, 1993)
Panas dilepaskan ke lingkungan atau diterima dari lingkungannya sekitar oleh
sistem dalam isohorik atau isobarik dan apabila suhu pertama sama dengan suhu
kedua kondisi ini disebut isotermal kalor reaksi. Syarat yang harus dilakukan saat
proses berlangsung yaitu suhu dari produk dan reaktan harus sama dan semua
jenis kerja harus dimasukkan pada proses reaksi. Perubahan panas ditunjukan oleh
perubahan kalorimeter.
Qv = - Cv cal × ΔTcal
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan

Memasukkan 100 ml air kedalam calorimeter, aduk biarkan selama 5 menit


sampai suhu calorimeter merata, dan mencatat suhunya

Ditempat lain, memanaskan 110 ml air dalam beaker glass menggunakan
kompor sampai suhunya sekitar 70°C.

Memasukkan 100 ml air panas kedalam gelas ukur, mengukur kembali
suhunya kemudian pindahkan kedalam kalorimeter yang telah berisi 100 ml
air.

Mengamati dan mencatat suhu air yang ada didalam kalorimeter setiap 10
detik dengan menggunakan thermometer.
Skema Percobaan Penentuan Kapasitas Panas Kalorimeter

Menimbang sebanyak 1 gram Kristal NaOH.

Memasukkan 100 ml air kedalam kalorimeter.

Mengukur suhu air dalam kalorimeter dengan menggunakan thermometer.


Memasukkan Kristal NaOH yang elah ditimbang tersebut kedalam
kalorimeter yang telah diisi air, aduk pelan sampai larut.

Mencatat suhu campuran setiap 10 detik selama 5 menit.


Mengulangi langkah-langkah diatas dengan mengganti berat Kristal menjadi
2, 3, 5, dan 10 gram.
Skema Percobaan Penentuan Panas Pelarutan

Memasukkan 50 ml larutan HCl 2 M kedalam kalorimeter.


Mencatat suhu dengan menggunakan termometer.


Menuangkan 50 ml larutan NaOH 2 M kedalam kalorimeter yang telah berisi
50 ml larutan HCl 2 M. Mencatat dahulu suhu larutan NaOH.

Mengukur suhu campuran dalam kalorimeter setiap 10 detik, sampai 5 menit.
Sambil diaduk pelan sampai suhu yang ditunjukkan tidak banyak berubah.

Mengulangi langkah-langkah diatas dengan mengganti larutan HCl dan NaOH
menjadi berkonsentrasi 1 M, 0,5 M, 0,3 M, dan 0,1 M.
Skema Percobaan Penentuan Panas Reaksi Netralisasi
3.2 Alat dan Bahan Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan :
 Labu ukur 250 mL 1 buah
 Beaker glass 200 mL 2 buah
 Beaker glass 500 mL 1 buah
 Termometer 1 buah
 Kalorimeter 1 buah
 Cawan porselin 1 buah
 Corong 1 buah
 Pengaduk 1 buah
 Kaca arloji 1 buah
 Panci 1 buah
Bahan yang digunakan dalam percobaan :
 Asam klorida
 Natrium hidroksida
 Aquades
3.3 Gambar Alat
Petrucci, R.H, 1992. Kimia Dasar. Edisi 4. Jilid 1. Alih bahasa : Suminar.
Erlangga. Jakarta.
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi 3. Jilid 2. Pemerjemah :
Sukminar. Erlangga. Jakarta.
Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakarta : Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal. UI-Press. Jakarta.
Atkins, P. W. 1997. Kimia Fisika 2. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai