Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPI

PERCOBAAN III
PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM SAMPEL AIR DENGAN
METODE MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
SERAPAN ATOM (SSA)

OLEH :
NAMA

: NURSAN

STAMBUK

: F1C1 13 028

KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN

: HIKMAYANI

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2015

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah logam berat dalam suatu lingkungan bisa berkurang atau
bertambah, hal ini tidak terlepas dari aktivitas manusia yang dapat mencemari
lingkungan dan akhirnya merugikan manusia itu sendiri. Secara alamiah, unsur
logam berat terdapat dalam perairan. Dimana perairan tersebut memiliki pengaruh
penting sebagai penyebab timbulnya berbagai penyakit pada organisme maupun
manusia khususnya penduduk diwilayah sekitarnya. Salah satu penyebabnya yaitu
adanya cemaran dari logam berat yang bersifat toksik dan tidak dapat terdegradasi
secara biologis. Rendahnya senyawa terlarut dalam perairan akan membuat proses
degradasi menurun. Logamlogam yang mencemari perairan banyak jenisnya,
diantaranya tembaga (Cu). Pencemaran logam berat tembaga (Cu) dapat berasal
dari limbah bahan oleh masyarakat, seperti alat-alat listrik, pipa, kawat, pematrian,
uang logam, alat-alat dapur, dan industri yang apabila mengalami korosi akan
terlarut ke perairan.
Logam Cu merupakan salah satu logam berat yang bersifat toksik
terhadap organisme air dan manusia pada batas konsentrasi tertentu. Air yang
mengandung tembaga sangat tidak diinginkan dalam keperluan rumah tangga
karena banyak mengandung bahan kimia berbahaya dalam proses penggunaan
tembaga pada industri. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa banyak kadar
tembaga dalam air dapat ditentukan dengan metode Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) yang didasarkan pada besarnya energi yang diserap oleh atom-atom
netral dalam keadaan gas. Intensitas awal sinar dan sinar yang diteruskan agar

dapat diukur, maka energi sinar pengeksitasi harus sesuai dengan energi eksitasi
atom penyerap dan energy penyerap ini diperoleh melalui sinar lampu katoda
yang berongga. Dimana lampu katoda berongga ada yang bersifat single element
dan ada yang bersifat multi element. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu
dilakukan percobaan mengenai penentuan kadar tembaga dalam sampel air
dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percoban ini adalah bagaimana cara
menentukan kadar tembaga dalam berbagai sampel air dengan menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara menentukan
kadar tembaga dalam berbagai sampel air dengan menggunakan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA).
D. Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui cara
menentukan kadar tembaga dalam berbagai sampel air dengan menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ion logam tembaga di alam digunakan dalam banyak reaksi-reaksi kimia
termasuk penggunaan oksigen. Tembaga dapat dengan mudah mengalami reaksi

redoks dengan satu elektron dan mampu menghasilkan sebuah kation donor ,Cu +,
yang mana tidak radikal. Pembentukan kelat dari ion logam transisi merupakan
dasar yang sangat penting untuk pengambilan dan transfor kation logam dalam
tubuh. Logam biasanya berkoordinasi dengan asam amino melalui rantai samping
yang mengandung atom donor yang baik (O, N, atau S). Untuk mengetahui
interaksi logam-protein, karakterisasi dan penelitian kuantitatif sifat ikatan asam
amino dengan ion logam menjadi sangat penting (Hidayati dkk., 2010).
Tembaga banyak digunakan pada berbagai barang elektronik, misalnya
kabel, kumparan, dan lain-lain. Logam tembaga pada barang-barang tersebut
mengandung kadar tembaga yang cukup tinggi. Sehingga, biasanya bekas
tembaga dari barang-barang tersebut diolah kembali menjadi logam tembaga baru
untuk digunakan pada barang elektronik lagi. Hal itu memunculkan ide
pengolahan limbah tembaga untuk diolah menjadi bentuk yang lain dalam rangka
peningkatan nilai guna. Salah satunya sebagai bahan baku pembuatan kristal
CuSO4.5H2O (Fitrony dkk., 2013).
Salah satu metode penentuan kadar tembaga yang peka dan paling banyak
digunakan adalah metoda spektrofotometri serapan atom (SSA). Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis
untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada
penyerapan cahaya oleh atom. Metode SSA ini mempunyai keunggulan dalam hal
selektivitas dan sensitivitas yang cukup baik untuk analisis tembaga total dalam
sampel (Armin dkk., 2014).

Penentuan kadar logam menggunakan spektrofotometer serapan atom


dengan pertimbangan bahwa alat ini dapat mengukur kadar logam dalam jumlah
yang sangat kecil dengan hasil yang akurat. Spektrofotometri serapan atom ini
didasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom yang sama dengan elemen yang ada
didalam lampu katoda, sehingga cahaya dari lampu katoda akan terabsorbsi.
Tingkat absorbsinya tergantung pada jumlah konsentrasi atom yang terdapat
dalam larutan sehingga hasil yang diperoleh dibandingkan dengan larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya (Marzuki dkk., 2013).
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah cara paling umum untuk
memprediksikan adanya logam berat dalam obat-obatan. Konsentrasi atom dari
suatu elemen dengan melewati cahaya, dipancarkan oleh suatu lampu katoda
cekungan dari elemen itu, melalui suatu awan atom dari sampel yang diukur.
Atom tersebut sama halnya pada lampu yang akan menyerap cahaya dari lampu.
Pengurangan pada sejumlah cahaya akan mencapai detektor yang dikenal sebagai
pengukuran konsentrasi pada elemen dalam sampel (Tamilselvi dan Kannan,
2013).
III. METODEOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 10 November 2015
pukul 15:00-17:00 WITA di Laboratorium Kimia Anorganik dan Analitik, Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,
Kendari.
B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah seperangkat alat
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), labu takar 25 mL dan 50 mL, gelas
kimia 100 mL, spatula, pipet ukur 10 mL, pipet tetes, batang pengaduk, filler,
botol gelap, lemari asam, dan hot plate.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan HNO3
0,3% dan HNO3 PA, larutan Cu (II) 1000 ppm, sampel air Kali Wanggu, air
Jembatan Triping, air Kali Mandonga dan akuades.

C. Prosedur Kerja
1. Preparasi Larutan Sampel

50 mL sampel air Teluk Kendari


- dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
- ditambahkan 2,5 mL HNO3 pekat
- diaduk
- diuapkan sampai volumenya menjadi 15 mL
- ditambahkan lagi 2,5 mL HNO3 pekat
- ditutup dengan kaca arloji
- dipanaskan kembali sampai warna larutan
jernih
- Sampel 1: air Kali
Wanggu
- didinginkan
- Sampel 2: air Lindih
- dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
- Sampel 3: air Kali
Pasar Basah aquades sampai tanda tera
- ditambahkan
- Sampel 4: air Kali
Mandonga
- dihomogenkan
- Sampel 5: air Jembatan
Triping
- dilakukan
cara yang sama untuk preparasi
larutan sampel air yang lainnya
2. Pembuatan Larutan Cu (II) 25 ppm
Larutan Cu (II)
1000 ppm

- dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL


-- dimasukkan
dalam tanda
labu
ditambahkan masing-masing
larutan aquadeskesampai
takar
tera 50 mL
-- ditambahkan
dihomogenkan5 mL larutan dimetilglioksim
yang telah dikomplekskan dengan laruta
Larutan Cu (II) 25 ppm
3. Pembuatan Larutan Sandar
1 mL Cu (II)
25 ppm

2 mL Cu (II)
25 ppm

3 mL Cu (II)
25 ppm

4 mL Cu (II)
25 ppm

5 mL Cu (II)
25 ppm

-- dimasukkan
dimasukkan masing-masing
masing-masing ke
ke dalam
dalam labu
labu
takar
50
mL
takar 25 mL
-- ditambahkan
5 mL larutan
ditambahkan akuades
sampai dimetilglioksim
tanda tera
yang
telah
dikomplekskan
dengan
larutan
- dihomogenkan
-

Larutan Cu (II) 1 mL : 1 ppm


Larutan Cu (II) 2 mL : 2 ppm
Larutan Cu (II) 3 mL : 3 ppm
Larutan Cu (II) 4 mL : 4 ppm
Larutan Cu (II) 5 mL : 5 ppm

4. Pengukuran Deret Standar dan Sampel

1 ppm

2 ppm

3 ppm

4 ppm

5 ppm

sampel

-dimasukkan
masing-masing
larutan
kedalam gelas kimia secara bergantian
-diukur absorbansnya masing-masing
larutan dimulai dari konsentrasi terendah
- dibuat grafik hubungan absorbans dengan
konsentarsi larutan
- ditentukan kadar Cu (II) dalam larutan
sampel
-

Larutan Cu (II) 1 ppm : 0,109


Larutan Cu (II) 2 ppm : 0,233
Larutan Cu (II) 3 ppm : 0,336
Larutan Cu (II) 4 ppm : 0,431
Larutan Cu (II) 5 ppm : 0,520
Sampel air 1-5 : 0,228; 0,043; 0,190; 0,070 dan 0,060

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
No.

Konsentrasi

Absorbans (A)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

1 ppm
2 ppm
3 ppm
4 ppm
5 ppm
Sampel larutan air kali wanggu
Sampel larutan air lindih
Sampel air kali pasar basah
Sampel air kali mandonga
Sampel air jembatan triping

0,109
0,233
0,336
0,431
0,520
0,228
0,043
0,190
0,070
0,060

2. Pembuatan grafik kalibrasi

Hubungan antara Konsentrasi dengan Absorbans


0.6
0.5

f(x) = 0.1x + 0.02


R = 1

0.4

Absorbans 0.3
0.2
0.1
0
0.5

1.5

2.5

3.5

Konsentrasi (ppm)

3. Analisis data
Sampel Air Kali Wanggu
Dari grafik didapat perasamaan:

4.5

5.5

y= 0,102x + 0,019
R = 0,995
y = 0,228
untuk mencari nilai x maka disubtitusi persaman:
y= 0,102x + 0,019
0,228= 0,102x + 0,019
0,102x = 0,228 - 0,019
x=

0,209
0,102
x = 2,05 ppm
Sampel Air Lindih
Dari grafik didapat perasamaan:
y= 0,102x + 0,019
R = 0,995
y = 0,043
untuk mencari nilai x maka disubtitusi persaman:
y= 0,102x + 0,019
0,043 = 0,102x + 0,019
0,102x = 0,043 - 0,019
x=

0,024
Sampel Air0,102
Kali Pasar Basah

x = 0,24 ppm

Dari grafik didapat perasamaan:


y= 0,102x + 0,019
R = 0,995
y = 0,190
untuk mencari nilai x maka disubtitusi persaman:
y= 0,102x + 0,019
0,190= 0,102x + 0,019

0,102x = 0,190 - 0,019


x = 0,171
0,102
x = 1,68 ppm
Sampel Air Kali Mandonga
Dari grafik didapat perasamaan:
y= 0,102x + 0,019
R = 0,995
y = 0,070
untuk mencari nilai x maka disubtitusi persaman:
y= 0,102x + 0,019
0,070= 0,102x + 0,019
0,102x = 0,070 - 0,019
x=

0,051
0,102
x = 0,5 ppm
Sampel Jembatan Triping
Dari grafik didapat perasamaan:
y= 0,102x + 0,019
R = 0,995
y = 0,060
untuk mencari nilai x maka disubtitusi persaman:
y= 0,102x + 0,019
0,060= 0,102x + 0,019
0,102x = 0,060 - 0,019
x=

0,041
0,102
x = 0,4 ppm

B. Pembahasan
Tembaga (Cu) merupakan logam koin. Hal ini disebabkan oleh logam ini
tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga adalah
logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik. Tembaga
tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi, tetapi tembaga teroksidasi oleh
asam nitrat (HNO3), sehingga tembaga larut dalam asam nitrat. Meski jumlahnya
sangat sedikit, apabila kadar tembaga dalam air melebihi 0,02 ppm maka dapat
menyebabkan racun. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis tembaga didalam
air dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis untuk
penentuan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada
proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat
energi dasar (ground state). Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan
dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan
elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi.
Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat gerakan
elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih
tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan
menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan
energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi
yang dibutuhkan oleh atom tersebut. Prinsip inilah yang menjadi dasar pada

penentuan kadar tembaga dalam kelima sampel air yang dilakukan pada
percobaan ini.
Penentuan kadar tembaga dalam kelima sampel air digunakan
konsentrasi larutan standar yang berbeda-beda. Dimana pada salah satu
konsentrasi dari larutan standar yang dibuat, konsentrasi sampel sama atau
mendekati konsentrasi dari larutan standar yang dibuat tersebut. Pada pembuatan
larutan standar digunakan larutan Cu (II) 25 ppm sebagai bahan utama untuk
menganalisis kadar tembaga dalam sampel air dan akuades. Larutan standar
merupakan larutan yang dibuat dari pengenceran larutan induk menggunakan air
sampai kadar tertentu, dimana larutan ini berfungsi untuk membuat larutan
dengan konsentrasi yang lebih rendah. Selain itu, tujuan pembuatan larutan
standar adalah untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan
untuk menghitung kadar tembaga dalam sampel air.
Selain pembuatan larutan standar, dilakukan preparasi sampel air agar
dapat diukur absorbansnya. Preparasi sampel air dilakukan dengan cara
menambahkan larutan HNO3 pekat kemudian diuapkan sampai volumenya
berkurang. Tujuan penambahan HNO3 pekat adalah untuk memudahkan proses
pemutusan (pelepasan unsur lain) agar logam Cu dalam keadaan bebas. Hal ini
disebabkan dalam sampel, logam dalam keadaan kompleks dan tidak hanya
terdapat logam Cu saja tetapi terdapat pula logam-logam yang lain. Selain itu,
penambahan HNO3 pekat agar garam-garam yang mungkin terbentuk dapat larut,
sehingga tidak terbentuk endapan dan larutannya pun menjadi jernih. Sedangkan

Tujuan dilakukan pemanasan adalah untuk mempercepat dan mengefektifkan


proses pemutusan ikatan atau destruksi berlangsung.
Sisa hasil penguapan tersebut, kemudian ditambahkan lagi larutan HNO 3
pekat dan dipanaskan kembali. Tujuan penambahan larutan HNO3 pekat kedua
adalah untuk menyempurnakan proses pemutusan ikatan dan oksidasi Cu 2+
menjadi Cu+ serta menjaga kondisi sampel agar tetap asam. Hal ini disebabkan
karena Cu2+ akan mengalami hidrolisis pada kondisi basa menghasilkan endapan
putih Cu(OH)2. Selain itu, penambahan larutan HNO3 dilakukan agar
menghasilkan garam-garam nitrat yang kebanyakan larut dalam air sehingga Cu 2+
terpisah dari persenyawaan organik. Dengan cara yang sama, kita membuat
larutan blanko tanpa adanya larutan tembaga. Larutan blanko ini digunakan
sebagai pembanding yang dapat selalu menolkan alat spektrofotometer sehingga
pada pengukuran absorbans sampel nantinya yang terukur hanyalah sampelnya
saja.
Berdasarkan hasil pengukuran absorbans larutan tembaga dengan
konsentrasi yang berbeda-beda didapatkan bahwa absorbans terbesar adalah pada
Cu (II) sebesar 5 ppm yaitu 0,520. Dari hasil pengukuran absorbans ini, kita dapat
membuat kurva standar yang garisnya seperti gelombang yang tidak teratur.
Dengan memasukkan nilai absorbans dan konsentrasi sampel pada persamaan
garis kurvanya maka didapatkan kadar tembaga dalam kelima sampel air. Kadar
tembaga dalam air Kali Wanggu adalah sebesar 2,05 ppm, kadar tembaga dalam
air Lindih adalah sebesar 0,24 ppm, kadar tembaga dalam air Kali Pasar Basah
adalah 1,68 ppm, kadar tembaga dalam air Kali Mandonga adalah 0,5 ppm dan

kadar tembaga dalam sampel air Jembatan Triping adalah sebesar 0,4 ppm. Kadar
tembaga dalam air tersebut jika dibandingkan dengan penetapan dari Standar
Nasional Indonesia (SNI) yang menyatakan syarat air bersih mengandung kadar
tembaga yaitu 0,02 ppm. Dengan demikian, sampel air yang digunakan dalam
percobaan ini sudah banyak mengandung logam tembaga karena kadarnya diatas
0,02 ppm. Oleh karena itu, air tersebut sudah bersifat racun.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan,

maka disimpulkan bahwa

kadar tembaga dalam kelima sampel air ditentukan dengan menggunakan


Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yang didasarkan pada proses penyerapan
radiasi sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar, dimana
larutan yang digunakan dibuat dengan konsentrasi kadar tembaga yang berbedabeda. Semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar absorbansinya..
Dalam percobaan ini didapatkan bahwa kadar tembaga dalam air Kali Wanggu
adalah sebesar 2,05 ppm, kadar tembaga dalam air Lindih adalah sebesar 0,24
ppm, kadar tembaga dalam air Kali Pasar Basah adalah 1,68 ppm, kadar tembaga
dalam air Kali Mandonga adalah 0,5 ppm dan kadar tembaga dalam sampel air
Jembatan Triping adalah sebesar 0,4 ppm
B. Saran
Diharapkan kepada Pemerintah untuk menangani permasalahan tentang air
bersih, sebab kebanyakan air yang tersedia telah tercemar. Oleh karena itu sumber
daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia

serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi
sekarang maupun generasi yang akan datang. Aspek penghematan dan pelestarian
sumber daya air harus ditanamkan kepada segenap pengguna air.

DAFTAR PUSTAKA
Armin, F., Zulharmita, dan Dinda, R.F. 2013. Identifikasi dan Penetapan Kadar
Merkuri (Hg) dalam Krim Pemutih Kosmetika Herbal Menggunakan
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi. Vol. 18 (1)
Fitrony, Rizky, F., Lailatul, Q.,dan Mahfud, 2013, Pembuatan Kristal Tembaga
Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan,
Jurnal Teknik Pomits, 2 (1)
Hidayati, N., Risfidian, M., dan Tjurmin, G., 2010, Karakterisasi Senyawa
Kompleks Cu (II)-Glisisn dengan Menggunakan Spektroskopi UV-Vis dan
FT.IR, Jurnal Kimia Mulawarman, 7 (2)
Marzuki, A., Yushinta, F., Muhammad, R., dan Haslina. 2013. Analisis Kandungan
Kalsium (Ca) dan Besi (Fe) pada Kepiting Bakau (Scylla olivacea)
Cangkang Keras dan Cangkang Lunak Dengan Metode Spektrofotometri
Serapan Atom. Jurnal Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol. 17 (2)
Tamilselvi, S., dan Kannan, K.P. 2014. Atomic Absorption Spectroscopy For
Quantitative Evaluation of Heavy Metals and Trace Elements in
Daruharidra: A Rapid and Comprehensive Restoration Scheme for Quality
Assurance of Herbal Plants from Market Place. International Journal of
Pharma and Bio Sciences. Vol. 5 (4)

Anda mungkin juga menyukai