Anda di halaman 1dari 15

A.

JUDUL PERCOBAAN
Penentuan kalor reaksi
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kalor perubahan pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4 . 5H2O
dengan menggunakan kalorimeter.
C. LANDASAN TEORI
Menurut Mulyanto, Subur (2017: 91) Kalorimeter adalah suatu sistem
terisolasi (tidak ada pertukaran materi maupun energi dengan lingkungan diluar
kalorimeter). Semua kalor yang dibebaskan oleh reaksi yang terjadi di dalam
kalorimeter, tidak ada yang terbuang dari kalorimeter. Dengan mengukur
kenaikan suhu di dalam kalorimeter dapat ditentukan jumlah kalor yang di
serapai serta perangkat kalorimeter berdasarkan rumus :
q=m.c.t
Dimana:
q = nilai kalor (J/L)
m = massa air (gram)
c = kalor jenis (J/g.oC)
t = perubahan suhu (oC).
Menurut Darmaningsih, Auliana (2019: 1371) Atau nilai kalor dapat
diukur melalui pengukuran perubahan temperatur yang terjadi pada reaksi.
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Q = m . c . ΔT
Dimana:
Q =jumlah kalor (J)
m = massa zat (gram)
ΔT = perubahan suhu (Tawal – Takhir) (oC atau K)
c = adalah kalor jenis (J/goC).
Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reaksi dapat diukur
secara eksperimen. Dikenal beberapa macam kalor reaksi, bergantung padati
pereaksinya, diantaranya adalah: kalor netralisasi, kalor pembentukan, kalor
penguraian dan kalor pembakaran. Jika kerja yang dilakukan sistem hanya
dipandang sebagai kerja tekanan dan volume, kalor reaksi yang diukur pada
tekanan tetap dinyatakan dengan perubahan entalpi ∆H, sementara itu kalor
reaksi yang diukur pada volume tetap dinyatakan dengan perubahan energy
dalam, ∆U. Hubungan dari keduanya yaitu:
∆H = ∆U + P ∆ V
Dan untuk reaksi yang berkaitan dengan perubahan jumlah mol gas dengan
asumsi gas ideal, persamaan menjadi:
∆H = ∆U + ∆n R T
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2019: 1).
Kuantitas kalor yang diperlukan untuk mengubah suhu satu gram air
sebesar satu derajat celcius disebut kalori (kal). Dapat diartikan kalori adalah
energi yang kecil dan satuan kilo kalori (kkal) juga digunakan secara luas.
Satuan SI untuk kalor adalah satuan SI untuk energi yaitu joule (J).
11 kal = 4,184 J
Meskipun joule hampir selalu digunakan namun kalori banyak dijumpai. Di
Amerika Serikat, kilo kalori lazim digunakan untuk mengukur kadar energi
dalam makanan. Kuantitas kalor yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu
sistem sebesar satu derajat disebut kapasitas kalor (Petruci dkk, 2007: 224).
Hukum Hess dapat dinyatakan yakni: Bila reaktan diubah menjadi produk,
perubahan entalpinya sama terlepas apakah reaksi berlangsung dalam satu
tahap atau dalam beberapa tahap. Dengan kata lain, jika kita dapat membagi
reaksi menjadi beberapa tahap reaksi dimana ΔH° reaksi dapat diukur, dapat
dapat menghitung ΔH° reaksi untuk keseluruhan reaksi. Hukum Hess
didasarkan pada fakta bahwa karena H adalah fungsi keadaan. ΔH hanya
bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir (yaitu, hanya pada saat dari
reaktan dan produk). Dalam kasus-kasus ini ∆ Hf ° dapat ditentukan dengan
cara pendekatan tidak langsung, yang didasarkan pada hukum penjumlahan
kalor (atau Hukum Hess).Perubahan entalpi akan sama apakah reaksi
keseluruhan berlangsung dalam satu tahap atau banyak tahap dari reaksi
(Chang, 2005:179).
Menurut Rusman, Ratu (2018: 4) Larutan yang merupakan campuran
homogen, komposisinya dapat berbeda-beda. Sebagai informasi mengenai
jumlah realtif solut dan solven dalam larutan digunakan istilah konsentrasi
larutan. Dimana konsentrasi larutan merupakan jumlah zat terlarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut atau suatu label larutan agar larutan tersebut bisa
memberikan gambaran atau informasi tentang perbandingan jumlah zat terlarut
dan jumlah pelarutnya.
Kalor pelarutan merupakan salah satu kalor reaksi dimana pengukuran
kalor dapat dilakukan dengan melansungkan reaksi dalam kalorimeter. Kalor
reaksi dihitung dari perubahan temperatur larutan yang dikalikan dengan massa
larutan dan kalor jenis. Dan untuk tetapan kalori meter yaitu jumlah kalor yang
diserap untuk menaikkan temperaturnya sebesar satu derajat (Howan. 2019:
13). Kemudahan partikel zat terlarut menggantikan molekul pelarut bergantung
pada kekuatan relative dari tiga jenis interaksi :
a. Interaksi pelarut-pelarut
b. Interaksi zat terlarut-zat terlarut
c. Interaksi pelarut-zat terlarut
Dimana Kalor pelarutan mengikuti rumus :
ΔHpelarutan = ΔH1 + ΔH2 + ΔH3
Keterangan :
ΔH1 = kalor pemutus ikatan pelarut-pelarut
ΔH2 = kalor pemutis ikatan zat terlarut-zat terlarut
ΔH3 = kalor pembentukan ikatan pelarut-zat terlarut (Rusman, Ratu. 2018: 4)
Kalor pelarutan ΔHlarutan mengikuti rumus : ΔHlarutan = ΔH1 + ΔH2 + ΔH3.
Proses pelarutan di iringiri oleh peningkatan tidak teraturan atau keacakan,
proses pelarutan seperti halnya semua proses fisik dan kimia, dipengaruhi oleh
dua faktor:
- Faktor pertama energi yang menentukan apakah proses pelarutan bersifat
eksotermik atau endotermik.
- Faktor kedua ialah kecenderungan hakiki menuju tidak teraturan dalam
semua kejadian di alam (Chang, Raymond. 2003: 5).
Proses pelepasan energy sebagai kalor disebut eksoterem. Semua reaksi
pembakaran adalah eksoterm. Proses yang menyerap energi sebagai kalor
disebut endoterm. Proses endoterm dalam sebuah wadah adiabatik
menghasilkan penurunan temperatur sistem, proses eksoterm menghasilkan
kenaikan temperatur. Peoses endoterm yang berlangsung dalam wadah
diatermik pada kondisi isoterm menghasilkan aliran energi kedalam sistem
kalor. Proses eksoterm dalam wadah diatermik menghasilkan pembebasan
energi sebagai kalor ke dalam lingkungannya bergantung perbedaan temperatur
pada sistem dan lingkungan(Atkins, 1990: 32).
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepas
energi), umumnya dalam bentuk kalor. Penting bagi kita untuk memahami
perbedaan antara energi termal dan kalor. Kalor (heat) adalah perpindahan
energi termal antara dua benda yang suhunya berbeda. Ilmu yang mempelajari
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia disebut termokimia. Untuk dapat
menganalisis perubahan energi yang berkaitan dengan reaksi kimia kita harus
mendefinisikan sistem yaitu mencakup zat-zat yang terlibat dalam perubahan
kimia dan fisika. Sisa alam yang berada di luar sistem disebut lingkungan
(Chang, 2005: 161).
Nilai kalor adalah sebagai identifikasi standar mutu yang paling tinggi bagi
briket sebagai bahan bakar. Sehingga nilai kalor akan menentukan kualitas
briket arang. Semakin tinggi nilai kalor bahan bakar briket maka semakin baik
pula kualitas briket arang yang dihasilkan, sedangkan pada temperatur yang
lebih rendah (<5000C) terjadi penurunan % nilai kalor diukuran partikel 30
mesh, hal ini menunjukkan bahwa suatu reaksi yang terjadi dipengaruhi oleh
ragam termodinamika pada saat mengalami kesetimbangan, reaksi mengalami
penurunan.hal ini karena terjadi reaksi reversibel eksotermik, dimana semakin
tinggi temperatur maka reaksi akan bergeser ke kiri, sehingga nilai % nilai
kalor juga akan menurun (Iskandar, 2017: 35).
Nilai kalor merupakan sejumlah energi yang dilepaskan oleh bahan bakar
pada saat terjadi oksidasi unsur-unsur kimia yang ada dalam bahan bakar.
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu seluruh benda sebesar satu derat adapun rumus kapasitas kalor adalah :
Q=C.T
Dimana :
C = kapasitas kalor
Q = kalor
T = Kenaikan suhu (Mulyanto, Subur. 2017: 90).
Kalorimetri, pengukuran perubahan kalor, bergantung pada pemahaman
mengenai kalor jenis dan kapasitas kalor. Kalor jenis suatu zat adalah jumlah
kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu gram zat sebesar satu
derajat Celsius. Sedangkan, kapasitas kalor suatu zat adalah jumlah kalor yang
di butuhkan untuk menaikkan kapasitas kalor merupakan sifat ekstensif.
Dimana hubungan antara kapasitas kalor dan kalor jenis suatu zat adalah :
C = m. S
Dimana:
m = massa zat dalam satuan gram
C = Kalor jenis mempunyai satuan J/g.oC
S = kapasitas kalor mempunyai satuan J/oC (Chang. 2005: 172-173).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Kalorimeter 1 set
b. Gelas kimia 50 mL 1 buah
c. Gelas kimia 100 mL 2 buah
d. Gelas ukur 50 mL 1 buah
e. Gelas ukur 100 mL 1 buah
f. Termometer 1000C 2 buah
g. Mortar dan pastel 1 buah
h. Cawan porselin 1 buah
i. Botol semprot 1 buah
j. Neraca analitik 1 buah
k. Batang pengaduk 2 buah
l. Spatula 2 buah
m. Stopwatch 1 buah
n. Pembakar spiritus 1 buah
o. Kaki tiga dan kasa 1 buah
p. Eksikator 1 buah
q. Lap kasar 1 buah
r. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)
b. Tembaga sulfat anhidrat (CuSO4)
c. Aquades (H2O)
d. Tissue
e. Korek api
E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
a. Sebanyak 25 mL air dimasukkan kedalam kalorimeter dengan gelas ukur
lalu dihitung temperatunya selama setiap 1 menit.
b. Air panasdisiapkan dalamgelas kimia yang suhunya 400C. Tepatpada
menit keenam dimasukkan 25 mL air panas kedalam kalorimeter yang
berisi air dingin.
c. Suhu air dalam kalorimeter dicatat setiap satu menit sambil terus diaduk.
Pencatatan dilakukan hingga diperoleh suhu yang relatif tetap.
d. Buatlah kurva hubungan antara waktu dengan suhu untuk memperoleh
suhu campuran yang tepat.
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O
a. Ditimbang sebanyak 2,5 gram Kristal CuSO4.5H2O.
b. Kristal dimasukkandalam mortar dan pastel kemudian dihancurkan
sampai didapatkan serbuk halus.
c. Disiapkan kalorimeter (yang telah ditentukan tetapannya), kemudian
masukkan kedalamnya 50 mL aquades. Suhunya dicatatsetiap satu menit
sebanyak enam kali pembacaan.
d. Serbuk halus CuSO4.5H2Odimasukkan kedalam kalorimeter tersebut dan
aduk terus. Suhudicatat saat Kristal ditambahkan, lalu dilanjutkan dengan
pembacaan suhu setiap satu menit sampai diperoleh suhu yang relatif
tetap.
e. Ditimbangsebanyak 2,5 gram Kristal CuSO4 anhidrat.
f. Siapkan kalorimeter (yang telah ditentukan tetapannya), kemudian
masukkan kedalamnya 50 mL aquades. Dicatat suhunya setiap satu
menit sebanyak enam kali pembacaan.
g. Serbuk halus CuSO4 dimasukkan kedalam kalorimeter tersebut dan aduk
terus. Suhudicatat saat Kristal ditambahkan, lalu dilanjutkan dengan
pembacaan suhu setiap satu menit sampai diperoleh suhu yang relatif
tetap.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter

No Perlakuan Hasil Pengamatan


.
1. 25 mL aquades dimasukkan Menit 1 = 250C
kedalam kalorimeter Menit 2 = 250C
Menit 3 = 250C
2. 25 mL air panas ±400C Menit 1 = 300C
ditambahkan kedalam kalorimeter Menit 2 = 290C
Menit 3 = 330C
Menit 4 = 320C
Menit 5 = 310C
Menit 6 = 310C
Menit 7 = 300C
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O

No Perlakuan Hasil Pengamatan


.
1. Timbang kristal CuSO4.5H2O 2,5 gram
2. Kristal digerus Halus dan berwarna biru
3. Serbuk halus dipanaskan Serbuk berwarna putih
4. Serbuk didinginkan Serbuk berwarna putih
5. Serbuk dimasukkan kedalam Suhu awal : 250C
kalorimeter yang berisi 50 mL H2O Menit 1 = 310C
Menit 2 = 310C
Menit 3 = 320C
Menit 4 = 320C
Menit 5 = 320C
Menit 6 = 320C
6. Timbang serbuk CuSO4 2,5 gram
7. Serbuk dimasukkan kedalam Suhu awal : 250C
kalorimeter yang berisi 50 mL H2O Menit 1 = 310C
Menit 2 = 310C
Menit 3 = 310C
Menit 4 = 310C
Menit 5 = 310C
Menit 6 = 310C
G. ANALISIS DATA
1. Penentuan tetapan Kalorimeter
V1 (air dingin) = 25 mL
V2 (air panas) = 25 mL
T1 (air dingin) = 25C + 273 K = 298 K
T2 (air panas) = 40C + 273 K = 313 K
Tc (campuran) = 33C + 273 K = 306K
air = 1 g/mL
C air = 4,2 J/g K
Ditanyakan:
k=...?
Penyelesaian:

m air dingin =
= 1 g/mL x 25 mL
= 25gram

m air panas =
= 1 g/mL x 25 mL
= 25gram
m2 C ( T 2 – T c ) −m 1 C ( T c – T 1 )
k=
T c −T 1
25 gx 4,2 Jg−K−(313−306) K−25 gx 4,2 jg−1 K−(306−298) K
¿
( 306−298 ) K
735 J – 840 J
¿
8K
= -13, 125 J/ K
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat dan CuSO4.5H2O
a. CuSO4.5H2O
Diketahui: T air dingin = 304 K
T campuran = 305 K
Volume air = 50 Ml
ρair = 1 g/mL
Mr CuSO4.5H2O = 250 g/mol
m CuSO4.5H2O = 5 gram
Ditanyakan ∆H reaksi=……?
Penyelesaian:
m air =ρxV
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram
m
nCuSO4.5H2O =
Mr
5g
=
250 g /mol
= 0,02 mol
Kalor yang diserap kalorimeter (Q1)
Q1 = k ∆T
= k. (Tc – T1)
= -13,125 J/K (305-304)K
= -13,125 J
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m C ∆T
= m C (Tc – T1)
= 50 g . 4,2 J/g-1K-1 (305-304)K
= 210 J
Kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O
Q1+¿ Q
∆H1 = 2
¿
n CuSO4 . 5 H 2 O
(−13,125+210 ) J
=
0,02mol
196,875
=
0,02
= 9843 J/mol
= 9,843 kJ/ mol
b. CuSO4 anhidrat
Diketahui : T1 (air dingin) = 303 K
Tc (campuran) = 304 K
Volume air = 50 mL
ρair = 1 g/mL
Mr CuSO4 = 160 g/mol
m CuSO4 = 2,5 gram
Ditanyakan :
∆H reaksi =…..?
Penyelesaian:
m air =ρxV
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram
m
n CuSO4 =
Mr
2,5 g
=
160 g /mol
= 0,0156 mol
Kalor yang diserap kalorimeter (Q1)
Q1 = k ∆T
= k. (Tc – T1)
= -13,125 J/K (304-303)K
= -13,125 J
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m C ∆T
= m C (Tc – T1)
= 50 g . 4,2 J/g-1K-1 (304-303)K
= 210 J
Kalor pelarutan integral CuSO4
Q1+ ¿Q
∆H2 = 2
¿
n CuSO4
(−13,125+210 ) J
=
0,0156 mol
196,875
=
0,0156
= 12620 J/mol
= 12,620 kJ/ mol
Berdasarkan hukum Hess
H3
CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(l)
H2
H1

CuSO4.5H2O(l)
H3= H2 - H1
= (12,620 – 9,843) kJ/mol
= 2,777 kJ/mol
a. Penentuan tetapan calorimeter
34
33
32
Suhu (⁰C)

31
30
29
28
27
1 2 3 4 5 6 7
Waktu (menit)

b. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat dan CuSO4.5H2O


1. CuSO4.5H2O
32.5
32

Suhu (⁰C)
31.5
31
30.5
1 2 3 (menit) 4
Waktu 5 6

2. CuSO4 anhidrat
35
30
25
Suhu (⁰C)

20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6
Waktu (menit)

H. PEMBAHASAN
Perubahan kalor pada reaksi kimia maupun proses fisika dapat diukur
dengan suatu alat yang disaat dengan kalorimetri pengukuran perubahan kalor
akan bergantung pada kalor jenis dan kapaitas kalor (Chang, 2005: 172). Pada
percobaan ini perlu dilakukan suatu penentuan tetapan kalorimeter, disebabkan
karena setiap kalorimeter memilki sifat khas mengukur kalor. Hal ini
disebabkan oleh komponen-komponen alat kalorimeter sendiri (wadah logam
dan pengaduk serta termometer) menyerap kalor sehingga tidak semua kalor
yang terjadi teratur. Adapun prinsip dasar dari percobaan ini jumlah kalor pada
sistem tertutup atau terisolasi. Sedangkan prinsip kerjanya yaitu pengukuran,
penimbangan, pelarutan, pemanasan, pengadukan serta pendinginan.
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Tetapan kalorimeter adalah jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter
sebagai akibat dari bahan kalori meter tersebut merupakan logam. Begitupun
pengaduk yang mampu menyerap kalor sehingga terdapat kalor dari reaksi
yang nantinya terukur. Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan air
dengan suhu 25oC dan air panas yang bersuhu 40oC. Hal ini didasarkan pada
teori bahwa campuran tersebut dapat juga diturunkan pada satu hubungan
matematis yang berguna untuk dapat mengetahui nilai dari tetapan kalorimeter
dari suatu campuran (Tim Dosen Kimia Fisik I, 2018: 32). Pada percobaan ini
pengadukan pada kalorimeter yang berisi air dingin yaitu agar perubahan kalor
dalam kalorimeter dapat terukur dengan tepat sedangkan pengadukkan pada
kalorimeter yang dimasukkan air panas agar bercampur rata dengan air dingin.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh nilai tetapan kalorimeter yaitu
-13,125 J/K. Adapun suhu kesetimbangan (suhu konstan) yaitu 33oC,dimana
yang dilepaskan oleh air panas diterimaoleh air pada suhu kamar. Nilai dari
tetapan kalorimeter yaitu -13,125 J/K yang berarti kalorimeter melepaskan
kalor sebesar -13,125 Joule tiap satu satuan kelvin.
2. PenentuanKalorPelarutan CuSO4. 5H2O dan CuSO4
Panas pelarutan integral didefinisikan sebagai perubahan bentuk entalpi
jika satu mol zat dilarutkan dalam jumlah larutan yang tak terhingga, sehingga
konsentrasi tidak berubah dengan penambahan satu mol zat terlarut (Dogra,
1990: 337). Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kalor pelarut integral
CuSO4. 5H2O dan CuSO4 anhidrat. Penentuan kalor integral ditentukan dengan
melarutkanCuSO4. 5H2O yang telah dihaluskan agar panas pelarutan
berlangsung cepat karena memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga
bidang sentuhnya juga besar dan menyebabkan kristal mudah larut. Pada
penentuan ini digunakan kalorimeter yang telah diketahui tetapannya agar lebih
mudah mengukur suhu yang diserap oleh kalorimeter. Ke dalam kalorimeter,
dimasukkan serbuk halus CuSO4.5H2O yang sebelumnya, di dalam kalorimeter
telah diisi air suhu kamar yang telah diketahui suhunya, kemudian diaduk
untuk meratakan suhu larutan, lalu mencatat suhu permenit sebanyak 6 kali
atau hingga konstan. Suhu konstan diperlukan agar saat analisis data lebih
mudah dalam perhitungan kalor atau harga yang dilepas/diserap karena jika
suhunya tidak konstan maka akan sukar untuk menentukan suhu mana yang
akan digunakan dalam perhitungan.
Adapun suhu Tc (suhu campuran) yang diperoleh 32oC.Berdasarkan
analisis data yang diperoleh pada kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O yaitu
9,843 kJ/mol, yang artinya untuk melarutkan 1mol CuSO4.5H2O diperlukan
kalor sebanyak 9,843 kJ/mol. Adapun reaksi yang terjadi :
CuSO4. 5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(l) ∆ H =¿9,843 kJ/mol
Penentuan kalor pelarut integral CuSO4anhidrat, yang pertama dilakukan
adalah Pencatatan suhu air yang dilakukan dalam kalorimeter sampai suhu
konstan. Kemudian kristal CuSO4anhidratdimasukan dalam kalorimeter, lalu
diamati perubahan suhu yang terjadi saat kristal mulai dimasukkan sampai
diperoleh suhu yang akan digunakan dalam perhitungan (suhu konstan).
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kalor perubahan integral CuSO 4
yaitu 12,620 kJ/mol yang artinya dalam melarutkan 1 mol CuSO 4
anhidratdiperlukan kalor sebesar 12,620 kJ/mol. Adapun reaksi yang terjadi :
CuSO4(s) + 5H2O(l) CuSO4. 5H2O(s) ∆ H =¿12,620 kJ/mol
Analisis data yang diperoleh diketahui bahwa untuk melarutkan 1 mol
CuSO4.5H2O dibutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan untuk melarutkan
1 mol CuSO4 anhidrat. Hal ini dikarenakan adanya molekul air (H2O) yang
terkandung dalam CuSO4.5H2O sehingga akan lebih cepat larut.
I. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
a. Tetapan Kalorimeter yang diperoleh adalah sebesar -13,125 J/K.
b. Kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat adalah 12,620 kJ/mol sedangkan
kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O adalah 9,843 kJ/mol. Artinya pelarutan
integral CuSO4 anhidrat dan pelarutan integral CuSO4.5H2O mengalami
reaksi endoterm (menerima kalor atau kalor berpindah dari lingkungan ke
sistem).
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam hal
membaca atau mengamati suhu dan pengadukan secara konstan agar diperoleh
hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-Konsep Inti. Jakarta:


Erlangga.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Darmaningsih, A., Surwandi, & Fitriyanti, N. (2019). Uji Kalor Bahan Bakar
Campuran Solar dan Minyak Nabati . Proceding of Engineering Vol. 6 No.
1

H.O, D. H. (2019). Kajian Kalor Reaksi Tembaga Sulfat (CuSO4.5H2O) melalui


prototipe kalorimeter. Journal of Chem Vol. 4 No. 1 .

Iskandar, T., & Poerwanto, H. (2017). Identifikasi Nilai Kalor dan Waktu Nyala
Hasil Kombinasi Ukuran Partikel dan Kuat Tekan pada Bio-Briket dari
Bambu. Jurnal Teknik Kimia Vol. 9 No. 2 .

Mulyanto, S., bagus, i. D., & Adzanni, I. (2018). Perbandingan Variasi Bakteri
Starter Terhadap Nilai Kalor Biogas dari Sampah Organik. Jurnal
Teknologi Terpadu No. 2 Vol. 4 .

Rusman, Inda, R. F., & Mukhlis. (2018). Buku Ajar Kimia Larutan. Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press.

Anda mungkin juga menyukai