Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KALOR REAKSI

DOSEN PENGAMPU :

DR. I NYOMAN SUARDANA, M.SI.


NI PUTU MERRY YUNITHASARI, SPD., MPD.

DISUSUN OLEH :

REPI NURCHYA BR TARIGAN


NIM: 2013071004
KELAS : 1A

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2020
I. Latar Belakang
Kalor merupakan suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujudnya. Kalor dalam bentuk energi
memiliki satuan Joule. Kalor berbeda dengan suhu karena suhu merupakan ukuran dalam
satuan derajat panas sedangkan kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik
yang diserap maupun yang dilepas oleh suatu benda.
Kalor reaksi merupakan kalor yang diserap atau yang dibebaskan suatu reaksi kimia
pada tekanan tetap dengan simbol ∆H. Kalor reaksi (entalpi) diperoleh dari perbedaan
antara entalpi hasil reaksi dan entalpi pereaksi. Jika nilai ∆H dari suatu reaksi bernilai
positif maka reaksi tersebut dikatakan endoterm dan jika ∆H bernilai negatif maka disebut
eksoterm.
Kalor dan kerja merupakan besaran aljabar yang dapat bernilai positif dan negatif. Kalor
dan kerja adalah bentuk energi yang dipindahkan melalui batas-batas siatem akibat dari
adanya perubahan suhu antara sistem dan lingkungan, sedangkan kerja merupakan energi
bukan kalor yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungan.
II. Tujuan Percobaan
Menetukan kalor pelarutan pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4.5 H2O dengan
menggunakan kalorimeter sederhana.
III. Landasan Teori
Salah satu aplikasi hukum termodinamika didalam bidang kimia adalah adalah
termokimia. Termokimia yaitu ilmu yang mempelajari kalor yang menyertai perubahan
fisik atau reaksi kimia. Untuk menyatakannya biasanya dengan kata-kata kalor ditambah
dengan proses yang menyertainya. Misalnya kalor pelarutan yaitu kalor yang menyertai
proses perubahan fisik zat terlarut kedalam pelarutnya (biasanya yang dibahas berupa
pelarut cair). Kalor pembakaran yaitu kalor yang dihasilkan reaksi pembakaran suatu zat
dan sebagainya (Rohman, 2000: 69).
Penyerapan dan pelepasan kalor yang menyertai suatu reaksi dapat diukur secara
eksperimen. Alat ukurnya disebut kalorimeter. Setiap kalorimeter memiliki sifat khas
dalam mengukur kalor. Ini terjadi karena komponen-komponen alat kalorimeter sendiri
(wadah logam, pengaduk, termometer) menyerap kalor, sehingga tidak semua kalor yang
terjadi terukur. Oleh karena itu jumlah kalor yang diserap kalorimeter (kapasitas kalor dari
kalorimeter biasa juga disebut tetapan kalorimeter, K) perlu diketahui terlebih dahulu (Tim
Dosen Kimia Fisik, 2017: 2)
Kalor biasanya dilambangkan dengan q atau Q merupakan salah satu bentuk energi
yang dapat dipertukarkan oleh sistem dan lingkungan karena adanya perubahan suhu.
Untuk memudahkan pemahaman penggunaan nilai kalor yang dipertukarkan antara sistem
dan lingkungan harus konsisten dengan suatu perjanjian-perjanjian Q bernilai positif
apabila sistem menerima kalor dari lingkungan. Sebaliknya Q bernilai negatif bila sistem
melepaskan kalor ke lingkungan. Kalor yang diserap sistem untuk menaikkan suhunya satu
derajat disebut kapasitas kalor, biasanya dinyatakan dengan simbol C secara matematis
dirumuskan:

(Rohman, 2000: 39).


Jika benda menerima kalor, maka kalor itu digunakan untuk menaikkan suhu benda
atau berubah wujud. Benda yang berubah wujud dapat berubah mencair, atau menguap.
Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang
terjadi pada reaksi tersebut. Nilai kalor adalah jumlah energi yang dilepaskan pada proses
pembakaran persatuan volume atau oersatuan massanya. Nilai kalor bahan bakar
menetukan jumlah konsumsi bahan bakar tiap satuan waktu (Tazi, 2011: 165-166).
Terdapat dua nilai pada kalor pembakaran yaitu nilai kalor atas dan nilai kalor
bawah. Nilai kalor atas adalah kalor yang dihasilkan apabila semua air yang mula-mula
berwujud cair setelah pembakaran mengembun menjadi cair kembali. Sedangkan nilai
kalor bawah adalah besarnya sama dengan nilai kalor atas dikurangi kalor yang diperlukan
oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang terbentuk dari pembakaran bahan
bakar untuk menguap pada 250C dan tekanan tetap (Raharjo, 2007: 170).
Jika kerja yan dilakukan sistem hanya dipandang sebagai kerja tekanan dan volume,
kalor reaksi yang diukur pada tekanan tetap dinyatakan dengan perubahan entalpi, H
sementara itu kalor reaksi yang diukur pada volume tetap dinyatakan dengan perubahan
energi U. Hubungan kedua besaran tersebut pada tekanan tetap dinyatakan:
Dan untuk reaksi yang berkaitan dengan perubahan jumlah mol gas dengan asumsi gas
ideal persamaan menjadi

(Tim Dosen Kimia Fisik, 2017: 1).


Entalpi mutlak zat-zat tidaklah diketahui, tetapi harga relatif entalpi-entalpi dapat
diperoleh dengan memilih suatu keadaan rajukan untuk entalpi dan kemudian mengukur
dengan tepat perubahan entalpi dari reaksi-reaksi. Keadaan rujukan universal ialah unsur
dalam keadaan standarnya pada suhu 250C. Dengan perjanjian, entalpi pembentukan dari
suaatu unsur dalam keadaan standarnya ddiberi harga nol. Perubahan entalpi merujuk pada
suatu tekanan konstan. Bila entalpi merujuk pada perubahan kalor selama proses yang
dilakukan pada suatu tekanan konstan. Bila entalpi pereaksi lebih besar daripada produk
reaksi itu membebaskan kalor atau reaksi eksoterm, sedangkan jika entalpi produk lebih
besar daripada pereaksi maka reaksi berlangsung endoterm atau menyerap kalor
(Keenan, 1984: 477).
Selain kalor reaksi, penyerapan atau pelepasan kalor dapat juga terjadi pada proses-proses
fisik, diantaranya adalah pada proses pelarutan suatu zat didalam pelarutnya. Atau
penambahan zat terlarut kedalam zat pelarut. Ada dua jenis kalor pelarutan yaitu kalor
pelarutan integral dan kalor pelarutan differensial. Kalor pelarutan integral adalah kalor
yang dilepaskan untuk diserap ketika satu mol zat dilarutkan dalam n mol pelarut.
Sedangkan kalor pelarutan differensial adalah kalor yang dilepaskan atau diserap ketika
satu mol zat dilarutkan dalam satu mol pelarut (Tim Dosen Kimia Fisik, 2017: 1).
Kalor pelarutan disebut juga dengan entalpi pelarutan dan diberi lambang . Besarnya
tergantung dari jenis zat padat dan umunnya dinyatakan dalam satuan kkal/mol atau
kJ/mol. Melarutnya zat padat terjadi pada temperatur tertentu yang disebut temperatur leleh
dengan lambang T0. Kelarutannya suatu zat padat umumnya akan bertambah dengan
naiknya temperatur dan akan terhenti dengan sendirinya pada saat kesetimbangan antara
tekanan uap dan tekanan uap larutannya tercapai. Saat setimbang terdapat kesetimbangan
antara potensial kimia dari zat dalam larutannya dan potensial kimia padatannya. (Salempa,
2005: 52).
Tetapan kalorimeter dapat ditentukan dengan mengukur suhu campuran (Tc) air dingin
(dengan suhu kamar T1) dan air panas (dengan suhu tertentu, T2) yang dicampurkan
didalam kalorimeter. Dari suhu campuran tersebut dapat diturunkan satu hubungan
matematis yang berguna untuk mengetahui nilai tetapan kalorimeter dengan rumus:

IV. Alat dan Bahan


No Alat Jumlah No Bahan
1 Kalorimeter 1 1 Aquades (H2O)
2 Termometer 110 0C 2 2 Kristal Tembaga
3 Gelas kimia 50 mL 1 Sulfat
4 Gelas kimia 100 mL 1 PentaHidrat
5 Gelas ukur 100 mL 1 (CuSO4 . 5H2O)
6 Bunsen 1 3 Kristal Tembaga
7 Kaki Tiga dan asbes 1 Sulfat Anhirat
8 Lumpang dan alu 1 (CuSO4)
9 Eksikator 1 4 Tissue
10 Spatula 1 5 Korek Api
11 Pipet tetes 2
12 Cawan penguap 1
13 Stopwatch 1
14 Neraca Analitik 1
15 Spatula 1
16 Botol Semprot 1

17 Lap kasar dan Lap halus 1

V. Prosedur Kerja dan Dugaan Hasil


1. Penentuan tetapan kalorimeter
a. 50 ml air dimasukkan kedalam kalorimeter kemudian dicatat suhunya dari menit
pertama hingga menit kelima.
b. 50 ml air dipanaskan dalam gelas kimia lam gelas kimia yang suhunya ± 40 oC.
c. 50 ml air panas dimasukkan ke dalam kalorimeter yang berisi air dingin tepat pada
waktu menit ke enam.
d. Mencatat suhu air dalam calorimeter setiap 1 menit sambil terus di aduk
e. suhu air dalam kalorimeter dicatat setiap satu menit sambil terus diaduk. dari menit
keenam hingga menit kesepuluh. Pencatatan dilakukan hingga diperoleh suhu yang
relatif tetap.
f. Kurva hubungan antara waktu dengan suhu dibuat untuk memperoleh suhu campuran
yang tepat.
2. Penentuan kalor pelarutan Integral CuSO4 dan CuSO4 . 5H2O
a. 10 g kristal CuSO4 . 5H2O ditimbang kemudian kristal digerus sampai halus.
b. 5 g kristal CuSO4 . 5H2O ditimbang secara teliti.
c. Kalorimeter disiapkan (yang telah ditentukan tetapannya). Kemudian 100 ml aquades
dimasukkan kedalam kalorimeter tersebut.
d. Suhu dicatat setiap 1 menit sebanyak 5 kali pembacaan.
e. 5 g serbuk halus CuSO4.5H2O ditambahkan kedalam kalorimeter tersebut dan diaduk
terus.
f. Suhu dicatat saat Kristal ditambahkan, kemudian di lanjutkan dengan pembacaan
suhu setiap satu menit sampai diperoleh suhu yang relatif tetap.
g. 5 gram Kristal CuSO4.5H2O dipanaskan kemudian diaduk perlahan sampai semua
hidratnya menguap seluruhnya yang ditandai dengan berubah warna serbuk dari biru
menjadi putih.
h. Serbuk didinginkan dieksikator.
i. Dengan menggunakan CuSO4 anhidrat langkah b-f diulangi.

VI. Hasil Pengamatan


1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Volume air dingin = 50 ml
Volume air panas = 50 ml
o
Suhu awal (T1) = 29 C
Suhu aquades panas (Tc) = 45 0C
Perubahan suhu
Menit ke- 1 2 3 4 5 6 7 8
Suhu 0C 35 34 33 33 33 33 33 33
2. Penentuan kalor integral CuSO4.5H2O
Volume air dingin = 100 ml
Massa CuSO4.5H2O = 5,005 gram
Suhu awal (T1) = 29 0C
Perubahan suhu
Menit ke- 1 2 3 4
Suhu 0C 29 29 29 29

3. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat


Volume air dingin = 100 ml
Massa CuSO4.5H2O = 3,727 gram
Suhu awal T1 = 29 0C
Perubahan suhu
Menit ke- 1 2 3 4 5
Suhu 0C 33 32 32 32 32

VII.Analisis Data
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Dik : V air dingin = 50 mL
V air panas = 50 mL
T2 air panas = 45 oC = 318 K
T1 air dingin = 29oC = 302 K
Tc campuran = 33oC = 306 K
C air = 4,2 J/g. K
Dit : K……?
Peny : m air panas = m air dingin = ρ x V
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4.5H2O
Dik : T air dingin = 29oC = 302 K
T campuran = 29 oC = 302 K
V air = 100 mL
ρair = 1 gram/mL
Mr CuSO4.5H2O = 249,5 gram/mol
m CuSO4.5H2O = 5,005 gram
Dit : H1 CuSO4.5H2O……?
Peny :

n CuSO4.5H2O =

Kalor yang diserap calorimeter (Q1)


Q1 = K x T
= 420 J/K x 0 K
= 0J
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m.c. T
= 100 gram x 4,2 J/g.K (0)
= 0J
Kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O (H1)

H1 =

3. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat


Dik : Tair dingin = 29oC = 302 K
Tcampuran = 32oC = 305 K
Vair = 100 mL
ρ air = 1 gram/mL
Mr CuSO4 = 161 gram/mol
m CuSO4.5H2O = 3,727 gram
Dit : H1 CuSO4 anhidrat……?
Peny :
n CuSO4=

Kalor yang diserap calorimeter (Q1)


Q1 = K x T
= 420 J/K x (305-302) K
= 420 J/K x 3 K
= 1260 J
= 1,260 kJ
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m.c.T
= 100 gram x 4,2 J/g.K .3 K
= 1260 J
= 1,260 kJ
Kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat (H2)

H2 =

Kalor pelarutan air

= 0 – 109,0909 kJ/mol
= -109,0909 kJ/mol
Reaksi yang terjadi
CuSO4 + 5H2O CuSO4. 5H2O

= 0 kj/mol – (109,0909 + 5 (-109,0909) kJ/mol


= 0 kJ/mol + 436,3636 kJ/mol
= 436,3636 kl/mol
VIII. Grafik
1. Penentuan tetapan kalorimeter

grafik 1. penentuan tetapan kalorimeter


36
Axis Title

35
34
33 suhu (0C)
32
0 2 4 6 8 10
Axis Title

2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 .5 H2O

Grafik 2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 .5


H2O
40

30
suhu (0C)

Column2
20
Column3
10 Column4
0
1 2 3 4 5

3. Penentuan kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat

Grafik 3. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4


anhidrat
33,5
33
suhu (0C)

32,5
32
31,5
1 2 3 4 5
Menit
IX. Pembahasan
1. Penentuan Tetapan kalorimeter
Tetapan kalorimeter merupakan jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter
untuk menaikkan suhunya 10C. Tetapan kalorimeter harus diketahui nilainya karena
komponen-komponen alat kalorimeter misalnya termometer, batang pengaduk atau
bahkan kalorimeter itu sendiri dapat menyerap kalor yang besarnya tidak dapat
diukur perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia maupun proses fisik, dapat
diukur dengan suatu alat yang disebut kalorimeter. Kalorimeter memiliki sifat khas
dalam mengukur kalor. Hal ini terjadi karena komponen-komponen alat kalorimeter
dapat menyerap kalor sehingga tidak semua kalor yang terjadi dapat terukur. Prinsip
dasar penentuan tetapan kalorimeter yaitu proses penyerapan atau pelepasan kalor.
Jadi jika terdapat suhu yang berbeda kemudian dicampurkan maka suhu yang rendah
akan menyerap kalor dan suhu yang tinggi akan melepaskan kalor. Adapun prinsip
kerjanya yaitu pengukuran perubahan suhu dimana dilakukan pencampuran antara air
dan air panas lalu diaduk hingga diperoleh suhu yang konstan. Tujuan pengadukan
yaitu untuk menyempurnakan proses pencampuran antara air dan air panas. Dalam
percobaan ini digunakan kalorimeter sederhana karena kalorimeter ini lebih
sederhana dan sering digunakan untuk mengukur kalor dan reaksi yang berlangsung
dalam larutan.
Penentuan tetapan kalorimeter dilakukan dengan memasukkan air panas
kedalam kalorimeter yang berisi air dingin yang telah ditentukan suhu larutannya.
Dalam proses mengukur suhu campuran harus dilakukan pengadukan agar campuran
yang ada dalam kalorimeter yang berisi air dingin yang telah ditentukan suhu
konstannya merata. Adapun suhu konstan untuk air dingin yaitu 290C dan suhu
campuran (Tc) adalah 330C. Berdasarkananalisi data nilai tetapan kalorimeter yang
diperoleh adalah 420 kJ/K.
2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4. 5H2O
Percobaan ini bertujua untuk menentukan banyaknya kalor yang diserap atau
dilepas ketika satu mol zat CuSO4 dilarutkan dalam 1 mol pelarut. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan serbuk CuSO4. 5H2O. Pada penentuan kalor
pelarutan integral CuSO4. 5H2O zat ini ditimbang kemudian dihaluskan terlebih
dahulu. Tujuan dihaluskan yaitu supaya serbuk kristal CuSO4. 5H2O mudah larut
dalam air karena ukuran partikelnya semakin kecil. Dilarutkan dengan air karena
CuSO4 dan air memiliki kepolaran yang sama yaitu polar sehingga CuSO4 mudah
larut dalam air. Setelah itu, serbuk halus tersebut dimasukkan kedalam kalorimeter
yang berisi air dingin yang telah diketahui suhu konstannya dan dicatat sebagai suhu
awal (T1) dan suhu campuran (Tc) ditentukan dari suhu campuran air dan zat CuSO4.
5H2O benar-benar larut dan tidak mengendap setelah diperoleh suhu konstan maka
pencatatan dihentikan. Suhu tersebut merupakan suhu campuran (Tc). Adapun
besarnya kalor pelarutan integral untuk CuSO4.5H2O yang diperoleh yakni 0 kJ/mol.
Hal ini berarti reaksi yang berlangsung tidak menyerap kalor. Hal ini belum sesuai
dengan teori bahwa ketika ditambahkan senyawa yang mengandung air kedalam
calorimeter maka suhu akan turun. Hal ini disebabkan karena proses pengadukan
yang tidak sempurna sehingga mempengaruhi kelarutan CuSO4.5H2O.
3. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat
Percobaan ini bertujua untuk menentukan banyaknya kalor yang diserap
atau dilepas ketika satu mol zat CuSO4 dilarutkan dalam 1 mol pelarut. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan serbuk CuSO4. 5H2O yang telah diuapkan. Tujuan
penguapan tersebut adalah untuk menguapkan kandungan air dalam serbuk CuSO4
yang ditandai dengan berubahnya warna serbuk dari warna biru menjadi putih.
Terjadinya perubahan warna karena pada saat dipanaskan air dari CuSO4. 5H2O
menguap sehingga terjadi perubahan warna serbuk putih yang diperoleh kemudian
didinginkan dieksikator. Fungsi eksikator yaitu untuk mempercepat proses
pendinginan serta menyerap uap air yang terkandung pada kristal karena dibagian
bawah eksikator terdapat silika gel yang dapat menyerap air. Setelah dingin serbuk
ditimbang kemudian dilarutkan dalam kalorimeter seperti yang dilakukan pada
penentuan kalor pelarutan CuSO4. 5H2O. Pada percobaan ini diperoleh kalor
pelarutan integral CuSO4 anhidrat adalah 109,0909 kJ/mol artinya dalam setiap mol
zat terlarut yang dilarutkan dalam satu mol pelarut sistem menyerap kalor sebesar
109,0909 kJ/mol dengan reaksi adalah 436,3636 kJ/mol. Reaksinya yaitu:
CuSO4. 5H2O CuSO4 + 5H2O
Percobaan ini dilakukan untuk membandingkan harga kalor pelarutan integral
CuSO4. 5H2O dengan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat. Pada penentuan kalor
pelarutan integral CuSO4. 5H2O diperoleh nilai kalor 0 kj/mol. Hal ini disebabkan
karena kesalahan praktiakan dalam proses pengadukan yang tidak merata.
Sedangkan pada penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat diperoleh
109,0909 kJ/mol. Nilai CuSO4. 5H2O lebih kecil daripada nilai CuSO4
anhidrat. Dari hasil percobaan ini diperoleh grafik hubungan antara waktu dan suhu
pada penentuan tetapan kalorimeter dan penentuan kalor pelarutan tetapan integral
CuSO4 anhidrat dan CuSO4. 5H2O.

X. Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulakn bahwa nilai tetapan
kalorimeter yang digunakan adalah 420 J/K. untuk kalor pelarutan integral
CuSO4.5H2O diperoleh 0 kJ/mol sedangkan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat
sebesar 268,80 kJ/mol.

DAFTAR PUSTAKA

Raharjo, Wahyu Purwo. 2007. Pemanfaatan Tea dalam Proses Penjernihan Oli Bekas
Sebagai Bahan Bakar Pada Peleburan Aluminium. Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi, Vol 8 (2).
Tazi, Imam & Sulistiana. 2011.Uji Kalor Bahan Bakar Campuran Bioetanol dan Minyak
Goreng Bekas. Jurnal Neutrino. Vol 3 (2).

Tim Dosen Kimia Fisik 1. 2017. Penuntun Praktikum Kima Fisik 1. Makassar:
Laboratorium Kimia FMIPA UNM.

Anda mungkin juga menyukai