Disusun Oleh:
Risna Ayu Fadilah
1113096000048
Pendahuluan
I.I Latar Belakang
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan
dan paling aktif. Cu+ mengalami disporpodionasi secara spontan
pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti senyawa
larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai dalam
keadaan bagaimana Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu membuat
(Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada
banyak jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua
juta dikalikan pangkat dua dari Cu+). Disporpodionasi ini akan
menjadi sempurna. Dilain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah
(seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap).
Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap (Petrucci,
1987 :350)
Tembaga (Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat
ditempa dan liat. Tembaga melebur pada 1038 0C. karena
potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan
Cu/ Cu2+), temabag tidak larut dalam asam klorida dan asam
solfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia dapat larut
sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah
melarutkan tembaga. (svehla, 1990 :229)
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1
dan +2, namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi
dalam larutannya. Dalam air, hamper semua garam tembaga (II)
berwarna biru oleh karena warna ion kompleks koordinasi enam
[Cu(H2O)6]2+. Reaaksi Ion Cu2+ dengan OH- pada konsentrasi
bergantung pada metodenya. Penambahan ion hidroksida ke
dalam larutan tembaga (II) sulfat (0,1 0,5 M) secara bertetes
dengan kecepatan menyebabkan terjadinya endapan gelatin
putih biru muda dari garam tembaga (II) hidroksida sulfat, bukan
endapan Cu(OH)2 (Sugiarto, 2003 : 569)
Senyawa
tembaga
bersifat
diamagnetik.
Tembaga
sulit
hidrasi menjadi
zat
anhidrat
yang
berwarna
putih.
garam
tetraamin
yang
rekristalisasinya
dari
larutan
ion
tembaga
(II).
Kristalnya
juga
mengandung
Cu(NH3)4SO4H2O.
I.II
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari sintesis tembaga
(II) ammonium sulfat berhidrat dan tembaga (II) tetraamin
sulfat berhidrat
II.
Metode Praktikum
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas breaker
250 ml, gelas ukur, corong Buchner, batang pengaduk,
kertas
saring,
kaca
arloji,
dan
timbangan
analitik.
CuSO4.5H2O,
Prosedur Kerja
1. Tembaga (II) ammonium sulfat hidrat
Ditimbang masing-masing 10 gram kristal CuSO4.5H2O
dan (NH4)2SO4. Lalu dilarutkan dalam 16 ml aquadest
panas di dalam gelas kimia dan ditutup dengan kaca
arloji. Setelah itu didinginkan dan disaring kristal yang
terbentuk lalu dikeringkan di udara terbuka di atas
kertas saring.
2. Tembaga (II) tetraamin sulfat hidrat
Sebanyak 6,25 gram CuSO4.5H2O
dihaluskan
dengan
lumping.
ditimbang
Kemudian
dan
dilarutkan
Pembahasan
Prinsip percobaan pembuatan Tembaga (II) Amonium Sulfat
Berhidrat adalah didasarkan pada pembuatan senyawa kompleks
dengan prinsip rekristalisasi dimana suatu kristal CuSO 4.5H2O
dilarutkan dalam aquadest panas lalu didinginkan agar mencapai
derajat jenuh lalu dikeringkan dan terbentuk kristal Tembaga (II)
Amonium Sulfat Berhidrat.
Prinsip percobaan pembuatan Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat
Berhidrat adalah pembuatan senyawa kompleks dengan prinsip
rekristalisasi. Dimana suatu kristal dilarutkan dalam aquadest panas
hingga larut lalu ditambahkan NH4OH dan etanol hingga memicu
terbentuknya endapan lalu campuran didinginkan dan disaring
dimana endapannya diambil lalu dikeringkan dalam oven dan
terbentuk garam Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat.
pertama
Kompleks
cupri
aluminium
sulfat
dan
pembuatan
garam
rangkap
kupriammonium
sulfat.
berkurang
dan
terbentuk
endapan.
Endapan
yang
merupakan
suatu
rumusCu(NH3)4SO4.H2O.
garam
Pada
kompleks
garam
yang
kompleks
memiliki
tetraamin
biru
tua.
Penambahan
ligan pada
larutan
berhidrat
berkurang
dan
terbentuk
endapan.
Endapan
yang
Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kelarutan
garam
anorganik adalah :
1.
2.
Cosolvensi
Consolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat
karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
3.
Temperatur
Zat padat yang bersifat endoterm kelarutannya bertambah ketika
suhu dinaikkan karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
4.
Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi
antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan
membentuk garam kompleks.
Senyawa kompleks berhidrat adalah garam yang mengandung
Kesimpulan
Fungsi
penambahan
NH4OH
pada
pembuatan
kristal
(II)
Ammonium
Sulfat
higroskopis.
Karakteristik
kristal
Tembaga
(II)
Tetra
Amin
Sulfat
Daftar Pustaka
o Cotton and Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI-Press :
Jakarta
o Darmin. 2012. Tembaga (II) Amonium Tetra Amin Sulfat
Berhidrat. Samarinda
o Fitrony,
dkk.
2013.
Pembuatan
Kristal
Tembaga
Sulfat