DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
VII.Analisis Data
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Dik : V air dingin = 50 mL
V air panas = 50 mL
T2 air panas = 45 oC = 318 K
T1 air dingin = 29oC = 302 K
Tc campuran = 33oC = 306 K
C air = 4,2 J/g. K
Dit : K……?
Peny : m air panas = m air dingin = ρ x V
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4.5H2O
Dik : T air dingin = 29oC = 302 K
T campuran = 29 oC = 302 K
V air = 100 mL
ρair = 1 gram/mL
Mr CuSO4.5H2O = 249,5 gram/mol
m CuSO4.5H2O = 5,005 gram
Dit : H1 CuSO4.5H2O……?
Peny :
n CuSO4.5H2O =
H1 =
H2 =
= 0 – 109,0909 kJ/mol
= -109,0909 kJ/mol
Reaksi yang terjadi
CuSO4 + 5H2O CuSO4. 5H2O
35
34
33 suhu (0C)
32
0 2 4 6 8 10
Axis Title
30
suhu (0C)
Column2
20
Column3
10 Column4
0
1 2 3 4 5
32,5
32
31,5
1 2 3 4 5
Menit
IX. Pembahasan
1. Penentuan Tetapan kalorimeter
Tetapan kalorimeter merupakan jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter
untuk menaikkan suhunya 10C. Tetapan kalorimeter harus diketahui nilainya karena
komponen-komponen alat kalorimeter misalnya termometer, batang pengaduk atau
bahkan kalorimeter itu sendiri dapat menyerap kalor yang besarnya tidak dapat
diukur perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia maupun proses fisik, dapat
diukur dengan suatu alat yang disebut kalorimeter. Kalorimeter memiliki sifat khas
dalam mengukur kalor. Hal ini terjadi karena komponen-komponen alat kalorimeter
dapat menyerap kalor sehingga tidak semua kalor yang terjadi dapat terukur. Prinsip
dasar penentuan tetapan kalorimeter yaitu proses penyerapan atau pelepasan kalor.
Jadi jika terdapat suhu yang berbeda kemudian dicampurkan maka suhu yang rendah
akan menyerap kalor dan suhu yang tinggi akan melepaskan kalor. Adapun prinsip
kerjanya yaitu pengukuran perubahan suhu dimana dilakukan pencampuran antara air
dan air panas lalu diaduk hingga diperoleh suhu yang konstan. Tujuan pengadukan
yaitu untuk menyempurnakan proses pencampuran antara air dan air panas. Dalam
percobaan ini digunakan kalorimeter sederhana karena kalorimeter ini lebih
sederhana dan sering digunakan untuk mengukur kalor dan reaksi yang berlangsung
dalam larutan.
Penentuan tetapan kalorimeter dilakukan dengan memasukkan air panas
kedalam kalorimeter yang berisi air dingin yang telah ditentukan suhu larutannya.
Dalam proses mengukur suhu campuran harus dilakukan pengadukan agar campuran
yang ada dalam kalorimeter yang berisi air dingin yang telah ditentukan suhu
konstannya merata. Adapun suhu konstan untuk air dingin yaitu 290C dan suhu
campuran (Tc) adalah 330C. Berdasarkananalisi data nilai tetapan kalorimeter yang
diperoleh adalah 420 kJ/K.
2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4. 5H2O
Percobaan ini bertujua untuk menentukan banyaknya kalor yang diserap atau
dilepas ketika satu mol zat CuSO4 dilarutkan dalam 1 mol pelarut. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan serbuk CuSO4. 5H2O. Pada penentuan kalor
pelarutan integral CuSO4. 5H2O zat ini ditimbang kemudian dihaluskan terlebih
dahulu. Tujuan dihaluskan yaitu supaya serbuk kristal CuSO4. 5H2O mudah larut
dalam air karena ukuran partikelnya semakin kecil. Dilarutkan dengan air karena
CuSO4 dan air memiliki kepolaran yang sama yaitu polar sehingga CuSO4 mudah
larut dalam air. Setelah itu, serbuk halus tersebut dimasukkan kedalam kalorimeter
yang berisi air dingin yang telah diketahui suhu konstannya dan dicatat sebagai suhu
awal (T1) dan suhu campuran (Tc) ditentukan dari suhu campuran air dan zat CuSO4.
5H2O benar-benar larut dan tidak mengendap setelah diperoleh suhu konstan maka
pencatatan dihentikan. Suhu tersebut merupakan suhu campuran (Tc). Adapun
besarnya kalor pelarutan integral untuk CuSO4.5H2O yang diperoleh yakni 0 kJ/mol.
Hal ini berarti reaksi yang berlangsung tidak menyerap kalor. Hal ini belum sesuai
dengan teori bahwa ketika ditambahkan senyawa yang mengandung air kedalam
calorimeter maka suhu akan turun. Hal ini disebabkan karena proses pengadukan
yang tidak sempurna sehingga mempengaruhi kelarutan CuSO4.5H2O.
3. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat
Percobaan ini bertujua untuk menentukan banyaknya kalor yang diserap
atau dilepas ketika satu mol zat CuSO4 dilarutkan dalam 1 mol pelarut. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan serbuk CuSO4. 5H2O yang telah diuapkan. Tujuan
penguapan tersebut adalah untuk menguapkan kandungan air dalam serbuk CuSO4
yang ditandai dengan berubahnya warna serbuk dari warna biru menjadi putih.
Terjadinya perubahan warna karena pada saat dipanaskan air dari CuSO4. 5H2O
menguap sehingga terjadi perubahan warna serbuk putih yang diperoleh kemudian
didinginkan dieksikator. Fungsi eksikator yaitu untuk mempercepat proses
pendinginan serta menyerap uap air yang terkandung pada kristal karena dibagian
bawah eksikator terdapat silika gel yang dapat menyerap air. Setelah dingin serbuk
ditimbang kemudian dilarutkan dalam kalorimeter seperti yang dilakukan pada
penentuan kalor pelarutan CuSO4. 5H2O. Pada percobaan ini diperoleh kalor
pelarutan integral CuSO4 anhidrat adalah 109,0909 kJ/mol artinya dalam setiap mol
zat terlarut yang dilarutkan dalam satu mol pelarut sistem menyerap kalor sebesar
109,0909 kJ/mol dengan reaksi adalah 436,3636 kJ/mol. Reaksinya yaitu:
CuSO4. 5H2O CuSO4 + 5H2O
Percobaan ini dilakukan untuk membandingkan harga kalor pelarutan integral
CuSO4. 5H2O dengan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat. Pada penentuan kalor
pelarutan integral CuSO4. 5H2O diperoleh nilai kalor 0 kj/mol. Hal ini disebabkan
karena kesalahan praktiakan dalam proses pengadukan yang tidak merata.
Sedangkan pada penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat diperoleh
109,0909 kJ/mol. Nilai CuSO4. 5H2O lebih kecil daripada nilai CuSO4
anhidrat. Dari hasil percobaan ini diperoleh grafik hubungan antara waktu dan suhu
pada penentuan tetapan kalorimeter dan penentuan kalor pelarutan tetapan integral
CuSO4 anhidrat dan CuSO4. 5H2O.
X. Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulakn bahwa nilai tetapan
kalorimeter yang digunakan adalah 420 J/K. untuk kalor pelarutan integral
CuSO4.5H2O diperoleh 0 kJ/mol sedangkan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat
sebesar 268,80 kJ/mol.
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo, Wahyu Purwo. 2007. Pemanfaatan Tea dalam Proses Penjernihan Oli Bekas
Sebagai Bahan Bakar Pada Peleburan Aluminium. Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi, Vol 8 (2).
Tazi, Imam & Sulistiana. 2011.Uji Kalor Bahan Bakar Campuran Bioetanol dan Minyak
Goreng Bekas. Jurnal Neutrino. Vol 3 (2).
Tim Dosen Kimia Fisik 1. 2017. Penuntun Praktikum Kima Fisik 1. Makassar:
Laboratorium Kimia FMIPA UNM.