Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPI

PERCOBAAN IV

PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM SAMPEL AIR LIMBAH

DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

(SSA)

OLEH :

NAMA : LA ODE AHMAD RIZALDI

STAMBUK : F1C1 19 039

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : MIRAT

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir segala aspek kegiatan manusia memerlukan air sebagai sebagai

bahan pokoknya. Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti

untuk air minum dan kepentingan lainnya harus memenuhi persyaratan yang

sudah ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Kebutuhan terhadap air

untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga, terutama berbeda pada

setiap tempat, tiap lingkingan krhidupan atau untuk tiap masyarakat. Semakin

tinggi tingkat kehidupan, semakin meningkat pula kebutuhan manusia terhadap

air. Banyak orang-orang mengalami pencemaran dan lingkungan akibat ulah

manusia itu sendiri membuang sembarangan hasil limbah rumah tangga.

Salah satu komponen kimia yang umumnya ada dalam air adalah tembaga

(Cu). Tembaga (Cu) merupakan mineral yang penting untuk kesehatan tubuh

manusia. Meski tidak dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, kegunaan tembaga

ini memainkan peran yang penting untuk menjaga tubuh agar terhindar dari

beragam penyakit. Pada umumnya, tembaga ini memiliki fungsi esensial di bagian

tulang dan otot. Selain itu, ia juga berguna untuk organ otak, hati,

hingga ginjal. Kandungan maksimal tembaga (Cu) yang diperbolehkan atau yang

ditetapkan menurut SNI-01-3535-2006 yaitu 0,5 bpj/ppm (Andriansyah et al.,

2019)

Metode yang baik untuk menganalisa kadar tembaga dalam limbah air

tersebut yaitu dengan metode spektrofotometer serapan atom (SSA). Spektroskopi

serapan atom adalah suatu istilah yang digunakan jika radiasi diserap oleh atom –
atom yang diukur. Sebuah atom memiliki beberapa tingkat energi. Pada kondisi

normal, sebagian besar atom berada pada tingkat dasar (tidak tereksitasi). Untuk

tingkat energi Eo (tingkat dasar) dan Ej (tereksitasi), sebuah transisi dari Eo → Ej

menandakan terjadinya serapan radiasi. Cahaya dengan panjang gelombang yang

tepat (energi) diserap oleh elektron tingkat dasar, sehingga berubah menjadi

tereksitasi. Intensitas cahaya berkurang setelah melewati analit. Jumlah cahaya

yang berkurang proporsional dengan jumlah atom yang menyerapnya yang analog

dengan Hukum Lambert – Beer (Asminar et al., 2017). Oleh karena itu dilakukan

percobaan ini untuk menentukan kadar tembaga (Cu) pada air limbah dengan

menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang mendasari dari percobaan Penentuan Kadar

Tembaga pada Sampel Air Limbah dengan Menggunakan Spektrofotometer

Serapan Atom (SSA) adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mempreparasi sampel air limbah yang akan ditentukan kadar

tembaganya dengan alat spektrofotometer serapan atom (SSA) ?

2. Bagaimana cara menyiapkan larutan kerja dari larutan “stock” yang tersedia ?

3. Bagaimana prinsip penentuan kadar logam dalam suatu sampel dengan alat

spektrofotometer serapan atom (SSA) ?


C. Tujuan Percobaan

Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan Penentuan Kadar Tembaga

pada Sampel Air Limbah dengan Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

(SSA) adalah sebagai berikut :

1. Untuk mempreparasi sampel air limbah yang akan ditentukan kadar

tembaganya dengan alat spektrofotometer serapan atom (SSA).

2. Untuk menyiapkan larutan kerja dari larutan “stock” yang tersedia.

3. Untuk mengetahui prinsip penentuan kadar logam dalam suatu sampel dengan

alat spektrofotometer serapan atom (SSA).

D. Manfaat Percobaan

Manfaat yang dpat diperoleh pada percobaan Penentuan Kadar Tembaga

pada Sampel Air Limbah dengan Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

(SSA) adalah sebagai berikut :

1. Dapat mempreparasi sampel air limbah yang akan ditentukan kadar

tembaganya dengan alat spektrofotometer serapan atom (SSA).

2. Dapat menyiapkan larutan kerja dari larutan “stock” yang tersedia.

3. Dapat mengetahui prinsip penentuan kadar logam dalam suatu sampel dengan

alat spektrofotometer serapan atom (SSA).


II. TINJAUAN PUSTAKA

Air yang tercemar dianggap mengandung banyak perbedaan bahan kimia

berbahaya dengan struktur molekul yang beragam dan fungsional kelompok.

Dengan aktivitas manusia dan industri produksi, limbah rumah tangga dan residu

kimia terus menerus dibuang ke air, mengakibatkan berkembang biaknya

beberapa bahan kimia berbahaya komponen/unsur dalam air. Menurut spesifikasi

teknis China untuk pengoperasian sistem pemantauan on-line air limbah (HJ 355–

2019), sejauh mana pencemaran air dapat dievaluasi dengan kebutuhan oksigen

untuk komponen kimia berbahaya (Chen et al., 2020).

Pengolahan air limbah menjadi semakin kritis karena berkurangnya

sumber daya air, meningkatnya air limbah biaya pembuangan, dan peraturan

pembuangan yang lebih ketat yang menurunkan tingkat kontaminan yang

diizinkan dalam aliran limbah. Keanekaragaman polutan air membutuhkan

berbagai metode pengobatan yang tidak hanya efektif, tetapi juga layak secara

nologis dan ekonomis. Yang paling umum metode untuk menghilangkan

kontaminan dari industri efuen termasuk biodegradasi, presipitasi, kimia oksidasi,

ekstraksi pelarut, penguapan, pendekatan elektrokimia, sementasi, filtrasi

membran, fitoreme- diasi, pertukaran ion dan adsorpsi karbon (Crini et al., 2019).

Tembaga (Cu) merupakan salah satu jenis logam berat yang dapat kita

temui di alam. Umunya logam Cu berwarna kuning kemerahan (orange). Logam

Cu memiliki titik didih yang tinggi, sekitar 2595oC dan titik leleh 1083oC (MSDS,

2013). Logam Cu merupakan salah satu logam dari golongan transisi IB, dengan

nomor atom 29. Di dalam larutan, logam Cu dapat membentuk ion Cu2+ dengan
jari-jari ion 0,96 A°. Logam ini dalam kadar yang melebihi ambang batas normal,

dapat menyebabkan keracunan (Pambandi and Saprapto, 2018).

Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) atau Spektrofotometer

Serapan Atom (SSA) merupakan instrumen dalam kimia analisis yang

menggunakan prinsip energi yang diserap atom. Atom yang menyerap radiasi

akan menimbulkan keadaan energi elektronik terekesitasi. Teknik ini dikenalkan

oleh ahli kimia Australia pada tahun 1955 yang dipimpin oleh Alan Walsh dan

oleh Alkemade dan Millatz di Belanda. Spektrofotometer Serapan Atom

digunakan untuk menganalisis konsentrasi analit dalam sampel. Elektron pada

atom akan tereksitasi pada orbital yang lebih tinggi dalam waktu singkat dengan

menyerap energi (radiasi pada panjang gelombang tertentu) (Sugito et al., 2019).

Asam nitrat (HNO3) adalah senyawa penting yang digunakan dalam

industri. Asam nitrat (HNO3) ini sebagian besar digunakan untuk membuat pupuk

berbasis nitrat yang penting untuk makanan produksi dari tanaman. Tanpa

penggunaan pupuk akan menjadi mustahil untuk memberi makan 8 miliar

populasi manusia di bumi. Asam nitrat (HNO3) yang digunakan sebagai dasar

untuk pupuk nitrat diproduksi oleh mengoksidasi amonia menggunakan proses

Ostwald. Asam nitrat adalah larutan asam kuat yang mempunyai nilai pKa sebesar

-2. Di dalam cairan, asam ini terdisosiasi diproduksi menjadi ion-ionnya, yaitu ion

nitrat NO3− dan ion hidronium (H3O+) (Anand et al., 2021).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan Penentuan Kadar Tembaga dalam Sampel Air Limbah dengan

Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dilaksanakan pada hari

Senin, 01 November 2021 pada pukul 07.30-10.00 WITA dan bertempat di

Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan Penentuan Kadar Tembaga

dalam Sampel Air Limbah dengan Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

(SSA) adalah labu takar (25 mL dan 50 mL), gelas kimia (100 mL dan 600 mL),

pipet tetes, corong kecil, hot plate, kaca arloji dan spektofotometer serapan atom

(SSA).

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan Penentuan Kadar Tembaga

dalam Sampel Air Limbah dengan Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

(SSA) adalah larutan HNO3 pH 2, larutan stock Cu(II) 1000 ppm dan air sungai

wanggu.
C. Prosedur kerja

1. Preparasi sampel

50 mL air sungai wanggu


- dimasukan dalam gelas kimia 100 mL
- ditambahkan 2,5 mL HNO3 pekat
- diaduk
- diuapkan diatas hot plate hingga volumenya
menjadi ± 15 mL
- ditambahkan 2,5 mL HNO3 pekat
- ditutup dengan kaca arloji
- dipanaskan kembali sampai warna larutan
jernih
- dinginkan dan ditambahkan sedikit akuades
- dituangkan kedalam labu takar 50 mL
- ditandabataskan

Larutan air sungai wanggu

2. Pembuatan larutan blanko

Larutan HNO3 pH 2,0

- dipipet
- dimasukkan kedalam gelas kimia

Larutan blanko

3. Pembuatan larutan standar Cu (II) 25 ppm

Larutan stock Cu (II) 1000 ppm


- dipipet 1,25 mL
- diencerkan dengan larutan blanko pada labu
takar 50 mL
- dihomogenkan

Larutan baku Cu (II) 25 ppm


4. Pengukuran

Larutan Sampel
- dimasukkan kedalam 5 labu takar,
masing-masing 5 mL pada labu takar 25
mL dan 10 mL pada labu takar 50 mL
-

Labu takar 1 Labu takar 2 Labu takar 3 Labu takar 4 Labu takar 5
25 ml 25 mL 25 mL 25 mL 50 mL

- dimasukkan larutan Cu 25 ppm kedalam 5


labu takar 25 mL masing-masing 2 mL; 4
mL; 6 mL; 8 mL; dan 10 mL
- ditambahkan masing-masing akuades sampai
tanda tera.
- dihomogenkan

Larutan sampel ditambah standar

5. Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Pengukuran Kosentrasi Sampel

Larutan uji 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8


ppm, 10 ppm, dan larutan sampel air

- diukur absorbansinya
- dicatat absorbansi setiap larutan
- apabila serapan larutan berada diluar
rentang deret standar maka larutan
diencerkan dan diukur kembali
serapannya
- dibuatkan kurva kalibrasi
2 ppm = 0,0027 abs
4 ppm = 0,0018 abs
6 ppm = 0.0054 abs
8 ppm = 0,0048 abs
10 ppm = 0,0046 abs
Sampel air wanggu = 0,0312 abs
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Hasil Pengamatan

No. Konsentrasi (ppm) Absorbans (A)


1. 2 ppm 0,0027
2. 4 ppm 0,0018
3. 6 ppm 0,0054
4. 8 ppm 0,0048
5. 10 ppm 0,0046
6. Sampel air wanggu 0,0312

2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar

Hubungan Konsentrasi dan Absorbansi


0.006

0.005

0.004
Absorbans

y = 0.0007x + 0.0018
0.003 R² = 0.4923

0.002

0.001

0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi

3. Analisis data

Diketahui : y = 2,200

a = 0,2294

b = 0,4132
Ditanyakan : x = ...?

Penyelesaian :

Dari grafik diperoleh perasamaan regresi linear:

y = ax +b

untuk mencari nilai x, maka disubtitusi ke persamaan:

y = 0,0007x + 0,0018

0,0312 = 0,0007x + 0,0018

0,0312 - 0,0018
x =
0,0007

x = 42 ppm

B. Pembahasan

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat

penting bagi kehidupan dan peri kehidupan manusia, serta untuk memajukan

kesejateraan umum sehingga menjadi modal dasar dan faktor utama

pembangunan. Kebutuhan yang pertama bagi terselenggaranya kesehatan yang

baik adalah tersedianya air yang memadai dari segi kuantitas dan kualitasnya yaitu

harus memenuhi syarat kebersihan dan keamanan. Air tercemar karena

pencemaran yang dilakukan oleh manusia itu sendiri sehingga mengakibatkan

terkontaminasi dengan logam berat. Salah satu logam berat yang biasa berada

dalam air yaitu tembaga (Ni). Untuk mengetahui kandungan tersebut metode yang

baik yang digunakan yaitu dengan spetrofotometer serapan atom.


Spektrofotometer Serapan Atom digunakan untuk menganalisis

konsentrasi analit dalam sampel. Elektron pada atom akan tereksitasi pada orbital

yang lebih tinggi dalam waktu singkat dengan menyerap energi (radiasi pada

panjang gelombang tertentu). Adapun percobaan ini menggunakan standar logam

Cu untuk diuji performanya dari sampel air sungai Wanggu. Spektrofotometer

Serapan Atom menggunakan prisip absorbansi cahaya oleh atom (atom netral).

Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu,

tergantung pada sifat unsurnya.

Perlakuan pertama pada percobaan yaitu dilakukan preparasi sampel.

Sampel air sungai wanggu dimasukan kedalam gelas kimia kemudian

ditambahkan dengan asam nitrat (HNO3). Asam nitrat ini berfungsi untuk

mencegah terjadinya endapan tembaga. Campuran tersebut dipanaskan sampai

volumenya berkurang, Tujuan pemanasan ini agar sampel dan asam nitrat

tercampur merata sambal dituangkan dengan akuades. Hasil dari preparasi sampel

ini dijadukan sebagai sampel larutan blanko (HNO3).

Perlakuan selanjutnya yaitu pembuatan larutan standar dengan

menggunakan padatan CuCO3 untuk membuat larutan Cu2+ dengan konsentrasi 25

ppm. Larutan Cu yang dibuat diasamkan dengan menggunakan latutan blanko

HNO3. HNO3 berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan tembaga.

Pengendapan pada tembaga tidak boleh terjadi karena dapat menjadikan

pengukuran tidak berhasil. Setelah itu dibuat dengan berbagai macam konsentrasi

2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm untuk diukur absorbansinya dengan

spektrofotometer serapan atom. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai


absorbansi tiap konsentrasi secara berturut-turut yaitu 0,0027 ppm, 0,0018 ppm,

0,0054 ppm, 0,0048 ppm, 0,0046 ppm dan sampel yaitu 0,312 ppm.

Data tersebut kemudian digunakan untuk mengukur kadar tembaga (Cu)

secara spetrofotometer serapan atom. Sehingga berdasarkan data tersebut

diperoleh nilai y pada grafik dengan persamaan linear y = 0,0007x + 0,0018 maka

diperoeleh konsentrasi kadar tembaga pada air sungai wanggu sebesar 42 ppm.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan air minum,

kadar tembaga maksimum dalam air adalah 0,01 mg/L atau 0,01 ppm (Khaira et

al., 2014). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa air sumur mengandung banyak

unsur tembaga, sehingga air sungai Wanggu tersebut tidak layak untuk digunakan

apalagi untuk dikonsumsi.


V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan pada percobaan Penentuan

Kadar Tembaga dalam Sampel Air Limbah dengan menggunakan

Spektrofotometer Serapan Atom, maka dapat disimpulkan bahwa nilai absorbansi

sampel yang diperoleh adalah 0,0312 dengan nilai x (konsentrasi tembaga (Cu)

dalam sampel) sebesar 42 ppm. Hasil yang didapatkan tidak memenuhi standar

baku mutu untuk tembaga berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu maksimal kadar tembaga(Cu)

dalam air minum yang diperbolehkan adalah 2 ppm.


DAFTAR PUSTAKA

Anand, M., Abraham C. S. and Nørskov J. K., 2021, Electrochemical Oxidation of


Molecular Nitrogen to Nitric Acid–Towards A Molecular Level
Understanding of The Challenges, Chemical science, 12(18).
Chen, H., Chen A., Xu L., Xie H., Qiao H., Lin Q. and Cai K., 2020, A Deep
Learning CNN Architecture Applied in Smart Near-Infrared Analysis of
Water Pollution for Agricultural Irrigation Resources, Agricultural
Water Management, 240, 106303.
Crini, G., Lichtfouse E., Wilson L. D., and Morin-Crini N., 2019, Conventional
And Non-Conventional Adsorbents For Wastewater Treatment.
Environmental Chemistry Letters, 17(1).
Pambudi, M.A.R. and Suprapto, S., 2019. Penentuan Kadar Tembaga (Cu) dalam
Sampel Batuan Mineral. Jurnal Sains dan Seni ITS, 7(2).

Sugito, S. and Marliyana, S.D., Uji Performa Spektrofotometer Serapan Atom


Thermo Ice 3000 Terhadap Logam Pb Menggunakan CRM 500 dan
CRM 697 di UPT Laboratorium Terpadu UNS. Indonesian Journal of
Laboratory, 4(2).

Anda mungkin juga menyukai