Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Kimia Anorganik I

SINTESIS TEMBAGA (II) AMMONIUM BERHIDRAT


DAN TEMBAGA (II) TETRAAMIN SULFAT
BERHIDRAT

Disusun Oleh:
Risna Ayu Fadilah
1113096000048

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014

Hari, Tanggal: Kamis, 13 November 2014


I.

Pendahuluan
I.I Latar Belakang
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan
dan paling aktif. Cu+ mengalami disporpodionasi secara spontan
pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti senyawa
larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai dalam
keadaan bagaimana Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu membuat
(Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada
banyak jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua
juta dikalikan pangkat dua dari Cu+). Disporpodionasi ini akan
menjadi sempurna. Dilain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah
(seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap).
Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap (Petrucci,
1987 :350)
Tembaga (Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat
ditempa dan liat. Tembaga melebur pada 1038 0C. karena
potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan
Cu/ Cu2+), temabag tidak larut dalam asam klorida dan asam
solfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia dapat larut
sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah
melarutkan tembaga. (svehla, 1990 :229)
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1
dan +2, namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi
dalam larutannya. Dalam air, hamper semua garam tembaga (II)
berwarna biru oleh karena warna ion kompleks koordinasi enam
[Cu(H2O)6]2+. Reaaksi Ion Cu2+ dengan OH- pada konsentrasi
bergantung pada metodenya. Penambahan ion hidroksida ke
dalam larutan tembaga (II) sulfat (0,1 0,5 M) secara bertetes
dengan kecepatan menyebabkan terjadinya endapan gelatin
putih biru muda dari garam tembaga (II) hidroksida sulfat, bukan
endapan Cu(OH)2 (Sugiarto, 2003 : 569)

Senyawa

tembaga

bersifat

diamagnetik.

Tembaga

sulit

teroksidasi superficial dalam udara kadang menghasilkan lapisan


warna hijau hidroksida karbonat dan hidrokso sulfat dan SO2, di
atmosfer tembaga mudah larut dalam asam nitrat dan asam
sulfat dengan adanya oksigen. Kesetabilan relative kepro dan
kepri di artikan dengan potensial Cu*=0,52 V dan Cu+=0,153 V.
Kesetabilan Relatif tergantung pada sulfat anion dan ligan yang
cukup beragam dengan pelarut/sifat fisik atom tetangganya
dalam Kristal. Pelarutan tembaga hidroksida karbonat dan
sebagainya dalam asam yang dihasilkan akuo hijau kebiruan
yang ditulis [Cu(H2O)6]2+. Di antara berbagai Kristal hidratnya
adalah sulfat biru CuSO4.H2Oyang paling lazim. CuSO4.H2O dapat
di

hidrasi menjadi

zat

anhidrat

yang

berwarna

putih.

Penambahan ligan menyebabkan kompleks dengan pertukaran


molekul air secara beurutan (Syukri, 1999 : 321).
Garam tembaga (II) ammonium sulfat berhidrat dan tembaga (II)
tetraamin sulfat berhidrat memiliki struktur yang berbeda.
Sintesis garam ini sangat sederhana, yaitu melalui pendinginan
larutan pekat yang mengandung ion Cu2+, ion ammonium, dan
sulfat. Bentuk kristalnya seperti monoklin dengan rumnus
molekul Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O atau CuSO4(NH4)2.6H2O. empat dari
enam molekul airnya merupakan ion tembaga (II) hidrat,
Cu(H2O)42+ sehingga rumusnya dapat ditulis Cu(H2O)4(NH4)2.2H2O.
Pada

garam

tetraamin

yang

rekristalisasinya

dari

larutan

ammonia pekat, 4 molekul NH3 akan menggantikan molekul H2O


pada

ion

tembaga

(II).

Kristalnya

juga

mengandung

Cu(NH3)4SO4H2O.
I.II

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari sintesis tembaga
(II) ammonium sulfat berhidrat dan tembaga (II) tetraamin
sulfat berhidrat

II.

Metode Praktikum
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas breaker
250 ml, gelas ukur, corong Buchner, batang pengaduk,
kertas

saring,

kaca

arloji,

dan

timbangan

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu

analitik.

CuSO4.5H2O,

NH4OH 6,5 N, eter, (NH4)2SO4, alkohol 95%, dan aquadest.

Prosedur Kerja
1. Tembaga (II) ammonium sulfat hidrat
Ditimbang masing-masing 10 gram kristal CuSO4.5H2O
dan (NH4)2SO4. Lalu dilarutkan dalam 16 ml aquadest
panas di dalam gelas kimia dan ditutup dengan kaca
arloji. Setelah itu didinginkan dan disaring kristal yang
terbentuk lalu dikeringkan di udara terbuka di atas
kertas saring.
2. Tembaga (II) tetraamin sulfat hidrat
Sebanyak 6,25 gram CuSO4.5H2O
dihaluskan

dengan

lumping.

ditimbang

Kemudian

dan

dilarutkan

dengan 6 ml aquadest dan 10 ml NH 4OH 6,5 N.


Ditambahkan sedikit demi sedikit alkohol 95% sebanyak
10 ml sambil diaduk. Setelah itu didiamkan sebentar
dan didinginkan dengan mencelupkan gelas kimia ke
dalam air es. Kristal yang diperoleh disaring dengan
corong Buchner. Kristal yang diperoleh disaring dengan
corong buchner. Kristal tersebut dengan campuran
NH4OH 6,5 N dan alkohol (campuran dibuat dengan
perbandingan yang sama). Kemudian dengan alkohol
saja dan terakhir dengan sedikit eter. Kristal dikeringkan
dan dihitung rendemennya.
III.

Hasil dan Pembahasan


Hasil Pengamatan
1. Tembaga (II) ammonium sulfat hidrat
Berat Kertas saring= 1,3867 gram
Berat Kertas saring+tembaga= 22,7486 gram

Berat Kristal tembaga= 22,7486 gram-1,3867 gram= 21,3619


gram
Warna kristal: Biru muda
% rendemen

= Berat endapan/Berat Sampel x 100 %


= 21,3619 gr/20 gr x 100%
= 106,8 %

2. Tembaga (II) tetraamin sulfat hidrat


Berat kertas saring= 0,0003 gram
Berat Kertas saring+tembaga= 5,1860 gram
Berat kristal tembaga= 5,1860 gram-0,0003 gram= 5,1857
gram
Warna kristal: Biru tua
% rendemen

= Berat endapan/berat sampel x 100%


= 5,1857 gr/6,25 gr x 100%
= 82,97 %

Pembahasan
Prinsip percobaan pembuatan Tembaga (II) Amonium Sulfat
Berhidrat adalah didasarkan pada pembuatan senyawa kompleks
dengan prinsip rekristalisasi dimana suatu kristal CuSO 4.5H2O
dilarutkan dalam aquadest panas lalu didinginkan agar mencapai
derajat jenuh lalu dikeringkan dan terbentuk kristal Tembaga (II)
Amonium Sulfat Berhidrat.
Prinsip percobaan pembuatan Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat
Berhidrat adalah pembuatan senyawa kompleks dengan prinsip
rekristalisasi. Dimana suatu kristal dilarutkan dalam aquadest panas
hingga larut lalu ditambahkan NH4OH dan etanol hingga memicu
terbentuknya endapan lalu campuran didinginkan dan disaring
dimana endapannya diambil lalu dikeringkan dalam oven dan
terbentuk garam Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat.

Pada percobaan kali ini dilakukan pembuatan 2 komplek tembaga


yang

pertama

Kompleks

cupri

aluminium

sulfat

dan

tetraamintembaga(II)sulfat monohidrat. Percobaan yang pertama


adalah

pembuatan

garam

rangkap

kupriammonium

sulfat.

Ammonium sulfat ditimbang 10 gram dan CuSO4 ditimbang 10


gram. Ammonium sulfat dan CuSO4 selanjutnya dilarutkan dalam 16
ml aquades sehingga menghasilkan larutan yang berwarna biru
terang dan dipanaskan sampai semua benar-benar larut. Dan
didiamkan, kemudian terbentuk kristal. Namun karena pemanasan
yang terlalu lama, sehingga terjadi penggumpalan. Perbandingan
berat kedua zat dimaksudkan agar kedua zat yang bereaksi
jumlahnya setara sehingga tepat saling bereaksi. H 2O panas agar
kelarutan zat bertambah. Ligan NH3 dari (NH4)2SO4 mendesak ligan
air dari CuSO4.5H2O sehingga warna larutan menjadi biru. Setelah
itu larutan didinginkan bertujuan untuk menurunkan suhu sehingga
kelarutan

berkurang

dan

terbentuk

endapan.

Endapan

yang

diperoleh dan disaring untuk memisahkan filtrat dari endapan.


Kemudian endapan dan kertas saring yang telah diketahui beratnya,
dikeringkan di dalam oven untuk menguapkan sisa filtrat, sehingga
didapat berat endapan adalah 0,5 gr Tembaga (II) Amonium Sulfat
Berhidrat yang berwarna biru muda, strukturnya halus dan tidak
higroskopis. Tembaga (II) Amonium Sulfat Berhidrat, ligan yang
mengikat pada atom pusat H2O. Bilangan koordinasi untuk ion
tembaga dalam [Cu(NH3)4]2+adalah 4. Kristal CuCl2.6H2O dan
kristal CuSO4.5H2O adalah kristal yang berhidrat atau mengikat air,
sehingga jika dilarutkan dalam pelarut air akan menyebabkan kristal
Cu2+ berhidrat menjadi lebih banyak dilingkupi oleh air (proses
sulvasi), sehingga pembentukan senyawa kompleks Cu (II) akan sulit
dan berlangsung lambat. Namun apabila kristal berhidrat tersebut
dilarutkan dalam pelarut yang mengikat hidrat seperti alkohol 96%,
maka proses pembentukan senyawa kompleks Cu (II) akan lebih
mudah dan berlangsung cepat.(imeng, 2011).

Pada percobaan yag kedua yaitu Tembaga(II) tetra amin sulfat


berhidrat

merupakan

suatu

rumusCu(NH3)4SO4.H2O.

garam

Pada

kompleks

garam

yang

kompleks

memiliki
tetraamin

tembaga(II)sulfat monohidrat terbentuk kristal. Ligan NH4OH akan


mendesak ligan H2O dari CuSO4.5H2O sehingga warna larutan
menjadi

biru

tua.

Penambahan

ligan pada

larutan

berhidrat

menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks akibat terjadinya


pertukaran molekul air dengan NH3 secara berurutan. Penambahan
etanol dan eter bertujuan untuk memicu terbentuknya endapan.
Setelah itu larutan didinginkan untuk menurunkan suhu sehingga
kelarutan

berkurang

dan

terbentuk

endapan.

Endapan

yang

terbentuk disaring dan kemudian dikeringkan untuk menguapkan


sisa filtrat sehingga didapat kristal Tembaga(II) Tetra Amin Sulfat
Berhidrat. Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat, ligan yang
mengikat pada atom pusat adalah NH3.
Perbedaan karakteristik dari kedua senyawa yang terbentuk
adalah, kristal Tembaga (II) Amonium Sulfat Berhidrat berwarna biru
muda, halus dan tidak higroskopis. Karakteristik kristal Tembaga (II)
Tetra Amin Sulfat Berhidrat berwarna biru keruh, dan kasar.
Fungsi perlakuan :
- Penimbangan untuk mengetahui massa kristal awal dan massa
kristal yang terbentuk secara akurat
-Pengadukan untuk mempercepat terjadinya reaksi akibat energi
kinetik yang semakin besar
-

Pencampuran kedua zat berfungsi agar kedua zat dapat saling


bereaksi sehingga terbentuk senyawa baru

Pendinginan untuk mencapai derajat jenuh pada larutan


sehingga endapan lebih cepat terbentuk

Penyaringan untuk memisahkan endapan senyawa kompleks


yang terbentuk dari filtratnya

Pengeringan untuk menguapkan pelarut sehingga diperoleh


kristal yang kering tanpa mengandung air
Fungsi reagen :

CuSO4.5H2O sebagai bahan baku atau bahan utama dalam


pembuatan garam Cu(NH4)3SO4.2H2O dan Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O
yaitu sebagai penyedia atom pusat Cu2+ yang berikatan dengan
ligan.

(NH4)2SO4 sebagai ligan yang berikatan dengan Cu 2+ dan


mendesak molekul air

NH4OH sebagai ligan yang mendesak molekul air lalu


berikatan dengan Cu2+

- Etanol 70% untuk memekatkan larutan sehingga memicu


endapan cepat terbentuk
-

H2O panas untuk melarutkan, agar kelarutan bertambah


digunakan H2O panas agar kelarutan bertambah.

Adapun

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kelarutan

garam

anorganik adalah :
1.

Sifat Solute dan Solvent


Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula,
solute yang non polar akan larut dalam solvent yang non polar
pula.

2.

Cosolvensi
Consolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat
karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.

3.

Temperatur
Zat padat yang bersifat endoterm kelarutannya bertambah ketika
suhu dinaikkan karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.

4.

Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi
antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan
membentuk garam kompleks.
Senyawa kompleks berhidrat adalah garam yang mengandung

molekul air dalam perbandingan tertentu yang terikat baik pada


atom pusat atau terkristalisasi dengan senyawa kompleks. Senyawa

kompleks anhidrat adalah senyawa yang kehilangan atau tidak


memilki molekul air.
Faktor kesalahan dalam percobaan :
-Kesalahan dalam penambahan reagen atau dalam penimbangan
kristal
-Pengadukan yang tidak sempurna
-Pengeringan yang berlebihan
-Pendinginan campuran yang kurang lama sehingga endapan tidak
terbentuk maksimal
Hibridisasi dari ion Amonium Sulfat Berhidrat
Konfigurasi dari : Cu2+ = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9
IV.

Kesimpulan
Fungsi

penambahan

NH4OH

pada

pembuatan

kristal

Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat ialah sebagai ligan

yang mnedesak molekul air lalu berikatan dengan Cu2+.


Persen rendemen dari kristal Tembaga (II) Ammonium

Sulfat Berhidrat adalah 106,8 %


Persen rendemen dari kristal Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat

Berhidrat adalah 82,97 %


Karakteristik kristal Tembaga

(II)

Ammonium

Sulfat

Berhidrat adalah halus, berwarna biru muda dan tidak

higroskopis.
Karakteristik

kristal

Tembaga

(II)

Tetra

Amin

Sulfat

Berhidrat berwarna biru keruh dan kasar.


V.

Daftar Pustaka
o Cotton and Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI-Press :
Jakarta
o Darmin. 2012. Tembaga (II) Amonium Tetra Amin Sulfat
Berhidrat. Samarinda
o Fitrony,

dkk.

2013.

Pembuatan

Kristal

Tembaga

Sulfat

Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut


Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya
o Sugiyarto. 2003. Dasar-dasar Kimia Anorganik Logam. UI-Press
: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai