Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PERCOBAAN

Judul Percobaan : Fotokimia Reduksi Ion Besi (III)


Hari / Tanggalpraktikum : Selasa, 29 Maret 2021
Nama : Nur Mukhlisa
Nim : 1913041024
Kelas/ kelompok : Pendidikan Kimia B/III (Tiga)
Anggota Kelompok : 1. Ajeng Retno Prihatiningrum/1913042002
2. Fatima Wulandari/1913040018
3. Fajriah Chairunnisa/1913042008
4. Muh. Furqaan Rachman/1913040002
5. Nur Fadhilla/1913042024
Asisten : Wahyudin

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu mempelajari reaksi reduksi ion besi (III)
secara fotokimia dan mempelajari pemanfaatan cetak biru.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas beker 500 ml 1 buah
b. Gelas ukur 10 ml dan 100 ml 1 buah
c. Piring 1 buah
d. Lempeng kaca 1 buah
e. Penjepit 1 buah
f. Pengaduk 1 buah
g. Lap kasar 1 buah
h. Lap halus 1 buah
i. Botol semprot 1 buah
2. Bahan
a. Larutan asam oksalat (H2C2O4) 0,5 M
b. Larutan diamonium hidrofosfat ((NH4)2HPO4) 0,5 M
c. Larutan besi (III) klorida (FeCl3) 0,5 M
d. Larutan Kalium Heksasianoferrat (III) (K3Fe(CN)6) 0,1 M
e. Kertas kalkir
f. Kertas saring
g. Larutan asam klorida (HCl)
h. Larutan kalium dikarbonat (K2Cr2O7) 0,03 M
i. Air (H2O)
j. Tissue
C. PROSEDUR KERJA
Makassar, 20 Maret 2021
Asisten, Praktikan,

Wahyudin Nur Mukhlisa


NIM.1613041012 NIM.1913041024
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Fotokimia Reduksi


Ion Besi (III)” disusun oleh :

Nama : Nur Mukhlisa


NIM : 1913041024
Kelas/Kelompok : Pendidikan Kimia B / Tiga (III)

telah diperiksa dan dikoreksi secara seksama oleh Asisten dan Koordinator
Asisten, maka dinyatakan diterima.

Makassar, Maret 2021


Koordinator Asisten Asisten

Nur Akasyah Purnamasari, S.Pd Wahyudin


NIM.1613041012

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Munawwarah, S.Pd, M.Pd


NIP. 199305312019032019
FOTOKIMIA REDUKSI ION BESI (III)

A. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan Pustaka
Reaksi fotokimia memuat tentang penjelasan reaksi dengan absorpsi
sinar, yaitu sinar yang ditangkap energinya dari pancaran matahari. Beberapa
reaksi yang dijelaskan dalam fotokimia menyebabkan pemanasan atmosfer
pada siang hari karena melibatkan absorpsi dalam daerah ultraviolet. Reaksi
lainnya meliputi absorpsi sinar merah dan sinar biru yang terdapat pada sintesis
karbohidrat. Tanpa adanya reaksi fotokimia, bumi akan menjadi batu yang
hangat dan sederhana (Atkins, 1990: 372).
Fotokimia merupakan ilmu mengenai reksi kimia dalam keadaan elektron
tereksitasi yang dicapai secara langsung maupun tidak langsung oleh
penyerapan radiasi. Kebanyakan reaksi fotokimia diatur dalam hukum
fotokimia Stark-Einstein, yang menyatakan penyerapan satu foton dapat
menyebabkan reaksi satu molekul. Namun jumlah molekul yang bereaksi tidak
harus sama dengan jumlah foton yang diserap. Artinya reaksi ini memberikan
kemungkinan untuk reaksi tertentu saja. Jadi tahap pengaktifan dalam reaksi
fotokimia cukup berbeda dan lebih selektif dibandingkan pengaktifan reaksi
biasa. Beberapa molekul tereksitasi mungkin mengalami konversi internal,
persimpangan intersistem,proses fluoresensi, atau fosfororesensi mengarah ke
keadaan yang tidak reaktif dan karenanyatidak bereaksi secara kimia
(Mortimer, 2008: 981).
Fotokatalis merupakan suatu kombinasi antara proses fotokimia dan
katalis. Proses fotokimia merupakan proses transformasi secara kimia dengan
melibatkan cahaya sebagai pemicunya, dimana dalam proses ini juga terjadi
perubahan material. Sedangkan katalis adalah suatu zat yang dapat
mempengaruhi laju reaksi dengan jalan mengubah mekanisme reaksi tersebut
sehingga diperoleh kembali di akhir reaksi. Katalis yang digunakan pada
proses ini mampu menyerap energi foton (Mudhofir, dkk, 2018:3).
Perubahan fotokimia (photochemical changes) disebabkan oleh sinar
yang cukup kuat yang diterima oleh senyawa dalam sampel. Sebagai contoh,
polynuclear aromatic hidrocarbons dapat mengalami fotooksidasi apabila ada
senyawa oksidator kuat dan energi sinar yang diterimanya. Untuk
meminimisasi perubahan itu, sampel tersebut harus ditempatkan dalam wadah
gelas yang gelap, biasanya berwarna cokelat atau kuning gading (amber glass
container), sehingga energi sinar tidak dapat langsung menembus senyawa
dalam sampel (Hadi, 2005:45).
2. Tinjauan Hasil
Fotokimia supramolekul, seperti halnya katalis, meliputi tiga tahap:
ikatan substrat dan reseptor, mediasi proses fotokimia, diikuti oleh kembalinya
keadaan awal untuk daur berikut atau oleh suatu reaksi. Contoh piranti molekul
ialah mengubah cahaya dengan sistem alih-energi (ET). Prosesnya A-ET-E
atau serapan/alih energi (pancaran, yakni pada kriptat europhium (III) dan
terbium (III) ligan makrobisikik. Cahaya UV masuk, keluarnya cahaya
nampak. Dalam larutannya kompleks itu cerah bersinar padahal ion bebasnya
tidak begitu. Terapannya banyak dari probe luminesen antibodi monoklon,
asam nukleat sampai membran (Hartomo, 1995:86).
Hidrokarbon dan oksidan fotokimia merupakan komponen polutan udara
yang berbeda tetapi mempunyai hubungan satu sama lain. Hidrokarbon
merupakan polutan primer karena dilepaskan ke udara secara langsung,
sedangkan oksidan fotokimia merupakan polutan sekunder yang dihasilkan di
atmosfer dari reaksi-reaksi yang melibatkan polutan primer. Kedua kelompok
polutan tersebut akan dibahas sekaligus karena sebagian besar oksidan
fotokimia berasal dari reaksi-reaksi yang melibatkan hidrokarbon baik secara
langsung maupun tidak langsung. Masalah yang dihadapi karena adanya polusi
hidrokarbon harus mempertimbangkan juga kemungkinan adanya polusi
oksidan fotokimia (Fardiaz, 1992:113).
Besi juga dapat dijelaskan melalui reaksi fotokimia. Besi merupakan
jenis logam yang terdapat di alam. Di alam, besi ditemukan dalam bentuk
sulfidanya yaitu FeS atau Fe2S3 akan tetapi, dalam bentuk sulfida, mineral ini
tidak dimanfaatkan sebagai bijih karena sisa-sisa kelumit belerang sulit
dihilangkan. Selain itu, juga terdapat hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4) atau
(FeO.Fe2O3) yang sangat berharga karena kandungan besinya yang sangat
besar serta magnetit juga bersifat tertarik oleh magnet. Besi dalam bentuk lain
adalah siderite FeCO3, terdapat dalam berbagai macam tanah, dan
mengakibatkan air tanah bersifat sadah karena garam ini dapat terlarut sebagai
hidrogen karbonat, tetapi dalam udara terbuka. Selain itu, juga terdapat bijih
takonit yang merupakan oksida-oksida besi yang mengandumg silika
(Sugiyarto, 2010: 94-95).
Besi memiliki beragam manfaat. Dalam berbagai penelitian, besi
dibutuhkan dalam bentuk zat murni, pada umumnya berebentuk bijih besi.
Pemanfaatan besi dapat dilakukan apabila membutuhkan bijih besi yang murni.
Untuk besi yang memiliki kandungan skandium dilakukan selektivitas
ekstraksi. Hal ini didasarkan pada densitas muatan dari kation logam.
Peningkatan pemisahan antara scandium dan besi juga berpengaruh terhadap
perngurangan besi (III) menjadi besi (II), yang memiliki kerapatan muatan
yang lebih rendah (Onghena dkk, 2016: 212).
Senyawa aldehida memiliki peran penting dalam reaksi fotokimia di
atmosfer, salah satunya adalah senyawa formaldehida yang dapat berperan
sebagai prekursor pembentukan oksidan (ozon). Senyawa ozon merupakan
oksidan terpenting yang dihasilkan dari reaksi fotokimia di troposter ataupun
sejumlah kecilnya bersumber dari O3 di stratosfer. Pembentukan ozon berasal
dari proses fotodisiasi senyawa hidrokarbon di atmosfer serta dipengaruhi oleh
senyawa radikal. Pembentukan ini merupakan proses kompleks karena banyak
VOCs yang berasal dari antropogenik dan biogenik diemisikan ke atmosfer
sehingga VOCs akan bereaksi dengan OH pada siang hari dan dengan NO 3
pada malam hari. Reaksi fotokimia di atmosfer menghasilkan berbagai macam
molekul seperti oksidan kuat (ozon) yang berpotensi merusak tanaman dan
mengiritasi sistem pernapasan. Ozon merupakan masalah pencemaran
lingkungan di berbagai daerah. Ozon merupakan polutan sekunder yang berasal
dari interaksi fotokimia senyawa volatil organik dan nitrogen oksida. Berbagai
jenis senyawa organik diemisikan ke atmosfer memiliki kemampuan reaksi
kimia dengan mekanisme reaksi dan laju reaksi yang berbeda (Wasi’ah,
2020:215).
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari reaksi reduksi ion besi (III) secara fotokimia dan mempelajari
pemanfaatan cetak biru.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas beker 500 ml 1 buah
b. Gelas ukur 10 ml 1 buah
c. Gelas ukur 100 ml 1 buah
d. Piring 5 buah
e. Lempeng kaca 1 buah
f. Penjepit 4 buah
g. Pengaduk 1 buah
h. Lap kasar 1 buah
i. Lap halus 1 buah
j. Botol semprot 1 buah
k. Pinset 2 buah
l. Kuas 1 buah
2. Bahan
a. Larutan asam oksalat (H2C2O4) 0,5 M
b. Larutan diamonium hidrofosfat ((NH4)2HPO4) 0,5 M
c. Larutan besi (III) klorida (FeCl3) 0,5 M
d. Larutan Kalium Heksasianoferrat (III) (K3Fe(CN)6) 0,1 M
e. Kertas kalkir
f. Kertas saring
g. Larutan asam klorida (HCl)
h. Larutan kalium dikarbonat (K2Cr2O7) 0,03 M
i. Air (H2O)
j. Tissue
D. PROSEDUR KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. 50 ml larutan FeCl3 (orange) + 10 Larutan berwarna kuning
ml larutan (NH4)2HPO4 (bening) kecoklatan.
dicampurkan ke dalam gelas kimia
dan dimasukkan ke dalam ruang
gelap.
2. Larutan ditambahkan 50 ml larutan Larutan berwarna orange.
H2C2O4
3.  Kertas peka I (kertas kalkir)  Kertas peka berwarna kuning.
dicelupkan dalam larutan.
 Kertas peka II (kertas kalkir)  Kertas peka berwarna kuning.
dicelupkan dalam larutan.
4. Kertas peka I dan II dikeringkan Kertas peka bening (putih).
dengan menggunakan kertas saring.
5. Objek dibuat di atas kertas kalkir  Kertas peka I = K.III (hitam).
dengan menggunakan tinta cair.  Kerats peka II = AAN (hitam).
6. Kedua kertas kalkir dikeringkan. Tinta pada kertas kalkir kering.
7. Kedua kertas kalkir diletakkan di Terbentuk tulisan K.III dan AAN.
atas kertas peka dan dihimpit
dengan lempeng kaca.
8. Kemudian disinari dengan cahaya  Terbentuk tulisan K.III
matahari selama 15 menit.  Terbentuk tulisan AAN
9. Kedua kertas peka dicelupkan ke  Kertas peka I = Kuning, objek
dalam larutan K3Fe(CN)6 (kuning). belum tampak
 Kertas peka II = Kuning, objek
belum tampak.
10. Kemudian dicelupkan kembali ke  Kertas peka I = biru, objek
dalam larutan K2Cr2O7 (kuning tampak jelas.
kecoklatan)  Kertas peka II = biru, objek
hampir tampak.
11. Kedua kertas dicuci dengan larutan  Kertas peka I = biru, objek
HCl. tampak jelas.
 Kertas peka II = biru, hampir
tampak.
12. Lalu dicuci lagi dengan air keran.  Kertas peka I = biru, objek
tampak jelas.
 Kertas peka II = biru, hampir
tampak.
13. Kedua kertas peka dikeringkan.  Kertas peka I = biru, objek
sangat jelas
 Kertas peka II = biru, objek
hampir terbentuk.
F. PEMBAHASAN
Fotokimia merupakan ilmu mengenai reksi kimia dalam keadaan elektron
tereksitasi yang dicapai secara langsung maupun tidak langsung oleh
penyerapan radiasi. Fotokimia merupakan reaksi-reaksi yang diinduksi oleh
sinar cahaya baik secara langsung maupun tidak langsung. Reaksi fotokimia
memperoleh energi pengaktifan melalui penyerapan foto cahaya oleh molekul-
molekul reaksi fotokimia (Sauti, 2009). Kebanyakan reaksi fotokimia diatur
dalam hukum fotokimia Stark-Einstein, yang menyatakan penyerapan satu
foton dapat menyebabkan reaksi satu molekul. Namun jumlah molekul yang
bereaksi tidak harus sama dengan jumlah foton yang diserap. Artinya reaksi ini
memberikan kemungkinan untuk reaksi tertentu saja. Jadi tahap pengaktifan
dalam reaksi fotokimia cukup berbeda dan lebih selektif dibandingkan
pengaktifan reaksi biasa. Beberapa molekul tereksitasi mungkin mengalami
konversi internal, persimpangan intersistem,proses fluoresensi, atau
fosfororesensi mengarah ke keadaan yang tidak reaktif dan karenanyatidak
bereaksi secara kimia (Mortimer, 2008: 981).
Besi merupakan jenis logam yang kelimpahannya di alam nomor dua
setelah aluminium. Sebagian besar besi berada dalam bentuk hematite Fe 2O3,
magnetit Fe3O4, dan siderite FeCO3. Logam besi mudah larut dalam asam-asam
mineral encer. Dengan asam-asam non oksidator dan bebas udara, besi akan
larut menjadi ion besi (II), sedangkan jika ada udara atau digunakan asam-asam
oksidator akan dihasilkan besi (III) (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2021:13).
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi reduksi ion besi (III)
secara fotokimia dan mempelajari pemanfaatan cetak biru. Pada proses
percetakan. suatu benda yang bayangannya akan dicetak diletakkan pada kertas
peka dan bagian yang tidak tertutup dikenai sinar matahari (Tim Dosen Kimia
Dasar, 2017). Prinsip dasar percobaan ini adalah reaksi oksidasi reduksi,
dimana terjadi reduksi pada ion besi (III) menjadi besi (II), sedangkan prinsip
kerja pada percobaan adalah pencampuran, pengadukan, pencelupan,
pembuatan objek, penyinaran, pencucian dan pengeringan.
Percobaan ini larutan FeCl3 direaksikan dengan larutan (NH4)2HPO4 yang
menghasilkan larutan berwarna kuning. FeCl3 berfungsi sebagai pengoksidasi
dan juga penyedia ion Fe3+ yang akan direduksi. Penambahan
(NH4)2HPO4berfungsi menghambat proses reaksi Fe3+ menjadi Fe2+ dalam
proses pencetakan. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh cahaya maka untuk
memperlambat proses reaksi redoks terjadi sangat cepat dengan adanya
pengaruh cahaya maka untuk memperlambat proses reaksi reduksi
ditambahkan dengan (NH4)2HPO4. Adapun reaksinya yaitu:
FeCl3 + (NH4)3PO4 FePO4 + 2NH4Cl + HCl
Larutan direaksikan diruang gelap (lemari), ini
dilakukan untuk mencegah berlangsungnya reaksi
reduksi oleh cahaya disebabkan kerana Fe sangat mudah
tereduksi oleh caya. Dalam hal ini, energi yang berasal
dari sinar matahari akan menyebabkan tumbukan antar
partikel dengan senyawa labih cepat sehingga reaksi
yang terjadi akan berlangsung lebih cepat juga. Apabila
reaksi reduksi ini terjadi dengan cepat maka, akan sulit untuk mengamati
proses reduksi yang terjadi. Larutan direaksikan dengan asam oksalat bertujuan
untuk mereduksi besi (III) menjadi besi (II) dalam bentuk FeC2O4. Penambahan
assam oksalat ini dilakukan diruang gelap, dikarenakan reaksi reduksi besi (III)
menjadi besi (II) dipengaruhi oleh cahaya. Adapun reaksinya yaitu:
Reaksi redoksnya:
Reduksi : Fe3+ + e- Fe2+ x2
Oksidasi : C2O42- 2CO2 + 2e- x1
Reduksi : 2Fe3+ + 2e- 2Fe2+
Oksidasi : C2O42- 2CO2 + 2e-
Redoks : 2Fe3+ + C2O42- 2Fe2+ + 2CO2
2FePO4+3H2C2O4 2FeC2O4 + 2H3PO4 + 2 CO2
(garam oksalat) (garam dioksida)
Kertas saring dan kertas kalkir dicelupkan pada
campuran dan dijadikan sebagai kertas peka. Kertas peka
digunakan sebagai tempat untuk objek cetak biru. Kertas
peka yang dibuat dikeringkan diruang gelap yang
bertujuan untuk memudahkan proses pengamatan. Kertas
peka yang telah dibuat dikeringkan dengan cara
meletakkan pada kertas saring karena kertas saring memiliki daya serap yang
kuat sehingga proses pengeringan dapat berlangsung dengan cepat sebab
kering atau tidaknya kertas peka sangat berpengaruh pada hasil cetakan,
dimana semakin kering kertas peka hasil yang diperoleh semakin baik dan
jelas. Pengeringan kertas peka dilakukan diruangan gelap, dikhawatirkan akan
terjadi reaksi reduksi secara langsung apabila dilakukan dibawah sinar
matahari sehingga dapat mengakibatkan kerta peka telah berubah menjadi biru
sebelum objek dipindahkan pada kertas peka. Kertas peka ini mengandung ion
besi (II) yeng merupakan hasil dari proses reduksi besi (III) dan asam oksalat.
Selain itu juga terdapat ion besi (III) yang terdapat dari asam oksalat yeng
belum bereaksi, yang kemudian akan direduksi oleh cahaya matahari menjadi
besi (II).
Objek dibuat pada kertas kalkir
dimana objek yang dibuat yaitu
“ANN” dan “K III”. Digunakan kertas
kalkir karena memiliki pori-pori yang
lebih kecil. Tinta yang digunakan
adalah tinta cina karena permukaan tinta cina yang lebih tebal dan hitam
dibanding tinta yang lain. Tinta cina juga memiliki konsentrasi dan kepadatan
yang tinggi sehingga dapat dihasilkan tulisan yang sesuai dengan objek. Selain
itu, tinta cina juga bersifat menempel dan meresap pada kertas saring. Objek
dijepit dengan tujuan agar kertas objek dengan kertas peka rapat. Lempeng
kaca berfungsi agar kertas objek dan kertas kalkir dapat menempel dengan
rapat dan rapi sehingga pemindahan objek yang dihasilkan lebih maksimal.
Selain itu juga untuk menghindari pengaruh sinar matahari langsung pada
objek yang dihasilkan akan terlihat jelas pada hasil
akhir.
Kertas peka dan kertas objek yang diapit oleh dua
lempeng kaca dikeringkan dibawah sinar matahari.
Fungsi penyinaran dengan sinar matahari agar
pemindahan cetakan antara kertas peka dan kertas objek
dapat berlangsung dengan baik. Tahap inilah ynag
disebut dengan fotokimia yaitu reaksi kimia yang dapat berlangsung dengan
bantuan cahaya. Pada saat penyinaran ini besi (III) tereduksi menjadi besi (II).
Kertas peka yang telah kering dan tercetak objek yang dihasilkan pada
proses pencetakan dimana suatu objek yang bayangannya dicetak diletakkan
pada kertas peka, dicelupkan pada larutan kalium heksasianoferrat yang
berfungsi sebagai pemberi warna biru pada kertas peka dimana terbentuk biru
prusian besi (III) hesasianoferrat (II) sehingga objek yang ditulis dapat dengan
mudah diamati. Adapun reaksi yang terjadi:
Fe2+(aq) + [Fe(CN)6]3-(aq) Fe2+(aq) + [Fe(CN)6]4-
Selanjutnya ion ini bergabung dengan menghasilkan warna biru tumbul
(prusian):
4Fe3+(aq) + 3[Fe(CN)6]4-(aq) Fe4(aq) + [Fe(CN)6]3
(Biru prusian Besi III
Heksasianoferrat II)
Kertas peka selanjutnya dicelupkan dalam larutan kalium dikromat yang
berfungsi untuk menghilangkan kotoran yang berupa ion heksasianoferrat yang
tidak bereaksi selain itu juga untuk mempertajam warna cetakan pada kertas
peka. Dicelupkan pada larutan asam klorida yang berfungsi untuk
membersihkan sisa-sisa kotoran yang tidak terikat oleh kalium dikromat selain
itu juga untuk membersihkan diamonium yang kemungkinan berlebih pada saat
terjadi reaksi. Kertas peka kemudian dicelupkan lagi dalam air yang bertujuan
untuk menghilangkan kelebihan ion HCl dan garamnya selain itu juga untuk
mengikat besi (III) agar dapat membentuk kompleks dengan molekul air
sebagai ligannya. Adanya reaksi yang terjadi:
2K2Cr2O7 + 2[Fe(CN)6]3- 2K3[Fe(CN)6]3- + 3Cr2O72-
(Kalium Dikromat)
K2Cr2O7 + 2HCl 2KCl + H2Cr2O7
(Kalium Dikromat) (Asam Klorida)
Kertas peka dikeringkan dibawah sinar matahari
yang bertujuan agar objek dapat terlihat dengan jelas
sehingga mudah diamati. Adapun hasil yang diperoleh
dari kertas peka I dan kertas peka II yaitu objek yang
tercetak pada kertas peka I sudah terlihat jelas.
Begitupun pada kertas peka II. Hasil yang diperoleh yaitu objek berwarna biru
yang terbentuk pada kertas saring sesuai dengan teori (Svehla, 1985: 262) yang
mengatakan bahwa hasil dari pencetakan berwarna biru reaksi antara besi II
dan ion heksasianoferrat.
G. KESIMPULAN
Reaksi reduksi ion besi (III) secara fotokimia dapat dilakukan dengan ion
Fe3+ direduksi menjadi ion Fe2+ dengan bantuan cahaya matahari, oleh sebab itu
dilakukan diruang gelap. Reduksi besi (III) secara fotokimia dapat digunakan
untuk pemanfaatan cetak biru yaitu biru prusian diperoleh dari identifikasi ion
besi (II) dengan menggunakan ion heksasianoferrat (III).
DAFTAR PUSTAKA

Atkins. (1997). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Fardiaz, S. (1992). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.

G., R. M. (2008). Physical Chemistry. USA: British Library.

H., K. S., & Suyanti, R. D. (2010). Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Hartomo, A. J. (1995). Arsitektur Supramolekul. Yogyakarta: Andi Offset.

Ilahi, N. A., & Sumardiasih, S. (2020). Ekstraksi Pewarna Alam Berbahan Kunyit,
Nanas Kerang, Lumut, dan Kol Merah serta Aplikasinya dalam Analisis
Fotokimia. Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan .

Mudhofir, Yulianti, & Sujarwata. (2018). Teknologi Lingkungan Penyaring Udara


sebagai Upaya Degradasi Polutan Asap Rokok. Jurnal MIPA .

Wasia'ah, N. R., & Driejana. (2020). Kinetika Formaldehida (HCHO) dan Ozon
(O3) di Daerah Urban. Jurnal Riset Kesehatan .

Anda mungkin juga menyukai