Anda di halaman 1dari 6

Dosen Pengampu: Dr. Florida Doloksaribu, M.

Si

BAB I

SIFAT-SIFAT GAS

A. GAS IDEAL
Gas ideal adalah gas yang seara teoritis terdiri dari partikel-partikel kecil (seperti
titik) yang bergerak secara acak dan tidak saling berinteraksi. Konsep gas ideal sangat
berguna karena memenuhi hukummmgas ideal, sebuah persamaan keadaan yang
disederhanakan, sehingga dapat dianalisis dengan mmekanika statistika.Pada kondisi
normal seperti temperature dan tekanan standar, kebanyakan gas nayata berperilaku seperti
gas ideal. Banyak gas seperti nitrogen, oksigen, hydrogen, gas mmulia, dan karbon dioksida
dapat diperlakukan seperti gas ideal dengan perbedaan yang mmmasih dapat ditolerir.
Secara umum gas berperilaku seperti gas ideal pada temperature tinggi dan tekanan rendah,
karena kerja yang melawan gaya intermolecular menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan
dengan energy kinetic partikrl, dan ukuran molekul juga menjadi jauh lebih kecil
disbanding dengan ruangan kosong antar molekul.
Molekul gas ideal tak dapat dipakai pada suhu rendah atau tekanan tinggi, karena
gaya intermolekulernyadan ukuran molekukler menjadi penting. Mollekul gas ideal juga
tidak dapat dipakai pada gas-gas berat seperti refrigen atau gas dengan gaya intermolekuler
kuat, seperti uap air. Pada beberapa titik, ketika suhu rendah dan tekanan tinggi, gas nyata
akan menjalani fase transisi menjadi liquid atau solid. Model gas ideal tidak dapat
menjelaskan fase transisi, hal ini dapat dijelaskan melalui persamaan yang lebih kompleks.

1. Keadaan gas dan Kombiansi Hukum Gas


Keadaan gas ideal secara termodinamik dapat dijelaskan dalam hkum gas ideal dalam tiga
𝑘
persamaan yang diturunkan dari persamaan dari hokum Boyle 𝑉 = 𝑃 (pada n dan T konstan) ,
dan hukum Charles dalam persamaan 𝑉 = 𝑏𝑇 (pada P dan n konstan), dan hukum
𝑇𝑛 𝑘𝑏𝑎 𝑇𝑛
Avogadro (V) pada P dan T konstan, menjadi : 3𝑉 = 𝑘𝑏𝑎 ( 𝑃 ) atau 𝑉 = ( ) ( 𝑃 ), pada
3
𝑘𝑏𝑎
kondisi ideal ( ) merupakan konstanta real gas ideal sebesar 8,314 JK -1mol-1 dan
3

1
Dosen Pengampu: Dr. Florida Doloksaribu, M.Si

𝑘𝑏𝑎 𝑇𝑛 𝑇𝑛 𝑅𝑇𝑛
dilambangkan dengan R, sehingga 𝑉 = ( ) ( 𝑃 ) menjadi 𝑉 = 𝑅 ( 𝑃 ) atau 𝑉 = atau
3 𝑃

𝑉𝑃 = 𝑛𝑅𝑇 (1)

dimana Volume (V), tekanan (P), suhu (T), mol gas (n) dan konstantan gas ideal (R). yang
perlu juga kita ketahui adalah: a) molekul gas tidak dibedakan, berukuran kecil, dan
berbentuk bola kecil seperti titik, b) semua tabrakan antar gas bersifat elestis dan semua
gerakannya tanpa friksi (tidak ada energy hilang pada gerakan atau tabrakan),
c)menggunakan hokum Newton sebagai gaya, d) jarak rata-rata antar molekul jauh lebih
besar daripada ukuran molekulnya, e) molekul secara konstan bergerak pada arah acak
dengan distribusi kecepatan, f) tidak ada gaya atraktif atau repulsive antar molekul atau
antar ekitarnya. Nilai temperature dan tekanan standar (STP, Vm) adalah 22,414 L.mol-1. ,
dan nilai temperatur dan tekanan standar pada sekelilingnta (STAP, Vm) = 24,789 L mol-1

Contoh Soal 1.

Pada proses industri sejumlah nitrogen dipanaskan menjadi 500oK pada sebuah tabung pada
volumme konstan, dan yang sebelumnya sejumlah gas yang sama dimasukkan kedalam
tabung pada tekanan 100 atm dan temperature 300 K, berapakah tekanan yang akan
digunakan untuk melakukan kerja temperature , jika berperilaku sebagai gas ideal?

Jawab

Diketahui:

T2 500oK dan T1300oK, P1 = 100 atm, n1=n2, maka P2


𝑉𝑃
Berdasarkan rumus: = 𝑅, karena kondisi gas ada dalam tabung yang berbeda dengan
𝑛𝑇
𝑃1 𝑉1 𝑃2 𝑉2
banyaknya mol gas adalah sama maka : = , maka V1=V2, n1 = n2. dan R dianggap
𝑛1 𝑇1 𝑛2𝑇2

𝑃 𝑃2 𝑇 500𝐾
Sehingga 𝑇1 = , maka 𝑃2 = 𝑇2 𝑥 𝑃1 , dan 𝑃2 = 300𝐾 𝑥 100 𝑎𝑡𝑚 = 167 atm.
1 𝑇2 1

Soal 1.

Bagaimana temperature dihasilkan pada sampel yang sama untuk digunakan pada tekanan
300atm? (jawab, 300K).

2
Dosen Pengampu: Dr. Florida Doloksaribu, M.Si

2. Hukum Dalton

Hukum perbandingan berganda adalah salah satu hukum dasar stoikiometri, hukum ini
juga disebut hukum Dalton (diambil dari nama kimiawan Inggris John Dalton), tetapi
biasanya hukum Dalton merujuk kepada hukum tekanan parsial. Hukum ini menyatakan
bahwa apabila dua unsur bereaksi membentuk dua atau lebih senyawa, maka
perbandingan berat salah satu unsur yang bereaksi dengan berat tertentu dari unsur
yang lain pada kedua senyawa selalu merupakan perbandingan bilangan
bulat sederhana. Misalnya karbon bereaksidengan oksigen membentuk karbondioksida2
dan karbonmonoksida (CO). Jika jumlah karbon yang bereaksi pada masing-masing adalah
1 gram, maka diamati bahwa pada karbonmonoksida yang terbentuk akan terdapat 1,33
gram oksigen dan 2,67 gram oksigen pada karbondioksida. Perbandingan massa oksigen
mendekati 2:1,yang perbandingan bilangan bulat sederhana, mematuhi hukum
perbandingan berganda. Pengamatan serupa juga terjadi pada reaksi-reaksi lain,
seperti hidrogen dan oksigen membentuk air (H2O) dan hidrogen peroksida (H2O2). Jika
hidrogen yang bereaksi masing-masing 1 gram, H2O yang terbentuk akan mengandung 4
gram oksigen, dan 8 gram pada H2O2.

John Dalton pertama kali mengemukakan pengamatan ini pada 1803. Beberapa tahun
sebelumnya, kimiawan Prancis telah mengemukakan hukum perbandingan tetap. Dalton
merumuskan hukum ini berdasarkan pengamatan-pengamatan terhadap nilai-nilai
perbandingan Proust. Kedua hukum ini merupakan penemuan penting untuk menjelaskan
bagaimana senyawa terbentuk dari atom-atom. Selanjutnya pada tahun yang sama, Dalton
mengajukan teori atom yang merupakan dasar dari konsep rumus kimia dalam senyawa.

Sejauh ini kita telah berkonsentrasi pada perilaku gas unsur murni atau senyawa murni saja,
tetapi studi secara eksperimen sangat sering melibatkan bukan unsur atau senyawa murni
saja melainkan campuran berbagai gas. Misalnya, untuk kajian polusi udara, kita mungkin
tertarik pada hubungan tekanan-volume-suhu sampel udara, yang mengandung gas
beberapa senyawa (misalnya CO₂, NO₂, SO₂). Dalam hal ini, dan semua kasus yang
melibatkan campuran gas, tekanan gas total terkait dengan tekanan parsial, yaitu tekanan
masing-masing komponen gas dalam campuran.

3
Dosen Pengampu: Dr. Florida Doloksaribu, M.Si

Pada tahun 1801, Dalton merumuskan hukum, yang sekarang dikenal sebagai hukum
tekanan parsial Dalton, yang menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas
merupakan jumlah dari tekanan yang diberikan oleh masing-masing gas yang ada dalam
campuran. Gambar 5.14 menggambarkan hukum Dalton.

Gambar 1. Ilustrasi skematis hukum Dalton tentang tekanan parsial.

Perhatikan kasus di mana dua gas, A dan B, berada dalam wadah dengan volume V.
Tekanan yang diberikan oleh gas A, menurut persamaan gas ideal, adalah :
𝑛𝐴 𝑅𝑇
𝑃𝐴 = (2)
𝑉

di mana nA adalah jumlah mol gas A. Demikian pula, tekanan yang diberikan oleh gas B
adalah
𝑛𝐵𝑅𝑇
𝑃𝐵 = (3)
𝑉

Dalam campuran gas A dan B, tekanan total (PT) adalah hasil dari tabrakan kedua jenis
molekul, A dan B, dengan dinding wadah. Jadi, menurut hukum Dalton:

𝑃𝑇 = 𝑃𝐴 + 𝑃𝐵

𝑛𝐴 𝑅𝑇 𝑛𝐵 𝑅𝑇
= +
𝑉 𝑉
𝑅𝑇
= (𝑛 + 𝑛𝐵 )
𝑉 𝐴

4
Dosen Pengampu: Dr. Florida Doloksaribu, M.Si

di mana n, jumlah mol gas yang ada, diberikan oleh n = nA + nB, dan PA dan PB adalah
tekanan parsial masing-masing gas A dan B. Untuk campuran gas, maka, PT hanya
bergantung pada jumlah mol gas yang ada, bukan pada sifat molekul gas.
Secara umum, tekanan total campuran gas diberikan oleh:
PT = P₁ + P₂ + P₃ + P₄ +……Pn. (4)
di mana P₁, P₂, P₃, P₄, Pn adalah tekanan parsial komponen. Untuk mengetahui bagaimana
setiap tekanan parsial terkait dengan tekanan total, pertimbangkan lagi kasus campuran dua
gas A dan B. Dengan membagi PA dengan PT, didapatkan persamaan :

𝑃𝐴 𝑛𝐴 𝑅𝑇/𝑉 𝑛𝐴
= = = 𝑋𝐴
𝑃𝑇 (𝑛𝐴 + 𝑛𝐵 )𝑅𝑇/𝑉 𝑛𝐴 + 𝑛𝐵

dimana XA disebut fraksi mol A. Fraksi mol adalah kuantitas tak berdimensi yang
menyatakan rasio jumlah mol satu komponen dibagi dengan jumlah mol semua komponen
yang ada. Secara umum, fraksi mol komponen i dalam campuran diberikan oleh :
𝑛
𝑋𝑖 = 𝑛 𝑖 (5)
𝑡

tekanan parsial A dapat dinyatakan sebagai : PA = XAPT


Hal yang juga sama untuk B sebagai : PB = XBPT
Perhatikan bahwa jumlah fraksi mol untuk campuran gas harus sama dengan satu. Jika
hanya ada dua komponen, maka :
𝑛𝐴 𝑛𝐵
𝑋𝐴 + 𝑋𝐵 = + =1 (6)
𝑛𝐴 +𝑛𝐵 𝑛𝐴 +𝑛𝐵

Jika suatu sistem mengandung lebih dari dua gas, maka tekanan parsial dari komponen ke-i
terkait dengan tekanan total diberikan oleh

Pi = XiPT

Bagaimana tekanan parsial ditentukan? Manometer hanya dapat mengukur tekanan total
dari campuran gas. Untuk mendapatkan tekanan parsial, perlu diketahui fraksi mol
komponen, yang akan melibatkan analisis kimia yang rumit. Metode paling langsung untuk
mengukur tekanan parsial adalah menggunakan spektrometer massa. Intensitas relatif dari
puncak dalam spektrum massa berbanding lurus dengan jumlah mol, dan karenanya dapat

5
Dosen Pengampu: Dr. Florida Doloksaribu, M.Si

berguna untuk mengetahui fraksi mol, dari gas yang ada. Dari fraksi mol dan tekanan total,
dapat dihitung tekanan parsial komponen individu.

Contoh Soal 2.

Campuran gas mengandung 4,46 mol neon (Ne), 0,74 mol argon (Ar), dan 2,15 mol xenon
(Xe). Hitung tekanan parsial gas jika tekanan totalnya 2,00 atm pada suhu tertentu.

Jawab

Tekanan parsial Ne (PNe) sama dengan hasilkali fraksi mol (XNe) dan tekanan total (PT)

PNe = XNePT

𝑛𝑁𝑒 4,46 𝑚𝑜𝑙


𝑋𝑁𝑒 = = = 0,607
𝑛𝑁𝑒 + 𝑛𝐴𝑟 + 𝑛𝑋𝑒 4,46 𝑚𝑜𝑙 + 0,74 𝑚𝑜𝑙 + 2,15 𝑚𝑜𝑙

Sehingga: 𝑃𝑁𝑒 = 𝑋𝑁𝑒 𝑃𝑇

= 0,606 x 2 atm = 1,21 atm

Hal yang sama juga : 𝑃𝐴𝑟 = 𝑋𝐴𝑟 𝑃𝑇

= 0,10 x 2 atm = 0,20 atm

Hal yang sama : 𝑃𝑋𝑒 = 𝑋𝑋𝑒 𝑃𝑇

= 0,293 x 2 atm = 0,586 atm

Jika di cek, maka jumlah tekanan parsial sama dengan tekanan total yang diberikan; yaitu,
(1,21 + 0,20 + 0,586) atm = 2,00 atm.

Latihan Soal 2

Sampel gas alam mengandung 8,24 mol metana (CH₄), 0,421 mol etana (C₂H₆), dan 0,116
mol propana (C₃H₈). Jika tekanan total gas adalah 1,37 atm, berapa tekanan parsial gas?

Anda mungkin juga menyukai